Disusun Oleh:
1. Ardianto (32191004)
2. Riko Dwi Saputra (32191014)
3. Misbahuddin Labib Al – Ghifari (32191009)
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan.......................................................................................................3
1.4 Manfaat.....................................................................................................3
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan...............................................................................................18
4.2. Saran.........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
infeksi berulang, dan kekurangan zat gizi mikro. Selain itu, juga terdapat
factor lain seperti berat bayi lahir rendah, rendahnya pendapatan orang tua,
dan usia kehamilan. Berdasarkan factor diatas, asupan ASI dan makan
pendamping ASI merupakan salah satu factor yang dapat diperbaiki terutama
dalam dua tahun pertama kelahiran (Sulistio Djais, 2018).
Anak yang tidak mendapatkan ASI esklusif berisiko lebih tinggi untuk
kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk proses pertumbuhan. Gangguan
pertumbuhan akan mengakibatkan terjadinya stunting pada anak (Anshori,
2013). Oleh karena itu penting diberikannya ASI esklusif untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi pada saatawal-awal bulan kelahiran selama pendewasaan
pada system pencernaannya. Sedangkan MP-ASI diperlukan saat usia 6-24
bulan untuk memenuhi kebutuhan gizi karena memerlukan energy lebih
banyak.
2
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan
pedoman bagi peneliti lain yang akan mengembangkan
penanganan ataupun pencegahan lebih lanjut terhadap stunting.
3
BAB II
TIJAUAN TEORI
4
ASI dikelompokan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:
1. ASI stadium I adalah kolostrum. Kolostrum adalah cairan
yang pertama disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1
sampai hari ke-4. Kolostrum sangat baik untuk mengeluarkan
“meconium” yaitu air ketuban dan cairan lain yang tertelan
masuk perut bayi saat proses persalinan. Jumlah (volume)
kolostrum berkisar 150-300 cc per hari.
2. ASI Stadium II adalah ASI peralihan yang keluar setelah
kolostrum sampai sebelum menjadi ASI yang matang. ASI
ini diproduksi pada hari ke-4 sampai hari ke-10.
3. ASI stadium III adalah ASI matur. ASI yang disekresi dari
hari ke-10 sampai seterusnya.
1. Untuk Bayi
Ketika bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan
bayi, ASI memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana
susu sapi yang terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan
komposisi makanan ideal untuk bayi, pemberian ASI dapat
mengurangi resiko infeksi lambung dan usus, sembelit serta
alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadap penyakit dari
pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi yang diberi ASI
lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning, pemberian
ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan
bayinya.
5
Hal ini akan berpengaruh terhadap kemapanan emosinya di
masa depan, apabila bayi sakit, ASI merupakan makanan yang
tepat bagi bayi karena mudah dicerna dan dapat mempercepat
penyembuhan, pada bayi prematur, ASI dapat menaikkan berat
badan secara cepat dan mempercepat pertumbuhan sel otak,
tingkat kecerdasan bayi yang diberi ASI lebih tinggi 7-9 poin
dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI ( Roesli, 2000 ).
2. Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat
kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta
mengurangi resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar
panggul dan paha pada masa kehamilan akan berpindah ke
dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing kembali, resiko
terkena kanker rahim dan kanker payudara pada ibu yang
menyusui bayi lebih rendah dari pada ibu yang tidak menyusui,
menyusui bayi lebih menghemat waktu, karena ibu tidak perlu
menyiapkan botol dan mensterilkannya.
ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan tanpa
membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada susu
formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman
untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik
dan emotional ( Dwi Sunar, 2009 ).
6
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan.
Selama kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama
besarnya payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel
duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta
lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses proliferasi ini
dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan plasenta, yaitu
laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen, dan progesteron.
Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih, kadang
dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum
tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan
hormon prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut
terbatas dan normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak
berlebihan karena kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air
susu dihambat oleh hormon estrogen (Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun
dengan lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi
sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen.
Hormon prolaktin ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu ibu (Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar
prolaktin dan produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang
berkesinambungan disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara
ibu. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat pada
keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi, operasi, rangsangan
puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan. Sedangkan
yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada
keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan
proses pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin,
dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang
produksi oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel.
Kontraksi dari sel-sel ini akan memeras air susu yang telah terbuat
7
keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus untuk selanjutnya
mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi sehingga
ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009).
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks
”letdown/pelepasan ASI” ini yaitu pada saat ibu melihat bayinya,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat
refleks ”letdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti keadaan
bingung atau psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak
pasti atau merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus
berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding
uterus dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh
karena itu, setelah bayi lahir maka bayi harus segera disusukan
pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan seringnya
menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin
baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat
pada hari-hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme
alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula
(Maryunani, 2009).
8
3. Lemak – Lemak ASI adalah penghasil kalori (energy) utama
dan merupakan komponen yang gizi yang sangat
berfariasi.penelitian OSBORN membuktikan, bayi yang tidak
mendapatkan ASI lebih banyak menderita penyakit koroner
usia muda.
4. Laktosa – Merupakan karbihidrat terutama pada ASI,fungsinya
sebagai sumber energi meninggkatkan absorbs kalsium dan
merang sang pertumbuhan lactobacillus bifidus.
5. Zat Besi – Meskipun ASI mengandum sedikit zat besi, namun
bayi yang menyusui jarang kekurangan zat besi.
6. Taurin – Berupa asam amino dan berfungsi sebagai
neuororansmitter, berperan penting dalam maturasi otak bayi.
7. Laktobacilus – Berfungsi menghambat pertumbuhan
microorganisme seperti becteri ecoli yang sering menyebabkan
diare pada bayi.
8. Laktoferin – Sebuah besi batas yang mengikat protein
ketersediaan besi untuk bakteri dalam intestines, serta
memungkinkan bakteri sehat tertentu untuk berkembang.
9. Lizozim – Dapat memecah dinding bakteri sekaligus
mengurangi insidens, caries,dentis,dan maloklusi atau
kebiasaan lidah yang mendorong kedepan akibat menyusu
dengan botol dan dot.
9
5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke
puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka
lebar.
6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga
bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
2.2. MP - Asi
2.2.1. Definisi MP - Asi
MP-ASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang
mengandung nutrien yang diberikan kepada bayi selama periode
pemberian makanan peralihan (complementery feeding) yaitu pada
saat makanan/minuman lain diberikan bersama pemberian ASI.
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan
10
pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan
kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI.
11
pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping
pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai
berikut :
Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi
dan pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan
memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum sampai usia ini, ginjal
belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa yang
dihasilkan oleh makanan padat.
Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf
otot (neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk
mengendalikan gerak kepala dan leher ketika duduk dikursi.
Jadi, bayi masih sulit menelan makanan dengan menggerakan
makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya,
karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda
dengan minum susu.
Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam
tinggi , penyakit seliak atau alergi gluten (protein dalam
gandum).
Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara
pengenalan makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang
berkesinambungan.
Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan
yang berlebih di awal masa perkenalan dengan obesitas dan
peningkatan resiko timbulnya kanker, diabetes dan penyakit
jantung di usia lanjut.
12
Adekuat (Adequate) : MP-ASI harus mengandung cukup
energi, protein, dan mikronutrien
Aman (Safe) : Penyimpanan, penyiapan dan
sewaktu diberikan, MP-ASI harus higienis.
Tepat cara pemberian (Properly) : MP-ASI diberikan sejalan
dengan tanda lapar dan nafsu makan yang ditunjukkan bayi
serta frekuensi dan cara pemberiannya sesuai dengan usia bayi.
13
Bayi akan memberikan tanda bahwa dirinya siap menerima
makanan selain ASI. Kita harus mengenali tanda tersebut agar
dapat memberikan MP-ASI tepat waktu dan sesuai perkembangan
keterampilan makannya. Ciri-ciri bayi yang siap mendapat MP-ASI
adalah sebagai berikut :
a. Kesiapan fisik :
Refleks ekstrusi telah sangat berkurang atau sudah
menghilang
Keterampilan oromotor :
Dari hanya mampu menghisap dan menelan yang cair
menjadi menelan makanan yang lebih kental dan padat.
Memindahkan makanan dari bagian depan ke bagian
belakang mulut.
Mampu menahan kepala tetap tegak
Duduk tanpa/hanya dengan sedikit bantuan dan mampu
menjaga keseimbangan badan ketika tangannta meraih
benda di dekatnya
b. Kesiapan psikologis :
Bayi kanan memperlihatkan perilaku makan lanjut :
Dari reflektif ke imitatif
Lebih mandiri dan eksploratif
Pada usia 6 bulan bayi mampu menunjukkan keinginan
makan dengan cara membuka mulutnya, rasa lapar dengan
memajukan tubuhnya ke depan/ ke arah makanan, tidak
berminat atau kenyang dengan menarik tubuh ke
belakang/menjauh
14
mencecapkan bibir Menutup mulut dengan
Membuka mulut ketika melihat tangannya
sendok/makanan Rewel atau menangis karena
Memasukkan tangan ke dalam terus diberi makan
mulut Tertidur
Menangis atau rewel karena ingin
makan
Mencondongkan tubuh ke arah
makanan atau berusaha
menjangkaunya
15
Tabel 2. Pedoman pemberian makan pada bayi/anak usia 6-23 bulan
yang mendapat ASI
Jumlah rata-
Umur Tekstur Frekuensi
rata/kali makan
6-8 Mulai dengan bubur 2-3x/hari, ASI tetap sering Mulai dengan 2-3
bulan halus,lembut, cukup diberikan. Tergantung sdm/kali
kental, dilanjutkan nafsu makannya, dapat diringkatkan
bertahap menjadi lebih diberikan 1-2x selingan bertahap sampai ½
kasar mangkok (=125 ml)
9-11 Makanan yang dicincang 3-4x/hari, ASI tetap ½ mangkok (=125ml)
bulan halus atau disaring kasar, diberikan. Tergantung
ditingkatkan semakin nafsu makannya, dapat
kasar sampai makanan diberikan 1-2x selingan
biasa dipegang/diambil
dengan tanagn
12-23 Makanan keluarga, bila 3-4xhari. ASI tetap ¾ sampai 1 mangkok
bulan perlu masih dicincang diberikan. Tergantung (175-250ml)
atau disaring kasar nafsu makannya, dapat
diberikan 1-2x selingan
16
BAB III
GAGASAN
17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kami mengajukan sebuah gagasan yaitu ‘GRASIGATING’ yang
bertujuan untuk pencegahan stunting melalui pemberian ASI Esklusif dan
MP-ASI sesui usia yang telah ditentukan dengan Pemberian buku ceklis yang
bertujuan untuk memantau pemberian ASI dan MP-ASI yang tepat. Dalam
pelaksanaannya kami berkolaborasi dengan kader, perawat desa, bidan desa
dan tenaga kesehatan lainnya untuk bekerja sama dalam pencegahan stunting
melalui program GRASIGATING agar tercapai hasil yang maksimal.
4.2. Saran
Perlu langkah-langkah awal sebelum penerapan Konsep ini. Perlu
pengembangan lebih lanjut dan analisa dari beberapa Pihak yang terkait
dalam Konsep ini. Kami menyarankan untuk ada pembicaraan dengan
pemangku kepentingan mengenai implementasi atau manfaat dari konsep ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
19