Anda di halaman 1dari 27

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL

NUTRIFAIR 2022
UNESA
“STUNTING MENCAKAR SENYUM BUMI PERTIWI”

Diusulkan Oleh:
Ilham Alkadri 221042001
Nur Hafizah R. Ahmad 221042022
Taufik Hasan 221042028

IAIN SULTAN AMAY GORONTALO


GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatnya
dan hidayahnya, sehingga kami penyusun dapat menyelesaikan penulisan karya
ilmiah dengan judul Stunting Mencakar Senyum Bumi Pertiwi sebagai upaya dalam
mencegah stunting untuk Indonesia emas tahun 2045. Penulisan karya ilmiah ini di
susun sebagai syarat dalam mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional
NUTRIFAIR 2022 dengan tema “Zero Stunting for Indonesia’s Bright Future”
yang di selenggarakan oleh mahasiswa S1 Gizi angkatan 2020 kelas A Universitas
Negri Surabaya.
Dalam Kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.
2. Abdul Kadir Ismail, S.Pd, M.Hum. selaku dosen pembimbing kami.
3. Tim yang membantu menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
Penyusun berharap penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat khususnya terhadap orang tua untuk membangun wawasan dan ilmu
pengetahuan. Penyusun sadar bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan baik dari penyusunan, penulisan hingga bahasa. Oleh karena itu
penyusun berharap kritik dan saran sebagai masukan bagi penyusun untuk lebih
baik lagi.

Gorontalo, 22 Desember 2022

Penyusun

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR ORISINALITAS................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi
ABSTRAK ..............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................3
1.4 Manfaat .......................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting ....................................................................................................... 4
2.2 Penyebab Stunting .......................................................................................5
2.3 Pencegahan Stunting ...................................................................................7
BAB III METODE PENULISAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 8
3.2 Teknik Analisis Data....................................................................................8
3.3 Kerangka Berpikir........................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Stunting............................................................................. 10
4.2 Implementasi Makanan Bergizi..................................................................12
4.3 Pola Asuh Anak..........................................................................................14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 17
5.2 Saran...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18
BIODATA ............................................................................................................. 20

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.1 Tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya................................4
Gambar 2.1.2 Prevelensi Stunting 2021, Hasil Riset SSGI Tahun 2021.................5
Gambar 4.1.1 Prevelensi Balita Stunted..................................................................9
Gambar 4.1.2 Gizi Buruk Di Provinsi NTT...........................................................11
Gambar 4.1.3 Faktor Penyebab Stunting, Kurang Makanan Bergizi, Ibu Hamil
Hipertensi, Kemiskinan..........................................................................................12
Gambar 4.2.1 Kondisi Gagal tumbuh pada bayi....................................................13

DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.1 Fase kehidupan dalam penanganan Stunting .......................................6
Tabel 3.3 Kerangka Berpikir ..................................................................................8

vi
Stunting Mencakar Senyum Bumi Pertiwi
Ilham Alkadri, Nur Hafiza R. Ahmad, Taufik Hasan
1) Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN
Sultan Amai Gorontalo
Email: ilhamalkadri9@gmail.com
2) Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN
Sultan Amai Gorontalo
Email: nurhafizarahmad@gmail.com
3) Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, IAIN
Sultan Amai Gorontalo
Email: taufikhasan128@gmail.com
Abstrak
Stunting masih menjadi masalah besar bagi pertumbuhan anak yang
berusia di bawah lima tahun, ini disebabkan karena kurangnya gizi yang di berikan
kepada anak pasca sebelum lahir atau sesudah lahir, di Indonesia angka stunting
pada tahun 2020 menurut data dari UNICEF, WHO, dan World Bank Group
berada pada angka 31,8%. Penelitian ini di lakukan dengan tujuan menghasilkan
pemikiran terhadap ibu tentang pentingnya pola asuh dan asupan makanan bergizi
sebagai upaya pencegahan stunting karena pendidikan ibu tentang stunting masih
sangat kurang. Stunting dapat di atasi dengan menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan Cross-Sectional. Metode kualitatif dengan
pendekatan Crosss-Sectional menjelaskan sesuatu yang akan di lakukan untuk di
implementasikan dalam mengatasi stunting melalui pencarian sumber pustaka
yang akan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi stunting, sehingga
mendapatkan kesimpulan yang lebih jelas dalam mengatasi stunting yang ada di
Indonesia. Kekurangan gizi akut yang dapat menyebabkan dampak yang buruk di
kemudian hari, dan akan berakibat fatal jika tidak segera di tangani. Maka dari
itu, yang harus kita lakukan ialah mengonsumsi makanan bergizi yang dapat
menunjang pertumbuhan anak, yang di mulai pada saat dalam kandung hingga
pada masa kelahiran, agar anak dapat mencapai pertumbuhan yang baik.
Pendidikan ibu yang kurang pun sangat mempengaruhi stunting dengan risiko dua
sampai tiga kali jika di bandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi.
Hal yang harus kita lakukan ialah mengimplementasikan makanan yang bergizi
dan pendidikan penanganan stunting bagi orang tua guna mencegah
perkembangan stunting di Indonesia.
Kata Kunci: Stunting, Gizi, Pola Asuh.
Abstrak
Stunting is still a major issue for chidren under the age of five, duet o the lack of
nutrition provided to children after or before birth. According to data from
UNICEF, WHO, and The World Bank Group, the stunting rate in Indonesia in 2020
is 31,8%. The purpose of this study wasto generate thoughts for mothers about the
importance of parenting and nutritious intaketo prevent stunting because maternal

1
education about stunting is still very lacking, Stunting can be overcome by using
qualitative research methods with a cross-sectional approach. The qualitative
method with a cross-sectional approach explains what will be done to overcome
stunting by identifying literature sources that describe the factors that affect
stunting. To get clearer conclussions in overcoming stunting in Indonesia. Acute
malnutrition can have long-term consequences and can be potentially lethal if not
treated promply. As a result, we must eat nutritious foods that can support
children’s growth. Starting from the time a child is in the womb until birth, so that
children can grow properly. When compared to mothers with higher education, a
mother’s lack of education increases the risk of stunting by two to three times. To
prevent the development of stunting in Indonesia, we must implement nutritious
food and stunting management education for parents.s
Keyword: Stunting, Nutrition, Parenting

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stunting masih menjadi masalah besar bagi pertumbuhan anak yang berusia
di bawah lima tahun, ini disebabkan karena kurangnya gizi yang di berikan kepada
anak pasca sebelum lahir atau sesudah lahir. berdasarkan data dari World Health
Organization (WHO) angka stunting dunia pada tahun 2017 berada pada angka
22,2% atau ada 150,8 juta anak di bawah usia lima tahun mengalami
stunting.(Ginting & Pandiangan, 2019) Kemudian menurut data pada tahun 2020
jumlah anak yang mengalami masalah stunting di asia berada pada angka 79,0 juta,
yang di mana 2% anak yang terkena stunting berada pada negara dengan
penghasilan tinggi, 14% berada pada negara dengan penghasilan menengah ke atas,
59% berada pada negara dengan penghasilan menengah ke bawah, dan 25% anak
yang terkena stunting hidup dalam pendapatan rendah. Begitu pula di Indonesia
angka stunting pada tahun 2020 menurut data dari UNICEF, WHO, dan World
Bank Group berada pada angka 31,8%.(UNICEF, WHO, The World Bank, 2021)
Hal itu menandakan bahwa masalah gizi pada anak di bawah umur lima
tahun di Indonesia masih cukup banyak, yang di buktikan dengan data dari
banyaknya anak yang mengalami stunting. Dari beberapa wilayah yang ada di
Indonesia, hanya ada beberapa wilayah yang jumlah angka stunting rendah atau di
bawah 20%, dan rata-rata jumlah stunting di Indonesia berada pada 20-29%. Ada
beberapa wilayah yang mengalami angka stunting di angka 30-39%, dan angka
stunting di atas 40% rata-rata berada pada wilayah pesisir. Hal ini menunjukkan
angka paparan masalah stunting pada wilayah pesisir sangat tinggi di bandingkan
wilayah lainnya. stunting merupakan sala satu maslah gizi tertinggi jika di

2
bandingkan dengan masalah gizi lainnya. Oleh karena itu, permasalahan tentang
stunting harus segera diatasi.(SSGI, 2021)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan hal di atas dapat di rumuskan sebagai berikut,
1. Bagaimana pengaruh stunting terhadap perkembangan status gizi di
Indonesia?
2. Bagaimana implementasi asupan makanan bergizi terhadap masalah
stunting?
3. Bagaimana urgensi pola asuh anak dalam upaya untuk mencegah masalah
stunting?
1.3 Tujuan
Ada beberapa tujuan yang ingin di capai dalam karya ilmiah ini, yaitu:
1. Mengetahui pengaruh stunting terhadap perkembangan status gizi di
Indonesia.
2. Mengetahui implementasi asupan makanan bergizi terhadap masalah
stunting.
3. Mengetahui urgensi pola asuh anak dalam upaya untuk mencegah masalah
stunting.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini, ialah:
1. Membantu agar pengaruh stunting terhadap kecerdasan anak dapat di atasi
dengan baik.
2. Sebagai upaya dalam mewujudkan Indonesia emas pada tahun 2045.
3. Menjadikan stunting sebagai ancaman masalah yang harus segera di cegah.
4. Dapat menjadi acuan berpikir dalam upaya mengatasi stunting di Indonesia.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
Stunting adalah keadaan di mana anak mengalami gejala gizi terlalu pendek
sesuai umur mereka yang disebabkan karena buruknya gizi dan kesehatan yang
mereka dapatkan saat sebelum atau sesudah kelahiran. Stunting juga merupakan
kegagalan bertumbuh linear karena keadaan gizi yang sangat buruk dalam jangka
waktu yang panjang yang menyebabkan tinggi badan anak lebih rendah atau pendek
(stunting) pada standar usianya. (Hermawan & Hermanto, 2020)
Stunting di definisikan dalam keadaan status gizi anak menurut TB/U
dengan nilai Z-score kurang dari -2 dalam standar devisiasi (SD) hal ini
menunjukkan bahwa keadaan tubuh pada anak yang gagal pertumbuhan, sangat
pendek. Ini dapat menyebabkan risiko kematian, perkembangan motorik yang
rendah, serta terjadinya ketidakseimbangan fungsional. Menurut World Health
Organization, stunting akan menyebabkan perkembangan kognitif seperti
kecerdasan, motorik, serta verbal yang berkembang tidak maksimal atau optimal.
Stunting pula akan menyebabkan obesitas dan penyakit degeneratif lainnya, serta
peningkatan biaya berobat dan peningkatan terjadinya risiko kesakitan dan
kematian. WHO mendeskripsikan bahwa stunting adalah kegagalan dalam
mencapai pertumbuhan yang linier, yang di sebabkan oleh tidak optimalnya
kesehatan dan asupan makanan bergizi yang kurang.(Yadika et al., 2019) Anak
yang terkena stunting akan terlihat memiliki tinggi badan lebih pendek dari anak
seusianya hal ini dikarenakan manifestasi gizi pada masa balita sangat kurang
sehingga berakibat pada pertumbuhannya.(Ginting & Pandiangan, 2019)

( Gambar 2.1.1 Tinggi badan lebih pendek dari anak seusianya )

4
Maka dari itu solusi dari organisasi kesehatan dunia ialah dengan
menggabungkan intervensi gizi beserta strateginya mengenai kesehatan,
penyediaan air dan sanitasi, keluarga berencana. Hal ini lakukan untuk
meningkatkan kesadaran dan investasi dalam intervensi serta kebijakan hemat biaya
untuk mengurangi angka stunting pada anak di bawah usia lima tahun.(Beal et al.,
2018) Pemerintah Indonesia juga telah berupaya dalam pencegahan masalah
stunting sebagai indikator penting pembangunan dalam rencana-rencana nasional.
Seperti pada tahun 2017 ada 23 kementerian teknis menyerukan respon multisektor
terhadap masalah ini permasalahan ini dan kewenangan atas permasalahan gizi ini
hanya pada kementerian kesehatan sebab sektor yang lain belum di beri peran yang
jelas. (UNICEF, 2020)
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mulai mengkaji tentang perkembangan
stunting serta upaya dalam mencegahnya. Upaya itu terus di lakukan dan terbukti,
jika kita lihat perkembangan stunting pada tahun 2013 dengan angka 37,2% dan
2021 berada pada angka 24,4%, hak ini membuktikan bahwa upaya Indonesia
dalam mencegah stunting terlaksana dengan baik.

(Gambar 2.1.2 Prevelensi Stunting 2021, Hasil Riset SSGI Tahun 2021)

Tetapi walaupun demikian, stunting tetapi menjadi masalah yang serius jika di lihat
dari (gambar 1) stunting masih menyelimuti wilayah Indonesia, bahkan ada
beberapa wilayah yang mencapai prevelensi stunting lebih dari 30%, yang
menunjukkan bahwa stunting masih menjadi salah satu dampak yang harus segera
di atasi.(SSGI, 2021)
2.2 Penyebab Stunting
Stunting bukan hanya menyangkut masalah gizi, tetapi juga wujud dari
adanya permasalahan yang kompleks yang terjadi dalam lima fase kehidupan
seseorang.

5
Fase Kehidupan
Fase remaja merupakan fase yang
jarang diketahui bahwa terjadinya
Anemia remaja (menstruasi) yang tidak
di atasi, kekurangan gizi, pola makan
Fase Remaja
yang tidak sehat. Pada hal ini pengaruh
pola asuh dan kebiasaan makan sangat
dibutuhkan serta cara pandang masa
depan agar terhindar dari stunting.
Masa ini sangat harus di perhatikan
sebab ini adalah cikal bakal dari
Fase Prakonsepsi (Menjelang kondisi janin nantinya. Kurangnya
Pernikahan) pengetahuan dan pola makan yang
tidak sehat dapat mengakibatkan
timbulnya masalah stunting pada anak.
Pada masa ini janin hanya memperoleh
nutrisi yang berasal dari ibu.
Dikarenakan ibu hamil sering
mengalami mual muntah yang
Fase Kehamilan berakibat asupan makanannya
berkurang. Jadinya jika ibu mengalami
kekurangan gizi janin pun berisiko
terganggu pertumbuhannya sehingga
mengakibatkan stunting.
Enam bulan dari awal kelahiran, ASI
adalah sumber utama yang harus di
berikan ibu terhadap anak. Tetapi tidak
sedikit ibu banyak berhenti menyusui
Fase Menyusui dikarenakan sedikitnya ASI dll, yang
akibatnya anak yang tidak
mendapatkan ASI mengalami
kekurangan amunisi dalam tumbuh
kembangnya.

6
Pada fase ini bukan hanya ASI yang di
berikan, tetapi anak juga bergantung
kepada asupan makanan yang padat.
Fase Orang tua muda (Anak usia 0-59 Jika saja orang tua tidak memiliki
bulan) pengetahuan tentang gizi anak, ini
berakibat anak mengalami kekurangan
gizi dan pada akhirnya berakibat
terhadap stunting.
(Tabel 2.2.1 Fase Kehidupan dalam penanganan Stunting)

2.3 Pencegahan Stunting


Pencegahan stunting ada banyak, tetapi ada lima hal yang harus di
perhatikan sejak awal dalam menangani masalah stunting. Pada saat remaja putri
yang rentan terhadap anemia, diet yang tidak sehat, tekanan dari teman, pengaruh
dari sosial media, serta pernikahan dini. Selain itu ada pula calon pengantin dan
ketika kehamilan, pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat akan sangat
berakibat, kehamilan jika tidak rutin dalam memeriksakan kehamilan akan sangat
berakibat fatal. Kemudian ibu menyusui dan anak 0-59 bulan yang mengalami
kesundulan karena jarang kontrasepsi pasca kehamilan. (Kusnaeli et al., 2021)

7
BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Teknik Pengumpulan Data
Data yang di gunakan dalam karya tulis ini adalah merupakan data sekunder
yang berasal dari berbagai literatur yang relevan serta beberapa sumber, meliputi
data dari World Health Organization (WHO), United Nations Children’s Fund
(UNICEF), serta jurnal dan buku yang sesuai dengan permasalahan yang di angkat.
Buku yang di gunakan sebagai literatur dalam penelitian ini ialah Buku Saku Hasil
Studi Status Gizi Indonesia, yang merupakan hasil riset data dari (SSGI), Situasi
Anak Indonesia, oleh United Nations Children’s Fund, dan Levels And Trends In
Child Malnutrition, Oleh WHO, UNICEF, dan World Bank Group. Literatur yang
lain pula seperti jurnal A review of child stunting determinants in Indonesian, Oleh
Beal, Alison, Sutrisna, dan Lynnette.
3.2 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana penulisan
kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan suatu tulisan yang
tujuannya untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data yang berhubungan dengan apa yang dua teliti.
Penelitian ini mengungkap tentang situasi kondisi sosial tertentu dengan
cara mendeskripsikan kenyataan secara benar, yang di buat atau di bentuk dengan
kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis yang relevan terhadap apa
yang di teliti. Maka dengan hal ini, penelitian kualitatif bukan hanya
mendeskripsikan data, tetapi juga mendeskripsikan hasil dari pengumpulan data
yang sah seperti yang di syaratkan kualitatif. Pada penulisan ini menggunakan jenis
deskriptif, jenis riset yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan
akurat tentang fakta dan sifat dari objek yang di teliti.
3.3 Kerangka Berpikir
Stunting

Perkembangan Makanan Pola Asuh


Bergizi

Meminimalisir
b

Stunting yang Mencakar Bumi Pertiwi

8
(Table 3.3.1 Kerangka Berpikir)

Stunting dapat di katakan sebagai perkembangan gizi anak yang mengalami


keadaan tumbuh pendek sesuai dengan usianya, hal ini dikarenakan asupan gizi
yang terlalu kurang pada masa pertumbuhan khususnya pada usia 2 tahun. Stunting
pula menyebabkan perkembangan kognitif serta prestasi belajar akan terganggu,
yang di mana anak yang mengalami stunting akan menimbulkan gangguan
pematangan otak yang berdampak pada perkembangan kognitif anak sehingga akan
menurunkan prestasi belajar. Jika di bandingkan dari tahun-tahun kemarin,
perkembangan stunting terus menerus menurun hingga ke angka 24% yang
menandakan bahwa penanganan stunting di Indonesia telah di lakukan cukup baik,
tetapi hal itu masih sangat berdampak yang membuat pemerintah harus segera
berupaya agar prevelensi stunting menurun ke angka yang lebih rendah lagi di
bandingkan pada saat ini.
Stunting dapat di atasi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan pendekatan Cross-Sectional. Metode kualitatif dengan pendekatan Crosss-
Sectional menjelaskan sesuatu yang akan di lakukan untuk di implementasikan
dalam mengatasi stunting melalui pencarian sumber pustaka yang akan
mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi stunting, sehingga
mendapatkan kesimpulan yang lebih jelas dalam mengatasi stunting yang ada di
Indonesia.
Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan Cross-Sectional dapat
menjelaskan tentang hal yang harus di lakukan dalam upaya pencegahan stunting.
Menggunakan pendekatan Cross-Sectional akan mempermudah dalam
menyimpulkan hal yang mempengaruhi stunting, karena dengan melihat data-data
yang telah ada yang membuktikan bahwa hal itu telah terjadi dan telah di teliti
secara berulang kali. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, dengan menggunakan
pendekatan Cross Sectional dapat menjelaskan bahwa siswa kelas 2 yang berada
pada 4 sekolah dasar dengan masalah kekurangan gizi untuk mencari karakteristik
ibu dalam mencapai kecerdasan siswa, dengan menggunakan uji chi-square dan uji
t. Yang menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh karakteristik ibu dengan tingkat
kecerdasan siswa di sekolah.

9
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Perkembangan Stunting
Kekurangan gizi dan stunting pada anak masih menjadi masalah yang
sangat lazim di temukan di Indonesia. Kasus stuning banyak menyerang anak usia
balita. Stunting menggambarkan kondisi kekurangan gizi akut dan dapat
menyebabkan dampak yang buruk di kemudian hari, di antaranya perkembangan
yang terhambat, kemampuan kognitif dan mental yang menurun, rentan terkena
penyakit, produktifitas ekonomi yang buruk, dan kualitas hasil reproduksi yang
rendah. (UNICEF, 2020)
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi stunting
anak balita di Indonesia sebesar 37,2%, hal ini mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 36,5% dan tahun 2010 sebesar
35,6%.(Anggraeni et al., 2021) Riset tahun 2018 di Indonesia menunjukan bahwa
29,9% anak di bawah usia 24 bulan mengalami berbagai macam bentuk stunting.
Artinya, satu dari tiga balita mengalami masalah stunting. Lain halnya di tahun
2019, angka stunting sedikit mengalami penurunan. Berdasarkan hasil Studi Status
Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting berada di
angka 27,7% pada tahun 2019. Angka ini mengalami penurunan 3,3 % di tahun
2021 sebesar 24,4%. Kendati demikian angka tersebut angka tersebut masih lebih
rendah dibandingkan tahun 2020 yang menyentuh angka 26,9%. Indonesia sendiri
menduduki peringkat kelima dunia dan tertinggi di Asia Tenggara untuk untuk
jumlah anak penderita stunting terbanyak. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013 prevalensi stunting di Indonesia mencapai 37,2% berarti satu
dari tiga anak di Indonesia mengalami stunting.(Ariati, 2019)

(Gambar 4.1.1 Prevelensi Balita Stunted, Berdasarkan Provinsi, SSGI 2021)

10
Dari riset yang di lakukan SSGI di tahun 2021 dari tiap-tiap provinsi di
Indonesia di temukan bahwa angka kasus stunting di Indonesia masih sangat besar.
Dari riset yang di lakukan tersebut, Provinsi Bali menduduki peringkat pertama
sebagai provinsi dengan angka stunting terkecil, yakni 10,9%. Di susul dengan DKI
Jakarta di urutan kedua dan D.I Yogyakarta di urutan ketiga. Sementara Itu Nusa
Tenggara Timur menduduki peringkat terakhir dengan angka stunting terbesar,
yakni 37,8%. Angka kasus stunting di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih
terbilang tinggi. Salah satu hal yang masih menjadi penyebabnya yakni kemiskinan
dan tentunya kekurangan gizi (malnutrition). Menurut Dinas Kesehatan NTT, pada
tahun 2015 saja, terdapat lebih dari 200 kasus gizi buruk yang tersebar di beberapa
daerah di NTT yakni di daerah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Alor, Sumba
Timur, Sumba Barat Daya, dan TTS. Kasus stunting meningkat pada tahun 2016
yang mana tercatat sebanyak 278 kasus terjadi di Kota Kupang.(Anggraeni et al.,
2021)

(Gambar 4.1.2 Gizi Buruk Di Provinsi NTT)

Kasus stunting masih sangat marak terjadi di Indonesia. Stunting


menggambarkan gangguan perkembangan sebagai penyebab dari rendahnya gizi
dan status kesehatan pada masa pre- dan post-natal. UNICEF framework
menerangkan dua penyebab langsung stunting ialah faktor penyakit serta kurangnya
asupan zat gizi yang baik. Namun, pengaruh mendasar dari kasus stunting ada pada
level individu seperti tingkat pendidikan dan pendapatan rumah tangga.(Rahayu et
al., 2018) Penyebab stunting yang paling utama adalah kurangya asupan zat gizi
yang baik pada saat ibu mengandung. Ibu hamil yang mengidap penyakit seperti
malaria, hipertensi, HIV/AIDS, atau memiliki riwayat penyakit lain juga bisa
berpengaruh pada kesehatan dan perkembangan janin dalam kandungan. (Edi
Kurniawan et al., 2022). Dapat di ketahui bahwa masalah gizi yang fatal pada masa
kehamilan, pola asuh, serta krisis ekonomi dan kemiskinan tetap menjadi faktor
penyumbang terbesar kasus stunting di Indonesia. Anak dengan tinggi badan rendah
yang merupakan ciri stunting membuat masyarakat menganggap bahwa kondisi
tersebut merupakan faktor keturunan dan tidak ada hubungannya dengan masalah
kesehatan. Padahal faktor gen mempunyai peluang kecil terhadap kondisi kesehatan
seorang anak dibandingkan dengan faktor pelayanan kesehatan, gizi, serta
lingkungan. Kemiskinan dan status ekonomi yang buruk menyebabkan masalah

11
dalam pemenuhan gizi dan nutrisi harian pada anak yang pada akhirnya status dan
kondisi ekonomi memiliki efek yang signifikan terhadap permasalahan stunting di
Indonesia.(Ariati, 2019)

(Gambar 4.1.3 Faktor Penyebab Stunting, Kurang Makanan Bergizi, Ibu Hamil Hipertensi, Kemiskinan)

Oleh karena itu, hal yang harus di lakukan ialah mewujudkan visi kesehatan
yaitu, dibutuhkan 4 pembangunan kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
yakni 1) menjalankan pembangunan nasional yang memiliki wawasan kesehatan
2). Memotivasi kemandirian agar hidup sehat bagi masyarakat 3). Menjaga dan
memajukan pelaksanaan kesehatan yang unggul, sama rata dan mudah diakses
dengan biaya yang murah 4). Menjaga dan mendapat perlindungan untuk
memenuhi kebutuhan awal kesehatan.
Realisasi visi misi indonesia sehat tidak hanya dibebankan kepada
lingkungan kesehatan sebab problem kesehatan adalah muara semua faktor
pembangunan kesehatan maka dari itu problem kesehatan adalah tanggung jawab
bersama-sama mencakup individu, masyarakat, pemerintahan dan swasta. Tetapi
dalam kebenarannya agar implementasikan kebijakan dan acara intervensi sangat
penting jika bersama-sama dengan lingkungan lain yakni, dengan pemerintahan
ataupun swasta. Hal ini memberi pengertian bahwa lingkungan kesehatan
sebaiknya mejalin kerjasama bersama instansi kesehatan diawali dengan tingkat
kabupaten sampai kepada tingkat kecamatan.
Instansi seperti ini yang sangat diharapkan dapat membuat perubahan
pelayanan kesehatan yang sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat yakni dengan
adanya pelayanan kesehatan yang murah dan berkualitas. Oleh sebab itu
pemerintahan sudah memberikan perhatian besar untuk berbagai cara dalam
mengantisipasi problem kesehatan masyarakat. Tetapi jika hal itu belum saja
terealisasikan dengan tidak adanya fasilitas yang mendukung, maka hal itu belum
bisa terselenggara dengan rata, tersusun, dan berkelanjutan serta anggaran
kesehatan tidak bisa diperoleh masyarakat, sehingga sulit untuk mewujudkan taraf
kesehatan masyarakat.(Lisang, 2017)
4.2 Implementasi makanan bergizi
Stunting merupakan masalah yang sudah tidak asing lagi diIndonesia
mengingat tingginya stunting yang terjadi pada anak- anak disejumlah daerah

12
diindonesia. Pada tahun 2016 sekitar 22,9% atau 154,8 juta anak-anak balita
mengalami stunting yang telah disampaikan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO),
maka dari itu hadirnya negara untuk masyarakat adalah untuk menurunkan stunting
melalui implementasi asupan makanan bergizi. Stunting atau perawakan pendek
adalah kondisi gagal tumbuh pada bayi (0-11 bulan) dan pada anak balita (12-59
bulan) dampak kekurangan gizi kronis terutama dalam 1.000 hari pertama
kehidupan sehingga diusianya anak itu terlalu pendek.(Hidajat, 2019)

( Gambar 4.2.1 Kondisi Gagal tumbuh pada bayi)

Kementrian kesehatan melakukan pravelensi stunting pada balita dan dari


hasil data survei status gizi yang ada di Indonesia tercatat 24,4%. Dari angka
pravelensi stunting yang dilakukan di Indonesia masih terhitung sangat tinggi jika
dibandingkan dengan toleransi maksimum angka stunting yang diterapkan oleh
World Health Organization (WHO), yakni sedikit dari 20%. Dari Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Mengenai Gerakan Nasional
Percepatan Perbaikan Gizi dan sekarang telah berganti menjadi Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2021 mengenai Percepatan Penurunan
Stunting yang memiliki tujuan agar menambah komitmen pemerintah agar adanya
perubahan gizi, Sebelumnya sudah diberikan perhatian besar untuk percegahan
stunting yang dilakukan oleh pemerintah di Indonesia, yang awalnya satu dekade
bersatunya indonesia dengan gerakan global scaling up nutrition (SUN) dari 2011,
dengan penurunan stunting dan fokus dengan upaya pengentasan masalah gizi
melewati keterkaitan lintas sektor. Tetapi, dari pencegahan stunting yang dilakukan
masih ditemukan tingginya stunting di Indonesia di karenakan minimnya
pengetahuan masyarakat atau pemahaman mereka mengenai stunting itu sendiri
serta penerapan kurang teratur bagi pola makan atau kebersihan di kehidupan
mereka sehari-hari.(Shauma & Purbaningrum, n.d.)

13
Gejala stunting banyak di temukan oleh anak yang mengkonsumsi snak
setiap hari, dengan persentase sebanyak 36,4% jika di bandingkan dengan anak
yang jarang mengkonsumsi snak, tetapi anak yang mengkonsumsi snak secara
umum banyak di temukan oleh kedua kelompok. Kemudian, stunting juga sering di
temukan dalam anak yang mengkonsumsi mie lebih dari tiga kali seminggu dengan
persentase 34,7% jika di bandingkan oleh balita yang mengkonsumsi mie kurang
dari tiga kali dalam seminggu, tetapi anak yang mengkonsumsi mie lebih dari tiga
kali dalam seminggu banyak di temukan dalam dua kelompok balita tersebut.

Begitu pula Balita yang mendapatkan MPASI yang monoton 3,2 kali akan
lebih berisiko mengalami stunting jika di bandingkan dengan balita yang
mendapatkan MPASI yang variatif. Akibatnya, kebutuhan gizi balita tidak
terpenuhi. Kurangnya energi yang membuat tubuh menghemat energi yang
dampaknya terjadi hambatan dalam kenaikan berat badan dan pertumbuhan linear.
Seperti yang sudah di jelaskan di atas, setidaknya ada satu dari tiga anak
memiliki resiko menderita stunting. Status gizi yang baik pada anak berawal dari
tubuh ibu yang sehat pada masa mengandung. Untuk itu tindakan yang sangat
ampuh untuk mencegah stunting adalah selalu memenuhi gizi pada masa
kehamilan. Selain itu, rutin memeriksakan kesehatan ke dokter atau bidan pada
masa kehamilan juga merupakan langkah awal pencegahan stunting pada anak.
Usia 0-2 tahun atau usia di bawah tiga tahun (batita) merupakan periode emas atau
golden age untuk pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada periode
tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Asupan gizi dan kesehatan yang
buruk pada usia ini dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak di
masa yang akan datang.(Rahayu et al., 2018) Ketika anak menginjak usia balita,
jangan kendorkan pemberian makanan sehat. Menghindari makanan tinggi gula,
lemak, dan garam. Contohnya, snack yang mengandung banyak MSG, biskuit
dengan kandungan gula yang tinggi, berkrim, minuman-minuman manis dan
berwarna, permen, serta mie instan. Makanan dan minuman sejenis ini sangat buruk
bagi kesehatan anak. (Kusnaeli et al., 2021)
Maka dari itu hal yang harus kita lakukan ialah mengkonsumsi makanan
bergizi yang dapat menunjang pertumbuhan anak, yang di mulai pada saat dalam
kandung hingga pada masa kelahiran, agar anak dapat mencapai pertumbuhan yang
baik tanpa adanya gangguan yang berakibat pada terjadinya stunting.

4.3 Pola Asuh Anak


Pola asuh adalah sebuah praktik yang harus di lakukan oleh suatu keluarga
atau orang lain dalam memelihara kesehatan, mulai dari pemberian makanan,

14
dukungan emosional, dan pemberian stimulasi yang dibutuhkan anak untuk
berkembang. Kualitas makanan yang di berikan terhadap bayi sangat bergantung
terhadap kecerdasan pengetahuan yang di miliki seorang ibu dalam pemberian
makanan serta tersedianya makanan yang di perlukan tersebut. Hal ini sangat
penting untuk di lakukan sebab pemenuhan gizi yang baik berasal dari makanan
berkualitas yang di berikan, maka dari itu kesadaran ibu merupakan peran penting
dalam menentukan kualitas makanan yang harus di berikan. Dalam riset di katakan
bahwa suatu keluarga perilaku sadar gizi kurang gizi akan cenderung meningkatkan
risiko stunting 1,22 lebih tinggi di bandingkan dengan keluarga dengan perilaku
sadar gizi baik.(Putri, 2020)
Pola asuh buruk berkaitan langsung dengan stunting. Ada sebanyak 34,7%
balita stunting di temukan karena pola asuh yang buruk, dan 15,3% anak yang
terkena stunting dengan pola asuh baik. Dari hal ini dapat di lihat bahwa keterkaitan
pola asuh sangat berdampak terhadap kesehatan balita. Pada beberapa penelitian
balita stunting lebih banyak di temukan pada balita yang mendapatkan ASI yang
ekslusif dengan persentase 33,9%. Kemudian sebanyak 37,3% stunting di temukan
terhadap balita yang mendapat MPASI yang monoton serta tidak variatif dan sangat
terlihat perbedaan jika di bandingkan oleh ibu yang memberikan MPASI yang
variatif dengan persentase 12,7%.(Nurdin et al., 2019)
Pada beberapa penelitian yang di lakukan sebelumnya banyak di temukan
bahwa pola asuh yang kurang baik dapat lebih berisiko terkena stunting dengan
persentase 8,07 kali lebih besar dari pola asuh yang baik, yang dengan persentase
masing-masing sebesar 53% dan 12,3% dengan hasil uji dari chi-square.
Kemudian, ada pula penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan antara pola
asuh dengan kejadian stunting. pada penelitian yang di lakukan tersebut terdapat
bahwa pola asuh dalam pemberian makanan merupakan suatu penyebab terjadinya
stunting, dengan tidak memberikan gizi yang cukup terhadap anak yang
mengakibatkan mereka berkembang dalam pertumbuhan tidak maksimal.(Putri,
2020)
Dari pendapat di atas dapat di lihat bahwa stunting lebih mengarah kepada
hal yang selalu orang tua sepelekan mulai dari pola asuh yang terbukti kurang
dengan perbandingan persentase yang cukup jauh di bandingkan dengan pola asuh
yang baik, dan kemudian pemberian gizi yang juga merupakan pola asuh yang harus
di berikan kepada anak demi mencegah terjadinya stunting pun masih menjadi
masalah yang harus segera di evaluasi oleh kebanyakan orang tua.
Pendidikan ibu yang kurang sangat mempengaruhi stunting dengan risiko
dua sampai tiga kali jika di bandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan
tinggi. Oleh karena itu, pendidikan ibu sangat penting dalam menangani masalah
kejadian stunting. hal yang harus kita lakukan ialah memperkaya wawasan

15
pendidikan ibu terhadap masalah stunting ini dengan menerapkan pembelajaran
kesehatan terhadap ibu yang tentunya hal ini harus sesuai dengan minat yang
mereka sukai, agar dapat menarik hati mereka untuk menambah wawasan mereka
dalam kejadian stunting ini. Hal ini di lakukan karena minat ibu yang sangat kurang
dalam mengikuti hal-hal yang menambah wawasan mereka, yang di mana hal ini
tentu saja ada penyebab tertentu yang membuat mereka tidak ada minat dalam
melakukan hal tersebut, maka dari itu penyesuaian harus kita lakukan untuk
menarik minat mereka.

16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perkembangan stunting yang masih menjadi fenomena yang tidak asing lagi
Indonesia, walaupun dari tahun-tahun sebelumnya angka stunting selalu menurun,
tetapi hal ini tidak dapat kita jadikan sebagai acuan untuk tidak memikirkan solusi
dalam pencegahannya, dikarenakan angka stunting yang ada saat ini beberapa
masih berada pada tahap kronis yang menyebabkan stunting harus segera di atasi.
Hal yang harus kita lakukan ialah dengan memberikan makanan yang bergizi
terhadap anak dari masa dalam kandungan dan masa kelahiran yang bertujuan agar
pertumbuhan anak tetap terjaga sehingga kejadian stunting tidak berakibat kepada
anak. Walaupun demikian, implementasi makanan bergizi tidak akan terjadi jika
tidak adanya kesadaran dari orang tua, terlebih kepada ibu. Oleh karena itu, pola
asuh yang baik oleh ibu harus segera di terapkan agar dapat mencegah masalah
stunting yang berisiko terhadap anak.
Dengan adanya kesadaran ibu pula dapat menjadi sebuah hal yang baik
terhadap anak dan terhadap pencegahan masalah stunting di dunia maupun di
Indonesia. Karena hal yang terpenting dalam mencegah masalah stunting sekarang
ialah dengan adanya kesadaran ibu, jika kesadaran ibu kurang atau pendidikan dari
seorang ibu kurang dalam memahami stunting, hal ini dapat berakibat fatal terhadap
anak dan perkembangan stunting mungkin dapat meningkat. Oleh karena itu
kesadaran ibu harus segera di antisipasi oleh pemerintah dengan memberikan
pendidikan terhadap ibu tentang antisipasi stunting di Indonesia.
5.2 Saran
Demi mendukung terciptanya Indonesia emas 2045 hal ini perlu dukungan
dan kerja sama dari semua pihak mulai dari pemerintah, hingga kepada masyarakat
demi terciptanya Indonesia bebas stunting. Pemerintah harus mengapresiasi ide dan
dapat mempertimbangkan untuk merealisasikannya

17
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, L. D., Toby, Y. R., & Rasmada, S. (2021). Analisis Asupan Zat Gizi
Terhadap Status Gizi Balita. Faletehan Health Journal, 8(02), 92–101.
Ariati, L. I. P. (2019). Faktor-faktor resiko penyebab terjadinya stunting pada
balita usia 23-59 bulan. Oksitosin: Jurnal Ilmiah Kebidanan, 6(1), 28–37.
Badan Kependudukan & Keluarga Berencana Nasional (2021). Demi Keluarga
Pahami Langkah Penting Cegah Stunting.
Beal, T., Tumilowicz, A., Sutrisna, A., Izwardy, D., & Neufeld, L. M. (2018). A
review of child stunting determinants in Indonesia. Maternal & Child
Nutrition, 14(4), e12617.
Ginting, K. P., & Pandiangan, A. (2019). Tingkat Kecerdasan Intelegensi Anak
Stunting. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 1(1), 47–52.
Hermawan, D. J., & Hermanto, H. (2020). Pentingnya Pola Asuh Anak Dalam
Pebaikan Gizi Untuk Mencegah Stunting Sejak Dini di Desa Brumbungan
Lor Kecamatan Gending Kabupaten Probolinggo. Jurnal Abdi Panca Marga,
1(1), 6–9.
Hidajat, F. A. (2019). Upaya Pencegahan Stunting Melalui Pemberian Makanan
Tambahan dan Penerapan Pola Hidup Bersih Sehat di PAUD Tunasmulya
Desa Pabean Kecamatan Dringu Kabupaten Probolinggo. Jurnal Abdi Panca
Marga, 1(1), 27–31.
Lisang, A. G. (2017). Implementasi Program Penanggulangan Gizi Buruk Pada
Anak Bawah Lima Tahun Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala
Provinsi Sulawesi Tengah. Katalogis, 5(2).
Nurdin, S. S. I., Katili, D. N. O., & Ahmad, Z. F. (2019). Faktor ibu, pola asuh
anak, dan MPASI terhadap kejadian stunting di kabupaten Gorontalo. Jurnal
Riset Kebidanan Indonesia, 3(2), 74–81.
Putri, A. R. (2020). Aspek Pola Asuh, Pola Makan, dan Pendapatan keluarga pada
kejadian stunting. Healthy Tadulako Journal (Jurnal Kesehatan Tadulako),
6(1), 7–12.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Putri, A., & Anggraini, L. (2018). Study guide-
stunting dan upaya pencegahannya. Yogyakarta: Penerbit CV Mine.
Shauma, N. U., & Purbaningrum, D. G. (n.d.). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING TERINTEGRASI. Jurnal
Kebijakan Publik, 13(2), 200–207.
United Nations Children’s Fund (2020). Situasi Anak di Indonesia – Tren,
Peluang, dan Tantangan Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. Jakarta: UNICEF
Indonesia.
Universitas Negeri Semarang (2022). BUKU PANDUAN UNNES GIAT -
Pencegahan dan Penanganan Stunting. Penerbit: LPPM UNNES
United Nations Children’s Fund (UNICEF), World Health Organization,

18
International Bank for Reconstruction and Development/The World Bank.
Levels and trends in child malnutrition: Key Findings of the 2020 Edition of
the Joint Child Malnutrition Estimates. Geneva: World Health Organization;
2020.
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh stunting
terhadap perkembangan kognitif dan prestasi belajar. Jurnal Majority, 8(2),
273–282.

19
BIODATA PESERTA DAN DOSEN PEMBIMBING
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH NASIONAL
NUTRIFAIR 2022
UNESA
Nama Tim : Galaxy Team
Judul Karya : Stunting Mencakar Senyum Bumi Pertiwi
DATA DIRI DOSEN PEMBIMBING
Nama Lengkap : Abdul Kadir Ismail, S.Pd, M.Hum
Tempat, Tanggal Lahir : Tibawa, 08 April 1989
NIDN : 2008048904
Jurusan : (S1) Pendidikan Bahasa Inggris, (S2) Linguistik
Alamat : Desa Luwoo, Kec. Telaga Jaya, Kab. Gorontalo
No. Telepon/HP : 085217363438
DATA DIRI PESERTA
Ketua Team
Nama Lengkap : Ilham Alkadri
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tempat, Tanggal Lahir : Tanah Beru, 09 Oktober 2003
NIM : 221042001
Jurusan : Tadris Bahasa Inggris
Alamat : Tanah Beru, Kec. Bontobahari, Kab. Bulukumba,
Sulawesi Selatan
Email : ilhamalkadri9@gmail.com
No. Telepon/HP : 085718321516
Anggota 1
Nama Lengkap : Nur Hafiza R. Ahmad
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Gorontalo, 30 Desember 2003
NIM : 221042022
Jurusan : Tadris Bahasa Inggris
Alamat : Lopo, Kec. Batudaa Pantai, Kab. Gorontalo,
Gorontalo
Email : nurhafizarahmad@gmail.com

20
No. Telepon/HP : 087842060039
Anggota 2
Nama Lengkap : Taufik Hasan
Jenis Kelamin : Laki - laki
Tempat, Tanggal lahir : Gorontalo, 28 Januari 2003
NIM : 221042025
Jurusan : Tadris Bahasa Inggris
Alamat : Moahudu, Kec. Tabongo, Kab. Gorontalo,
Gorontalo
Email : taufikhasan128@gmail.com
No. Telepon/HP : 082190155620

21

Anda mungkin juga menyukai