Anda di halaman 1dari 15

A.

DEFINISI

Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain
yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008). Stroke trombotik yaitu stroke yang
disebabkan karena adanya penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena
trombus yang makin lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak
lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemik.

Stroke thrombosis dapat mengenai pembuluh darah besar termasuk sistem arteri
carotis atau pembuluh darah kecil termasuk percabangan sirkulus wilis dan
sirkulasi posterior. Tempat yang umum terjadi thrombosis adalah titik percabangan
arteri serebral khususnya distribusi arteri carotis internal (Carpenito, 2012).

B. ETIOLOGI
Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis
seringkali memburuk pada 48 jam setetah thrombosis.Beberapa keadaan yang
menyebabkan trombosis otak (Wahit, 2015) :
1. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
2. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
3. Arteritis( radang pada arteri )
C. TANDA DAN GEJALA
Stroke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi (pembuluh
darah mana yang tersumbat) ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah
aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala sisa karena fungsi otak
tidak akan membaik sepenuhnya (Muttaqin, 2008).
1. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
2. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “ Bell ‘s Palsy”
3. Tonus otot lemah atau kaku
4. Menurun atau hilangnya rasa
5. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
6. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk kata; afhasia atau
disafhasia: bicara defeksif/kehilangan bicara).
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan status mental
D. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan
faktor-faktor kritis sebagai berikut:
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
 Mempertahankan saluran napas yang paten, yaitu sering lakukan
penghisapan lendir, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi,
membantu pernapasan.
 Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi klien, termasuk usaha
memperbaiki hipertensi dan hipotensi.
b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung
c. Merawat kandung kemih, serta sedapat mungkin jangan memakai kateter
d. Menempatkan klien pada posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin. Posisi klien harus diubah setiap 2 jam dan dilakukan latihan-
latihan gerak pasif.
2. Pengobatan Konservatif
a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara percobaan,
tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan
b. Dapat diberikan histamine, aminophilin, asetazolamid, papaverin
intraarterial
c. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena trombosit memainkan
peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan embolisasi.
d. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya atau
memberatnya thrombosis atau embolisasi dari tempat lain dalam sistem
kardiovaskular.
3. Pengobatan Pembedahan
a. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu
dengan membuka arteri karotis di leher.
b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan
manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d. Ligasi arteri karotis komunis di leher khusunya pada aneurisma.
E. KOMPLIKASI

Setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami komplikasi, komplikasi


ini dapat dikelompokkan berdasarkan:

1. Dalam hal immobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan


tromboflebitis
2. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas,
dan terjatuh
3. Dalam hal kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala
4. Hidrosefalus
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik menurut (Muttaqin, 2008) meliputi :
a. Angiografi cerebral untuk menentukan penyebab stroke hemoragic. Seperti
perdarahan atau obstruksi arteri.
b. Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
cairan lumbal menunjukan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau
perdarahan pada intrakrania
c. Computer topografi (CT) scan otak untuk memperlihatkan adanya edema,
posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
d. Magnetic resonance imaging (MRI) menunjukan daerah yang mengalami
infark hemologi Malformasi Arteri Vena (MAV).
e. Ultrasonografi doppler untuk mengidentifikasi penyakit arteri vena.
f. Electroencephalography (EEG) untuk mengidentifikasi masalah
berdasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi
yang spesifik.
g. Pemeriksaan syaraf kranial menurut (Perry & Potter. 2010)
 Olfaktorusius ( N.I ) : untuk menguji saraf ini digunakan bahan-bahan
yang tidak merangsang seperti kopi, tembakau, parfum atau rempa-
rempah. Letakkan salah satu lubang hidung orang tersebut sementara
lubang hidung yang lain kita tutup dan pasien menutup matanya.
Kemudian pasien diminta untuk memberitahu saat mulai tercium
baunya bahan tersebut dan kalau mungkin mengidentifikasikan bahan
yang diciumnya. Hasil pemeriksaan normal mampu membedakan zat
aromatis lemah.
 Optikus ( N.II ) : Ada enam pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu
penglihatan sentral, kartu snellen, penglihatan perifer, refleks pupil,
fundus kopi dan tes warna. Untuk penglihatan sentral dengan
menggabungkan antara jari tangan, pandangan mata dan gerakan
tangan. Kartu snellen kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien
dengan tabel, jika ruangan tidak cukup luas bisa diakali dengan cermin.
Penglihatan perifer dengan objek yang digunakan ( 2 jari pemeriksa /
ballpoint ) digerakan mulai dari lapang pandangan kanan dan ke kiri,
atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan tertutup dan mata yang
diperiksa harus menatap lurus dan tidak menoleh ke objek tersebut.
Reflek pupil dengan menggunakan penlight, arahkan sinar-sinar
tersebut dari sampinng ( sehingga pasien memfokus pada cahaya dan
tidak berakomodasi ) ke arah satu pupil untuk melihat reaksinya. Fundus
kopi dengan menggunakan alat oftakmoskop, mengikuti perjalanan
vena retinalis yang besar ke arah diskus, dan tes warna dengan
menggunakan buku Ishi Hara’s Test untuk melihat kelemahan
seseorang dalam melihat warna.
 Akulomotoris ( N.III ) : Meliputi gerakan ptosis, pupil dengan gerakan
bola mata. Mengangkat kelopak mata ke atas, kontriksi pupil, dan
sebagian besar gerakan ekstra okular.
 Troklearis ( N.IV ) : Melipuuti gerakan mata ke bawah dan ke dalam,
stbimus konvergen dan diplopia.
 Trigeminus ( N.V ) : Mempunyai tiga bagian sensori yang mengontrol
sensori pada wajah dan kornea serta bagian motorik mengontrol otot
mengunyah.
 Fasialis ( N.VI ) : Pemeriksaan dilakukan saat pasien diam dan atas
perintah ( tes kekuatan otot ) saat pasien diam diperhatikan asimetri
wajah, mengontrol ekspresi dan simetris wajah.
 Vestibul kokhlearis ( N.VII ) : Pengujian dengan gesekan jari, detik
arloji dan audiogram. Mengontrol peendengaran dan keseimbangan.
 Glasofaringeus ( N.VIII ) : Dengan menyentuh dengan lembut. Setuhan
bagian belakang faring pada setiap sisi engan scapula. Refleks menelan
dan muntah.
 Vagus ( N.IX dan X ) : Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut.
 Aksesorus ( N.XI ) : Pemeriksaan dengan cara meminta pasien
mengangkat bahunya dan kemudian rabalah massa otot dan menekan ke
bawah kemudian pasien disuruh memutar kepalanya dengan melawan
tahanan ( tahap pemeriksa ). Mengontrol pergerakan kepala bahu.
 Hipoglosus ( N.XII ) : Pemeriksaan dengan inspeksi dalam keadaan
diam di dasar mulut, tentukan adanya artrofi dan fasikulasi. Mengontrol
gerak lidah.
G. PATOFISIOLOGI

Trombosis diawali dengan adanya kerusakan endotel, sehingga tampak jaringan


kolagen di bawahnya. Proses trombosis terjadi akibat adanya interaksi antara
trombosit dan dinding pembuluh darah, adanya kerusakan endotel pembuluh
darah. Endotel pembuluh darah yang normal bersifat antitrombosis karena
adanya glikoprotein dan proteoglikan yang melapisi sel endotel dan adanya
prostasiklin (PGI2) pada endotel yang bersifat vasodilator dan inhibisi platelet
agregasi. Pada endotel yang mengalami kerusakan, darah akan berhubungan
dengan serat-serat kolagen pembuluh darah, kemudian merangsang trombosit
dan agregasi trombosit dan merangsang trombosit mengeluarkan zat-zat yang
terdapat di dalam granula- granula di dalam trombosit dan zat-zat yang berasal
dari makrofag yang mengandung lemak. Akibat adanya reseptor pada trombosit
menyebabkan perlekatan trombosit dengan jaringan kolagen pembuluh darah
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya
pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai
oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan
dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena
gangguan paru dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor
penting terhadap otak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;

1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang


bersangkutan.
2. Edema dan kongesti disekitar area
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark
itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang
sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai
menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika
tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi
abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah
yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal
iniakan me yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro
vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi
salah satunya cardiac arrest. ( Joyce & Jane, 2014).
H. PATWAY (terlampir)
I. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Aktivitas dan istirahat


Data subyektif :
 Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralisis.
 Mudah lelah, kesulitan istirahat (nyeri atau kejang otot).
Data obyektif :
 Perubahan tingkat kesadaran
 Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis
 (hemiplegia) , kelemahan umum.
 Gangguan penglihatan.
b. Sirkulasi
Data subyektif :
 Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung, endokarditis bacterial) polisitemia.

Data obyektif :

 Hipertensi arterial
 Disritmia, perubahan EKG
 Pulsasi : kemungkinan bervariasi
 Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c. Integritas ego
Data subyektif :
 Perasaan tidak berdaya, hilang harapan.

Data obyektif :

 Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan.
 Kesulitan berekspresi diri.
d. Eliminasi
Data subyektif :
 Inkontinensia, anuria
 Distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya
 suara usus (ileus paralitik)
e. Makan / minum
Data subyektif :
 Nafsu makan hilang
 Nausea / vomitus menandakan adanya Peningkatan TIK
 Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
 Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif :
 Problem dalam mengunyah (menurunnya reflek palatum dan faring).
 Obesitas (faktor resiko).
f. Sensori neural
Data subyektif :
 Pusing / syncope (sebelum CVA / sementara selama TIA)
 Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
 Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti
lumpuh/mati
 Penglihatan berkurang
 Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral (sisi yang sama)
 Gangguan-gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif :
 Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan
tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi
kognitif
 Ekstremitas : kelemahan / paraliysis (kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon
dalam (kontralatera)
 Wajah: paralisis / parese (ipsilateral)
 Afasia kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
 Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli
taktil
 Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
 Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral
g. Nyeri / kenyamanan
Data subyektif :
 Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya

Data obyektif :

 Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial


h. Respirasi
Data subyektif :
 Perokok (faktor resiko)
Data objektif :
 Kelemahan menelan/ batuk
 Pernapasan yang sulit dan tidak teratur
 Suara nafas terdengar ronchi
i. Keamanan
Data subyektif :
 Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
 Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,
hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
 Tidak mampu mengendalikan objek, warna, kata, dan wajah yang
pernah dikenali
 Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu
tubuh
 Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan,
berkurang kesadaran diri.
j. Interaksi sosial
Data subyektif :
 Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
1. Diagnosa keperawatan
a. Resiko Perfusi serebral tidak efektif b.d embolisme
b. Defisit nutrisi b.d.ketidakmampuan menelan makanan
c. Gangguan persepsi sensori b.d. hipoksia serebral
d. Gangguan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi cerebral
e. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler
2. Intervensi keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI

1. Resiko Perfusi serebral Setelah dilakukan tindakan a. Observasi


tidak efektif keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi penyebab
Penyebab : resiko perfusi serebral dapat peningkatan TIK
1. Keabnormalan masa teratasi (misal lesi menempati
protrombin /masa Kriteria Hasil : ruang, gangguan
tromboplastin a. Kognitif meningkat metabolisme, edema
parsial b. Tingkat kesadaran serebral, peningkatan
2. Penurunan kinerja meningkat tekanan vena,
ventrikel kiri c. Tekanan intrakranial obstruksi aliran cairan
3. Aterosklerosis aorta menurun cerebrospinal,
4. Diseksi arteri d. Sakit kepala menurun hipertensi intrakranial
5. Fibrilasi atrium e. Gelisah menurun idiopatik)
6. Tumor otak f. Kesadaran membaik
7. Stenosis karotis 2. Monitor peningkatan
8. Miksoma atrium TD
9. Aneurisma serebri 3. Monitor pelebaran
10. Koagulopati tekanan nadi (selisih
11. Dilatasi TDS dan TDD)
kardiomiopati 4. Monitor penurunan
12. Koagulasi frekuensi jantung
intraveaskuler 5. Monitor ireguleritas
diseminata irama napas
13. Embolisme 6. Monitor penurunan
14. Cedera kepala tigkat kesadaran
15. Hiperkolesteronem 7. Monitor kadar CO2
- ia dan pertahankan
16. Hipertensi dalam rentang yang
17. Endokarditis dindikasikan
infektif 8. Monitor efek
18. Katub prostektik stimulus lingkungan
mekanis terhadap TIK
19. Stenosis mitral b. Terapeutik
20. Neoplasma otak 1. Ambil sampel
21. Infak miokat akut drainase cairan
22. Sindrom sick sinus serebrospinal
23. Penyalahgunaan 2. Kalibrasi transduser
zat 3. Pertahankan sterilisasi
24. Terapi trombolik sistem pemantauan
25. Efek samping 4. Pertahankan posisi
tindakan kepala dan leher
netral
5. Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
6. Dokumentasi hasil
pemantauan
c. Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
sedasi dan anti
konvulsan jika perlu
2. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
3. Informasikan hasil
pemantauan
2. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan a. Observasi
Penyebab : keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi status
1. Ketidak mampuan keadekuatan nutrisi untuk nutrisi
menelan makanan memenuhi kebutuhan 2. Identifikasi alergi dan
2. Ketidakmampuan metabolisme membaik intoleransi makanan
mencerna makanan Kriteria hasil : 3. Monitor asupan
3. Ketidakmampuan a. Porsi makan yang makanan
menutrisi nutrien dihabiskan meningkat b. Terapeutik
4. Peningkatan b. Berat badan membaik 1. Fasilitasi sesuai
kebutuhan c. Kekuatan otot mengunyah pedoman diet
metabolisme meningkat 2. Berikan makanan
5. Faktor ekonomi d. Kekuatan otot menelan tinggi kalori dan
6. Faktor psikologis meningkat nutrien
e. Frekuensi makan membaik c. Edukasi
f. Nafsu makan membaik 1. Ajarkan diet yang
dianjurkan
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan tim
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
3. Gangguan persepsi Setelah dilakukan tindakan a. Observasi
sensori keperawatan, diharapkan 1. Monitor tanda-tanda
Penyebab : kemampuan untuk merasakan vital secara berkala
1. Gangguan stimulasi suara, ras, raba, 2. Monitor kebutuhan
penglihatan aroma dan gambar visal nutrisi, cairan dan
2. Gangguan membaik eliminasi
pendengaran Kriteria hasil : b. Terapeutik
3. Gangguan a. Ketajaman pendengaran 1. Ubah posisi secara
penghidupan membaik periodik
4. Gangguan perabaan b. Ketajaman penglihatan c. Edukasi
5. Hipoksia serebral membaik 1. Latih rentang gerak
6. Penyalahgunaan zat c. Persepsi stimulasi kulit sendi sesuai kondisi
7. Usia lanjut membaik pasien
8. Pemajanan toksin d. Persepsi posisi kepala
lingkungan membaik
e. Persepsi posisi tubuh
membaik
f. Perbedaan bau membaik
g. Perbedaan rasa membaik
4. Gangguan komunikasi Setelah dilakukan tindakan d. Observasi
verbal keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi prioritas
Penyebab : gangguan komunikasi verbal metode komunikasi
1. Penurunan Sirkulasi dapat teratasi yang digunakan sesuai
Serebral Kriteria Hasil dengan kemampuan
2.Gangguan a. Kemampuan bicara 2. Identifikasi sumber
Neuromuskuler meningkan pesan secara jelas
3. Gangguan b. Kemampuan mendengar (siapa seharusnya
Pendengaran meningkat mengatakan)
4. Gangguan c. Kesesuain ekspresi wajah e. Terapeutik
Muskuloskeletal atau tubuh meningkat 1. Fasilitas
5. Kelainan Palatum d. Kontak mata cukup mengugkapkan isi
6. Hambatan Fisik meningkat pesan dengan jelas
7. Hambatan Individu e. Kontak mata meningkat 2. Fasilitas penyampain
8. Hambatan Psikologis f. Respon perilaku membaik struktur pesan secara
9. Hambatan g. Pemahaman komunikasi logis
Lingkungan verbal membaik 3. Dukung pasien dan
keluarga
menggugkapkan
komunikasi efektif
f. Edukasi
1. Jelaskan perlunya
komunikasi efektif
2. Ajarkan
memformulasikan
pesan dengan tepat
5. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan a. Observasi
Penyebab : keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi kebiasaan
1. Gangguan defisit perawatan diri bisa aktivitas perawatan
muskuloskeletal teratasi diri sesuai usia
2. Gangguan Kriteria Hasil : 2. Monitor tingkat
neuromuskulrer a. Kemampuan mandi cukup kemandirian
3. Kelemahan meningkat 3. Identifikasi kebutuhan
4. Gangguan b. Kemampuan mengenakan alat bantu kebersihan
psikologis /psikotik pakaian meningkat diri, berpakaian,
berhias dan makan
5. Penurunan motivasi/ c. Kemampuan makan b. Terapeutik
minat meningkat 1. Sediakan lingkungan
d. Kemampuan toile yang terapeutik
(BAB/BAK) 2. Siapkan keperluan
e. Verbalisasi keinginan pribadi (mis. Parfum,
meningkat sikat gigi, dan sabun
f. Melakukan perawatan diri mandi)
meningkat 3. Dampingi dalam
g. Minat melakukan melakukan perawatan
perawatan diri meningkat dirisampai mandiri
h. Mempertahankan 4. Fasilitasi untuk
kebersihan diri meningkat menerima keadaan
i. Mempertahankan ketergantungan
kebersihan mulut 5. Fasilitasi
meningkat kemandirian, bantu
jika tidak mampu
melakukan perawatan
diri
6. Jadwal rutinitas
perawatan diri
c. Edukasi
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed.13. Jakarta: EGC


Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan.
Sistem Imunologi. Jakarta: Salemba Medika.
Perry & Potter. 2010. Fundamental of Nursing Fundamental Keperawatan Buku 3
Ed.7.Jakarta:EGC
Tim Pokja SDKI, DPP& PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Wahit, I. 2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : RIZKY IRMAWATI


NIM : 40219017
INSTITUSI : INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING LAHAN

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN CVA TROMBOSIS DENGAN PASIEN CVA DI
RUANGAN STROKE CENTER RSUD NGUDI WALUYO WLINGI
KABUPATEN BLITAR

Disusun oleh : RIZKY IRMAWATI

NIM. 40219017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2019

Anda mungkin juga menyukai