DISUSUN OLEH :
1. Nurul Azizah Eka Fitri
2. Riko Dwi Saputra
3. Sila Lutfia Rohma
4. Tisnawati Setia Cahya Ningrum
5. Yola Oktarina
STIKes Pertamedika
Prodi DIII Radiologi
2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat dan rahmat kepada kita semua, sehingga kita mampu menyelesaikan tugas pembuatan
makalah PKN ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu kami bapak
Amsar A.Dulmanan, M.Si Sehingga kami mampu melaksanakan tugas mata kuliah ini.
Kami juga memohonkan maaf kepada semuanya apabila dalam makalah yang kami buat
ini kurang maksimal, karena masih terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan, lebih-
lebih mengenai referensi. Untuk itu kami kelompok dua sangat menunggu kritik maupun
saran dari semua pembaca agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik
lagi.
Jakarta, 25 Nopember 2017
i
ii
Daftar Isi
Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................................................1
C. Tujuan pembahasan...................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian NKRI.....................................................................................................................2
a. Pengertian Hakikat Negara....................................................................................................3
b. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )....................................................................3
B. Sejarah NKRI..........................................................................................................................6
C. Proses penentuan bentuk negara indonesia.........................................................................10
D. Fungsi dan Tujuan NKRI......................................................................................................13
E. Negara Kebangsaan Pancasila.................................................................................................15
F. Hakikat Negara Integralistik.................................................................................................16
1. Hubungan antara Individu dan Negara..........................................................................17
2. Hubungan antara Masyarakat dan Negara....................................................................17
G. Butiran-Butiran NKRI.........................................................................................................18
1. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa....................18
2. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab. .21
3. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan.................................................21
4. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan..............................................22
5. NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial.........................................23
BAB III...............................................................................................................................................24
PENUTUP..........................................................................................................................................24
A. Kesimpulan............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI), juga dikenal dengan nama
Nusantara yang artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI meliputi wilayah kepulauan yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke. NKRI adalah Negara kebangsaan. Bangsa Indonesia
sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai makhluk Tuhan yang maha esa,
yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan dan juga
sebagai makhluk social yang senantiasa membutuhkan orang lain. Dalam upaya untuk
merealisasikan harkat dan martabatnya maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup
dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki tujuan tertentu. Jadi berdasarkan fakta sejarah
maka Negara Indonesia bukanlah suatu Negara sebagai hasil dari proses persatuan individu-
individu karena persaingan bebas dan penindasan. Negara Indonesia adalah suatu perwujudan
kehidupan bersama suatu bangsa yang tersusun atas berbagai elemenSituasi akhir-akhir ini
kita melihat ada beberapa upaya kelompok-kelompok tertentu yang berupaya untuk memecah
belah NKRI baik dari dalam maupun negara asing. Saat ini Indonesia telah kehilangan arah
dan pegangan ideologi dalam kehidupan berbangsa & bernegara.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian atau yang dimaksud NKRI
2. Sejarah NKRI
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian NKRI
1
3. Untuk mengetahui proses penentuan bentuk negara indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian NKRI
Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya Negara di dunia memiliki suatu ciri
khas yaitu mengangkat nilai yang telah dimilik sebelum membentuk suatu Negara modern.
Nilai tersebut berupa nilai adat kebudayaan, nilai religious yang beraneka ragam sebagai
suatu unsure Negara. Selain itu Indonesia tersusun atas unsur- unsur wilayah yang terdiri dari
beribu-ribu pulau, sehingga membentuk Negara. Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka
membentuk suatu Negara maka bangsa Indonesia harus memilik karakteristik, ciri khas dari
berbagai keanekaragaman, sifat, dan karakter yang didasarkan pada filsafat pancasila yaitu
suatu Negara persatuan, suatu Negara kebangsaan serta suatu Negara integralistik.
Sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan Undang-undang 1945 alinea IV.
Bangsa dan Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam unsur yang bentuknya yaitu
suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan, serta agama yang secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu Negara Indonesia adalah Negara yang
berdasarkan pancasila sebagai suatu Negara kesatuan yang termuat dalam pembukaan UUD
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Ditegaskan kembali
dalam pokok pikiran pertama bahwa Negara Indonesia adalah Negara persatuan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 pasal; 1 ayat 1 ditentukan bahwa Negara Indonesia adalah
Negara Kesatuan yang berbentuk republic. Berdasarkan ketentuan pasal ini jelas bahwa
bentuk Negara Indonesia adalah Negara kesatuan, bentuk pemerintahan Indonesia adalah
republik. Hakikat Negara kesatuan adalah Negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur
yang membentuknya yaitu rakyat, suku bangsa, golongan, kebudayaan serta agama.
2
NKRI adalah Negara kebangsaan. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di
dunia adalah sebagai makhluk Tuhan yang maha esa, yang memiliki sifat kodrat sebagai
makhluk individu yang memiliki kebebasan dan juga sebagai makhluk social yang senantiasa
membutuhkan orang lain. Dalam upaya untuk merealisasikan harkat dan martabatnya maka
manusia membentuk suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki
tujuan tertentu. Jadi berdasarkan fakta sejarah maka Negara Indonesia bukanlah suatu Negara
sebagai hasil dari proses persatuan individu-individu karena persaingan bebas dan
penindasan. Negara Indonesia adalah suatu perwujudan kehidupan bersama suatu bangsa
yang tersusun atas berbagai elemen.
3
“ Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”. Sebagai suatu kajian
hermeneutis, pandangan tentang paham berbentuk negara yang dikemukakan tatkala bangsa
Indonesia mendirikan negara, yaitu dalam Sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945.
Sebagaimana dijelaskan di atas Soepomo mengemukakan pandangannya dengan membahas
tiga teori bentuk negara besar di dunia, yaitu (1) aliran negara yang menyatakan bahwa
negara terdiri atas teori perseorangan (individualisme), sebagaimana diajarkan oleh Thomas
Hobbes, John Locke, J.J. Rousscau, Herbert Spencer, dan Harold J. Laski (2) Aliran lain
adalah teori ‘golongan’ dari negara (class theory) sebagaimana diajarkan oleh Marx, Engles,
dan Lenin. (3) Aliran negara integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan
Hegel.
Pendapat Soepomo tersebut nampaknya senada dengan pandangan Soekarno, M.
Hatta dan Yamin, yang menekankan pentingnya integrasi baik individu maupun masyarakat.
Para pendiri Republik ini menyakini dan menyadari bahwa filsafat individualisme-liberalisme
tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis tentang hakikat
manusia sebagai subjek pendukung negara. Hakikat negara persatuan adalah masyarakat itu
sendiri. Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat sebagai suatu objek yang
berada di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dirinya, masyarakat sebagai suatu
unsur dalam negara yang tumbuh bersama dari berbagai golongan yang ada dalam
masyarakat untuk terselenggaranya kesatuan hidup dalam suatu interaksi saling memberi dan
menerima antar warganya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan
dari negara bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara
yang bersifat fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial
sebagai basis ontologi negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh
Tuhan YME. Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak
memihak pada salah satu golongan, negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat.
Masyarakat adalah produk dari interaksi antara segenap golongan yang ada didalamnya.
Dengan demikian negara adalah produk dari interaksi antara golongan yang ada dalam
masyarakat. Sebagai produk yang demikian maka ‘logic in it self’ bahwa negara mengatasi
setiap golongan yang ada dalam setiap golongan yang ada dalam masyarakat (Besar, 1995:
84).
1. Hakikat Bentuk Negara
Bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam usut yang
membentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu negara Indonesia adalah negara yang
berdasarkan Pancasila sebagi suatu negara kesatuan sebagaimana termuat dalam Pembukaan
UUD 1945, Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat. Ditegaskan kembali
Pokok Pikiran Pertama “....bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan yang melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.” Hakikat negara kesatuan dalam
pengertian ini adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang
membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis, suku bangsa, golongan,
kebudayaan, serta agama.
Pengertian ‘Persatuan Indonesia’ lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam
Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 ,
4
bahwa bangsa Indonesai mendirikan negara Indonesia dipergunakan aliran ‘Negara
Persatuan’ yaitu negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham perorangan. Jadi
‘Negara Persatuan’ bukanlah negara berdasarkan indivualisme, sebagaimana diterapkan di
negara liberal di mana negara hanya sebagai suatu iakatan individu saja.
Bhinneka Tunggal Ika: sebagaimana diketahui bahwa walaupun bangsa Indonesia
terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki karakter, kebudayaan serta adat-
istiadat yang beraneka ragam, namun keseluruhannya merupakan suatu kesatuan dan
persatuan negara dan bangsa Indonesia. Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika yang
memberikan sesuatu pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas
bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat, kebudayaan serta karakter
berbeda-beda, memiliki agama yang berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan
wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan suatu persatuan,
yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan itu adalah merupakan suatu bawaan
kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan YME, namun perbedaan itu untuk dipersatukan
disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam suatu negara kebersamaan, negara
persatuan Indonesia (Notonegoro, 1975: 106)
5
c. Teori Kebangsaan Ernest Renan
Hakikat bangsa ditinjau secara ilmiah oleh seorang ahli dari Prancis pada tahun 1982
yang
mengadakan kajian ilmunya tentang bangsa berdasarkan psikologi etnis. Menurut Renan
pokokpokok pikiran bangsa sebagai berikut :
B. Sejarah NKRI
Bangsa indonesia lahir dan bangkit melalui sejarah perjuangan masyarakat bangsa yang
pernah dijajah oleh Belanda dan Jepang. Akibat penjajahan Bangsa Indonesia sangat
menderita, tertindas lahir dan batin, mental dan materil, mengalami kehancuran di bidang
ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan hingga sisa-sisa kemegahan dan
kejayaan Nusantara seperti Sriwijaya dan Majapahit yang dimiliki rakyat di bumi pertiwi,
sirna dan hancur tanpa sisa.
Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang dimulai sejak zaman
prasejarah berdasarkan penemuan “Manusia Jawa”. Secara geologi, wilayah Nusantara
merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-
Australia, dan lempeng Pasifik.
Para cendikiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hinju Jawa Dwipa
di pulau Jawa dan Sumatera sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai
adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu kerajaan Tarumanagara yang
mengusai Jawa Barat dan kerajaan Kutai dipesisir sungai mahakam, kalimantan.
6
Dilanjutkan dengan kerajaan Sunda sampai abad ke-16 dan pada abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara
tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini
sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.
Kejayaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan sejarah awal pengenalan wilayah kepulauan
Nusantara yang merupakan tanah air Bangsa Indonesia. Sebutan Nusantara diberikan oleh
seorang pujangga pada masa kerjaan Majapahit, kemudian pada masa penjajahan belanda
sebutan ini diubah oleh pemerintah Belanda menjadi Hindia Belanda.
Penduduk yang hidup di wilayah Nusantara menempati ribuan pulau. Nenek moyang
masyarakat Nusantara hidup dalam tata masyarakat yang teratur, bahkan dalam bentuk
sebuah kerajaan kuno, seperti Kutai yang berdiri pada abad V di Kalimantan Timur,
Tarumanegara di jawa barat, dan kerajaan Cirebon pada abad II (Setidjo, Pandji, 2009).
Kemudian beberapa abad setalah itu berdiri kerajaan Sriwijaya pada abad VII, kerajaan
Majapahit pada abad XIII, dan kerajaan Mataram pada abad XVII.
Mengenai sejarah Nusantara ini, Bung Karno pernah menyampaikan bahwa: “kita hanya
dua kali mengalami nationale staat, yaitu di jaman Sriwijaya dan di jaman Majapahit...
nationale staat hanya indonesia seluruhnya, yang telah berdiri di jaman Sriwijaya dan
Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama.” (Pidato “Lahirnya
Pancasila” yang disampaikan Bung Karno di depan Dokuritsu Junbi Tyoosakai pada 1 Juni
1945).
7
Gajah Mada adalah Mahapatih Majapahit yang sangat disegani, dia lah yang berhasil
menyatukan Nusantara yang terkenal dengan “Sumpah Palapa”(sumpah yang menyatakan
tidak akan pernah beristirahat atau berhenti berpuasa sebelum Nusantara bersatu).
Kerajaan Majapahit yang berumur lebih dari 2 abad harus berakhir karena Majapahit
mengalami Paradoks history setelah Patih Gajah Mada wafat, kerajaan Majapahit mengalami
perpecahan (semacam balkanisasi di Eropa Timur di akhir abad XX) Majapahit sebagai
Negara Bangsa (nationale staat) dalam konteks berbangsa dan bernegara waktu itu sangat
lemah, sehingga konflik-konflik yang terjadi menyulut perpecahan yang lambat laun
mempengaruhi ketahanan Nasional dan menuju ke kehancuran total.
Sejak berakhirnya masa kerajaan di Indonesia, masuklah bangsa barat seperti Portugis dan
Spanyol yang disusul oleh Bangsa Belanda pada abad XV I tepatnya 1596. Belanda
cukup berhasil mengusai Indonesia, mereka mengeruk keuntungan sebesar-besarnya
sementara rakyat Indonesia mengalami penderitaan lahir dan batin. Belanda melakukan
8
dominasi politik, ekspolitasi ekonomi dan memperlakukan rakyat Indonesia dengan
diskriminasi rasial kepada rakyat Indonesia.
Setalah Boedi Oetomo pada 1908, kemudian dilanjutkan dengan berdirinya Serikat
Dagang Islam pada 1909 pimpinan H.Samanhudi yang kemudian pada 1911 berubah menjadi
Serikat Islam dibawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Pada 1912 berdiri organisasi Islam
Muhammadiyah di Yogyakarta dibawah pimpinan K.H Ahmad Dahlan. Setalah itu pada 1915
beridiri Indische Party yang didirikan oleh tiga serangkai, yaitu dr.Tjipto Mangunkusumo, Ki
Hajar Dewantara, dan Douwes Dekker. Kemudian pada 1920 Indische Social Demokratische
partji atau ISDP dan bagian dari Serikat Islam berubah menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Selanjutnya pada 1926 dikalangan Ulama Nusantara lahirlah Jamiyah Nahdlatul
Ulama dibawah pimpinan K.H. Hasyim Asy’ari di Surabaya. Berikutnya, pada tahun 1927
berdiri Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Ir.Soekarno dengan tujuan untuk
Indonesia Merdeka.
Pada 1928, lahirlah Sumpah Pemuda yaitu golongan pemuda yang menghendaki
persatuan, bertujuan mencanangkan cita-cita kemerdekaan, dan memperjuangkan Indonesia
Merdeka. Melalui kongresnya yang ke-2 pada 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta, yang
dihadiri 750 orang pada masing-masing perwakilan organisasi PPPI, Jong Java, Jong
Islamiten Bond, Jong Sumateranen Bond, Pemuda Indonesia Jong Celebes, Jong Ambon,
Jong Batak, dan Pemuda Kaum Betawi, lahirlah Sumpah Pemuda.
9
Pencetus Sumpah Pemuda adalah perhimpunan Indonesia Nederland, Partai Nasional
Indonesia, dan Pemuda Indonesia. Sumpah Pemuda inilah yang menjadi cikal bakal
pendorong perjuangan kemerdekaan Indonesia yang semakin tegas memperkuat persatuan
Nasional sebagai bekal yang makin kuat menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Pada saat perang dunia II berlangsung, pada 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui
Tarakam, Minahasa dan Sulawesi, Balikpapan, Ambon, Batavia dan Bandung. Belanda
menyerah kepada tentara Jepang pada 9 Maret 1942.
Sejak itulah, Bangsa Indonesia berada dalam jajahan tentara Jepang dam wilayah
Indonesia dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pertama: Pulau Jawa dan Sumatera dibawah
kekuasaan Angkatan Darat, dan kedua: Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian, dan Nusa
Tenggara dibawah kekuasaan Angkatan Laut.
Bangsa Indonesia terus melakukan perlawanan terhadap tentara Jepang dan perlawanan
tetap berlanjut sampai tentara Jepang terdesak oleh Sekutu pada 1944-1945. Pada 29 April
1945, pemerintah Jepang membentuk sebuah Badan yang bertugas menyelidiki kemungkinan
Indonesia Merdeka. Badan tersebut bernama Dokuritzu Junbi Choosakai atau BPUPKI yang
dilantik pada 28 Mei 1945.
BPUPKI melaksanakan persidangan selama dua kali, yaitu pada 29 Mei sampai 1 Juni
1945 dan 10 sampai 17 Juli 1945. Sesuai tugas yang diberikan kepada BPUPKI, penyelidikan
usaha-usaha kemerdekaan Indonesia ditingkatkan menjadi mempersiapkan kemerdekaan
dengan cara antara lain merumuskan dasar Negara sebagai landasan Negara untuk Negara
yang akan dibentuk.
Selain perjuangan yang dilakukan dalam sidang BPUPKI, pejuang Indonesia juga tetap
dilakukan melalui gelar perlawanan dibawah tanah.
10
Ketika kekosongan kekuasaan karena Jepang telah menyerah dan tentara Sekutu belum
mendarat di Indonesia, Rakyat Indonesia yang diwakili oleh toko pejuang Bangsa berhasil
menyusun Naskah Proklamasi dirumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, Jalam Imam
Bonjol, Jakarta dan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Naskah Proklamasi tersebut disusun oleh
Ir.Soekarno, Drs.Mohammad Hatta, dan Mr.Achmad Soebardjo.
Dengan diratifikasinya hasil-hasil KMB oleh KNIP yang bersidang tanggal 6-15
Desember 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Negara yang berbentuk
federal ini terdiri dari 16 negara bagian yang masing-masing mempunyai luas daerah dan
jumlah penduduk yang berbeda. Negara bagian yang terpenting, selain Republik Indonesia
yang mempunyai daerah terluas dan penduduk yang terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur,
Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan, Dan Negara Indonesia Timur. Sebagian besar
negara bagian yang tergabung dalam RIS mendukung untuk terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
11
Dampak dari terbentuknya negara RIS adalah konstitusi yang digunakan bukan lagi
UUD 1945, melainkan konstitusi RIS tahun 1949. Dalam pemerintahan RIS jabatan presiden
dipegang oleh Ir. Soekarno, dan Drs. Mohammad hatta sebagai perdana menteri. Berdasarkan
pandangan kaum nasionalis pembentukan RIS merupakan strategi pemerintah kolonial
Belanda untuk memecah belah kekuatan bangsa indonesia sehingga belanda akan mudah
mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya di Republik Indonesia. Reaksi rakyat atas
terbentuknya RIS terjadinya demontrasi-demontrasi yang menghendaki pembubaran RIS dan
penggabungan beberapa Negara bagian RIS.
1. Beberapa negara bagian membubarkan diri dan bergabung dengan RI, Negara Jawa Timur,
Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, Negara Kaltim, Kalteng, Dayak, Bangka,
Belitung dan Riau.
2. Negara Padang bergabung dengan Sumatra Barat, Sabang bergabung dengan Aceh.
3. Tanggal 5 April 1950 RIS hanya terdiri dari : Negara Sumatra Timur, Negara Indonesia
Timur, Republik Indonesia.
12
4. Ketiga negara ini (Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Sumatra
Timur) kemudian bersama RIS sepakat untuk kembali ke negara kesatuan dan bukan melabur
ke dalam Republik.
5. Pada tanggal 3 April 1950 dilangsungkan konferensi antara RIS- NIS-NST. Kedua negara
bagian tersebut menyerahkan mendatnya kepada perdana Menteri RIS Moh. Hatta pada
tanggal 12 Mei 1950.
6. Pada 19 Mei 1950 diadakan kesepakatan dan persetujuan yang masing-masing diwakili
oleh : RIS oleh Moh. Hatta, RI oleh dr. Abdul Halim.
7. Hasil kesepakatan “ NKRI akan dibentuk di Jogjakarta, dan pembentukan panitia perancang
UUD.”
8. Pada 15 Agustus 1950, setelah melalui berbagai proses, dilakukan pengesahan UUS RIS
yang bersifat sementara sehingga dikenal dengan UUD’S 1950. Ini menunjukkan akan terjadi
perubahan. UUDS ini di sahkan oleh presiden RIS. UUD RIS terdiri dari campuran UUD 45
dan UUD RIS.
9. Pada 17 Agustus 1950. RIS secara resmi dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk
negara kesatuan.
Republik Indonesia Serikat yang berbentuk federal itu tidak disenangi oleh sebagian
besar rakyat Indonesia, karena sistem federal digunakan oleh Belanda sebagai muslimat
13
untuk menghancurkan RI selain itu bentuk negara serikat tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia dan tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 agustus 1945. Disamping itu, konstitusi federal dianggap hanya menimbulkan
perpecahan. Hal tersebut mendorong keinginan untuk kembali ke negara kesatuan. Pada
dasarnya pembentukan negara-negara bagian adalah keinginan Belanda, bukan kehendak
rakyat karena Belanda ingin menanamkan pengaruhnya dalam RIS. Rapat-rapat umum
diselenggarakan di berbagai daerah, juga demontrasi-demontrasi yang membentuk
pembubaran RIS. Sebagian dari pemimpin RI termasuk yang ada dalam parlemen, bertekat
untuk secepat mungkin menghapus sistem federal dan membentuk negara kesatuan.
Meskipun telah kembali menjadi negara kesatuan sesuai dengan konstitusi yang
berlaku UUDS 1950 pasal 1 ayat (1) banyak sekali timbul upaya pemberontakan di berbagai
daerah hingga tahun 1958. Kondisi ini membuat penyelenggaraan negara tidak optimal
sehingga Presiden harus mengambil tindakan dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang isinya konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali menggunakan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Hal ini mampu meyakinkan
kembali bahwa negara kesatuan merupakan yang terbaik dan menghilangkan keraguan akan
pecahnya negara Indonesia. Dalam Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.” dan Pasal 37 ayat (5) "Khusus mengenai bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan".
UUD RI tahun 1945 secara nyata memiliki spirit agar Indonesia terus bersatu, baik
yang terdapat dalam Pembukaan ataupun dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar yang
langsung menyebutkan tentang Negara Kesatuan RI dalam 5 Pasal, yaitu: Pasal 1 ayat (1),
14
Pasal 18 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5) UUD RI tahun 1945.
Prinsip kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dipertegas dalam alinea
keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
upaya membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dengan menyadari seutuhnya bahwa dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dasar
berdirinya bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan, Pembukaan tersebut tetap
dipertahankan & dijadikan pedoman.
Pembukaan UUD 1945 secara lebih lengkap menyebutkan tujuan nasional negara
Indonesia sebagai berikut:
15
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya,
5. Menjaga NKRI
1. Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya.
3. Menghormati perbedaan suku, budaya, agama, dan warna kulit. Perbedaan yang ada akan
menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena merupakan
salah satu kekayaan bangsa.
16
sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas, kerjasama, dan kesetiakawanan terhadap ikrar
bersama.
Mentaati peraturan, agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan dengan tertib dan
aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat menimbulkan
perpecahan.
18
Pemikiran negara integralistik yang telah berakar pada budaya bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala pada hakikatnya terdiri atas bagian-bagian yang secara mutlak
membentuk suatu kesatuan. Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu,
keluarga-keluarga, kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa,
adapun wilayah terdiri atas pulau-pulau keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan baik
lahir maupun bathin.
19
yaitu perbedaan antara golongan tidak dilarutkan namun dikorelasikan oleh interaksi saling
memberi, serta oleh sintesis yang positif.
Negara pada hakikatnya adalah suatu lembaga kemasyarakatan sehingga negara
adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat mewakili diri dalam Negara, dengan
kewibawaannya dan ia angkat untuk menata dan mengatur dirinya dalam mencapai
kesejahteraan bersama dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah maka negara memandang
masyarakat bukan sebagai objek yang berada di luar negara, melainkan sebagai sumber
genetik dari dirinya. Masyarakat dipandang sebagai pertumbuhan bersama dari berbagai
golongan yang mencapai persatuannya. Maka kesatuan dalam masyarakat bukanlah hanya
masalah lahiriah saja melainkan juga batiniah.
Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat. Negara tidak
memihak pada salah satu golongan, negara bekerja demi kepentingan seluruh rakyat. Hal ini
sebagai konsekuensi bahwa negara pada hakikatnya adalah masyarakat itu sendiri, oleh
karena itu negara untuk semua golongan, semua bagian, dan semua rakyat.
Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
2) Semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.
3) Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang
organis.
4) Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
5) Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.
6) Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.
7) Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.
8) Negara menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
9) Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan (Yamin, 1959).
G. Butiran-Butiran NKRI
1. NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha
Esa
Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah Tuhan adalah
sebagai Sang Pencipta segala sesuatu.
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan, maka
bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah Berketuhanan, demikian pula setiap
warganya juga ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara kebangsaan Indonesia adalah negara
yang mengakui Tuhan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
20
yaitu negara kebangsaan yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memgang teguh cita-cita kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan dengan segala hak dan
kewajibannya.
Negara tidak memaksakan agama. Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah
merupakan hak asasi manusia yang paling mutlak karena langsung bersumber pada martabat
manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan
meningkatkan kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama. Negara wajib
memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga negara pada umumnya dan para
penyelenggara negara khususnya berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
- Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Penyelenggaraan negara harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari
Tuhan baik material maupun spiritual. Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila
“Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita
untuk menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara. Dengan
dasar sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini maka politik negara mendapat dasar moral yang
kuat, sila ini yang menjadi dasar yang memimpin kerohanian rah jalan kebenaran, keadilan,
kebaikan, kejujuran dan persaudaraan.
21
ayat (2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing.
22
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya. Dalam sistem negara liberal
membedakan dan memisahkan antara negara degan agama atau bersifat sekuler.
- Paham Sosialisme Komunis
Komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat,
kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Manusia pada hakikatnya adalah merupakan
sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas. Hak
milik individualitas diganti dengan hak milik kolektif, individualism diganti sosialisme
komunis. Oleh karena tidak adanya hak individu, maka dapat dipastikan bahwa menurut
paham komunisme demokrasi individualis itu tidak ada, yang ada adalah hak komunal.
Hak asasi dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif, sehingga hak individual pada
hakikatnya adalah tidak ada. Atas dasar pengertian inilah maka sebenarnya komunisme
adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia.
23
basis ontologis negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan
YME.
Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci
kemajuan suatu bangsa.
24
kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, ddan akhirnay kapitalislah yang
menguasai negara. Menurut pandangan kaum Marxis-Leninis, sistem demokrasi delegatif
harus dilengkapi, pada prinsipnya denagn suatu sistem yang terpisah tetapi sama pada tingkat
partai komunis. Transisi menuju sosialisme dan komunisme memerlikan kepemimpinan yang
profesional, dari kader-kader revolusioner dan disiplin (Lenin, 1947, dalam Held, 1995).
Berdasarkan teori tersebut, praktek demokrasi merupakan kekuasaan berada ditangan rakyat.
Yang di maksud dengan demokrasi deliberatif secara istilah berarti “konsultasi”,
“menimibang-nimbang”, atau yang sangat populer dalam politik disebut dengan istilah
musyawarah. Jadi, dalam pelaksanaan demokrasi tidak hanya didasarkan atas prinsip
kuantitas metematis belaka, melainkan dalam berbagai aspek ditentukan dengan musyawarah,
dengan berbagai pertimbangan akan tetapi paradigmanya demi kesejahteraan rakyat.
Negara kebangsaan yang bekerdaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, berarti bahwa
kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat dan dalam sistem kenegaraan dilakukan menurut
UUD. Negar kebangsaan yang berkedaulatan rakyat adalah suatu negara
demokrasi monodualis yang berarti bahwa individu sebagai makhluk sosial bukanlah
demokrasi liberal yang hanya mendasarkan pada kodrat manusia sebagai individu saja, dan
bukan pula demokrasi klass yang hanya mengakui manusia sebagai makhluk sosial belaka.
Demokrasi ini mengembangkan demokrasi kebersamaan, berdasarkan asas kekeluargaan
kebebasan individu dalam rangka kesejahteraan bersama.
25
(3) keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antara
warga satu dengan lainnya secara timbal balik (Notonegoro, 1975).
Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia yang berdasarkan
Pancasila sebagai suatu negara kebangsaan, bertujuan untuk melindungi segenap warganya
dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan warganya
(tujuan khusus). Adapun tujuan dalam pergaulan antar bangsa di masyarakat internasional
bertujuan: “ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial”.
Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara
kebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan.
Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan
suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Sehingga sebagai suatu negara hukum harus
terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu: (1) pengakuan dan perlindugan atas hak-hak asasi
manusia, (2) peradilan yang bebas, dan (3) legalitas dalam arti hukum dalam segala
bentuknya.
Dalam realisasinya Pembangunan Nasional adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan
negara, sehingga Pembangunan Nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai
dasar operasional serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan
negara. Dalam realisasinya pemerintah mengembangkan Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Pertimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa Pemerintah Pusat memberikan otonomi yang seluas-luasnya dalam
mengatur dan menjalankan roda pemerintahan daerah masing-masing, dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Berdasarkan asas keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kelima Pancasila,
seharusnya tidak meninggalkan hakikat negara persatuan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, karena
praktek otonomi daerah yang tidak mendasarkan pada prinsip negara persatuan dewasa ini
menimbukan disparitas di bidang ekonomi, sosial, politik bahkan kebudayaan. Prinsipnya
berdasarkan sila kelima Pancasila, prinsip demokrasi melalui otonomi daerah harus tetap
diarahkan pada tujuan pokok negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat dan tetap meletakkan
pada prinsip persatuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
26
Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir dari pengorbanan jutaan jiwa dan raga para
pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan bangsa. Negara Indonesia yang
majemuk diikat oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diartikan walaupun bangsa
indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, ras, adat, budaya dan
bangsa tetapi satu yaitu adalah bangsa Indonesia.
Keempat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, semestinya harus kita jaga, pahami,
hayati dan laksanakan dalam pranata kehidupan sehari-hari, dimana pancasila yang menjadi
sumber nilai menjadi ideologi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai aturan yang semistinya ditaati, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
harga mati, serta Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat. Maka dalam bingkai
empat pilar tersebut yakinlah tujuan yang dicita-citakan bangsa ini akan terwujud.
27
DAFTAR PUSTAKA
- (Pandji, Setidjio2009).
- (Pidato “Lahirnya Pancasila” yang disampaikan Bung Karno di depan Dokuritsu Junbi
Tyoosakai pada 1 Juni 1945).
28