KAJIAN PUSTAKA
Hipertensi adalah penyakit yang sering terjadi ketika ada masalah kesehatan
jantung, risiko penyakit jantung arteri koroner, pembesaran ventrikel kiri jantung,
diabetes, penyakit ginjal kronis, dan serangan stroke. Tekanan yang sering
Tekanan darah ini ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa dari jantung ke
seluruh organ dan jaringan tubuh, serta daya tahan dinding pembuluh darah arteri.
memompa ke seluruh jaringan dan organ-organ tubuh (Bina & Cheng, 2015).
1. Tekanan Sistolik
Tekanan sistolik merupakan tekanan darah yang terjadi pada saat kontraksi
otot jantung. Istilah ini secara khusus digunakan untuk membaca pada tekanan
arterial maksimum saat terjadinya kontraksi pada lobus ventrikular kiri dari jantung.
Rentang waktu terjadinya kontraksi disebut systole. Pada format penulisan angka
contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukkan tekanan sistolik pada nilai
13
2. Tekanan Diastolik
berkontraksi atau bekerja lebih, atau dengan kata lain sedang beristirahat. Contoh
mmHg.
Tekanan darah digolongkan menjadi dua, tekanan sistolik (angka atas) yang
merupakan tekanan yang timbul akibat pengerutan bilik jantung, sehingga akan
memompa darah dengan tekanan terbesar, dan tekanan diastolik (angka bawah)
yang merupakan kekuatan penahan pada dinding pembuluh darah saat jantung
Klasifikasi tekanan darah bagi orang dewasa usia 18 tahun ke atas yang
tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita penyakit
serius dalam jangka waktu tertentu menurut seven report og the joint national
commitee VII (JNC VII) on prevention, detection, evaluation and treatment og high
Prahipertensi 120-139 80 – 89
Hipertensi >140 ≥ 90
Stadium 1 140-159 90 – 99
14
Hipertensi dibagi menjadi dua jenis berdasarkan dari penyebabnya :
tertentu pada arteri. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah
arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung. Penyebabnya adalah multifaktor,
kebiasaan merokok, emosi, obesitas, dan penerapan pola hidup yang kurang baik
(Prasetyo, 2012)
2. Hipertensi sekunder
norepinefrin.
Menurut Udjianti (2010) faktor resiko dapat dibedakan menjadi dua yaitu
faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor resiko yang dapat
dimodifikasi.
1. Faktor yang tidak dapat diubah Beberapa faktor resiko hipertensi yang tidak
15
1) Genetik
darah. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara protasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua
hipertensi mempunyai rasio dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari
pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
keluarga.
2) Usia
seseorang, maka resiko terkena hipertensi akan menjadi lebih besar. Pada usia
lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Kejadian ini disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah besar
(Kemenkes RI, 2013). Hipertensi erat kaitannya dengan umur, semakin tua
seseorang maka akan semakin besar risikonya untuk terserang hipertensi, hal ini
meningkat. Meskipun hipertensi bisa terjadi pada segala umur, namun paling sering
dijumpai pada orang berumur 45 tahun atau lebih. Sebenarnya wajar bila tekanan
darah sedikit meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan oleh
perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon. Tetapi bila perubahan
16
tersebut disertai faktor-faktor lain maka bisa memicu terjadinya hipertensi
3) Jenis kelamin
risiko sekitar 2-3 kali lebih banyak mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
dibandingkan dengan perempuan, karena pria diduga memiliki gaya hidup yang
prevalensi hipertensi pada perempuan meningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor
psikologi dan adanya perubahan dalam diri wanita tersebut (Kemenkes RI, 2013).
meningkatkan kadar HDL (High Density Lipoprotein). Kadar kolesterol HDL yang
kehilangan sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah
dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah
4) Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada orang
yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitivitas
17
2. Faktor yang dapat diubah (Muhammadun, 2010).
1) Diabetes
Hipertensi sering muncul pada klien dengan diabetes, karena diabetes dapat
adanya kerusakan pada pembuluh darah klien. Hipertensi sering mengiringi apabila
2) Stres
baik secara fisik maupun psikis yang berdampak pada terganggunya kesehatan
aktifitas sistem saraf parasimpatis. Stres dalam jangka waktu yang lama dapat
(saraf yang bekerja pada saat beraktifitas). Peningkatan aktifitas saraf simpatis
berdenyut lebih cepat serta lebih kuat yang menyebabkan meningkatnya tekanan
darah.
3) Nutrisi
hipertensi. Diet dan pemilihan makanan yang tidak sehat dapat mempengaruhi
tekanan darah, karena dalam beberapa makanan ada yang memiliki pengaruh
terhadap tekanan darah seperti mengkonsumsi lemak dan kolesterol yang berlebih
18
dapat berpengaruh terhadap kekentalan darah dan dapat berpengaruh pada tekanan
darah seseorang.
4) Penyalahgunaan zat
yang terkandung dalam rokok dan obat-obatan seperti kokain dapat mempengaruhi
Merokok dan hipertensi merupakan dua faktor yang saling berkaitan, karena
kerusakan pembuluh darah, yang berakibat pada kerusakan organ tubuh lainnya
seperti perdarahan pada hidung, sakit kepala, sakit kepala sebelah, wajah
tersebut bisa dialami oleh penderita hipertensi bisa pada orang yang tekanan
darahnya normal. Jika hipertensinya berat dan tidak diobati bisa menimbulkan
gejala sakit kepala, kelelahan , mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan
menjadi kabur yang terjadi karena ada kerusakan pada otak, mata dan jantung dan
(Wulandari, 2011).
19
2.1.1.5 Komplikasi
perubahan pada arteri, yang serupa dengan perubahan akibat penuaan. Perubahan
penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri, dan keruskan ginjal (Aaoronson
& Ward, 2010). Beberapa komplikasi yang timbul akibat hipertensi diantaranya
darah jantung menyebabkan berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot
jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan dapat berakibat terjadinya
jantung.
2. Gagal jantung
Tekanan darah yang tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi tersebut membuat otot jantung menebal dan meregang
sehingga daya pompa otot jantung menurun. Apabila kondisi tersebut berlangsung
dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan terjadinya kegagalan kerja jantung.
Tanda-tanda terjadinya komplikasi gagal jantung yaitu sesak napas, napas pendek
20
3. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat perdarahan yang disebabkan oleh tekanan tinggi
di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak karena adanya
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi apabila arteri yang memperdarahi otak
mengalami penebalan dan hipertrofi sehingga aliran darah ke otak berkurang dan
terjadi aneurisma. Stroke pada beberapa kasus juga terjadi akibat adanya kerusakan
dinding pembuluh darah atau bahkan pecahnya pembuluh darah pada otak.
4. Infark miokard
atau terbentuknya trombus yang menghambat aliran darah sehingga tidak dapat
5. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena adanya kerusakan progresif akibat tekanan
hipoksia dan akhirnya kematian pada neufron. Rusaknya glomerulus juga dapat
21
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.
2.1.1.6 Penatalaksanaan
serta morbitas. Ada dua cara yang dilakukan dalam pengobatan hipertensi yaitu
Program, 2012)
dapat membantu dalam mengontrol tekanan darah klien, yaitu diuretik tiazid,
management yaitu kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan dan komponen ini
juga melibatkan konsumsi obat sesuai dosis dan waktu yang ditentukan untuk
1) Diuretik
ginjal, sehingga terjadi penurunan curah jantung karena terdapat penurunan volume
22
2) Penghambat adrenergik
blocker dan beta-blocker. Beta-blocker bekerja pada reseptor beta di jantung untuk
otot jantung. Alfa-blocker bekerja menurunkan aliran balik vena tetapi tidak
menyebabkan takikardi. Curah jantung tetap atau meningkat dan volume plasma
biasanya tidak berubah. Efek antihipertensi alfa-blocker yang lama sebelum tidur
3) ACE inhibitor
bersifat lebih spesifik untuk saluran kalsium otot jantung dan sebagian yang lain
ARB bekerja seperti ACE inhibitor yaitu mengganggu sistem RAA. ARB
23
2. Penatalaksanaan Nonfarmakologis
tekanan darah dan secara umum sangat menguntungkan dalam menurunkan resiko
tanpa faktor resiko kardiovaskuler lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan
tata laksana tahap awal yang harus dijalani setidaknya selama 4-6 bulan. Setelah
jangka waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan
atau didapatkan faktor resiko kardiovaskuler yang lain, maka sangat dianjurkan
dalam 5 komponen self care management yaitu integrasi diri yang mengacu pada
kemampuan pasien untuk peduli terhadap kesehatan dengan menerapkan pola hidup
sehat yang dianjurkan antara lain: penurunan berat badan, mengurangi asupan
kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup juga berkurang. Menurunkan berat
badan secara perlahan-lahan sampai menjadi normal dengan nilai indeks massa
tubuh (IMT) 18,5-25 kg/m2 dan menjaganya agar nilai IMT tidak melebih 25 kg/m2
24
2) Pembatasan konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 minuman per hari atau tidak lebih dari
14 minuman per minggu untuk laki-laki, dan tidak lebih dari 1 minuman per hari
atau tidak lebih dari 9 minuman per minggu untuk perempuan. Takaran satu
minuman, yaitu 13,6 gram atau 17,2 ml etanol atau sekitar 44 ml (1.5 oz) dari 40 %
wiski, 355 ml (12 oz) dari 5 % bir, atau 148 ml (5 oz) dari 12 % anggur.
Pembatasan asupan garam dalam diet dapat membantu menurunkan tekanan darah
sebanyak 2 – 8 mmHg. Garam yang terkandung dalam makanan tidak lebih dari 1
sendok teh per hari atau 1500 mg (65 mmol) per hari bagi usia dewasa <50 tahun,
1300 mg (57 mmol) per hari bagi usia 51-70 tahun, dan 1200 mg (52 mmol) per
lemak, makanana yang berserat tinggi, biji-bijian dan protein nabati, dan kurangi
konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh. Pola diet klien
25
5) Berhenti merokok
karena dapat mengurangi efek jangka panjang hipertensi. Bahan kimia dalam
tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri, sehingga dapat menyebabkan arteri
menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Asap rokok diketahui juga dapat
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
tekanan darah tinggi. Olahraga atau latihan dinamis dengan intensitas sedang
seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau berenang dapat dilakukan secara
rutin selama 30-60 menit selama 4-7 hari dalam seminggu diperkirakan dapat
7) Relaksasi
relaksasi dapat menurunkan tekanan darah melalui penurunan denyut jantung dan
tahanan perifer total. Teknik relaksasi yang dapat dilakukan diantaranya yaitu
26
2.2 Self Care Management
perawatan, keadaan fisik, dan psikologis serta merubah gaya hidup yang
disesuaikan dengan penyakit yang diderita untuk memelihara hidup, kesehatan, dan
perubahan yang dialami pada tubuh dan fungsi organ individu (Andriany, 2016).
menilai apa yang membuat klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya, apa yang
27
harus dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya, serta menilai seberapa jauh
diharuskan mengetahui cara atau tindakan yang dilakukan. Orem telah membagi
universal yang bersifat umum bagi seluruh individu dimana individu diharuskan
diharuskan melakukan perawatan diri sesuai dengan perubahan citra tubuh yang
dialami akibat bertambahnya usia. Kategori yang terakhir adalah keharusan akibat
oleh setiap individu berbeda, disesuaikan dengan penyakit yang diderita. Perilaku
perawatan diri klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya harus diketahui terlebih
dahulu oleh tenaga kesehatan, setelah itu tenaga kesehatan mencari tahu bagaimana
2015).
28
Perihal yang harus diketahui oleh tenaga kesehatan diantaranya bagaimana
kesehatan yang dialami, apakah klien dan keluarga mengetahui informasi terkait
penyakit yang diderita klien, apakah klien dan keluarga memahami cara merawat
dan mengatasi gejala yang timbul akibat penyakit. Perihal lain yang harus diketahui
oleh tenaga kesehatan, yaitu apakah klien memiliki motivasi dan kemampuan untuk
melakukan perawatan medis, apakah klien mengetahui perawatan diri yang dapat
medis secara teratur, apakah klien menyadari akan adanya efek samping dari
perawatan medis yang diterima, apakah klien mengetahui cara mengatasi efek
Self care management pada hipertensi merupakan salah satu bentuk usaha
kesehatan, mengontrol dan memanajemen tanda dan gejala yang muncul, mencegah
tubuh, emosi, dan hubungan interpersonal dengan orang lain yang dapat
Lin dan Akther berpendapat bahwa self care management sebagai intervensi
secara sistemik pada penyakit kronis, adalah dengan mengontrol kesadaran diri dan
29
care pada hipertensi merupakan tindakan mandiri yang harus dilakukan oleh
self care untuk mengontrol tekanan darah. Tindakan yang dapat mengontrol
tekanan darah, meliputi pengaturan pola makan (diet), patuh terhadap terapi
pengobatan, perubahan gaya hidup, dan perilaku kesehatan yang positif (Akther ,
2010).
care management pada klien diabetes yang disesuaikan dengan perawatan diri pada
1. Integrasi diri
mereka seperti diet yang tepat, olahraga, dan kontrol berat badan. Berdasarkan
pernyataan diatas, yaitu dengan melakukan modifikasi perilaku dan perubahan gaya
tekanan darah. Mengurangi berat badan dapat menurunkan beban kerja jantung
nilai indeks massa tubuh (IMT) 18,5-25 kg/m2 dan menjaganya agar niali IMT tidak
30
melebihi 25 kg/m2 sangar dianjurkan bagi klien hipertensi, karena dapat membantu
Minum alkohol tiga gelas atau lebih setiap hari sudah cukup untuk meningkatkan
tekanan darah dan berlanjut menjadi hipertensi. Pria tidak boleh meminum alkohol
lebih dari 2 gelas per harinya, sedangkan wanita dan orang dengan berat badan
ringan tidak boleh lebih dari 1 gelas. Bagi penderita hipertensi, alkohol dapat
menyebabkan obat tekanan darah tinggi yang dikonsumsi menjadi tidak bermanfaat
(Noviyanti, 2015).
timbulnya hipertensi. Garam yang dimaksud yaitu garam natrium, baik yang berupa
garam dapur yang ditambahkan sewaktu memasak maupun semua bahan makanan
yang mengandung natrium tinggi. Garam yang terkandung dalam makanan tidak
lebih dari 1 sendok teh per hari atau 1500 mg (65 mmol) per hari bagi usia dewasa
<50 tahun, 1300 mg (57 mmol) perhari bagi usia 51-70 tahun, dan 1200 mg (52
pada meningkatkan konsumsi buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak,
makanan yang berserat tinggi, biji-bijian dan protein nabati, dan kurangi konsumsi
31
makanan yang mengandung kolesterol dan lemak jenuh. Pola diet klien hipertensi
5) Berhenti merokok
karena dapat mengurangi efek jangka panjang hipertensi. Bahan kimia dalam
tembakau dapat merusak lapisan dinding arteri, sehingga dapat menyebabkan arteri
menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Asap rokok diketahui juga dapat
menurunkan aliran darah ke berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
tekanan darah tinggi. Olahraga atau latihan dinamis dengan intensitas sedang
seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, atau berenang dapat dilakukan secara
rutin selama 30-60 menit selama 4-7 hari dalam seminggu. Olahraga atau latihan
dinamis intensitas sedang yang rutin dilakukan selama 4-7 hari dalam seminggu
untuk melakukan olahraga, hendaknya denyut nadi diukur terlebih dahulu. Jika
berkisar 60-80/menit artinya normal dan dapat memulai olahraga. Namun jika lebih
dari 100 harus istirahat terlebih dahulu karena beban kerja jantung sudah tinggi.
Tekanan darah, takaran, dan jenis olahraga juga jadi pertimbangan boleh tidaknya
32
7) Mengontrol stres
hipertensi dianjurkan untuk hidup relaks dan menghindari stres. Stres dapat
dihindari dengan relaksasi, meditasi, yoga, peregangan otot, pemijatan, dan terbuka
2. Regulasi diri
gejala yang dirasakan oleh tubuh, penyebab timbulnya tanda dan gejala yang
gejala tekanan darah tinggi dan rendah; 3) bertindak dalam menganggapi gejala; 4)
tekanan darah.
Interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya didasarkan pada konsep yang
terkontrol dengan baik) dapat tercapai karena adanya kolaborasi antara klien
dengan tenaga kesehatan dan individu lain seperti keluarga dan teman. Perilaku
yang mencerminkan interaksi dengan tenaga kesehatan dan lainnya adalah sebagai
33
layanan kesehatan terkait hal yang ditidak dipahami; 4) berkolaborasi dengan
tekanan darah; 5) meminta orang lain untuk membantu dalam mengontrol tekanan
darah; 6) nyaman ketika bertanya pada orang lain terkait teknik manajemen yang
darah sehingga klien dapat menyesuaikan tindakan yang akan dilakukan dalam self
tekanan darah saat merasa sakit; 2) memeriksa tekanan darah ketika mengalami
gejala tekanan darah rendah; dan 3) memeriksa tekanan darah untuk membantu
pasien terhadap konsumsi obat anti-hipertensi dan kunjungan klinik. Komponen ini
juga melibatkan konsumsi obat sesuai dosis yang telah ditentukan, waktu yang
ditentukan untuk minum obat, dan kunjungan klinik rutin setiap 1-3 bulan.
National Heart, Lung and Blood Institute from United States Department
of Health and Human Services melalui the Seventh Report of the Joint National
mengontrol tekanan darah seperti: penurunan berat badan, perubahan pola makan,
penggunaan terapi dengan obat-obatan (National Heart, Lung, & Blood Institute,
34
2016). Self care management pada penderita hipertensi menurut McCulloch terdiri
dari menitoring tekanan darah, mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan,
merokok, mempertahankan diet yang sehat dan aktifitas fisik yang sehat.
Self care management dipengaruhi oleh faktor internal (dari diri klien
sendiri) dan faktor eksternal. Faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu dari
lingkungan dan dukungan sosial yang diterima oleh klien (Nwinee, 2011).
1. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari diri klien dalam self care
management. Faktor internal terdiri dari keyakinan atau nilai klien terhadap
1) Nilai
35
keindahan dan penghargaan dari suatu pemikiran atau perilaku yang berorientasi
yang diinginkan. Nilai pada klien hipertensi dalam hal ini terkait dengan keyakinan
keparahan dari penyakit, manfaat dari self care management serta hambatan untuk
disimpulkan bahwa self care management pada klien hipertensi akan dipengaruhi
oleh nilai atau keyakinan terhadap komplikasi yang muncul, keparahan dari
penyakit hipertensi yang dialami, adanya arti penting terhadap pelaksanaan self
care management yang harus dilakukan dan hambatan yang dihadapi oleh klien
2) Pengetahuan
dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dalam self
seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang akan berakibat pada hasil dari perilaku
36
atau gaya hidup yang dilakukan oleh orang tersebut. Pendidikan dapat
pola hidup terutama dalam memotivasi seseorang untuk bersikap. Semakin tinggi
menerima informasi.
3) Usia
Usia merupakan salah satu faktor penting pada self care. Bertambahnya usia
sensoris. Pemenuhan kebutuhan self care akan bertambah efektif seiring dengan
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja
4) Efikasi diri
mencapai tujuan yang diinginkan. Efikasi diri seseorang dipengaruhi oleh beberapa
hal yaitu jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pengalaman seseoarang. Dari
aspek jenis kelamin, laki-laki cenderung memiliki efikasi diri yang lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita. Dari aspek usia, efikasi diri dipengaruhi oleh
pengalaman hidup. Seseorang yang lebih tua tentunya akan memiliki lebih banyak
37
kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki orang tersebut terhadap dirinya dalam
pendidikan juga dapat mempengaruhi efikasi diri seseorang, karena orang yang
(Prasetyo, 2012).
5) Jenis Kelamin
2010).
program tersebut, misalnya program diet garam dan sebagainya. Namun jika
hipertensi yang memiliki aktivitas self care yang lebih tinggi dibandingkan
penderita yang baru menderita hipertensi. Klien yang menderita hipertensi lebih
38
memahami tentang hal-hal terbaik yang dilakukan untuk mempertahankan
kesehatannya. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan aktivitas self care
2. Faktor Eksternal
yaitu :
1) Dukungan sosial
dukungan dan kontrol sosial merupakan hal penting yang berpengaruh dalam
merubah perilaku seseorang. Dukungan sosial yang dapat diberikan oleh anggota
sehat, mengingatkan klien untuk minum obat, mencegah penggunaan rokok dan
2) Lingkungan
Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat juga dapat mempengaruhi sikap
istirahat sangat berisiko terkena hipertensi sedangkan pada responden yang tidak
bekerja (ibu rumah tangga), mereka lebih cenderung dipengaruhi pola makan yang
39
kurang tepat dan kurangnya aktivitas terutama olahraga. Menurut Yekti (2011),
perempuan yang tidak bekerja atau hanya sebagai ibu rumah tangga berisiko lebih
tinggi menderita hipertensi dibandingkan dengan perempuan yang bekerja. Hal ini
tangga, dimana kebanyakan hanya berdiam diri di rumah. Berbeda dengan ibu yang
bekerja, justru lebih banyak aktivitasnya dan menyempatkan waktu untuk olaharaga
4) Sosial ekonomi
hubungan yang dapat dilihat adalah hubungan yang bersifat positif dimana pada
klien dengan status sosial ekonomi yang tinggi maka perilaku self care hipertensi
akan meningkat (Bai et al, 2007). Hipertensi merupakan penyakit kronik yang
membutuhkan biaya cukup mahal dalam perawatannya. Jika status ekonomi klien
2010).
dikembangkan oleh Lin et al dalam penelitiannya pada tahun 2008. Nargis Akhter
40
With Hypertension in Bangladesh” pada tahun 2010. Kuesioner ini terdiri dari 40
pernyataan yang dibagi ke dalam 5 komponen self management yang telah dialih
bahasakan menjadi Bahasa Indonesia dengan metode back translate oleh dosen
dengan range 1-5, yaitu skala penilaian 1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang-
kadang, 4 = selalu, dan 5 = tidak sesuai. Dari 40 item pernyatan dalam kuesioner
nilai untuk membagi kategori menggunakan rumus mean dan standar deviasi.
Rumus pada nilai baik yaitu jumlah mean dan standar deviasi, nilai kurang yaitu
selisih mean dan standar deviasi. Nilai baik jika >139, cukup jika ≥96 s/d ≤139,
Hubungan self care management dengan hipertensi adalah suatu hal yang
sangat erat kaitannya, tetapi masih banyak masyarakat yang tidak melakukan
dengan rutin self care management tersebut, padahal hal ini dapat berpotensi
Faktor internal dan faktor eksternal dalam self care menjadi bagian penting dalam
meningkatkan self care management pada penderita hipertensi (Zhong et al, 2011).
41
2.2 Kerangka Konsep
Gambar 2.1
42
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian yang akan digunakan untuk menjawab tujuan penelitian. Penelitian ini
peristiwa penting yang tejadi di masa kini dengan sistematis, menggunakan angka-
angka dan menekankan pada data faktual (Budiman , 2011). Penelitian ini
yaitu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi subyek, tetapi dengan
43
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja pada penelitian ini adalah seperti pada gambar ini :
Populasi
Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas II Tabanan bulan
Januari – Juli 56 orang
Teknik Sampling
Nonprobability Sampling yaitu Purposive Sampling
Pengumpulan Data
Analisa Data
Analisis Univariat
Gambar 3.1
Kerangka Kerja Gambaran Self Care Management pada Penderita Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas II Tabanan
44
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi
sesuai dengan kehendak peneliti (tujuan atau masalah dalam penelitian), sehingga
1. Kriteria inklusi
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian
45
1) Penderita hipertensi esensial (hipertensi primer) yang bersedia menjadi
responden.
2. Kriteria eksklusi
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2014). Pada
Jumlah sampel dinyatakan dengan ukuran sampel atau besar sampel. Jumlah
sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi itu sendiri. Penentuan besar
𝑁
sampel penelitian ini di tentukan dengan 𝑛 = 1+𝑁(𝑑)2
Keterangan :
n = Besar Sampel
N= Besar Populasi
46
n= 56
1 + 56(0,05)2
n = 56
1,14
n = 49
Variabel adalah segala suatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena
(Hidayat, 2014).
47
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Gambaran Self Care Management pada Penderita
Hipertensi Primer di Wilayah Kerja Puskesmas II Tabanan
48
3.6 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu
self care management pada penderita hipertensi primer yang meliputi intgrasi diri,
regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan lainnya, pemantuan tekanan darah,
dan patuh terhadap aturan yang dianjurkan dengan metode angket, sedangkan data
sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen yang diberikan Dinas
3. Mengajukan izin penelitian kepada Kepala Badan Kes Bang Pol dan Linmas
49
5. Peneliti melakukan kegiatan penelitian pada saat kegiatan posbindu di
11. Peneliti menyimpan kuesioner hasil penelitian dalam tempat yang sudah
50
3.6.3 Instrumen pengumpulan data
Kuesioner adalah suatu alat berbentuk formulir atau angket yang berisi
beberapa pertanyaan yang digunakan untuk menggali hal-hal yang dibutuhkan oleh
peneliti dari responden. Kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini adalah
Lin et al dalam penelitiannya pada tahun 2008. Nargis Akhter menyusun instrumen
in Bangladesh” pada tahun 2010. Kuesioner ini terdiri dari 40 pernyataan yang
dibagi ke dalam 5 komponen self management yang telah dialih bahasakan menjadi
Bahasa Indonesia dengan metode back translate oleh dosen Jurusan Ilmu
5. 5 item tentang kepatuhan terhadap aturan yang dianjurkan (item nomor 36-
40)
dengan range 1-5, yaitu skala penilaian 1 = tidak pernah, 2 = jarang, 3 = kadang-
51
kadang, 4 = selalu, dan 5 = tidak sesuai. Dari 40 item pernyatan dalam kuesioner
hitung anatara 0,375-0,781 dan tidak terdapat penyataan yang tidak valid. Dalam
instrumen penelitian dinyatakan reliebel apabila hasil Cronbach’s Alpha ≥ 0.60 dan
jika hasil Cronbach’s Alpha < 0.60 maka instrumen tidak reliabel. Hasil uji
‘selalu’ diberi kode 4, dan jawaban ‘tidak sesuai’ diberi kode 5. Hasil keseluruhan
normalitas Kolmogorov Smirnov karena besar sampel lebih dari 50 responden, dan
didapatkan hasil 0,069. Karena nilai uji normalitas lebih dari 0,05 maka skoring
menggunakan mean.
standar deviasi. Rumus pada nilai baik yaitu jumlah mean dan standar deviasi, nilai
kurang yaitu selisih mean dan standar deviasi. Nilai baik jika >139, cukup jika ≥96
52
3.7 Pengolahan dan Analisa Data
3.7.1.1 Editing
diisi oleh responden. Peneliti memeriksa kelengkapan pengisian data dan jawaban
kuesioner, sehingga apabila ada pernyatan yang belum dijawab dan responden
3.7.1.2 Coding
2) kode 2 : ‘jarang’
3) kode 3 : ‘kadang-kadang’
4) kode 4 : ‘selalu’
53
5) kode 5 : ‘tidak sesuai’
1) kode 1 : ‘kurang’
2) kode 2 : ‘cukup’
3) kode 3 : ‘baik’
3.7.1.3 Scoring
dengan jawaban.
3.7.1.4 Tabulating
gambaran self care management pada penderita hipertensi yang sudah diberi nilai
data.
3.7.1.5 Entry
3.7.1.6 Cleaning
dimasukkan untuk melihat apakah terdapat kesalahan selama proses entry data.
54
3.7.2 Analisis data
Analisis data merupakan suatu proses atau analisa yang dilakukan secara
sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan (Nursalam, 2008). Analisa yang
menggambarkan secara sistematis fakta atau fenomena yang akan diteliti secara
factual dan akurat (Riyanto, 2013). Data yang di dapat dalam penelitian ini, akan
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dari 5 komponen self care management
yaitu integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan, pemantauan
segi etika penelitian harus diperhatikan, menurut Nursalam, (2017) etika penelitian
tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela tanpa ada unsur paksaan
atau pengaruh orang lain. Kesediaan klien ini dibuktikan dengan kesediaan
Tujuannya adalah agar subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
55
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika subjek menolak untuk diteliti
nama subjek pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh subjek. Lembar
tersebut hanya diberi nomor kode pada lembar alat ukur atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
4. Confidentiality (Kerahasian)
akibat baik daripada hal yang buruk (Notoatmodjo, 2012). Penelitian yang telah
responden serta peneliti mencegah rasa sakit, stres, cidera bahkan kematian.
paling utama dan jangan merugikan. Peneliti tidak melakukan kegiatan yang akan
56
memperburuk keadaan responden dan memilih cara yang paling kecil risikonya.
peneliti hendaknya tidak menimbulkan kerugian baik secara fisik, psikologis dan
57