Anda di halaman 1dari 38

“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

UPAYA PENCEGAHAN STROKE PADA


PASIEN HIPERTENSI”

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh :
RIZKY IRMAWATI
10215035

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah serangan otak yang timbul secara mendadak dimana


terjadinya gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh akibat dari gangguan
aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah tertentu di otak,
sehingga sel-sel otak kekurangan darah oksigen atau zat-zat makanan yang pada
akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu yang relatif singkat
(Dourman, 2013). Menurut WHO stroke adalah sebagai perkembangan dari tanda-
tanda klinis fokal atau global yang disebabkan oleh gangguan pada fungsi otak
dengan gejala-gejala yang berlaku dalam tempo masa 24 jam atau lebih dan dapat
menyebabkan terjadinya kematian.

Stroke terbagi menjadi dua tipe. Tipe pertama adalah stroke iskemik, yaitu
stroke yang disebabkan oleh kekurangan darah mencapai otak yang biasanya karena
pembuluh darah otak menyempit atau tersumbat deposit lemak yang disebut plak
sehingga jaringan otak mengalami iskemik. Tipe yang kedua adalah stroke
hemoragik, yaitu stroke yang disebabkan oleh pemecahan aneurisma pada
parenchyma otak atau pada rongga antara otak dan tengkorak hingga menyebabkan
berlakunya iskemik serta desakan pada jaringan otak (American Heart Association,
2013).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, memperkirakan


terdapat 20 juta orang yang akan meninggal dunia dikarenakam stroke. Sekitar
795.000 orang di USA mengalami stroke setiap tahunnya, dimana 610.000 orang
mengalami stroke serangan pertama dan stroke menyebabkan 134.000 kematian
(Goldstein, 2011). Menurut Riskesda (2013) prevalensi stroke tertinggi terdapat di
Sulawesi Selatan (17,9%), di Yogyakarta (16,9%), di Sulawesi Tengah (16,6%) dan
diikuti Jawa Timur (16%).

Gaya hidup adalah salah satu penyebab berbagai penyakit yang menyerang
usia produktif salah satunya penyakit stroke, karena sering menerapkan pola makan
yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan
kolesterol tapi rendah serat. Selain banyak mengkonsumsi kolesterol, mereka
mengkonsumsi gula yang berlebihan sehingga akan menimbulkan kegemukan yang
mengakibatkan terjadinya penumpukan energi dalam tubuh (Dourman, 2013).
Menurut hasil penelitian Bhat, et.al (2008), merokok adalah faktor risiko stroke
pada wanita muda dan merokok dapat berisiko 2,6 kali terhadap kejadian stroke
pada wanita muda disamping itu merokok juga meningkatkan kecenderungan sel-
sel darah menggumpal pada dinding arteri, menurunkan jumlah HDL (High Density
Lipoprotein), menurunkan kemampuan HDL dalam menyingkirkan kolesterol LDL
(Low Density Lipoprotein) yang berlebihan, serta meningkatkan oksidasi lemak
yang berperan dalam perkembangan arterosklerosis.

Hasil penelitian Rico dkk (2008) menyebutkan bahwa faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian stroke pada usia muda adalah riwayat hipertensi dan
riwayat keluarga. Sedangkan faktor yang tidak memiliki hubungan dengan kejadian
stroke usia muda adalah jenis kelamin, kelainan jantung, kadar gula darah sewaktu,
kadar gula darah puasa, kadar gula darah PP, total kadar kolesterol darah dan total
trigliserida. Mutmainna dkk (2013) dalam penelitiannya di Kota Makassar
menyebutkan bahwa faktor risiko kejadian stroke adalah perilaku merokok,
penyalahgunaan obat, riwayat diabetes mellitus, riwayat hipertensi, riwayat
hiperkolesterolemia.

Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah hipertensi (Go dkk, 2014).
Hipertensi mencetuskan timbulnya plak ateroskslerosis diarteri serebral dan
arterior, yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera iskemik dan stroke sebagai
komplikasi jangka panjang (Yonata, 2016). Penyakit ini akan menjadi masalah
utama dalam ranah kesehatan masyarakat di Indonesia maupun di dunia
(Ardiansyah, 2012). Menurut Infodatin Jantung, 2014, Hipertensi adalah penyebab
45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke.
Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler, terutama penyakit
jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta
kematian pada tahun 2030.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Juan dkk (2010) seorang yang
mempunyai riwayat hipertensi 2 kali lebih berisiko terkena stroke. Hasil penelitian
lain mengatakan hipertensi meningkatkan risiko 3,8 kali terkena stroke (Sorganvi
dkk, 2014). Menurut penelitian Ghani dkk (2016) menyebutkan bahwa faktor resiko
dominan penderta stroke di Indonesia adalah umur yang semakin meningkat,
penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan gagal jantung.

Untuk mengurangi angka kejadian stroke di Indonesia dapat dilakukan


dengan cara memberikan pendidikan kesehatan, dimana pendidikan kesehatan
adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada perilaku untuk
meningkatkan pengetahuan individu, kelompok atau masyarakat mengenai stroke.
Untuk merubah perilaku ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi salah
satunya adalah pengetahuan seseorang tentang objek baru tersebut. Diharapkan
dengan baiknya pengetahuan seseorang terhadap objek baru dalam kehidupannya
maka akan lahir sikap positif yang nantinya kedua komponen ini menghasilkan
tindakan baru yang lebih baik. Dengan mendapatkan informasi yang benar,
penderita hipertensi mendapatkan bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat
melaksanakan pola hidup sehat dan menurunkan resiko komplikasi (Sutrisno,
2013). Menjaga pola hidup sehat dengan cara cek kesehatan secara berkala meliputi
pemeriksaan tekanan darah dan kolestrol, berhenti merokok, meningkatkan
aktivitas fisik, diet sehat dengan gizi seimbang, istirahat cukup, kelola sress
(Riskesda, 2013).

Menurut Notoatmodjo (2010) pendidikan kesehatan adalah upaya dalam


meningkatkan pembelajaran kepada masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan
meningkatkan taraf kesehatannnya. Proses pendidikan kesehatan meliputi input
(sasaran pendidikan), proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
oarang lain), dan output (melakukan apa yang diharapkan) (Notoatmodjo, 2012).
Yang dimana dari semua proses pendidikan kesehatan diharapkan adanya output
yang memuaskan dari perilaku masayarakat tentang kesadaran diri untuk
melakukan pemeliharaan kesehatan sedari dini dan melakukan peningkatan
kesehatan (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan diatas. Peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap upaya
pencegahan stroke pada pasien hipertensi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah yang dirumuskan dalam
penelitian ini adalah, bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap upaya
pencegahan stroke pada pasien hipertensi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap upaya pencegahan stroke pada pasien hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang stroke sebelum pendidikan
kesehatan.
b. Mengidentifikasi pengetahuan pasien tentang stroke sesudah pendidikan
kesehatan.
c. Meganalisis pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap
pengetahuan pasien hipertensi dalam upaya pencegahan stroke.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini memberikan tambahan pengetahuan terhadap ilmu keperawatan


kegawatdaruratan tentang pencegahan stroke pada pasien hipertensi.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi masyarakat
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat
terhadap bagaimana cara pencegahan stroke pada orang yang mempunyai
hipertensi.
b. Bagi perawat
Diharapkan penelitian ini dapat membantu memaksimalkan pelayanan
kesehatan tehadap masyarakat sehingga dapat ditunjang dengan
memberikan penyuluhan terkait stroke.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
pengalaman bagi penulis dibidang kegawatdaruratan keperawatan stroke,
serta penelitian ini dapat menjadi referensi untuk pengembangan
penelitian tentang pencegahan stroke pada pasien hipertensi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Konsep Pendidikan kesehatan
a. Definisi pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan ialah suatu upaya atau kegiatan untuk
menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan,
yang artinya pendiikan kesehatan berupaya agar masyarakat
menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan,
bagaimana menghindari atau mencegah hal lain-lain yang
merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, kemana
seharusnya mencari pengobatan bilamana sakit dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2012)
b. Manfaat pendidikan kesehatan
Manfaat pendidikan kesehatan secara umum adalah untuk
mengubah pola pikir dan perilaku masayarakat di bidang kesehatan.
Selain itu manfaat pendidikan kesehatan ialah :
1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai dimasyarakat
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan kesehtan yang
lebih baik
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada
4) Agar penderita / masayarakat memiliki tanggung jawab yang
lebih besar pada kesehatan
5) Agar orang melakukan langkah positif dalam mencegah sakit
berkembangnya sakit menjadi tambah parah dan mencegah
penyakit menular (Notoatmodjo, 2012).
c. Metode penelitian pendidikan kesehatan
Metode penelitian yang digunakan dalam pendidikan kesehatan
didasarkan pada tujuan yang akan dicapai, ada beberapa metode
penyampaian pendidikan kesehatan, yaitu (Windasari, 2014) :
1) Metode ceramah
Ceramah adalah pidato yang disampaikan oleh seseorang
pembicara didepan pengunjung yang digunakan pada kelompok
besar
2) Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah sebuah percakapan yang direncanakan
dan dipersiapan diantara tiga orang atau lebih tentang topik
tertentu dengan seorang pemimpin
3) Metode panel
Panel adalah pembicaraan yang direncanakan didepan
pengunjung tentang satu topik dan diperlukan tiga panelis atau
lebih serta diperlukan seorang pemimpin
4) Metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya individu ikut
berpatisipasi dalam diskusi
5) Metode permainan peran
Permainan peran adalah pemeran sebuah situasi dalam
kehidupan manusia tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua
orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisa oleh
kelompok
6) Metode symposium
Symposium adalah serangkaian pidato pendek didepan
pengunjung dengan seorang pemimpin
7) Metode demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode pembelajaran yang
menyajikan suara prosedur atau tugas dengan menggunakn alat
dan cara berinteraksi. Demonstrasi dapat dilakukan secara
langsung atau secara tidak langsung seperti menggunakan media
radio dan film
d. Tujuan pendidikan kesehatan
Tujuan utama diberikan pendidikan kesehatan (Mubbarak dan
Chayati, 2009) yaitu :
1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
2) Memahami apa yang bisa mereka lakukan terhadap
masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka
ditambah dengan dukungan dari luar
3) Memutuskan kegiatan yang tepat untuk meningkatkan taraf
hidup sehat dan kesehjateraan masyarakat
e. Pengetahuan
1) Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan hal ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2012).
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang
mempengaruhi pengetahuan adalah:
a) Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku
seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan
(Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami
tentang suatu informasi sehingga pengetahuan yang
dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih, 2011).
b) Informasi/ Media Massa Informasi
Informasi/ Media Massa Informasi adalah suatu teknik
untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh
dari pendidikan formal maupun nonformal yang bisa
memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan dan meningkatkan
pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi yang
menyediakan bermacam-macam media massa sehingga
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat.
Informasi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang
jika sering mendapatkan informasi tentang suatu
pembelajaran yang akan menambah pengetahuan dan
wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering
menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan
dan wawasannya.
c) Sosial, Budaya dan Ekonomi
Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik dan
pengetahuan yang baik maka akan baik tapi jika sosial
budayanya kurang baik maka pengetahuannya akan
kurang baik. Status ekonomi juga menentukan
tersedianya atau tidak fasilitas yang dibutuhkan untuk
kegiatan tertentu, sehingga status ekonomi akan
mempengaruhi pengetahuan seseorang karena seseorang
yang memiliki status ekonomi dibawah rata-rata maka
seseorang tersebut akan sulit untuk memenuhi fasilitas
yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.
d) Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi proses masuknya
pengetahuan kedalam individu karena adanya interaksi
timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai
pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik maka
pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika
lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang didapat
juga akan kurang baik.
e) Pengalaman
Pengalaman bisa diperoleh dari pengalaman orang lain
maupun diri sendiri sehingga pengalaman yang sudah
diperoleh bisa meningkatkan pengetahuan seseorang.
Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan yang
akan membuat orang tersebut mengetahui bagaimana
cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman
sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman
yang didapat bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila
medapatkan masalah yang sama.
f) Usia
Semakin bertambahnya usia maka akan semakin
berkembang juga daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan semakin
membaik dan bertambah.
3) Kategori pengetahuan
Menurut Wawan (2010), hasil pengukuran pengetahuan dapat
dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu:
a) Baik : Bila subyek bisa menjawab dengan nilai benar
76%-100 %
b) Cukup : Bila subyek bisa menjawab dengan nilai benar
45%-75 %
c) Kurang : Bila subyek bisa menjawab dengan nilai benar
< 45 %
4) Tingkat pengetahuan
Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat
pengetahuan, yaitu:
a) Tahu (Know)
Tahu adalah dimana mengingat kembali memori yang
telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan
tentang suatu objek yang diketahui dan diinterpretasikan
secara benar.
c) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan untuk mempraktekkan
materi yang sudah dipelajari pada kondisi real
(sebenarnya).
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan atau
menjelaskan suatu objek atau materi tetapi masih di
dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada
kaitannya satu dengan yang lainnya.
e) Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan yang menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek yang telah diamati.
2. Konsep Stroke
a. Definisi stroke
Stroke adalah suatu gangguan atau defisit neurologis fokal dengan
onset akut dari daerah vaskular yang diduga. Definisi ini juga
dibuktikan dengan kejadian klinis, dengan disfungsi fokal dari
sistem saraf pusat yang kemungkinan menjadi sekunder akibat
penyakit primer yang melibatkan pembuluh darah dan sirkulasi.
Gangguan pembuluh darah dan sirkulasi pada otak biasanya terjadi
karena pecahnya pembuluh darah atau sumbatan oleh gumpalan
darah hingga berlakunya perkembangan tanda-tanda klinis fokal
dengan gejala-gejala yang berlaku dalam tempoh masa 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian. Stroke diklasifikasi
menjadi dua yaitu iskemik dan hemoragik (World health
Organization, 2016).
b. Klasifikasi stroke
1) Stroke Non Hemoragik (Stroke Iskemik)
Stroke Iskemik adalah tipe yang paling umum (87 %) hasil dari
penelitian Center fo Disease Control and Prevention (2017).
Hal ini sesuai dengan gangguan sementara atau penurunan
aliran darah di area fokal otak, biasanya secara parsial atau total
dari arteri serebral. Penyebab sumbatan biasanya merupakan
bekuan darah, penyempitan satu atau beberapa arteri yang
mengarah ke otak atau embolus yang terlepas dari jantung atau
arteri ekstrakrani yang menyebabkan sumbatan atau oklusi pada
beberapa arteri intrakrani. Jika oklusi arteri dibuka kembali
lebih awal, dengan perbaikan selanjutnya atau normalisasi
suplai darah, lesi jaringan akan mengecil atau tidak ada dan
ekspresi klinisnya akan menyebabkan terjadinya serangan
iskemik transien (TIA) (Stehen L, 2017). TIA di definisikan
sebagai defisit neurologis fokal dengan tanda dan gejala yang
berlangsung tidak lebih dari 24 jam. TIA adalah sekitar 10%
dari semua stroke (American Heart Association, 2013).
2) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik adalah tipe yang kurang dialami oleh
masyarakat yang berbanding dengan stroke iskemik, sebagai
fakta hanya 15% dari semua stroke yang bersifat hemoragik,
namun stroke hemoragik tetap bertangunggjawab atas 40% dari
semua kematian yang disebabkan penyakit stroke (Center for
Disease Control and Presentation, 2017). Ini karena pembuluh
darah yang melemah, pecah dan berdarah di otak dan sekitarnya
sehingga terjadinya akumulasi darah dan menyebabkan desakan
pada jaringan otak disekitarnya. Dua jenis pembuluh darah yang
lemah yang biasanya menyebabkan stroke hemoragik dalah
aneurisma dan malformasi arteriovenosa (AVMs). Stroke
hemoragik dibagi menjadi dua tipe yaitu intraserebral dan
subarachnoid (American Heart Association, 2013).
c. Penyebab stroke
1) Faktor Risiko Stroke yang Dapat dimodifikasi
a) Hipertensi
i. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan abnormal tekanan
darah dalam pembuluh darah arteri yang
mengangkut darah dari jantung dan memompa
keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara
terus – menerus lebih dari suatu periode (Irianto,
2014).
ii. Hipertensi dikategorikan menjadi beberapa kategori
yaitu :
Tabel 1. Kategori tekanan darah bedasarkan
American Heart Association
Kategori tekanan Sistolik Diastol
darah
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Prehipertensi 120-139 mmHg 80-89 mmHg
Hipertensi stage 1 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmHg ≥ 100 mmHg
Hipertensi stage 3 ≥ 180 mmHg ≥ 110 mmHg
Sumber : American Heart Assosiation (2014)

iii. Penyebab hipertensi


Penyebab hipertensi menurut Irianto (2014) dan
Padila (2013) diduga faktor yang berkaitan dengan
meningkatnya tekanan darah meluputi dari genetik,
jenis kelamin, usia, berat badan, diet, gaya hidup,
stress, kehamilan dan penggunaan kontrasepsi oral.
iv. Gejala hipertensi
Gejala hipertensi yang biasanya dirasakan penderita
hipertensi yaitu, sakit kepala, kelelahan, mual,
muntah, sesak nafas, gelisah dan pandangan
menjadi kabur (Irianto, 2014).
v. Komplikasi hipertensi
Hipertensi yang tidak teratasi dapat menimbulkan
komplikasi yang berbahaya, seperti stroke, payah
jantung, kerusakan ginjal, dan kerusakan
penglihatan (Irianto, 2014).
vi. Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan
cara pengendalian faktor resiko seperti, mengatasi
obesitas/menurunkan kelebihan berat badan,
mengurangi asupan garam didalam tubuh, ciptakan
keadaan rileks, melakukan olahraga teratur, berhenti
merokok, mengurangi konsumsi alkohol. Tidak
hanya dengan pengendalian faktor resiko ,
penatalaksanaan hipertensi juga dapat disertai
dengan terapi farmakologi guna sebagai penurun
tekanan darah dan mengurangi timbulnya
komplikasi.
vii. Patofisiologi hipertensi
Hipertensi adalah faktor risiko utama yang
menyebabkan terjadinya stroke dan hipertensi ini
juga merupakan faktor risiko yang bisa diobati.
Faktanya, tekanan darah tinggi merupakan faktor
risiko tunggal terbesar stroke, menyebabkan sekitar
50% stroke akibat penyumbatan (stroke iskemik),
ini juga meningkatkan risiko pendarahan di otak
(stroke hemoragik). Tekanan darah tinggi membuat
tekanan pada semua pembuluh darah di seluruh
tubuh kita termasuk yang mengarah ke otak.
Mengakibatkan, jantung harus bekerja lebih keras
untuk menjaga sirkulasi darah tetap berjalan.
Adakalanya, regangan ekstra ini dapat
menyebabkan pembuluh darah melemah dan pecah
di dalam otak, dan menyebabkan pendarahan ke
jaringan sekitarnya. Ini disebut stroke hemoragik
(Norrving, 2014)
b) Diabetes Melitus
Glukosa yang memasuki aliran darah dan berjalan ke sel-
sel di seluruh tubuh setelah makanan dicerna. Agar
glukosa masuk dalam sel dan menjadi energi, dibutuhkan
hormon yang disebut insulin. Pada orang yang menderita
diabetes, pankreas tidak membuat insulin (diabetes tipe
1), atau membuat terlalu sedikit insulin atau sel di otot,
hati dan lemak tidak menggunakan insulin dengan cara
yang benar (diabetes tipe 2). Yang terjadi kemudian
adalah penderita diabetes berakhir dengan terlalu banyak
glukosa dalam darah mereka, sementara sel mereka tidak
mendapatkan cukup energi. Seiring waktu, glukosa ini
dapat menyebabkan peningkatan deposit lemak atau
bekuan pada bagian dalam dinding pembuluh darah.
Bekuan dapat mempersempit atau menghalangi
pembuluh darah di otak atau leher, memotong suplai
darah, menghentikan oksigen agar tidak sampai ke otak
dan menyebabkan stroke (Norrving, 2014)
c) Merokok
Asap rokok dapat mempengaruhi kadar kolesterol tubuh
kita. Kolesterol adalah sejenis lemak yang dibawa
berkeliling tubuh kita dalam partikel yang disebut
lipoprotein. Merokok mengurangi kadar kolesterol 'baik'
(juga disebut Kolesterol HDL) di aliran darah kita dan
meningkatkan kadar kolesterol 'jahat' (juga disebut
kolesterol LDL). Kadar kolesterol 'baik' yang rendah
dapat meningkatkan risiko terkena stroke. Faktor ini bisa
meningkatkan risiko pembentukan atherosclerosis pada
perokok, dimana pembuluh darah akan menjadi lebih
sempit. Hal ini dapat mengurangi darah sehingga bekuan
darah lebih cenderung terbentuk. Jika gumpalan
terbentuk di arteri yang mengarah ke otak, maka hal ini
bisa menyebabkan penyumbatan, memotong suplai
darah dan menyebabkan stroke. Tipe stroke ini dikenal
dengan stroke iskemik. Karbon monoksida yang di hirup
dari asap rokok dapat meningkat dalam kadar darah
sehingga membuat dinding arteri menjadi lebih rusak.
Bahan kimia yang dihirup juga mempengaruhi
kelengketan darah dan produksi sejenis sel darah yang
disebut platelet. Peningkatan ini menyebabkan
kecenderungan darah untuk membentuk gumpalan
darah. Apabila kita merokok, kita akan hirup asap tobako
yang mengandungi sebanyak 7,000 bahan kimia beracun.
Antara lain ialah karbon monoksida, formaldehida dan
hidrogen sianida. Perokok lebih cenderung mendapat
tekanan darah tinggi yang merupakan faktor risiko utama
stroke. Merokok sangat berbahaya bagi orang yang
memiliki tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi
berkontribusi pada kerusakan pada arteri. Perokok
dengan tekanan darah tinggi juga cenderung mengalami
perdarahan subarachnoid (Stroke hemoragik)
dibandingkan yang tidak pernah merokok atau tidak
memiliki tekanan darah tinggi (Norrving, 2014).
d) Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas juga dapat
meningkatkan risiko stroke. Terlalu banyak lemak tubuh
dapat berkontribusi pada tekanan darah tinggi, kolesterol
tinggi dan dapat menyebabkan penyakit jantung dan
diabetes tipe 2. Obesitas juga dapat meningkatkan risiko
stroke yang diakibatkan oleh inflamasi oleh jaringan
lemak yang berlebihan. Hal ini yang menyebabkan
kesulitan aliran darah dan peningkatan risiko
penyumbatan, yang keduanya dapat menyebabkan stroke
(Norrving, 2014)
e) Penyakit Jantung
Gagal jantung didefinisikan sebagai ketidak mampuan
jantung untuk memasok aliran darah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung
kronis (CHR) adalah faktor yang sering menyebabkan
stroke iskemik. Alasan yang sering dikenali untuk
kardioemboli stroke pada pasien dengan CHR adalah
pembentukan trombus karena Atrial Fibrilasi (AFib) atau
hipokinesia ventrikel kiri. Sebagai konsekuensi dari
aktivasi sistem saraf simpatis dan sistem renin-
angiotensin-aldosteron, ada keadaan hiperkoagulasi,
dapat terjadinya peningkatan agregasi trombosit, dan
fibrinolisis berkurang pada pasien dengan CHF
(Norrving, 2014).
d. Patofisiologi stroke
1) Patofisiologi stroke iskemik
Oklusi akut pembuluh intrakranial yang menyebabkan reduksi
aliran darah ke daerah otak yang disuplai. Besarnya reduksi
aliran adalah fungsi dari aliran darah kolateral dan ini tergantung
pada anatomi vaskular individu (yang dapat diubah oleh
penyakit), lokasi oklusi, dan tekanan darah sistemik. Penurunan
darah serebral ke nol menyebabkan kematian jaringan otak
dalam waktu 4-10 menit. Nilai <16-18 mL / 100 g jaringan per
menit yang menyebabkan infark dalam satu jam dan nilai <20
mL / 100 g jaringan per menit menyebabkan iskemia tanpa
infark kecuali dalam beberapa jam atau beberapa hari. Jika aliran
darah dipulihkan ke jaringan iskemik sebelum terjadi
perkembangan signifikan, kemungkinan pasien mengalami
gejala sementara, dan sindrom klinis disebut TIA. Konsep
penting lainnya adalah penumbra iskemik, yang didefinisikan
sebagai jaringan iskemik tapi reversibel disfungsional yang
mengelilingi daerah inti infark. Penumbra iskemik pada
akhirnya bisa berkembang menjadi infark jika tidak terjadi
perubahan aliran, dan karenanya mensterilkan iskemik adalah
tujuan terapi revaskularisasi (Stephen L, 2017).
2) Patofisiologi stroke hemoragik
Stroke hemoragik ini biasanya disebabkan dari ruptur
spontan arteri penetrasi kecil jauh di dalam otak. Daerah yang
paling umum adalah ganglia basal (terutama putamen),
thalamus, serebelum, dan pons. Arteri kecil di daerah ini
tampaknya paling rentan terhadap cedera vaskular yang
diakibatkan oleh hipertensi. Ketika perdarahan terjadi di daerah
otak lain atau pada pasien non hypertensive, pertimbangan yang
lebih besar harus diberikan pada penyebab lain seperti gangguan
hemoragik, neoplasma, malformasi vaskular, dan angiopati
amiloid serebral.
Perdarahan mungkin kecil, atau gumpalan besar bisa
terbentuk dan kompres jaringan yang berdekatan, bisa
menyebabkan herniasi dan kematian. Darah juga dapat
membedah ke dalam ruang ventrikel, yang secara substansial
dapat meningkatkan morbiditas dan menyebabkan hidrosefalus.
Sebagian besar stroke hemoragik awalnya berkembang selama
30-90 menit, sedangkan terapi antikoagulan yang dapat
berkembang atau selama 24-48 jam. Namun, sekarang diketahui
bahwa sekitar sepertiga pasien bahkan tanpa koagulopati
mungkin memiliki ekspansi hematoma yang signifikan dengan
hari pertama. Dalam 48 jam, makrofag mulai melakukan
fagositosis terhadap perdarahan di permukaan luar. Setelah 1-6
bulan, perdarahan umumnya dipecahkan ke rongga oranye
slitlike yang dilapisi dengan bekas luka glial dan makrofag
somatosin (Stephen L, 2017).
e. Gejala stroke
1) Gangguan motoris
Defisit motoris setelah stroke ditandai dengan kelemahan otot
atau kelumpuhan (hemiplegi), yang biasanya menyerang di satu
sisi tubuh. Seringkali orang tersebut kehilangan gerakan atau
perasaan raba di lengan atau kaki di bagian berlawanan sisi otak
yang terkena serangan stroke. Jadi, jika seseorang itu memiliki
stroke di sisi kiri otak, ia mungkin mengalami kelemahan atau
kelumpuhan di lengan dan kaki kanannya. Hal ini akan
menyulitkan seseorang atau pasien itu untuk melakukan
aktivitas kehidupan seharian mereka misalnya berpakaian,
memberi makan, mandi atau mengikat sepatu. Efek defisit
motoris ini meliputi rasa sakit, kelelahan, perubahan tonus otot
serta gangguan berjalan (Norrving, 2014).
2) Gangguan sensoris
Gangguan sensoris ini melibatkan semua modalitas sensoris
tergantung pada area otak yang terlibat. Stroke dapat
menyebabkan individu menjadi lebih sensitif (hyperaesthesia)
atau kurang (hypoesthesia) sensitif terhdadap sensasi atau tidak
dapat mensintesis sensasi untuk mengidentifikasi lokasi tersebut
secara sendiri. Kadang-kadang, stroke juga dapat menyebabkan
penglihatan terganggu (gangguan visus) misalnya seseorang
mungkin bisa melihat benda hanya di bagian tertentu dari bidang
peglihatannya setelah stroke. Gangguan sensoris juga bisa
menggangu sistem pendengaran (tinnitus) (Norrving, 2014).
3) Gangguan bicara
Gangguan bicara dapat ditandai dengan kesulitan dalam
memahami atau memproduksi ucapan dengan benar (afasia),
ucapan yang kabur akibat lemahnya otot (disatria) dan kesulitan
dalam memprogram otot mulut untuk produksi bicara (apraxia).
Gangguan ini bervariasi dan bergantung dari tingkat
keparahannya pada luas dan lokasi kerusakannya. Beberapa
individu mungkin akan mengalami kesulitan dalam komunikasi
sosial, seperti kesulitan bergiliran dalam percakapan. Selain itu,
penderita juga bisa mengalami masalah tidak dapat menulis
(agrafia), tidak dapat berhitung (aculculia) serta pelupa
(dementia) (Vidovic, 2011).
4) Gangguan kognitif
Gangguan kognitif ini meliputi kesulitan dalam perhatian,
kesedaran, orientasi, pemecahan masalah, memori dan
keterampilan penalaran. Individu yang menderita stroke juga
akan mengalami kesulitan konsentrasi saat ada gangguan
internal dan eksternal. Sebagai contoh melakukan percakapan di
tempat yang bising, membagi perhatian di antara beberapa tugas
atau tuntutan. Gangguan menelan (disfagia) juga bisa
diakibatkan oleh serangan stroke karena kelemahan atau
pengaburan otot di mulut dan tenggorokan (Kalaria, 2016).
5) Gangguan emosi
Defisit emosional dapat ditandai dengan tampilan emosi yang
tidak tepat dan fluktuasi suasana hati yang ekstrem. Individu
yang terkena mungkin tertawa saat ada sesuatu yang tidak lucu
atau menangis tanpa alasan yang tidak jelas. Perilaku ini sangat
umum di awal proses pemulihan stroke. Seorang penderita
stroke mungkin menjadi sangat frustrasi karena
ketidakmampuan untuk berfungsi secara independen – situasi ini
dapat menyebabkan kemarahan dan depresi
(Katherine Salter, 2016).
6) Penatalaksanaan umum pencegahan stroke pada pasien
hipertensi
a) Menghindari konsumsi rokok berlebihan, stress, alkohol,
kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan
golongan amfetamin, kokain dan lain-lain.
b) Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung
tinggi kolestrol
c) Dapat mengendalikan hipertensi, diabetes melitus,
penyakit jantung
d) Menganjurkan pasien mengonsumsi gizi yang seimbang
dan berolahraga secara teratur (Lumbantobing, 2007)
7) Pertolongan pertama saat kejadian stoke
a) Bila penderita pingsan atau mengorok, segera dibawa ke
rumah sakit, perhatikan jalan nafas penderita agar tetap
lancar saat diperjalanan. Bila mulut atau hidup penderita
mengeluarkan busa, segera dibersihkan. terkadang
pederita bisa muntah. Segera bersihkan sisa
muntahannya dari mulut maupun hidungnya, sambil
posisi berbaring tubuhnya dibuat miring. Hal ini penting
agar menghindarkan sisa muntahnya tidak masuk ke
jalan nafas yang dapat mengakibatkan komplikasi infeksi
saluran nafas bahkan dapat menyumbat jalan napas
sehingga menyebabkan kematian.
b) Hindari pemberian minum atau makanan pada penderita
saat pingsan, atau kesadarannnya tampak menurun
dibanding dengan orang normal. Hal ini untuk mencegah
agar minuman atau makanan yang diberikan tidak
mengganggu jalan nafas penderita tersebut.
c) Bila penderita mengalami salah satu gejala yang
disebutkan diatas, namun penderita masih dalam
keadaan sadar, sebaiknya penderita tetap dibawa ke
rumah sakit. Penderita yang masih sadar dapat dibawa
dalam posisi duduk atau berbaring, tergantung dengan
kenyamanan penderita.
d) Sebaiknya tidak panik bila menemukan seseorang yang
terserang stroke. Bila serangan stroke cepat ditangani,
maka hasilnya akan lebih baik daripada kita panik dan
akhirnya tidak melakukan apa-apa (Adib, 2009)
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangaka Konseptual

Etiologi Stroke : Stroke :

- Hipertensi a. Hemoragik
b. Non hemoragik
- Diabetes Melitus
- Merokok
- Obesitas
- Penyakit Jantung
Pendidikan kesehatan

Metode pendidikan
Faktor yang Pengetahuan kesehatan :
mempengaruhi tentang stroke
- Ceramah
pengetahuan :
- Diskusi kelompok
- Pendidikan
- Panel
- Informasi/Media
- Forum panel
massa informasi Penilaian pengetahuan : - Permainan peran
- Sosial, Budaya
1. Baik : 76% - 100% - Symposius
dan Ekonomi
2. Cukup : 45% - 75% - Demonstrasi
- Lingkungan
- Pengalaman 3. Kurang : < 45%
- Usia

Keterangan

` : Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 1. : kerangka konseptual pengaruh pendidikan kesehatan terhadap


upaya pencegahan stroke pada pasien hipertensi.
Penyebab stroke meliputi dari hipertensi, diabetes melitus, merokok dll.
Dimana dari beberapa penyebab tersebut hipertensi adalah penyebab utama
terjadinya stroke. Stroke dibagi menjadi 2 yaitu, stroke hemoragik dan non
hemoragik.

Metode pendidikan kesehatan meliputi dari ceramah, diskusi kelompok,


panel, forum panel, permainan peran, symposius, demonstrasi. Beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu, pendidikan, informasi/media
massa informasi, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan
usia. Penilaian pengetahuan dapat disimpulkan dengan rentang nilai baik
(76%-100%), cukup (45%-75%), kurang (< 45%)

B. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap rumusan
masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2011).
Hipotesis dari penelitian ini melupiti :
H0 : Tidak ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap upaya Pencegahan
Stroke pada Pasien Hipertensi
H1 : Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap upaya Pencegahan
Stroke pada Pasien Hipertensi
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum merencanakan akhir pengumpulan data (Nursalam,
2010).
Desain penelitian ini menggunakan pra eksperimental one grup pre test post
test dengan uji analitik komparatif dan pendekatan cross sectional yaitu
suatu penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi
data variabel independent dan dependent hanya satu kali yang di lakukan
pada saat itu (Nursalam, 2010).
B. Lokasi
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan dari tanggal 1 Agustus 2018 s/d 19 April 2019.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah generilasasi yang terdiri atas subjek/objek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiono, 2013).
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2008). Penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti
(Nursalam, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Memahami bahasa indonesia/bahasa jawa
2) Pasien hipertensi yang tekanan darahnya diatas 140/90
3) Berkenan diberikan pendidikan kesehatan dan mengisi
kuesioner
b. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi yang akan diteliti karena berbagai
sebab (Nursalam, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1) Tidak hadir saat posyandu
2) Tidak bersedia menjadi responden
3. Tehnik sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dan populasi untuk mewakili
suatu populasi. Tehnik sampling merupakan cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel untuk memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2010).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Non Probability
sampling dengan jenis purposive sampling yaitu suatu tehnik untuk
menetapkan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang
sesuai dan dikehendaki peneliti berdasarkan tujuan/masalah dalam
penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik
populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2011).
D. Variabel penelitian dan definisi operasional
1. Variabel
a. Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
menjadi sebab dari suatu kejadian sehingga menimbulkan akibat
(Arikunto, 2008). Sebagai variabel bebas adalah pendidikan
kesehatan.
b. Variabel dependen
Variabel dependen atau varibel terikat adalah variabel yang mejadi
akibat dan sifatnya mempengaruhi karena adanya variabel bebas
(Arikunto, 2008). Sebagai variabel terikat adalah pencegahan stroke
pada pasien hipertensi.
2. Definisi operasional
Jenis Variabel Definisi Operasional Indikator Alat ukur Skala Skor

Variabel independen : Peneliti akan 1. Pengertian stroke - - -


Pendidikan kesehatan menyampaikan materi 2. Klasifikasi stroke
pendidikan kesehatan 3. Penyebab stroke
tentang pencegahan 4. Fatofisiologi hipertensi
stroke pada pasien menyebabkan stroke
hipertensi dengan 5. Gejala stroke
metode ceramah 6. Penatalaksanaan stroke

Variabel independen : Masyarakat tahu, 1. Masyarakat paham tentang Kuesioner Ordinal Penilaian :
Pengetahuan tentang paham dan dapat pengertian stroke Benar = 1
stroke menganalisis 2. Masyarakat tahu penyebab Salah = 0
mengenai suatu stroke Kriteria pengetahuan :
informasi dalam 3. Masyarakat tahu gejala 1. Baik : 76% - 100%
penelitian ini yang stroke 2. Cukup : 45% - 75%
membahas mengenai 4. Masyarakat tahu 3. Kurang : < 45%
pencegahan stroke bagaimana (Wawan, 2010)
pada pasien hipertensi penatalaksanaan stroke
Variabel dependen : Usaha yang dilakukan 1. Dapat menghindari Kuesioner Ordinal Penilaian :
Pencegahan stroke pasien hipertensi konsumsi rokok SL = 4
untuk mencegah berlebihan, stress, alkohol, SR = 3
terjadinya stroke kegemukan, konsumsi KK= 2
garam berlebihan, obat- TP = 1
obatan golongan Kriteria upaya pencegahan :
amfetamin, kokain dan 1. Baik : 76% - 100%
lain-lain. 2. Cukup : 45% - 75%
2. Dapat mengurangi 3. Kurang : < 45%
konsumsi makanan yang (Wawan, 2010)
mengandung tinggi
kolestrol
3. Dapat mengendalikan
hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung
4. Menganjurkan pasien
mengonsumsi gizi yang
seimbang dan berolahraga
secara teratur
(Lumbantobing, 2007)
E. Uji instrumen dan prosedur pengumpulan data
1. Uji instrumen
a. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis yang berisi tentang
wawancara, pengamatan atau daftar pertanyaan yang disisipkan
untuk mendapatkan informasi dari responden (Hidayat, 2009).
Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi
pertannyaan terkait pengetahuan pencegahan stroke pada pasien
hipertensi.
2. Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan
pengumpulan karakteristik yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2010).
a. Pasien penderita hipertensi dimintai untuk menandatangani lembar
persetujuan menjadi responden jika bersedia menjadi responden.
b. Memberikan kuesioner kepada setiap pasien penderita hipertensi
yang terpilih sebagai sampel penelitian
c. Sebelumnya pasien penderita hipertensi diberikan penjelasan
tentang maksud dan tujuan penelitian
d. Pasien penderita hipertensi diberikan kesempatan untuk mengisi
kuesioner penelitian
e. Selanjutnya meminta kembali kuesioner yang telah diisi untuk
dilakukan pengolahan data lebih lanjut.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tersusun dan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto,
2008).
F. Rencana pengolahan data dan analisa data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan
lain, sehingga mudah dipahami dan hasil temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain (Sugiyono, 2011).
Langkah – langkah pengeolahan data :
1. Editing
Editing adalah mengakaji dan meneliti data yang telah terkumpul
apakah sudah baik dan dapat dipersiapkan untuk proses berikutnya.
a. Pengecekan kelengkapan data apabila ternyata adanya kekurangan
isi atau halaman maka perlu diulang atau dikembalikan ke
responden.
b. Mengecek macam-macam isian data. Jika didalam instrumen ada
item yang diisi “tidak tahu” atau isian lain dalam yang tidak
dikehendaki peneliti padahal usia yang diharapkan tersebut
merupakan variabel pokok maka item tersebut perlu didrop
(Arikunto, 2008).
2. Coding
Coding adalah suatu metode untuk mengkonveksi data yang
dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk
keperluan analisis terhadap pertanyaan dan jawaban yang diajukan,
sehingga dalam pengelolaan data ini peneliti melakukan pemberian
kode berupa angka untuk dimasukkan pada tabel kerja untuk
mempermudah pembacaan.
Kriteria pengetahuan :
a. Baik : 76% - 100%
b. Cukup : 56% - 75%
c. Kurang : 40% - 55%
3. Scoring
Scoring adalah pemberian nilai terhadap bagian-bagian yang perlu
diberi nilai.
Kriteria pengetahuan :
a. Baik : bila responden menjawab dengan benar dan skor > 14
b. Cukup : bila responden dapat menjawab dengan benar dan skor
7-14
c. Kurang : bila responden dapat menjawab dengan benar dan skor <7
4. Tabulating
Penyusunan data yang disajikan dalam bentuk tabel.
5. Analisa data
Analisa data adalah upaya untuk mengetahui suatu pengetahuan yang
dilakukan dengan cara memberi skor yaitu untuk jawaban benar skor 1
dan untuk jawaban yang salah skor 0. Hasil yang benar dijumlahkan
kemudian dibagi jumlah soal seluruh dan dikalikan 100% untuk
mendapatkan presentasenya ( Sugiono, 2012). Setelah data terkumpul
kemudian dianalisis menggunakan uji komparatif wilcoxon.
G. Kerangka kerja

Populasi

Tehnik sampling

Non pobality sampling dengan


tehnik purposive sampling
Sampel

Pasien hipertensi yang memenuhi


kriteria inklusi

Pengukuran pengetahuan sebelum


diberikan pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan

Pengukuran pengetahuan sesudah


diberikan pendidikan kesehatan

Pengolahan data

Editing, coding, scoring, tabulating,


analisa data

Analisis statistik uji komparatif


wilcoxon

Penyajian hasil penelitian

Kesimpulan
Gambar 2 : kerangka kerja pengaruh pendidikan kesehatan terhadap upaya
pencegahan stroke pada pasien hipertensi

Populasi penelitian ini berjumlah (?) yang bertempat di (?), tehnik sampling
yang digunakan dalam penelitian adalah non probality sampling dengan
tehnik pusposive sampling, dimana sampel yang diteliti dalam penelitian ini
adalah pasien hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi.
Alur penelitian ini dimulai dari melakukan pengukuran pengetahuan
sebelum diberikan pendidikan kesehatan, setelah itu responden diberikan
pendidikan kesehatan mengenai bagaimana cara pencegahan terjadinya
stroke pada pasien hipertensi. Kemudian dilakukan pengukuran
pengetahuan kembali sesudah diberikan pendidikan kesehatan.
Setelah mendapatkan data dari responden, tahap selanjutnya adalah
pengolahan data yang meliputi dari editing, coding, scoring, tabulating dan
analisa data. Setelah data sudah terolah, data akan dianalisis dengan
menggunakan uji komparatif wilcoxon. Setelah data teruji dan mendapatkan
hasil penelitian, langkah selanjutnya adalah penyajian hasil penelitian dan
menarik kesimpulan dari penelitian ini.
H. Etika penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010) masalah etika penelitian keperawatan sangat
pentinng karena penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia,
sehingga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Informed Consend (Lembar persetujuan)
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang digunakan
peneliti untuk subyek/responden agar mengerti maksud dan tujuan
penelitian. Bila responden tidak bersedia maka peneliti harus
menghormati hak-hak responden.
2. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan
nama responden dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan kepada
pihak yang terkait dengan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai