Anda di halaman 1dari 3

Alasan Memilih D4 Fisioterapi di Poltekkes Kemenkes Surakarta

Manusia adalah mahluk yang dikaruniai oleh Tuhan pikiran dan kehendak.
Karena kemampuannya dalam berfikir, manusia telah membuat masa sekarang
menjadi masa yang terbilang maju atau modern. Kegiatan apapun yang dahulu
terbilang merepotkan karena membutuhkan banyak waktu dan tenaga, sekarang
manusia hanya membutuhkan alat yang sedikit dan waktu yang efektif untuk
mencapai suatu tujuan tersebut. Selain itu, makanan cepat saji makin digemari oleh
manusia, yang padahal pada makanan cepat saji mengandung kolestrol jahat yang
dapat menyumbat pembuluh darah. Hal inilah yang akhirnya membuat pola hidup
manusia berubah. Dahulu manusia membutuhkan energi lebih banyak yaitu dengan
bergerak, sehingga tubuh menjadi lebih sehat. Karena kemudahan yang telah ada,
manusia menjadi malas untuk bergerak, sehingga tubuh sangat berisiko untuk
terkena banyak penyakit. Salah satunya adalah penyakit stroke. Stroke sendiri
merupakan serangan mendadak pada otak yang dapat disebabkan oleh pendarahan
atau penyumbatan pada arteri otak yang dapat menyebabkan kecacatan (Iskandar
Junaidi, 2011:12-13).

Stroke dapat sembuh, tetapi untuk menyembuhkan penyakit ini


membutuhkan waktu yang tidak lama. Selain itu, pasien pasca stroke dapat
merasakan gejala sisa dan serangan berulang. Gejala-gejala sisa pasien pasca stroke
membuat pasien harus menjalani rehabilitasi dengan sangat disiplin. Tindakan yang
dapat dilakukan untuk merehabilitasi pasien diantaranya yaitu, mengkaji kondisi
pasien secara menyeluruh, mulai aktivitas fisik segera setelah kondisi pasien stabil,
memberi bantuan dalam mengendalikan fungsi seluruh tahapan pengobatan,
mencegah komplikasi, mencegah stroke berulang dengan mengontrol faktor-faktor
resiko serta fisioterapi (Wirda Hayati dkk, 2020: 49-50). Menurut penelitian Nevan
Ghifari Fadhila (2021: 66) dalam skripsinya, fisioterapi menggunakan metode
latihan cukup efektif dalam menangani keluhan-keluhan serta kualitas hidup pasien
pasca stroke.
Fisioterapi merupakan tindakan merehabilitasi seseorang agar terhindar dari
cacat fisik akibat cedera atau penyakit. Terapi ini dilakukan dengan serangakai
tindakan pencegahan, diagnosis, dan penanganan untuk mengatasi gangguan fisik.
Jika tubuh menderita penyakit atau cedera permanen, maka fisioterapi dapat
menjadi pilihan yang perlu diprioritaskan untuk mengurangi dampaknya (Imam
Setiawan, 2020: 76). Fisioterapi sendiri masih tergolong jarang diketahui oleh
masyarakat Indonesia. Selain karena tenaga fisioterapis sendiri yang ada di
Indonesia masih tergolong sedikit, pengetahuan akan fisioterapi pun sangat jarang
dibahas pada khalayak umum entah melalui penyuluhan ataupun media online.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 2 Sibolga, Sumatera
Utara oleh Sulaiman, Maryaningsih, dan Anggriyani (2019: 323) sebanyak 80%
siswa tidak mengetahui apa itu fisioterapi, sedangkan 20% mengetahui apa itu
fisioterapi. Hal ini dapat membuktikan bahwa fisioterapi belum terlalu dikenal oleh
mayoritas masyarakat Indonesia.

Karena semakin dibutuhkannya tenaga fisioterapis di Indonesia,


universitas-universitas yang ada di Indonesia yang dahulunya tidak ada jurusan
fisioterapi, kini mulai mengadakan pendidikan pada jurusan fisioterapi. Terdapat
banyak pilihan jenjang pendidikan untuk menjadi seorang fisioterapis diantaranya
yaitu, program diploma, sarjana terapan, hingga sarjana. Program diploma dan
sarjana terapan menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan
tertentu, sedangkan program sarjana mampu mengamalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui penalaran ilmiah (UU No. 12 Tahun 2012). Program diploma
dengan sarjana terapan memiliki perbedaan yaitu, sarjana terapan dapat
menentukan apa yang harus diperbuat ketika menemukan suatu kasus, sedangkan
program diploma hanya dapat melaksanakan keahliannya ketika telah diperintah.
Salah satu politeknik kesehatan terbaik di Indonesia yaitu Poltekkes Kemenkes
Surakarta ternyata menyelenggarakan dua program studi pada jurusan fisioterapi
yaitu diploma dan sarjana terapan disertai profesi. Selain itu, ternyata pada
Poltekkes Surakarta ini adalah pencetus pertama pendidikan fisioterapi diadakan di
Indonesia.
Daftar Pustaka

1. Junaidi, Iskandar. 2011. STROKE, Waspadai Ancamannya.


Yogyakarta: ANDI. 12-13.
2. Hayati, Wirda, dkk. 2020. Dukungan Keluarga Dapat Memotivasi
Pasien Pasca Stroke dalam Melakukan Latihan Fisioterapi di Aceh:
Suatu Study Crossectional. Idea Nursing Journal Vol. XI No. 1. 49-50.
3. Ghifari Fadhila, Nevan. 2021. Efektivitas Metode Latihan
Proprioceptive Neuromuscular Facilitation Untuk Meningkatkan
Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke: Literature Review. Skripsi. 66.
4. Setiawan, Imam. 2020. A to Z Anak Berkebutuhan Khusus. Sukabumi:
Jejak. 76.
5. Sulaiman, dkk. 2019. Tingkat Pengetahuan Siswa Tentang Fisioterapi
di SMK Negeri 2 Sibolga Kota Sibolga. Amaliah: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat Volume 3 No.2. 323.
6. UU No. 12 Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai