OLEH
KELOMPOK 2
KELAS A
Keteranngan:
TDS: Tekanan Darah Sistolik
TDD: Tekanan Darah Diastolik
Klasifikasi terkait tekanan darah juga dilakukan oleh World Health Organization
(WHO), dan International Society of Hypertension (ISH). Namun klasifikasi JNC 7
merupakan klasifikasi yang paling umum digunakan (Nindy, 2015).
4. Manifestasi klinik
Menurut Martha (2012), Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena
hipertensi tidak memiliki gejala khusus. gejala-gejala yang mungkin diamati antara
lain yaitu:
a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala.
b. Sering gelisah.
c. Wajah merah.
d. Tengkuk terasa pegal.
e. Mudah marah.
f. Telinga berdengung.
g. Sukar tidur.
h. Sesak nafas.
i. Rasa berat di tengkuk.
j. Mudah lelah.
k. Mata berkunang-kunang.
l. Mimisan
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
pada pusat vasomotor pada medulla di otak. Dari vasomotor tersebut bermula dar saraf
simpatis yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganglia simpatis di thorak dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak kebawah melalui system saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan astikolin yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Dengan dilepaskannya
noreprineprin akan mengakibtkan konstriksi pembuluh darah. Berbagi faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriktor ( Ramdhani, 2014).
Seseorang dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin. Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Kortes adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menybabka pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiostensin I yang kemudian diubah menjadi
angiostensin II yang menyebabkan adanya suatu vasokontriktor yang kuat. Hal ini
merangsang sekresi aldosteron oleh orteks adrenal.hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal yang mengakibtkan volume itravaskuler. Semua
faktor tersebut cenderung menyebabkan hipertensi. Pada lansia, perubahan struktur dan
fungsi pada system pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaingan
ikat dan penurunan dalam relaksasi oto polos pembuluh darah yang akan menurunkan
kemampuan distensi daya regang pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekuncup) sehingga terjadi penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Ramadhani, 2014).
6. Faktor-Faktor Penyebab Hipertensi
a. Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya
usia maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin
meningkat dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh
yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada usia kurang
dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50% di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan.
Kenaikkan tekanan darah seiring bertambahnya usia merupakan keadaan biasa.
Namun apabila perubahan ini terlalu mencolok dan disertai faktor-faktor lain maka
memicu terjadinya hipertensi dengan komplikasinya.
b. Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular
tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi.
Dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah
sistolik. Pria mempunyai tekanan darah sistolik dan diastolik yang tinggi dibanding
wanita pada semua suku. Badan survei dari komunitas hipertensi mengskrining satu juta
penduduk Amerika pada tahun 1973-1975 menemukan rata-rata tekanan diastolik lebih
tinggi pada pria dibanding wanita pada semua usia.Sedangkan survei dari badan
kesehatan nasional dan penelitian nutrisi melaporkan hipertensi lebih mempengaruhi
wanita dibanding pria.4 Menurut laporan Sugiri di Jawa Tengah didapatkan angka
prevalensi 6% pada pria dan 11% pada wanita. Di daerah perkotaan Semarang
didapatkan 7,5% pada pria dan 10,9% pada wanita, dan di daerah perkotaan Jakarta
didapatkan 14,6% pada pria dan 13,7% pada wanita.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang
melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding
pembuluh darah atau aterosklerosis. Wanita usia produktif sekitar 30-40 tahun, kasus
serangan jantung jarang terjadi, tetapi meningkat pada pria. Arif Mansjoer
mengemukakan bahwa pria dan wanita menopause memiliki pengaruh sama pada
terjadinya hipertens. Ahli lain berpendapat bahwa wanita menopause mengalami
perubahan hormonal yang menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah
menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan
tekanan darah. Terapi hormon yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula
menyebabkan peningkatan tekanan darah.
c. Riwayat keluarga
Individu dengan riwayat keluarga memiliki penyakit tidak menular lebih sering
menderita penyakit yang sama. Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor
keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya.
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar
empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah
satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang
hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua
orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit
tersebut sebesar 60%.
d. Konsumsi garam
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis
hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Konsumsi 3-7
gram natrium perhari, akan diabsorpsi terutama di usus halus. Pada orang sehat volume
cairan ekstraseluler umumnya berubah-ubah sesuai sirkulasi efektifnya dan berbanding
secara proporsional dengan natrium tubuh total. Volume sirkulasi efektif adalah bagian
dari volume cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada
jaringan. Natrium diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa oleh aliran darah ke ginjal
untuk disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium yang jumlahnya
mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini
diatur oleh hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal.
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah
penyedap masakan atau monosodium glutamat (MSG). Pada saat ini budaya
penggunaan MSG sudah sampai pada taraf sangat mengkhawatirkan, di mana semakin
mempertinggi risiko terjadinya hipertensi.
e. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi,
sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap
oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke
otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.
f. Obesitas
Penelitian dan beberapa studi yang dilakukan dunia telah menemukan bahwa
berat badan berhubungan dengan tekanan darah. Berdasarkan Framingham Heart
Study, sebanyak 75% dan 65% kasus hipertensi yang terjadi pada pria dan wanita
secara langsung berkaitan dengan kelebihan berat badan dan obesitas.
Namun tidak semua jenis kegemukan berhubungan dengan hipertensi. Ada dua
jenis kegemukan, yaitu kegemukan sentral dan kegemukan perifer. Pada kondisi
kegemukan sentral lemak mengumpul disekitar perut atau dalam kata lain, buncit.
Sedangkan kegemukan perifer adalah kegemukan yang merata diseluruh tubuh. artinya
lemak menyebar rata diseluruh bagian tubuh.
Meskipun demikian obesitas sentral merupakan fakror penentu yang lebih
penting terhadap peningkatan tekanan darah. Dibandingkan dengan kelebihan berat
badan perifer. Dan hipertensi lebih banyak ditemukan pada orang dengan kegemukan
sentral dibandingkan perifer (Putu Yuda, 2014).
g. Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang
tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung
yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar
pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan
perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah. Kurangnya aktifitas fisik juga
dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan yang akan menyebabkan risiko
hipertensi meningkat.
h. Mengkomsumsi lemak tinggi
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat
badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan
risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
i. Kebiasaan Minum-minuman Beralkohol
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme
peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga
peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan
darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Alkohol hanya mengandung energi
tanpa mengandung zat gizi lain, kebiasaan minum alkohol dapat mengakibatkan kurang
gizi, penyakit gangguan hati, kerusakan saraf otak dan jaringan serta dapat
mengakibatkan hipertensi apabila konsumsi terlalu banyak
Orang-orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak, akan
cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi dari pada individu yang tidak
mengkonsumsi alkohol. Berlebihan mengkonsumsi alcohol (>2gelas
bir/wine/whiskey/hari) merupakan faktor risiko hipertensi.
Diperkirakan konsumsi alkohol berlebihan menjadi penyebab sekitar 5-20% dari
semua kasus hipertensi. Mengkonsumsi tiga gelas atau lebih minuman berakohol per
hari meningkatkan risiko mendapat hipertensi sebesar dua kali. Bagaimana dan mengapa
alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas. Namun sudah
menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum-minuman beralkohol
berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ lain.
7. Komplikasi
Stroke Hipertensi menjadi berbahaya bukan hanya karena tekanan darah yang
berlebihan saja, tapi karena penyakit-penyakit lain yang ikut menyertainya. Penyakit-
penyakit tersebut dapat muncul atau diperparah dengan meningkatnya tekanan darah
dalam tubuh kita. Berikut adalah daftar penyakit yang terkait dengan hipertensi:
a. Atherosclerosis
Darah mengalir dalam tubuh kita melalui pembuluh darah sehingga peningkatan
pada tekanan darah dapat memengaruhi kondisi pembuluh darah itu sendiri, dan
kekakuan pada pembuluh darah arteri sehingga memungkinkannya untuk menjadi rusak.
Efek lanjutan dari kerusakan ini adalah gangguan sirkulasi darah yang mengarah pada
serangan jantung dan stroke.
b. Gagal jantung
Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. jika jantung
memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengalirkan darah maka diperlukan kerja
elstra dari otot jantung. Kondisi ini menyebabkan otot jantung menjadi lebih tebal,
seperti halnya binaragawan yang sering berlatih maka ototnya menjadi besar. Tetapi jika
jantung bekerja terlalu keras dalam jangka waktulama, maka lama-kelamaan otot
jantung akan kelelahan dan tidak mampu bekerja memompa darah secara opimal. Hal
ini disebut gagal jantung. Jantung yang seharusnya memompa darah untuk beredar
berkeliling seluruh tubuh, akhirnya tidak mampu lagi dan mengakibatkan darah
menumpuk diberbagai organ. Jika menumpuk di paru-paru, maka mengakibatkan pare-
paru tergenang dan menjdikan kesulitan/sesak napas, jika menumpuk di hati akan
menyebabkan gangguan fungsi hati dalam menetralkan racun, jika menumpuk di tangan
dan kaki akan menyebabkan pembengkakan.
c. Gangguan ginjaL
Ginjal adalah suatu tempat transit pembuluh-pembuluh darah yang membentuk
anyamab berupa saringan. Peningkatan tekanan darah juga dapat menyebabkan
pembuluh darah di ginjal semakin menyempi dan melemah. Hal ini dapat mengganggu
kerja ginjal secara normal sebagai penyaring berbagai zat yang diperlukan tubuh atau zat
yang harus dibuang. (Putu Yuda, 2014).
8. Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara sebagai
berikut:
a. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur
untuk diet setiap hari.
b. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau
tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat
badan normal.
c. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan
kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan kolesterol
bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran darah. Dengan
demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak langsung memperparah
hipertensi.
d. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti gerak
jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang menegangkan
seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat bahkan dapat
menimbulkan hipertensi.
e. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
f. Tidak merokok dan minum alkohol.
g. Latihan relaksasi atau meditasi.
Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh sambil
membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi dapat pula
dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.
h. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi setiap
orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan individu,
akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun timbul hipertensi.
Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha membina hidup yang
positif.
9. Penatalaksanaan
Pada hipertensi terdapat 2 macam penatalaksanaan yaitu, penatalaksanaan
farmakologi dan nonfarmakologi. Pada penatalaksanaan farmakologi dimulai bila pada
pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6
bulan menjalani pola hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
Beberapa prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga
kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat mengurangi biaya
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun ) seperti pada usia 55 –
80 tahun, dengan memperhatikan faktor komorbid
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-i)
dengan angiotensin II receptor blockers (ARBs)
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai terapi farmakologi
f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.
Sedangkan, pada Penatalaksanaan Non Farmakologis: adopsis gaya hidup sehat
oleh semua individu penting dalam pencegahan meningkatnya tekanan darah dan bagian
yang tidak terpisahkan dari terapi pasien dengan hipertensi. Terdapat banyak pilihan
terapi non-farmakologis dalam menangani hipertensi, terutama bagi mereka dengan
peningkatan tekanan darah yang ringan. Bukti saat ini menunjukkan bahwa perubahan
gaya hidup cukup efektif dalam menangani hipertensi ringan. Beberapa cara berikut
membantu menurunkan tekanan darah yaitu mengurangi berat badan yang berlebihan,
mengurangi atau bahkan menghentikan konsumsi alkohol, mengurangi intake garam
pada makanan, dan melakukan olah raga ringan secara teratur. Selain beberapa hal
tersebut, ada terapi non farmakologi lain yang dapat menurunkan tekanan darah pada
pasien hipertensi yaitu pijat punggung. Olney (2009), menyatakan bahwa terapi masase
pada punggung 10 menit dan dilakukan 3 kali perminggu efektif mengontrol tekanan
darah tinggi, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan, dan
dapat juga menghilangkan rasa sakit, dan mengurangi stress. Berdasarkan teori efek
terapi masase memiliki pengaruh terhadap sistem kardiovaskular yaitu dapat
meningkatkan dilatasi pembuluh darah. Dinding pembuluh darah superfisial menjadi
melebar akibat respon reflek penurunan aktivitas saraf simpatis sehingga meningkatkan
aliran darah vena ke jantung dan menurunkan tekanan darah. Peningkatan aliran darah
sebanding dengan latihan dan sirkulasi lokal saat dipijat meningkat hingga tiga kali lipat
dari sirkulasi saat istirahat. Disamping itu masase juga merangsang pelepasan asetikolin
dan histamin. Pelepasan kedua dua zat ini menimbulkan aktivitas vasomotor, sehingga
membantu memperpanjang vasodilatasi.
Mekanisme kerja pijat punggung dilakukan selama 10 – 15 menit untuk
menurunkan tekanan darah melalui suatu mekanoreseptor tubuh yang kemudian
mengatur tekanan, sentuhan dan kehangatan menjadi mekanisme relaksasi.
Mekanoreseptor merupakan sel yang menyampaikan sinyal ke sistem saraf pusat dan
menstransduksi rangsangan mekanik yang membuat relaksasi otot meningkat dan
sirkulasi permukaan meningkat sehingga beban kerja jantung berkurang dan tekanan
darah mengalami penurunan (Alikin dkk, 2014).
2.1.2 Massage (Pijat)
1. Definisi
Massage adalah melakukan tekanan tangan jaringan lunak, biasanya otot, tendon,
atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk
meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan/ atau memperbaiki sirkulasi (Mander, 2004
dalam Andarmoyo 2014).
Massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk menerangkan manipulasi-
manipulasi tertentu dari jaringan lunak badan kita. Manipulasi-manipulasi itu dilaksanakan
dengan tangan secara sistematis dan bertujuan memberikan pengaruh pada sistem
otot,susunan syaraf,serta sirkulasi umum setempat pada darah dan
lymphe.(Bambang,Slamet, dan Nurrudin,2010).
Massgse refleksi adalah pijat dengan melakukan penekanan pada titik syaraf di
punggung, kaki, tangan atau bagian tubuh lainnya untuk memberikan rangsangan bio-
elektrik pada organ tubuh tertentu yang dapat memberikan perasaan rileks dan segar
karena aliran darah dalam tubuh menjadi lebih lancar (Trionggo, 2014).
Mekanisme kerja pijat punggung dilakukan selama 10 – 15 menit untuk
menurunkan tekanan darah melalui suatu mekanoreseptor tubuh yang kemudian mengatur
tekanan, sentuhan dan kehangatan menjadi mekanisme relaksasi. Mekanoreseptor
merupakan sel yang menyampaikan sinyal ke sistem saraf pusat dan menstransduksi
rangsangan mekanik yang membuat relaksasi otot meningkat dan sirkulasi permukaan
meningkat sehingga beban kerja jantung berkurang dan tekanan darah mengalami
penurunan (Alikin dkk, 2014).
Relaksasi otot salah satunya adalah pijatan merupakan stimulasi kulit tubuh secara
umum, dipusatkan pada punggung dan bahu, atau dapat dilakukan pada satu atau beberapa
bagian tubuh dan dilakukan sekitar 10 menit masing-masing bagian tubuh untuk mencapai
hasil relaksasi yang maksimal. Pijatan juga dapat memperbaiki masalah di persendian otot,
melenturkan tubuh, memulihkan ketegangan dan meredakan nyeri. Selain itu bisa
memperbaiki sirkulasi darah, dan mengurangi kegelisahaan dan depresi. Bisa juga
mempengaruhi aliran getah bening, otot, saraf, dan saluran pencernaan dan stress.
(Notokusumo, 2016)
2. Manfaat Massage
Menurut Wijayanto (2016) manfaat atau efek masase adalah sebagai berikut :
1) Memperlancar peredaran darah.
2) Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan
3) Menurunkan rasa sakit
4) Mengurangi stres
5) Membantu pembentukan penerapan dan pembuangan sisa-sisa pembakaran dalam
jaringan-jaringan.
6) Massage juga membantu pengaliran cairan lympa lebih cepat.
2.1.3 Tekanan Darah
1. Definisi
Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang sederhana dan
mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah menggambarkan situasi hemodinamik
seseorang saat itu. Hemodinamik adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran darah
dapat mempertahankan perfusi atau pertukaran zat di jaringan. Tekanan darah diukur
dalam satuan milimeter merkury (mmHg) dan direkam dalam dua angka, yaitu tekanan
sistolik (ketika jantung berdetak) terhadap tekanan diastolik (ketika jantung relaksasi).
(Muttaqin, 2014).
Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap
satuan darah dinding pembuluh darah. Bila orang mengatakan bahwa tekanan dalam
satuan pembuluh darah adalah 50 mmHg, ini berarti bahwa tenaga yang digunakan
tersebut akan cukup untuk mendorong suatu kolom air raksa ke atas setinggi 50 mm
(Guyton, 2009). Lebih terperinci lagi dijelaskan bahwa tekanan darah (BP= Blood
Pressure) yang dinyatakan dalam millimeter (mm) merkuri (Hg) adalah besarnya tekanan
yang dilakukan oleh darah pada dinding arteri (Mc Gowan, 2009). Saat berdenyut,
jantung memompa darah ke dalam pembuluh darah dan tekanan meningkat yang
kemudian disebut tekanan darah sistolik. Saat jantung rileks, tekanan darah turun hingga
tingkat terendahnya, yang disebut tekanan diastolik (Mc Gowan, 2009).
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut Kozier et al (2009), ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi tekanan
darah, diantaranya adalah:
a. Umur
Bayi yang baru lahir memiliki tekanan sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik dan
diastolik meningkat secara bertahap sesuai usia hingga dewasa. Pada orang lanjut usia,
arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap darah. Hal ini mengakibatkan
peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolik juga meningkat karena dinding
pembuluh darah tidak lagi retraksi secara fleksibel pada penurunan tekanan darah.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil menyatakan bahwa perubahan
hormonal yang sering terjadi pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung
memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan risiko wanita untuk terkena
penyakit jantung menjadi lebih tinggi (Miller, 2010).
c. Olahraga
Aktivitas fisik meningkatkan tekanan darah.
d. Obat-obatan
Banyak obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan tekanan darah.
e. Ras
Pria Amerika Afrika berusia di atas 35 tahun memiliki tekanan darah yang lebih tinggi
daripada pria Amerika Eropa dengan usia yang sama.
f. Obesitas
Obesitas, baik pada masa anak-anak maupun dewasa merupakan faktor predisposisi
hipertensi.
3. Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah pada orang dewasa diklasifikasikan seperti yang tercantum di Tabel
di bawah ini.
Tabel 1 . Klasifikasi tekanan darah usia dewasa (> 18 tahun) dan
lansia
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistolik diastolik
Hipotensi <100 <80
Normal < 130 < 85
Normal tingi 130-139 85-89
Hipertensi :
Stadium 1 (Hipertensi 140-159 90-99
Ringan)
Stadium 2 (Hipertensi 160-179 100-109
Sedang)
Stadium 3 (Hipertensi Berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (Hipertensi ≥ 210 ≥ 120
Maligna)
Sumber : Potter dan Perry, 1997: 779
2.1.4 Pengaruh Pijat Punggung Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi
Hasil penelitian terkait tentang pengaruh terapi masase terhadap tekanan darah
pada pasien hipertensi antara lain : Olney (2005), menyatakan bahwa terapi masase
pada punggung 10 menit dan dilakukan 3 kali perminggu efektif mengontrol tekanan
darah tinggi, menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan, dan
dapat juga menghilangkan rasa sakit, dan mengurangi stress. Aourella & Carleson
(2005), menyatakan bahwa terapi masase pada punggung, leher, dan dada 30 menit 2
kali perminggu selama 4 minggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
secara signifikan dan sebagai pengobatan komplementer dalam mengobati hipertensi.
Jouzi et al., (2006) menyatakan bahwa terapi pijat dapat menurunkan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada pasien stroke dengan hipertensi. Kemudian Cady & Jones
(1997), melakukan penelitian terapi masase dengan kursi pijat selama 15 menit dan
hasilnya dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan
Efek terapi masase menimbulkan percepatan mekanisme aliran darah vena dan
drainase limfatik, merusak mekanisme akumulasi patologis (misalnya, kalsifikasi
jaringan lunak), dan melatih jaringan lunak secara pasif. Gerakan pijatan pada kulit,
jaringan ikat, jaringan otot dan periosteum akan menimbulkan rangsangan reseptor yang
terletak di daerah tersebut. Impuls tersebut dihantarkan oleh saraf aferen menuju
susunan saraf pusat, dan selanjutnya susunan saraf pusat memberikan umpan balik
dengan melepaskan asetikolin dan histamin melalui impuls saraf eferen untuk
merangsang tubuh beraksi melalui mekanisme reflek vasodilatasi pembuluh darah yaitu
mengurangi aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis.
Peningkatan aktivitas saraf parasimpatis menimbulkan penurunan denyut jantung (heart
rate) dan denyut nadi (pulse rate) dan mengakibatkan aktivasi respon relaksasi.
Sedangkan penurunan aktivitas saraf simpatis meningkatkan vasodilatasi arteriol dan
vena, yang menyebabkan resistensi vaskular perifer menurun sehingga menurunkan
tekanan darah.
Berdasarkan teori efek terapi masase memiliki pengaruh terhadap sistem
kardiovaskular yaitu dapat meningkatkan dilatasi pembuluh darah. Dinding pembuluh
darah superfisial menjadi melebar akibat respon reflek penurunan aktivitas saraf
simpatis sehingga meningkatkan aliran darah vena ke jantung dan menurunkan tekanan
darah. Peningkatan aliran darah sebanding dengan latihan dan sirkulasi lokal saat dipijat
meningkat hingga tiga kali lipat dari sirkulasi saat istirahat. Disamping itu masase juga
merangsang pelepasan asetikolin dan histamin. Pelepasan kedua dua zat ini
menimbulkan aktivitas vasomotor, sehingga membantu memperpanjang vasodilatasi.
Mekanisme kerja pijat punggung dilakukan selama 10 – 15 menit untuk
menurunkan tekanan darah melalui suatu mekanoreseptor tubuh yang kemudian
mengatur tekanan, sentuhan dan kehangatan menjadi mekanisme relaksasi.
Mekanoreseptor merupakan sel yang menyampaikan sinyal ke sistem saraf pusat dan
menstransduksi rangsangan mekanik yang membuat relaksasi otot meningkat dan
sirkulasi permukaan meningkat sehingga beban kerja jantung berkurang dan tekanan
darah mengalami penurunan (Alikin dkk, 2014).
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
Peneliti
Judul Metode Penelitian Hasil
(Tahun)
Freddy Dwi Pengaruh 1. Lokasi : Berdasarkan uji non parametrik
Saputro, Pemberian RSUD Ungaran Wilcoxon Signed Rank Test yang
Ismonah, Masase Kabupaten menguji pengaruh masase
Hendrajaya Punggung Semarang punggung terhadap penurunan
(2016) Terhadap 2. Desain Penelitian : tekanan darah pada pasien
Tekanan Darah Desain penelitian hipertensi di RSUD Ungaran,
Pada Pasien ini adalah quasy dapat disimpulkan sebagai
Hipertensi eksperiment berikut:
dengan 1. Tekanan darah responden
menggunakan sebelum diberikan masase
rancangan one punggung didapatkan rata-rata
grup pre test and sebesar 160,78 mmHg pada sistol
post test design. dengan nilai maksimum 185
3. Sampel : mmHg dan minimum 145 mmHg,
Jumlah sampel sedangkan pada diastolik rata-rata
yang digunakan 96,56 mmHg dengan nilai
pada penelitian ini maksimum 110 mmHg dan nilai
sebanyak 32 minimum 90 mmHg.
responden dengan 2. Tekanan darah responden
teknik purposive sesudah diberikan masase
sampling. punggung rata-rata 143,44 mmHg
4. Analisa Data pada sistolik dengan nilai
Untuk proses maksimum 160 mmHg dan nilai
analisis data hasil minimum 125 mmHg, sedangkan
penelitian dengan pada diastolik nilai rata-rata 86,09
menggunakan mmHg dengan nilai maksimum
komputer program 100 mmHg dan minimum 75
SPSS (Software mmHg.
Program for Social 3. Terdapat pengaruh signifikan
Scienses). Untuk antara pemberian terapi masase
menguji punggung terhadap tekanan darah
kenormalan data pada pasien hipertensi di RSUD
pada penelitian ini Ungaran dengan nilai probabilitas
menggunakan uji 0,000 lebih kecil dibandingkan
Shapiro Wilk taraf signifikansi (0,05).
dikarenakan jumlah
sampel <50 orang.
Untuk uji statistik
pada penelitian ini
menggunakan uji
Wilcoxon Signed
Rank test dengan
taraf signifikansi
sebesar 0,05.
Notokusumo Pengaruh 1. Lokasi : 1. Ada perbedaan yang bermakna
(2017) Kombinasi Pijat Puskesmas tekanan darah sistole antara
Punggung Dan Pengasih II kelompok intervensi dan
Dzikir Terhadap Kabupaten Kulon kelompok kontrol setelah
Tekanan Darah Progo diberikan intervensi kombinasi
2. Desain Penelitian : pijatan punggung dan dzikir.
Penelitian ini 2. Tidak ada perbedaan bermakna
merupakan jenis antara tekanan darah diastole
penelitian quasi pada kelompok intervensi dan
experiment dengan kelompok kontrol sesudah
bentuk pretest – diberikan intervensi kombinasi
posttest pijatan punggung.
intervention with
control group
design.
3. Sampel :
Jumlah sampel
yang digunakan
dalam penelitian ini
sebanyak 30
subyek untuk
masing-masing
kelompok.
Pengambilan
sampel
menggunakan
tehnik purposive
sampling.
4. Analisa Data :
Analisa data untuk
mengetahui
pengaruh intervensi
pada kelompok
intervensi peneliti
menggunakan uji
Wilcoxon. Untuk
mengetahui
perbedaan efek
terapi pada kedua
kelompok peneliti
menggunakan uji
MannWhitney.
2.3 Kerangka Berpikir
HIPERTENSI
TEKANAN DARAH ↑
PENATALAKSANAAN
MEMBERIKAN RANGSANGAN
PENURUNAN TEKANAN
DARAH
2.4 Kerangka Konsep
PENURUNAN
PIJAT
TEKANAN
PUNGGUNG
DARAH
OBAT-OBATAN
CAPTOPRIL
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
n = Z1-a/2 P(1-P)
d
n = 1,96 x 0,5(1-0,5)
0,05
n = 1,96 x 0,5(0,5)
0,05
n = 1,96 x 0,25 = 0,49 = 9,8 = 10 (dibulatkan)
0,05 0,05
Keterangan :
Z = derajat kemaknaan 95% = 1,96 (ketetapan)
P = proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi. Jika tidak diketahui
proporsinya, maka yang digunakan adalah 50% = 0,5
d = 1%, 5%, 10% (yang paling sering digunakan adalah 5%)
Hamid, et al. 2012. Metode Dzikir Untuk Mengurangi Stres Pada Wanita Single Parent.
Prosiding Seminar Nasional Psikologi Islami. 11-20.
Hikmah, N. 2017. Hubungan lama merokok dengan derajat hipertensi. Volume, 02. No. 01.
Gowa
Muhlisin, Abi dan Adi Laksono, Rian (2011). Analisis pengaruh faktor stres terhadap
kekambuhan penderita hipertensi di puskesmas Bendosari Sukoharjo. Prosiding seminar
ilmiah nasional kesehatan, ISSN: 2338-2694.
Muttaqin, Arif. 2015. Buku Ajar Keperawatan Klien dengan gangguan Sistem Kardiovaskular
dan ISSN 2338-4514
Notokusumo. 2016. Pengaruh kombinasi pijat punggung dan dzikir terhadap tingkat stres pada
penderita hipertensi. Vol,4. No, 1. Yogyakarta.
Purwandari, K. 2016. Efektifitas massage punggung untuk mengurangi nyeri kepala pada
penderita hipertensi. Wonogiri
]Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar). Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2013.
Saputro, F. 2014. Pengaruh pemberian masase punggung terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi. Semarang
Wijayanto. 2016. Pengaruh terapi masase menggunakan minyak aromaterapi terhadap tekanan
darah pasien hipertensi primer. Pringsewu
.World Health Organization (WHO). (2012). The World Health Statistics 2012.
http://www.apps.whso.int.ghodata diakses tanggal 3 maret 2019
38