Anda di halaman 1dari 32

NKRI

(Negara Kesatuan Republik Indonesia)

DISUSUN OLEH :
1. Nurul Azizah Eka Fitri
2. Riko Dwi Saputra
3. Sila Lutfia Rohma
4. Tisnawati Setia Cahya Ningrum
5. Yola Oktarina

STIKes Pertamedika
Prodi DIII Radiologi
2019/2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
nikmat dan rahmat kepada kita semua, sehingga kita mampu menyelesaikan tugas pembuatan
makalah  PKN ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen pengampu kami bapak
Amsar A.Dulmanan, M.Si Sehingga kami mampu melaksanakan tugas mata kuliah ini.
Kami juga memohonkan maaf  kepada semuanya apabila dalam makalah yang kami buat
ini kurang maksimal, karena masih terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan, lebih-
lebih mengenai referensi. Untuk itu kami kelompok dua sangat menunggu kritik maupun
saran dari semua pembaca agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik
lagi.

Jakarta, 25 Nopember  2017

i
ii
Daftar Isi
Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................................................1
C. Tujuan pembahasan...................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A.    Pengertian NKRI.....................................................................................................................2
a. Pengertian Hakikat Negara....................................................................................................3
b. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )....................................................................3
B.     Sejarah NKRI..........................................................................................................................6
C.    Proses penentuan bentuk negara indonesia.........................................................................10
D.    Fungsi dan Tujuan NKRI......................................................................................................13
E. Negara Kebangsaan Pancasila.................................................................................................15
F.    Hakikat Negara Integralistik.................................................................................................16
1.      Hubungan antara Individu dan Negara..........................................................................17
2.      Hubungan antara Masyarakat dan Negara....................................................................17
G.     Butiran-Butiran NKRI.........................................................................................................18
1.      NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa....................18
2.      NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab. .21
3.      NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan.................................................21
4.      NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan..............................................22
5.      NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial.........................................23
BAB III...............................................................................................................................................24
PENUTUP..........................................................................................................................................24
A. Kesimpulan............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia (disingkat NKRI), juga dikenal dengan nama
Nusantara yang artinya negara kepulauan. Wilayah NKRI meliputi wilayah kepulauan yang
terbentang dari Sabang sampai Merauke. NKRI adalah Negara kebangsaan. Bangsa Indonesia
sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai makhluk Tuhan yang maha esa,
yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan dan juga
sebagai makhluk social yang senantiasa membutuhkan orang lain. Dalam upaya untuk
merealisasikan harkat dan martabatnya maka manusia membentuk suatu persekutuan hidup
dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki tujuan tertentu. Jadi berdasarkan fakta sejarah
maka Negara Indonesia bukanlah suatu Negara sebagai hasil dari proses persatuan individu-
individu karena persaingan bebas dan penindasan. Negara Indonesia adalah suatu perwujudan
kehidupan bersama suatu bangsa yang tersusun atas berbagai elemenSituasi akhir-akhir ini
kita melihat ada beberapa upaya kelompok-kelompok tertentu yang berupaya untuk memecah
belah NKRI baik dari dalam maupun negara asing. Saat ini Indonesia telah kehilangan arah
dan pegangan ideologi dalam kehidupan berbangsa & bernegara.

B. Rumusan masalah
            1. Pengertian atau yang dimaksud NKRI

            2. Sejarah NKRI

            3. Proses Penentuan Bentuk Negara Indonesia

            4. Fungsi dan Tujuan NKRI

C. Tujuan pembahasan
            1. Untuk mengetahui pengertian NKRI

            2. Agar mengetahui Sejarah NKR

1
            3. Untuk mengetahui proses penentuan bentuk negara indonesia

            4. Serta Mengetahui Fungsi dan Tujuan NKRI

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian NKRI
Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya Negara di dunia memiliki suatu ciri
khas yaitu mengangkat nilai yang telah dimilik sebelum membentuk suatu Negara modern.
Nilai tersebut berupa nilai adat kebudayaan, nilai religious yang beraneka ragam sebagai
suatu unsure Negara. Selain itu Indonesia tersusun atas unsur- unsur wilayah yang terdiri dari
beribu-ribu pulau, sehingga membentuk Negara. Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka
membentuk suatu Negara maka bangsa Indonesia harus memilik karakteristik, ciri khas dari
berbagai keanekaragaman, sifat, dan karakter yang didasarkan pada filsafat pancasila yaitu
suatu Negara persatuan, suatu Negara kebangsaan serta suatu Negara integralistik.
Sebagaimana dirumuskan dalam pembukaan Undang-undang 1945 alinea IV.

Bangsa dan Negara Indonesia terdiri dari berbagai macam unsur yang bentuknya yaitu
suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan, serta agama yang secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu Negara Indonesia adalah Negara yang
berdasarkan pancasila sebagai suatu Negara kesatuan yang termuat dalam pembukaan UUD
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat. Ditegaskan kembali
dalam pokok pikiran pertama bahwa Negara Indonesia adalah Negara persatuan yang
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dalam UUD Negara
Republik Indonesia tahun 1945 pasal; 1 ayat 1 ditentukan bahwa Negara Indonesia adalah
Negara Kesatuan yang berbentuk republic. Berdasarkan ketentuan pasal ini jelas bahwa
bentuk Negara Indonesia adalah Negara kesatuan, bentuk pemerintahan Indonesia adalah
republik. Hakikat Negara kesatuan adalah Negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur
yang membentuknya yaitu rakyat, suku bangsa, golongan, kebudayaan serta agama.

2
NKRI adalah Negara kebangsaan. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di
dunia adalah sebagai makhluk Tuhan yang maha esa, yang memiliki sifat kodrat sebagai
makhluk individu yang memiliki kebebasan dan juga sebagai makhluk social yang senantiasa
membutuhkan orang lain. Dalam upaya untuk merealisasikan harkat dan martabatnya maka
manusia membentuk suatu persekutuan hidup dalam suatu wilayah tertentu yang memiliki
tujuan tertentu. Jadi berdasarkan fakta sejarah maka Negara Indonesia bukanlah suatu Negara
sebagai hasil dari proses persatuan individu-individu karena persaingan bebas dan
penindasan. Negara Indonesia adalah suatu perwujudan kehidupan bersama suatu bangsa
yang tersusun atas berbagai elemen.

a. Pengertian Hakikat Negara


Pengertian Negara, Manusia dalam merealiasisikan dan meningkatkan harkat dan
martabatnya tidaklah mungkin untuk dipenuhinya sendiri, oleh karena itu manusia sebagai
makhluk sosial senantiasa membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah
manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Menurut Harold J. Laski,
bahwa negara adalah suatu masyarakat yang intregasikan karena memiliki wewenang yang
bersifat Mamasa yang secara sah lebih tinggi dari pada individu atau kelompok-kelompok
yang ada dalam negara, jikalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu maupun oleh
kelompok ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat mengikat dan memaksa.
Berdasarkan  pengertian tersebut, maka unsur-unsur negara adalah: wilayah, rakyat
(penduduk), pemerintahan, dan kedaulatan (Budiraharjo, 1981: 42-44.

b. Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )


Bangsa Indonesia dalam panggung sejarah berdirinya di dunia memiliki suatu cara
khas yaitu dengan mengangkat nilai-nilai yang telah dimilikinya sebelum membentuk suatu
negara modern. Nilai-nilai tersebut adalah berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan, serta
nilai religius yang beraneka ragam sebagai suatu unsur. Bangsa Indonesia terdiri atas
berbagai macam suku, kelompok, adat-istiadat, kebudayaan serta agama. Selain itu agama
Indonesia juga tersusun atas unsur-unsur wilayah negara yang terdiri atas beribu-ribu pulau,
sehingga dalam membentuk negara Bangsa Indonesia menentukan untuk mempersatukan
berbagai unsur yang beraneka ragam tersebut dalam suatu negara.
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara, maka bangsa
Indonesia mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang
karena ditentukan oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya, maka bangsa ini mendirikan
suatu negara berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, suatu Negara
Kebangsaan serta Negara yang Bersifat Integralistik. Hal itu sebagaimana dirumuskan dalam
bukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV. Dasar nilai filosofis negara dalam
hubungannya dengan bentuk negara, sebagaimana terkandung dalam Pasal (1)  Undang-
Undang Dasar 1945 berbunyi:

3
“ Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”. Sebagai suatu kajian
hermeneutis, pandangan tentang paham berbentuk negara yang dikemukakan tatkala bangsa
Indonesia mendirikan negara, yaitu dalam Sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945.
Sebagaimana dijelaskan di atas Soepomo mengemukakan pandangannya dengan membahas
tiga teori bentuk negara besar di dunia, yaitu (1) aliran negara yang menyatakan bahwa
negara terdiri atas teori perseorangan (individualisme), sebagaimana diajarkan oleh Thomas
Hobbes, John Locke, J.J. Rousscau, Herbert Spencer, dan Harold J. Laski (2) Aliran lain
adalah teori ‘golongan’ dari negara (class theory) sebagaimana diajarkan oleh Marx, Engles,
dan Lenin. (3) Aliran negara integralistik yang diajarkan oleh Spinoza, Adam Muller, dan
Hegel.
Pendapat Soepomo tersebut nampaknya senada dengan pandangan Soekarno, M.
Hatta dan Yamin, yang menekankan pentingnya integrasi baik individu maupun masyarakat.
Para pendiri Republik ini menyakini dan menyadari bahwa filsafat individualisme-liberalisme
tidak sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Esensi negara kesatuan adalah terletak pada pandangan ontologis tentang hakikat
manusia sebagai subjek pendukung negara. Hakikat negara persatuan adalah masyarakat itu
sendiri. Dalam hubungan ini negara tidak memandang masyarakat sebagai suatu objek yang
berada di luar negara, melainkan sebagai sumber genetik dirinya, masyarakat sebagai suatu
unsur dalam negara yang tumbuh bersama dari berbagai golongan yang ada dalam
masyarakat untuk terselenggaranya kesatuan hidup dalam suatu interaksi saling memberi dan
menerima antar warganya. Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan
dari negara bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara
yang bersifat fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-makhluk sosial
sebagai basis ontologi negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh
Tuhan YME. Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat, negara tidak
memihak pada salah satu golongan, negara bekerja bagi kepentingan seluruh rakyat.
Masyarakat adalah produk dari interaksi antara segenap golongan yang ada didalamnya.
Dengan demikian negara adalah produk dari interaksi antara golongan yang ada dalam
masyarakat. Sebagai produk yang demikian maka ‘logic in it self’  bahwa negara mengatasi
setiap golongan  yang ada dalam setiap golongan yang ada dalam masyarakat (Besar, 1995:
84).
1.      Hakikat Bentuk Negara
Bangsa dan negara Indonesia adalah terdiri atas berbagai macam usut yang
membentuknya yaitu suku bangsa, kepulauan, kebudayaan, golongan serta agama secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan. Oleh karena itu negara Indonesia adalah negara yang
berdasarkan Pancasila sebagi suatu negara kesatuan sebagaimana termuat dalam Pembukaan
UUD 1945, Negara Republik Indonesia yang Berkedaulatan Rakyat. Ditegaskan kembali
Pokok Pikiran Pertama “....bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan yang melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.” Hakikat negara kesatuan dalam
pengertian ini adalah negara yang merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang
membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri atas berbagai macam etnis, suku bangsa, golongan,
kebudayaan, serta agama.
Pengertian ‘Persatuan Indonesia’  lebih lanjut dijelaskan secara resmi dalam
Pembukaan UUD 1945 yang termuat dalam  berita Republik Indonesia  Tahun II No. 7 ,

4
bahwa bangsa Indonesai mendirikan negara Indonesia dipergunakan aliran ‘Negara
Persatuan’ yaitu negara yang mengatasi segala paham golongan dan paham perorangan. Jadi
‘Negara Persatuan’ bukanlah negara berdasarkan indivualisme, sebagaimana diterapkan di
negara liberal di mana negara hanya sebagai suatu iakatan individu saja.
Bhinneka Tunggal Ika: sebagaimana diketahui bahwa walaupun bangsa Indonesia
terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang memiliki karakter, kebudayaan serta adat-
istiadat yang beraneka ragam, namun keseluruhannya merupakan suatu kesatuan dan
persatuan negara dan bangsa Indonesia. Hakikat makna Bhinneka Tunggal Ika  yang
memberikan sesuatu pengertian bahwa meskipun bangsa dan negara Indonesia terdiri atas
bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat-istiadat, kebudayaan serta karakter
berbeda-beda, memiliki agama yang berbeda-beda dan terdiri atas beribu-ribu kepulauan
wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya adalah merupakan suatu persatuan,
yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia. Perbedaan itu adalah merupakan suatu bawaan
kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan YME, namun perbedaan itu untuk dipersatukan
disintesiskan dalam suatu sintesis yang positif dalam suatu negara kebersamaan, negara
persatuan Indonesia (Notonegoro, 1975: 106)

2.      NKRI adalah Negara Kebangsaan


Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia adalah sebagai makhluk
Tuhan YME yang memiliki sifat kodrat sebagai makhluk individu yang memiliki kebebasan
dan juga sebagai makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan orang lain. Sebagaimana
dijelaskan di depan, menurut Yamin, bangsa Indonesia dalam merintis terbentuknya suatu
bangsa dalam panggung politik internasional yaitu suatu bangsa yang modern yang memiliki
kemerdekaan dan kebebasan, berlangsung melalui tiga fase, yaitu zaman kebangsaan
Sriwijaya, negara kebangsaan zaman Majapahit. Kedua zaman negara kebangsaan tersebut
adalah merupakan kebangsaan lama, dan kemudian pada gilirannya masyarakat Indonesia
membentuk suatu Nationals Staat, atau suatu Etat Nationale, yaitu suatu negara kebangsaan
Indonesia Modern menurut susunan kekeluargaan berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
serta kemanusiaan (sekarang Negara Proklamasi 17 Agustus 1945).
a.       Hakikat Bangsa
Manusia sebagai makhluk Tuhan YME pada hakikatnya memiliki sifat kodrat sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial. Suatu bangsa bukanlah suatu manifestasi kepentingan
individu saja yang diikat secara imperatif dengan suatu peraturan perundangan-undangan
sebagaimana dilakukan oleh negara liberal. Demikian juga suatu bangsa bukanlah suatu
totalitas kelompok masyarakat yang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana terjadi
pada bangsa sosialis komunistis.
b.      Teori Kebangsaan
Dakam tumbuh berkembangnya suatu bangsa atau juga disebut sebagai
‘Nation’, terdapat berbagai macam teori besar yang merupakan bahan komporasi bagi proses
pendirian negara Indonesia, untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan
karakter sendiri.

5
c. Teori Kebangsaan Ernest Renan

Hakikat bangsa ditinjau secara ilmiah oleh seorang ahli dari Prancis pada tahun 1982
yang

mengadakan kajian ilmunya tentang bangsa berdasarkan psikologi etnis. Menurut Renan
pokokpokok pikiran bangsa sebagai berikut :

a). Bahwa bangsa adalah suatu jiwa, suatu asas kerohanian.

b). Bahwa bangsa adalah suatu solidaritas yang besar

c). Bangsa adalah suatu hasil sejarah.

d). Bangsa adalah bukan sesuatu yang abadi

e). Wilayah dan ras bukanlah penyebab suatu timbulnya bangsa.

B.     Sejarah NKRI
Bangsa indonesia lahir dan bangkit melalui sejarah perjuangan masyarakat bangsa yang
pernah dijajah oleh Belanda dan Jepang. Akibat penjajahan Bangsa Indonesia sangat
menderita, tertindas lahir dan batin, mental dan materil, mengalami kehancuran di bidang
ekonomi, politik, sosial, budaya dan pertahanan keamanan hingga sisa-sisa kemegahan dan
kejayaan Nusantara seperti Sriwijaya dan Majapahit yang dimiliki rakyat di bumi pertiwi,
sirna dan hancur tanpa sisa.

Sejarah Indonesia meliputi suatu rentang waktu yang sangat panjang dimulai sejak zaman
prasejarah berdasarkan penemuan “Manusia Jawa”. Secara geologi, wilayah Nusantara
merupakan pertemuan antara tiga lempeng benua, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-
Australia, dan lempeng Pasifik.

Para cendikiawan India telah menulis tentang Dwipantara atau kerajaan Hinju Jawa Dwipa
di pulau Jawa dan Sumatera sekitar 200 SM. Bukti fisik awal yang menyebutkan mengenai
adanya dua kerajaan bercorak Hinduisme pada abad ke-5, yaitu kerajaan Tarumanagara yang
mengusai Jawa Barat dan kerajaan Kutai dipesisir sungai mahakam, kalimantan.

6
Dilanjutkan dengan kerajaan Sunda sampai abad ke-16 dan pada abad ke-14 juga menjadi
saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara
tahun 1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini
sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu.

Kejayaan Sriwijaya dan Majapahit merupakan sejarah awal pengenalan wilayah kepulauan
Nusantara yang merupakan tanah air Bangsa Indonesia. Sebutan Nusantara diberikan oleh
seorang pujangga pada masa kerjaan Majapahit, kemudian pada masa penjajahan belanda
sebutan ini diubah oleh pemerintah Belanda menjadi Hindia Belanda.

Indonesia berasal dari bahasa latin indus dan nesus yang berarti india dan pulau-pulau.


Indonesia merupakan sebutan yang diberikan untuk pulau-pulau yang ada di Samudra India
dan itulah yang dimaksud sebagai satuan pulau yang kemudian disebut dengan Indonesia
(Setidjo, Pandji, 2009).

Penduduk yang hidup di wilayah Nusantara menempati ribuan pulau. Nenek moyang
masyarakat Nusantara hidup dalam tata masyarakat yang teratur, bahkan dalam bentuk
sebuah kerajaan kuno, seperti Kutai yang berdiri pada abad V di Kalimantan Timur,
Tarumanegara di jawa barat, dan kerajaan Cirebon pada abad II (Setidjo, Pandji, 2009).
Kemudian beberapa abad setalah itu berdiri kerajaan Sriwijaya pada abad VII, kerajaan
Majapahit pada abad XIII, dan kerajaan Mataram pada abad XVII.

Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram menunjukkan kejayaan yang dimiliki


wilayah Nusantara dan pada waktu itu sejarah mencatat bahwa wilayah Nusantara berhasil
dipersatukan dan mengalami kemakmuran yang dirasakan seluruh rakyat.

Mengenai sejarah Nusantara ini, Bung Karno pernah menyampaikan bahwa: “kita hanya
dua kali mengalami nationale staat, yaitu di jaman Sriwijaya dan di jaman Majapahit...
nationale staat hanya indonesia seluruhnya, yang telah berdiri di jaman Sriwijaya dan
Majapahit dan yang kini pula kita harus dirikan bersama-sama.” (Pidato “Lahirnya
Pancasila” yang disampaikan Bung Karno di depan Dokuritsu Junbi Tyoosakai pada 1 Juni
1945).

Kerajaan Majapahit merupakan cikal bakal Negara Indonesia. Majapahit yang


keberadaannya sekitar abad XIII sampai abad XV adalah kerajaan besar yang sangat berjaya,
terlebih pada masa pemerintahan Mahapatih Gajah Mada yang wafat disekitar 1360-an.

7
Gajah Mada adalah Mahapatih Majapahit yang sangat disegani, dia lah yang berhasil
menyatukan Nusantara yang terkenal dengan “Sumpah Palapa”(sumpah yang menyatakan
tidak akan pernah beristirahat atau berhenti berpuasa sebelum Nusantara bersatu).

Sumpah Palapa ini yang kemudian mengilhami para Founding Fathers kita untuk


menggali kembali, menggunakan dan memelihara visi Nusantara, bersatu dalam wawasan
Nusantara dengan sesanti Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung arti beragam, tetapi tetap
sejatinya satu, yang seharusnya berada dalam satu wadah. Sumpah Palapa yang dikemukakan
Mahapatih Gajah Mada yang kemudian setelah Majapahit berhasil menyatukan daerah-
daerah di luar Jawa Dwipa menjadi Patih Dwipantara atau Nusantara, pada jamannya
merupakan visi globalisasi Majapahit, yaitu meskipun pusat kerajaan berada dipulau Jawa
(Jawa Dwipa), namun dia bertekat menyatukan seluruh wilayah Nusantara (pulau-pulau yang
berada di luar pulau Jawa) dalam satu kesatuan, satu kehendak dan satu jiwa. (Soepandji,
Budi Susilo 2011).

Kerajaan Majapahit yang berumur lebih dari 2 abad harus berakhir karena Majapahit
mengalami Paradoks history setelah Patih Gajah Mada wafat, kerajaan Majapahit mengalami
perpecahan (semacam balkanisasi di Eropa Timur di akhir abad XX) Majapahit sebagai
Negara Bangsa (nationale staat) dalam konteks berbangsa dan bernegara waktu itu sangat
lemah, sehingga konflik-konflik yang terjadi menyulut perpecahan yang lambat laun
mempengaruhi ketahanan Nasional dan menuju ke kehancuran total.

Di tengah kondisi demikian, dan seiring dengan masuknya bangsa-bangsa Eropa ke


wilayah Nusantara sejak di sekitar 1521, mulai Spanyol, Portugis, kemudian disusul Belanda
dengan VOC-nya disekitar 1602, visi wawasan Nusantara Mahapatih Gajah Mada pada masa
Majapahit benar-benar hancur, ditambah penjajahan Belanda dan Jepang yang berlangsung
sekitar 3 setengah abad, meskipun pada 17 Agustus 1945 Indonesia telah memproklamasikan
kemerdekaannya. Namun kenyataannya penjajahan kolonial bisa dikatakan baru berakhir
dengan tuntas sejak 27 Desember 1949 (Soepandji,       Susilo Budi, 2011).

Sejak berakhirnya masa kerajaan di Indonesia, masuklah  bangsa barat seperti Portugis dan
Spanyol yang disusul oleh Bangsa Belanda pada abad XV       I tepatnya 1596. Belanda
cukup berhasil mengusai Indonesia, mereka mengeruk keuntungan sebesar-besarnya
sementara rakyat Indonesia mengalami penderitaan lahir dan batin. Belanda melakukan

8
dominasi politik, ekspolitasi ekonomi dan memperlakukan rakyat Indonesia dengan
diskriminasi rasial kepada rakyat Indonesia.

Kondisi masyarakat yang semakin parah akibat penjajahan tersebut membangkitkan


perlawanan yang dipimpin oleh para tokoh perjuangan di antaranya Sultan Ageng Tirtayasa,
Cik Dik Tiro, Teuku Umar, Sultan Hasanuddin, Imam Bonjol, Panglima Polim dan Pangeran
Diponegoro. Namun perlawanan-perlawanan tersebut mengalami kegagalan karena pada
waktu itu belum terpupuk kesadaran Nasional dan perjuangan yang dilakukan masih bersifat
kedaerahan (Setidjo, Pandji, 2009).

Perlawanan terhadap penjajahan belanda  terus dilakukan, secara fisik maupun politik.


Munculnya kesadaran para pejuang dan golongan terpelajar Indonesia serta situasi
Internasional yang menimbulkan pergerakan di kalangan Negara-negara terjajah, pada 20
Mei 1908 di Jakarta berdirilah Boedi Oetomo yang didirikan oleh Dr. Soetomo dan kawan-
kawan dengan ketuanya Dr. Wahidin Sudiro Husodo.

Setalah Boedi Oetomo pada 1908, kemudian dilanjutkan dengan berdirinya Serikat
Dagang Islam pada 1909 pimpinan H.Samanhudi yang kemudian pada 1911 berubah menjadi
Serikat Islam dibawah pimpinan HOS Tjokroaminoto. Pada 1912 berdiri organisasi Islam
Muhammadiyah di Yogyakarta dibawah pimpinan K.H Ahmad Dahlan. Setalah itu pada 1915
beridiri Indische Party yang didirikan oleh tiga serangkai, yaitu dr.Tjipto Mangunkusumo, Ki
Hajar Dewantara, dan Douwes Dekker. Kemudian pada 1920 Indische Social Demokratische
partji atau ISDP dan bagian dari Serikat Islam berubah menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Selanjutnya pada 1926 dikalangan Ulama Nusantara lahirlah Jamiyah Nahdlatul
Ulama dibawah pimpinan K.H. Hasyim Asy’ari di Surabaya. Berikutnya, pada tahun 1927
berdiri Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipimpin oleh Ir.Soekarno dengan tujuan untuk
Indonesia Merdeka.

Pada 1928, lahirlah Sumpah Pemuda yaitu golongan pemuda yang menghendaki
persatuan, bertujuan mencanangkan cita-cita kemerdekaan, dan memperjuangkan Indonesia
Merdeka. Melalui kongresnya yang ke-2 pada 27 dan 28 Oktober 1928 di Jakarta, yang
dihadiri 750 orang pada masing-masing perwakilan organisasi PPPI, Jong Java, Jong
Islamiten Bond, Jong Sumateranen Bond, Pemuda Indonesia Jong Celebes, Jong Ambon,
Jong Batak, dan Pemuda Kaum Betawi, lahirlah Sumpah Pemuda.

9
Pencetus Sumpah Pemuda adalah perhimpunan Indonesia Nederland, Partai Nasional
Indonesia, dan Pemuda Indonesia. Sumpah Pemuda inilah yang menjadi cikal bakal
pendorong perjuangan kemerdekaan Indonesia yang semakin tegas memperkuat persatuan
Nasional sebagai bekal yang makin kuat menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Pada saat perang dunia II berlangsung, pada 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui
Tarakam, Minahasa dan Sulawesi, Balikpapan, Ambon, Batavia dan Bandung. Belanda
menyerah kepada tentara Jepang pada 9 Maret 1942.

Sejak itulah, Bangsa Indonesia berada dalam jajahan tentara Jepang dam wilayah
Indonesia dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pertama: Pulau Jawa dan Sumatera dibawah
kekuasaan Angkatan Darat, dan kedua: Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian, dan Nusa
Tenggara dibawah kekuasaan Angkatan Laut.

Bangsa Indonesia terus melakukan perlawanan terhadap tentara Jepang dan perlawanan
tetap  berlanjut sampai tentara Jepang terdesak oleh Sekutu pada 1944-1945. Pada 29 April
1945, pemerintah Jepang membentuk sebuah Badan yang bertugas menyelidiki kemungkinan
Indonesia Merdeka. Badan tersebut bernama Dokuritzu Junbi Choosakai atau BPUPKI yang
dilantik pada 28 Mei 1945.

BPUPKI melaksanakan persidangan selama dua kali, yaitu pada 29 Mei sampai 1 Juni
1945 dan 10 sampai 17 Juli 1945. Sesuai tugas yang diberikan kepada BPUPKI, penyelidikan
usaha-usaha kemerdekaan Indonesia ditingkatkan menjadi mempersiapkan kemerdekaan
dengan cara antara lain merumuskan dasar Negara sebagai landasan Negara untuk Negara
yang akan dibentuk.

Selain perjuangan yang dilakukan dalam sidang BPUPKI, pejuang Indonesia juga tetap
dilakukan melalui gelar perlawanan dibawah tanah.

Setelah BPUPKI menyelesaikan tugas dan melaporkan kepada pemerintah Jepang,


BPUPKI kemudian dibubarkan dan dengan usul BPUPKI dibentuklah PPKI pada 7 Agustus
1945. Pada 14 Agustus 1945, melalui Radio Suara Amerika, diberitakan bahwa Hirosima dan
Nagasaki dibom, dan karena kejadian ini pemerintah Jepang menyerah kepada Sekutu.
Bersamaan dengan peristiwa tersebut, tentara Inggris dengan nama South East Asia
Command yang bertugas menduduki wilayah Indonesia, menerima penyerahan kekuasaan
dari tangan Jepang (Setidjio, Pandji,2009).

10
Ketika kekosongan kekuasaan karena Jepang telah menyerah dan tentara Sekutu belum
mendarat di Indonesia, Rakyat Indonesia yang diwakili oleh toko pejuang Bangsa berhasil
menyusun Naskah Proklamasi dirumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, Jalam Imam
Bonjol, Jakarta dan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 di
Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Naskah Proklamasi tersebut disusun oleh
Ir.Soekarno, Drs.Mohammad Hatta, dan Mr.Achmad Soebardjo.

Proklamasi merupakan momentum pembebasan dan berakhirnya untuk memulai


kehidupan berNegara, dan melanjutkan cita-cita perjuangan sebagai Negara Indonesia yang
Merdeka.

C.    Proses penentuan bentuk negara indonesia


Awal tahun 1950 merupakan periode krusial bagi Indonesia. Pertentangan dan konflik
untuk menentukan bentuk negara bagi bangsa dan negara Indonesia tengah berlangsung. Pada
satu sisi, secara resmi saat itu Indonesia merupakan negara federal, sebagaimana hasil
Konferensi Meja Bundar (KMB). Akan tetapi, pada saat  yang bersamaan muncul gerakan
yang menentang keberadaan negara federal itu. Gerakan ini eksis bukan saja dari kalangan
elit. Tetapi juga dikalangan masyarakat bawah. Gerakan tersebut menghendaki diubahnya
bentuk negara federal menjadi Negara Kesatuan.

Dengan diratifikasinya hasil-hasil KMB oleh KNIP yang bersidang tanggal 6-15
Desember 1949, terbentuklah Republik Indonesia Serikat (RIS). Negara yang berbentuk
federal ini terdiri dari 16 negara bagian yang masing-masing mempunyai luas daerah dan
jumlah penduduk yang berbeda. Negara bagian yang terpenting, selain Republik Indonesia
yang mempunyai daerah terluas dan penduduk yang terbanyak, ialah Negara Sumatra Timur,
Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan, Dan Negara Indonesia Timur.  Sebagian besar
negara bagian yang tergabung dalam RIS mendukung untuk terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).

Bagian terpenting dari keputusan KMB adalah terbentuknya Negara Republik


Indonesia Serikat. Memang hasil KMB diterima oleh pemerintah Republik Indonesia. Namun
hanya setengah hati. Hal ini terbukti dengan adanya pertentangan dan perbedaan antar
kelompok bangsa.

11
Dampak dari terbentuknya negara RIS adalah konstitusi yang digunakan bukan lagi
UUD 1945, melainkan konstitusi RIS tahun 1949. Dalam pemerintahan RIS  jabatan presiden
dipegang oleh Ir. Soekarno, dan Drs. Mohammad hatta sebagai perdana menteri. Berdasarkan
pandangan kaum nasionalis pembentukan RIS merupakan strategi pemerintah kolonial
Belanda untuk memecah belah kekuatan bangsa indonesia sehingga belanda akan mudah
mempertahankan kekuasaan dan pengaruhnya di Republik Indonesia. Reaksi rakyat atas
terbentuknya RIS terjadinya demontrasi-demontrasi yang menghendaki pembubaran RIS dan
penggabungan beberapa Negara bagian RIS.

Belanda membentuk federal sementara yang akan berfungsi sampai terbentuknya


negara Indonesia Serikat. Dalam hal ini, RI baru akan diizinkan masuk  dalam NIS jika
permasalahan dengan Belanda sudah dapat teratasi. Selain itu, Belanda berusaha
melenyapkan RI dengan melaksanakan Agresi Militer II. Belanda berharap jika RI
dilenyapkan, Belanda dapat dengan mudah mengatur negara-negara bonekanya. Akan tetapi,
perhitungan Belanda melesat. Agresi militer belanda II, menyebabkan Indonesia
mendapatkan simpati dari negara Internasional. Akhirnya, Belanda harus mengakui
Kedaulatan Indonesia berdasarkan hasil Konferensi Meja Bundar.

Pada tanggal 27 Desember 1949 diadakan penandatanganan pengakuan kedaulatan.


Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda, Indonesia berubah menjadi Negara Serikat.
Akibatnya terbentuklah Republik Negara Serikat. Meskipun demikian, bangsa Indonesia
bertekad untuk mengubah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kurang dari
delapan bulan masa berlakunya, RIS berhasil dikalahkan oleh semangat persatuan bangsa
Indonesia.

Proses kembalinya ke NKRI:

1.      Beberapa negara bagian membubarkan diri dan  bergabung dengan RI, Negara Jawa Timur,
Negara Pasundan, Negara Sumatra Selatan, Negara Kaltim, Kalteng, Dayak, Bangka,
Belitung dan Riau.

2.      Negara Padang bergabung dengan Sumatra Barat, Sabang bergabung dengan Aceh.

3.      Tanggal 5 April 1950 RIS hanya terdiri dari : Negara Sumatra Timur, Negara Indonesia
Timur, Republik Indonesia.

12
4.      Ketiga negara ini (Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, Negara Sumatra
Timur) kemudian bersama RIS sepakat untuk kembali ke negara kesatuan dan bukan melabur
ke dalam Republik.

5.      Pada tanggal 3 April 1950 dilangsungkan konferensi antara RIS- NIS-NST. Kedua negara
bagian tersebut menyerahkan mendatnya kepada perdana Menteri RIS Moh. Hatta pada
tanggal 12 Mei 1950.

6.      Pada 19 Mei 1950 diadakan kesepakatan dan persetujuan yang masing-masing diwakili
oleh : RIS oleh Moh. Hatta, RI oleh dr. Abdul Halim.

7.      Hasil kesepakatan “ NKRI akan dibentuk di Jogjakarta, dan pembentukan panitia perancang
UUD.”

8.      Pada 15 Agustus 1950, setelah melalui berbagai proses, dilakukan pengesahan UUS RIS
yang bersifat sementara sehingga dikenal dengan UUD’S 1950. Ini menunjukkan akan terjadi
perubahan. UUDS ini di sahkan oleh presiden RIS. UUD RIS terdiri dari campuran UUD 45
dan UUD RIS.

9.      Pada 17 Agustus 1950. RIS secara resmi dibubarkan dan Indonesia kembali ke bentuk
negara kesatuan.

Indonesia  mengalami perubahan bentuk Negara kesatuan menjadi Negara federal


bukan saja disebabkan oleh faktor dalam negeri, tetapi ada hubungannya dengan kehadiran
Belanda. Kuatnya keinginan Belanda sebagai Negara koloni untuk mempertahankan
pengaruh dan kekuasaanya di Indonesia membuat Negara ini sempat mengalami perubahan
bentuk Negara. Terjadinya perubahan dari Negara federal menjadi Negara kesatuan tidak
dapat disangkal disebabkan dukungan politik dari masyarakat Indonesia terhadap ide Negara
federal sesunguhnya sangat lemah. Ide negara federal muncul dari ambisi politik orang-orang
Belanda yang sepertinya takut negerinya tidak lagi mempunyai peran di Asia. Oleh karena
itulah ketika masalah kemerdekaan Indonesia sudah tidak dapat ditawar lagi, mereka
memperkenalkan ide mengenai pembentukan negara federal.

Republik Indonesia Serikat yang berbentuk federal itu tidak disenangi oleh sebagian
besar rakyat Indonesia, karena sistem federal digunakan oleh Belanda sebagai muslimat

13
untuk menghancurkan RI selain itu bentuk negara serikat tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia dan tidak sesuai dengan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia pada
tanggal 17 agustus 1945. Disamping itu, konstitusi federal dianggap hanya menimbulkan
perpecahan. Hal tersebut mendorong keinginan untuk kembali ke negara kesatuan. Pada
dasarnya pembentukan negara-negara bagian adalah keinginan Belanda, bukan kehendak
rakyat karena Belanda ingin menanamkan pengaruhnya dalam RIS. Rapat-rapat umum
diselenggarakan di berbagai daerah, juga demontrasi-demontrasi yang membentuk
pembubaran RIS. Sebagian dari pemimpin RI termasuk yang ada dalam parlemen, bertekat
untuk secepat mungkin menghapus sistem federal dan membentuk negara kesatuan.

Meskipun telah kembali menjadi negara kesatuan sesuai dengan konstitusi yang
berlaku UUDS 1950 pasal 1 ayat (1) banyak sekali timbul upaya pemberontakan di berbagai
daerah hingga tahun 1958. Kondisi ini membuat penyelenggaraan negara tidak optimal
sehingga Presiden harus mengambil tindakan dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli
1959 yang isinya konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia kembali menggunakan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Hal ini mampu meyakinkan
kembali bahwa negara kesatuan merupakan yang terbaik dan menghilangkan keraguan akan
pecahnya negara Indonesia. Dalam Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.” dan Pasal 37 ayat (5) "Khusus mengenai bentuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan".

Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin kokoh setelah dilaksanakan


amandemen dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
diawali dari adanya kesepakatan MPR yang salah satunya yaitu tidak mengganti bunyi
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sedikitpun &
terus mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi bentuk final negara
Indonesia. Kesepakatan untuk tetap mempertahankan bentuk negara kesatuan dilandasi
pertimbangan bahwa negara kesatuan merupakan bentuk yang ditetapkan dari mulai
berdirinya negara Indonesia & dianggap paling pas untuk mengakomodasi ide persatuan
sebuah bangsa yang plural atau majemuk dilihat dari berbagai latar belakang.

UUD RI tahun 1945 secara nyata memiliki spirit agar Indonesia terus bersatu, baik
yang terdapat dalam Pembukaan ataupun dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar yang
langsung menyebutkan tentang Negara Kesatuan RI dalam 5 Pasal, yaitu: Pasal 1 ayat (1),

14
Pasal 18 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5) UUD RI tahun 1945.
Prinsip kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia dipertegas dalam alinea
keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
upaya membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Dengan menyadari seutuhnya bahwa dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah dasar
berdirinya bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan, Pembukaan tersebut tetap
dipertahankan & dijadikan pedoman. 

D.    Fungsi dan Tujuan NKRI


Dalam kaitan dengan negara, tujuan adalah apa yang secara ideal akan dicapai oleh
negara, sedangkan fungsi merupakan pelaksanaan tujuan yang hendak dicapai. Jadi, negara
adalah alat dan bukan sebagai tujuan itu sendiri.

Pembukaan UUD 1945 secara lebih lengkap menyebutkan tujuan nasional negara
Indonesia sebagai berikut:

1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

2. Memajukan kesejahteraan umum,

3. Mencerdaskan kehidupan bangsa,

4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian


abadi, dan keadilan sosial.

Menurut Miriam Budiardjo, setiap negara menyelenggarakan beberapa minimum fungsi,


yaitu:

1. Melaksanakan penertiban untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-


bentrokan dalam masyarakat,

15
2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya,

3. Pertahanan, untuk menjaga serangan dari luar,

4. Menegakkan keadilan melalui badan-badan pengadilan.

5. Menjaga NKRI

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menandai lahirnya bangsa Indonesia. Sejak


saat itu, Indonesia menjadi negara yang berdaulat dan berhak untuk mementukan nasib dan
tujuannya sendiri. Bentuk negara yang dipilih oleh para pendiri bangsa adalah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Meski dalam perjalanan sejarah ada upaya untuk menggantikan bentuk
negara, tetapi upaya itu tidak bertahan lama dan selalu digagalkan oleh rakyat. Hingga saat ini
negara kesatuan itu tetap dipertahankan. Sebagai generasi penerus bangsa kita merasa terpanggil
untuk turut serta dalam usaha membela negara. Berikut beberapa sikap dan perilaku
mempertahankan NKRI:

1.      Menjaga wilayah dan kekayaan tanah air Indonesia, artinya menjaga seluruh kekayaan 
alam yang terkandung di dalamnya.

2.      Menciptakan ketahanan nasional, artinya setiap warga negara menjaga keutuhan,


kedaulatan negara, dan mempererat persatuan bangsa.

3.      Menghormati perbedaan suku, budaya, agama, dan warna kulit. Perbedaan yang ada akan
menjadi indah jika terjadi kerukunan, bahkan menjadi sebuah kebanggaan karena merupakan
salah satu kekayaan bangsa.

4.      Mempertahankan kesamaan dan kebersamaan, yaitu kesamaan memiliki bangsa, bahasa


persatuan, dan tanah air Indonesia, serta memiliki pancasila, Undang-Undang Dasar 1945,
dan Sang Saka Merah putih. Kebersamaan dapat diwujudkan dalam bentuk mengamalkan
nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.

5.      Memiliki semangat persatuan yang berwawasan nusantara, yaitu semangat mewujudkan


persatuan dan kesatuan di segenap aspek kehidupan sosial, baik alamiah maupun aspek sosial
yang menyangkut kehidupan bermasyarakat. Wawasan nusantara meliputi kepentingan yang

16
sama, tujuan yang sama, keadilan, solidaritas, kerjasama, dan kesetiakawanan terhadap ikrar
bersama.

6. Memiliki wawasan nusantara berarti memiliki ketentuan-ketentuan dasar yang harus


dipatuhi, ditaati, dan dipelihara oleh semua komponen masyarakat. Ketentuan-ketentuan itu,
antara lain Pancasila sebagai landasan dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional.
Ketentuan lainnya dapat berupa peraturan-peraturan yang berlaku di daerah yang mengatur
kehidupan bermasyarakat.

Mentaati peraturan, agar kehidupan berbangsa dan bernegara berjalan dengan tertib dan
aman. Jika peraturan saling dilanggar, akan terjadi kekacauan yang dapat menimbulkan
perpecahan.

 E. Negara Kebangsaan Pancasila


Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang, sejak
zaman kerajaan-kerajaan Sriwijaya, Majapahit serta dijajah oleh bangsa asing selama tiga
setengah abad. Unsur masyarakat yang membentuk bangsa Indonesia terdiri atas berbagai
macam suku bangsa, berbagai macam adat-istiadat kebudayaan dan agama, serta berdiam
dalam suatu wilayah yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Oleh karena itu, keadaan yang
beraneka ragam tersebut bukanlah merupakan suatu perbedaan untuk dipertentangkan,
melainkan perbedaan itu justru merupakan suatu daya penarik ke arah suatu kerjasama
persatuan dan kesatuan dalam suatu sintesis dan sinergi yang positif, sehingga
keanekaragaman itu justru terwujud dalam suatu kerjasama yang luhur.
Adapun unsur-unsur yang membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah
sebagai berikut:
a.       Kesatuan Sejarah: bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dari suatu proses sejarah,
yaitu sejak zaman prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit, kemudian datang penjajah,
tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya memproklamasikan sebagai bangsa yang
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah negara Republik Indonesia.
b.      Kesatuan Nasib: yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena memiliki kesamaan nasib
yaitu penderitaan penjajahan selama tiga setengah abad dan memperjuangkan demi
kemerdekaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan kegembiraan bersama atas karunia
Tuhan Yang Maha Esa tentang kemerdekaan.
c.       Kesatuan Kebudayaan: Walaupun bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman
kebudayaan, namun keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yaitu kebudayaan
nasional Indonesia. Jadi, kebudayaan nasional Indonesia tumbuh dan bekembang di atas akar-
akar kebudayaan daerah yang menyusunnya.
d.      Kesatuan Wilayah: bangsa ini hidup dari mencapai penghidupan dalam wilayah Ibu
Pertiwi, yaitu satu tumpah darah Indonesia.
17
e.       Kesatuan Asas Kerokhanian: bangsa ini sebagai satu bangsa memiliki kesamaan cita-
cita, kesamaan pandangan hidup dan  filsafat hidup yang berakar dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri yaitu pandangan hidup Pancasila (Notonegoro, 1975:106).

F.    Hakikat Negara Integralistik


Pancasila sebagai asas kerokhanian bangsa dan negara pada hakikatnya merupakan
suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian inilah maka
bangsa Indonesia dengan keanekaragamannya tersebut membentuk suatu kesatuan integral
sebagai suatu bangsa yang merdeka. Bangsa Indonesia yang membentuk suatu persekutuan
hidup dengan mempersatukan keanekaragaman yang dimilikinya dalam suatu kesatuan
integral yang disebut negara Indonesia, Soepomo pada sidang pertama BPUPKI tanggal 31
Maret 1945, mengusulkan tentang paham integralistik yang dalam kenyataan objektivnya
berakar pada budaya bangsa. Pemikiran Soepomo tentang negara integralistiktersebut adalah
sebagai berikut:
“Maka semangat kebatinan, struktur kerokhanian dari bangsa Indonesia bersifat dan cita-cita
persoalan hidup, yaitu persatuan antara dunia luar dan dunia bathin, antara makrokosmos dan
mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya. Segala manusia sebagai golongan
manusia itu tiap-tiap masyarakat dalam pergaulan hidup di dunia dianggap mempunyai
tempat dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri menurut kodratnya dan segala-
segalanya ditujukan kepada keseimbangan lahir dan bathin. Manusia sebagai seseorang tidak
terpisah dari seseorang yang lain atau dunia luar, dari golongan manusia, maka segala sesuatu
bercampur baur bersangkut paut, segala sesuatu berpengaruh dan kehidupan mereka
bersangkut paut” (Sekretariat Negara, 1995).
Kesatuan integral bangsa bangsa dan negara Indonesia dipertegas dalam pokok
pikiran pertama, “....Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia”. Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam pengertian yang demikian ini
maka manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang saling tergantung, sehingga hakikat
manusia itu bukanlah total individu dan juga bukan total makhluk sosial. Relasi yang saling
tergantung tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah merupakan suatu suatu totalitas
makhluk individu dan makhluk sosial. Adapun penjelmaan dalam wujud persekutuan hidup
bersama adalah terwujud dalam suatu bangsa yang memiliki kesatuan integralistik (Besar,
1995: 77, 78). Dalam pengertian ini paham integralistik memberikan suatu prinsip bahwa
negara adalah suatu kesatuan integral dari unsur-unsur yang menyusunnya, negara mengatasi
semua golongan bagian-bagian yang membentuk negara, negara tidak memihak pada suatu
golongan betapapun golongan tersebut sebagai golongan terbesar. Negara dan bangsa adalah
untuk semua unsur yang membentuk kesatuan tersebut.
Paham integralistik yang terkandung dalam Pancasila meletakkan azas kebersamaan
hidup, mendambakan keselarasan dalam hhubungan antar individu maupun masyarakat.
Dalam pengertian ini paham negara integralistik tidak memihak pada yang kuat, tidak
mengenal dominasi mayoritas dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka di dalamnya
terkandung nilai kebersamaan, kekeluargaan, ke-“Bhinneka Tunggal Ikaan”, nilai religius,
serta keserasian (Parieta, 1995:274).

18
Pemikiran negara integralistik yang telah berakar pada budaya bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala pada hakikatnya terdiri atas bagian-bagian yang secara mutlak
membentuk suatu kesatuan. Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai individu,
keluarga-keluarga, kelompok-kelompok, golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa,
adapun wilayah terdiri atas pulau-pulau keseluruhannya itu merupakan suatu kesatuan baik
lahir maupun bathin.

1.      Hubungan antara Individu dan Negara


Manusia pada hakikatnya adalah makhluk jasmani rokhani, makhluk pribadi dan
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, serta manusia adalah makhluk individu dan
makhluk sosial. Keseluruhan unsur hakikat manusia tersebut adalah merupakan suatu totalitas
yang bersifat ‘majemuk tunggal’ atau ‘monopluralis’. Sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial yang merupakan sifat dasar dari totalitas manusia dalam negara.
Dalam negara sebagai suatu totalitas senantiasa terdapat sejumlah subjek yang senantiasa
berelasi antara satu dengan lainnya. Relasi yang memacu ke arah terbentuknya kebersamaan
yang bersifat totalitas hanyalah relasi yang ekuivalensi, yaitu di satu sisi mengandung
kemiripan atau kesamaan. Kemiripan membuat subjek saling membutuhkan dengan lain
perkataan ‘saling tergantung’. Perpaduan antara ‘saling relevan’ dengan ‘saling tergantung’
inilah yang menggerakkan terjadinya interaksi antar subjek serta tanggapan yang memadai
terhadap kondisi saling tergantung adalah ‘saling memberi’ antar subjek, bilamana mereka
menghendaki terpeliharanya eksistensinya dalam negara. Hanya dengan perantara interaksi
antar subjek dengan saling memberi serta saling tergantung, maka dapat memelihara
eksistensinya dalam kebersamaan. Hal ini telah terekspresi dalam akar budaya Indonesia
dalam ungkapan-ungkapan, “bersatu kita teguh bercerai kita runtuh”, “Persatuan Indonesia”,
“Wawasan Nusantara”, serta “Bhinneka Tunggal Ika”.
Totalitas dalam kehidupan negara itu, secara alami memberikan karakteristik pada
manusia (1) manusia adalah makhluk yang saling tergantung antara satu dan lainnya maupun
dengan lingkungannya, (2) tugas hidup manusia secara kodrat adalah memberi kepada
lingkungannya. (Besar, 1995: 77, 78).
Jati diri integralistik Indonesia memang sebagai suatu paham tersendiri di samping
paham-paham besar dunia yaitu individualisme, liberalisme, dan sosialisme-komunisme.

2.      Hubungan antara Masyarakat dan Negara


Negara adalah produk dari masyarakat, karena negara merupakan lembaga
kemasyarakatan. Dalam pengertian negara sebagai suatu totalitas, masyarakat itu dalam
dirinya bersemayam hasrat mengorganisasikan diri, sehingga ‘organisasi’ dan ‘ketaatan’
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam masyarakat negara. Organisasi terjadi
secara alami berkat dorongan batin, sedang ketaatan sebagai konsekuensi logis dari organisasi
negara. Hal ini dikarenakan dalam negara antara individu senantiasa terdapat hubungan saling
ketergantungan dan saling memberi. Negara pada hakikatnya merupakan lembaga
keterorganisasian diri masyarakat. Oleh karena itu, betapapun masyarakat terdiri dari
golongan-golongan, kelompok-kelompok, suku bangsa-suku bangsa, namun secara
keseluruhan mengungkapkan suatu totalitas yang di dalamnya terkandung roh persatuan,

19
yaitu perbedaan antara golongan tidak dilarutkan namun dikorelasikan oleh interaksi saling
memberi, serta oleh sintesis yang positif.
Negara pada hakikatnya adalah suatu lembaga kemasyarakatan sehingga negara
adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat mewakili diri dalam Negara, dengan
kewibawaannya dan ia angkat untuk menata dan mengatur dirinya dalam mencapai
kesejahteraan bersama dalam hidupnya. Dalam pengertian inilah maka negara memandang
masyarakat bukan sebagai objek yang berada di luar negara, melainkan sebagai sumber
genetik dari dirinya. Masyarakat dipandang sebagai pertumbuhan bersama dari berbagai
golongan yang mencapai persatuannya. Maka kesatuan dalam masyarakat bukanlah hanya
masalah lahiriah saja melainkan juga batiniah.
Negara mengatasi semua golongan yang ada dalam masyarakat. Negara tidak
memihak pada salah satu golongan, negara bekerja demi kepentingan seluruh rakyat. Hal ini
sebagai konsekuensi bahwa negara pada hakikatnya adalah masyarakat itu sendiri, oleh
karena itu negara untuk semua golongan, semua bagian, dan semua rakyat.
Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangan tersebut
adalah sebagai berikut:
1)      Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
2)      Semua golongan, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.
3)      Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang
organis.
4)      Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
5)      Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan atau perseorangan.
6)      Negara tidak menganggap kepentingan seseorang sebagai pusat.
7)      Negara tidak hanya untuk menjamin kepentingan seseorang atau golongan saja.
8)      Negara menjamin kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
9)      Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang
tak dapat dipisahkan (Yamin, 1959).

G.     Butiran-Butiran NKRI
1.      NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha
Esa
Negara Pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang Ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa. Landasan pokok sebagai pangkal tolak paham tersebut adalah Tuhan adalah
sebagai Sang Pencipta segala sesuatu.
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan, maka
bangsa dan negara sebagai totalitas yang integral adalah Berketuhanan, demikian pula setiap
warganya juga ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara kebangsaan Indonesia adalah negara
yang mengakui Tuhan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
20
yaitu negara kebangsaan yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memgang teguh cita-cita kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan dengan segala hak dan
kewajibannya.
Negara tidak memaksakan agama. Kebebasan beragama dan kebebasan agama adalah
merupakan hak asasi  manusia yang paling mutlak karena langsung bersumber pada martabat
manusia yang berkedudukan kodrat sebagai pribadi dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Setiap umat beragama memiliki kebebasan untuk menggali dan
meningkatkan kehidupan spiritualnya dalam masing-masing agama. Negara wajib
memelihara budi pekerti yang luhur dari setiap warga negara pada umumnya dan para
penyelenggara negara khususnya berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
- Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Penyelenggaraan negara harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari
Tuhan baik material maupun spiritual. Hal ini ditegaskan oleh Moh. Hatta, bahwa sila
“Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan dasar yang memimpin cita-cita kenegaraan kita
untuk menyelenggarakan yang baik bagi masyarakat dan penyelenggara negara. Dengan
dasar sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini maka politik negara mendapat dasar moral yang
kuat, sila ini yang menjadi dasar yang memimpin kerohanian rah jalan kebenaran, keadilan,
kebaikan, kejujuran dan persaudaraan.

- Hubungan Negara dengan Agama


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia
sebagai warga hidup bersama berkedudukan sebagai makhluk pribadi dan sebagai
makhlukTuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, ia memiliki hak
dan kewajiban untuk memenuhi harkat kemanusiaannya yaitu menyembah kepada Tuhan
Ynang Maha Esa. Manifestasi hubungan manusia dengan Tuhannya adalah terwujud dalam
agam. Negara adalah produk manusia sehingga merupakan hasil budaya manusia, sedangkan
agama adalah bersumber pada wahyu Tuhan yang bersifat mutlak. Dalam hidup keagamaan
manusia memiliki hak-hak dan kwajiban yang didasarkan atas keimanan dan ketaqwaannya
terhadap Tuhannya, sedangkan dalam negara manusia memiliki hak-hak dan kewajiban
secara horizontal dalam hubungannya dengan manusia lain.

1)      Hubungan Negara dengan Agama Menurut Pancasila


Negara Indonesia yang berdasarkan pancasila adalah bukan negara sekuler yang
memisahkan negara dengan agama, karena hal ini tercantum dalam pasal 29 ayat (1) yang
intinya bahwa negara sebagai persekutuan hidup adalah Berketuhanan Yang Maha Esa.
Konsekuensinya segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara harus sesuai
dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan.
Negara Pancasila pada hakikatnya megatasi segala agama dan menjamin kehidupan
agama dan umat beragama, karena beragama adalah hak asasi yang bersifat mutlak. Pasal 29

21
ayat (2) memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara untuk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan dan ketaqwaan masing-masing.

2)      Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Theokrasi


Hubungan negara dengan agama menurut paham Theokrasi bahwa antara negara
dengan agama tidak dapat dipisahkan. Negara menyatu dengan agama, pemerintahan
dijalankan berdasarkan firman-firman Tuhan, segala tata kehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan negara didasarkan atas firman-firman Tuhan.

3)      Hubungan Negara dengan Agama Menurut Sekularisme


Paham sekularisme membedakan dan memisahkan antara agama dan negara.
Sekularisme berpandangan bahwa negara adalah masalah-masalah keduniawian hubungan
manusia dengan manusia, adapun agama adalah urusan akhirat yang menyangkut hubungan
manusia dengan Tuhan.
Negara adalah urusan hubungan horizontal antara manusia dalam mencapai
tujuannya, adapun agama adalah menjadi urusan umat masing-masing agama. Walaupun
dalam negaa sekuler membedakan antara negara dengan agama, namun lazinya warga negara
diberikan kebebasan dalam memeluk agama masing-masing.
- Paham Liberal
Manusia menurut paham liberalisme memandang bahwa manusia sebagai manusia pribadi
yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu memiliki
potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka dalam
hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi ancaman
bagi manusia lainnya. Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu,
dan untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur negara.
Atas dasar fundamental hakikat manusia tersebut maka dalam kehidupan masyarakat bersama
yang disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi, bahkan hal ini merupakan
unsur yang fundamental. Liberalisme tetap pada suatu prinip bahwa rakyat adalah merupakan
ikatan dari individu-individu yang bebas, dan ikatan hukumlah yang mendasari kehidupan
bersama dalam negara.

4)      Hubungan Negara dengan Agama Menurut Paham Liberalisme


Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara adalah
merupakan alat atau sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat
ditentukan oleh kebebasan individu. Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk
memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun
dalam negara liberal juga diberi kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan atau atheis.
Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan
dan ketentuan kenegaraan  terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh

22
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya. Dalam sistem negara liberal
membedakan dan memisahkan antara negara degan agama atau bersifat sekuler.
- Paham Sosialisme Komunis
Komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat,
kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Manusia pada hakikatnya adalah merupakan
sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas. Hak
milik individualitas diganti dengan hak milik kolektif, individualism diganti sosialisme
komunis. Oleh karena tidak adanya hak individu, maka dapat dipastikan bahwa menurut
paham komunisme demokrasi individualis itu tidak ada, yang ada adalah hak komunal.
Hak asasi dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif, sehingga hak individual pada
hakikatnya adalah tidak ada. Atas dasar pengertian inilah maka sebenarnya komunisme
adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia.

2.      NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil


dan Beradab
Negara pada hakikatnya menurut pandangan filsafat Pancasila adalah merupakan
suatu persekutuan hidup manusia, yang merupakan suatu penjelmaan sita kodrat manusia
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk Tuhan YME. Negara
adalah lembaga kemanusiaan, lembaga kemasyarakatan yang bertujuan demi tercapainya
harkat dan martabat manusia serta kesejahteraan lahir maupun batin.
Konsekuensinya segala aspek dalam penyelenggaraan negara, asas kerokhanian,
struktur dan keadaan negara harus koheren dengan hakikat manusia yang adi dan beradab.
Struktur dan keadaan  negara tersebut adalah meliputi (1) bentuk negara, (2) tujuan negara,
(3) organisasi negara, (4) kekuasaan negara, (5) penguasa negara, (6) warga negara,
masyarakat, rakyat dan, bangsa (bandingkan Notonagoro, 1975).  Negara Pancasila sebagai
negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab, mendasarkan nasionalisme
(kebangsaan) berdasarkan hakikat kodrat manusia yang adil dan beradab. Kebangsaan
Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, berkeadilan, berkeadaban, maka bukan
suatu kebangsaan yang Chauvinistic.
Kebangsaan berdasarkan Pancasila mengakui dan mendasarkan kebangsaan pada
berkemanusiaan.

3.      NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berpersatuan


Negara Indonesia adalah Negara Persatuan, dalam arti bahwa negara adalah
merupakan suatu kesatuan dari unsur-unsur yang membentuk negara baik individu maupun
masyarakat sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia. Hakikat negara persatuan bahwa negara
adalah masyarakat itu sendiri. Masyarakat pada hakikatnya mewakili diri pada
penyelenggaraan negara, menata dan mengatur dirinya dalam mencapai tujuan
hidupnya.  Negara kesatuan bukan dimaksudkan merupakan suatu kesatuan dari negara
bagian (federasi), melainkan kesatuan dalam arti keseluruhan unsur-unsur negara yang
bersifat fundamental. Oleh karena itu sifat kodrat manusia individu-individu sosial sebagai

23
basis ontologis negara kesatuan itu adalah merupakan kodrat yang diberikan oleh Tuhan
YME.
Nilai filosofis persatuan, dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan menjadi kunci
kemajuan suatu bangsa.

4.      NKRI adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan


Negara menurut filsafat pancasilaadalah dari oleh dann untuk rakyat. Hakikat rakyat
adalah sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan hidup dalam satu
wilayah negara. Di berbagai negara, sistem demokrasi diterapkan misalnya Perdana Menteri
dipilih oleh parlemen. Berdasarkan berbagai teori dan konsep pemikiran demokrasi dan
praktis demokrasi, maka demokrasi seyogyanya dipahami dan perspektif yang komprehensif,
yaitu meliputi aspek filosofis, normatif, dan praktis. Aspek filosofis menyangkut dasar
filosofis demokrasi yang menjadi dasar hakikat sesuai dengan landasan ontologis. Aspek
normatif menyangkut bagaimana norma-norma sebagai asa dan aturan dalam demokrasi
dikembangkan berlandaskan dasar filosofis masyarakat, bangsa, dan negara.
1)      Bentuk- bentuk demokrasi
Dalam suatu negara misalnya diterapkan demokrasi dengan sistem presidensial dan
sistem parlementer. Sistem presidensial adalah sistem yang menekankan pentingnya
pemilihan presiden secara langsung, sehingga presiden mendapatkan mandat secara langsung
dari rakyat. Dalam sistem ini presiden merupakan kepala eksekutif sekaligus kepala negara.
Yang menerapkan sitem ini adalah negara Amerika dan negara Indonesia. Sedangkan sistem
parlementer menerapkan model hubungan yang menyatu antara kekuasaan eksekutif dan
legislatif. Kepala eksekutif berada ditangan perdana menteri, dan kepala negara
beradaditangan ratu. Yang menerapkan sistem ini seperti Inggris, India, dan lain-lain.

2)      Demokrasi Perwakilan Liberal


Prinsip demokrasi ini didasarkan pada suatu filsafat kenegaaraan bahwa manusia
adalah sebagai makhluk individu yang bebas artinya kebebasan individu sebagai dasar
fundamental dalam pelaksanaan demokrasi. Menurut Held (1995:10), bahwa demokrasi
perwakilan liberal merupakan suatu pembaharuan kelembagaan pokok untuk mengatasi
problema keseimbangan antara kekuasaan memaksa dan kebebasan. Kebebasan yang
dimaksudkan adalah jaminan kebebasan secara individual, baik dalam kehidupan politik,
ekonomi, sosial, keagamaan bahkan kebebasan anti agama. Konsekuensi dari implementasi
sistem dan prinsip demokrasi adalah berkembang persaingan bebas, terutama dalam
kehidupan ekonomi sehingga akibatnya individu yang tidak mampu menghadapi persaingan
tersebut akan tenggelam.

3)      Demokrasi Satu Partai dan Komunisme


Demokrasi ini dilaksanakan di negara-negar komunis seperti Rusia, China, Vietnam,
dan lainnya. Kebebasan formal berdasarkan demookrasi liberal akan menghasilkan

24
kesenjangan kelas yang semakin lebar dalam masyarakat, ddan akhirnay kapitalislah yang
menguasai negara. Menurut pandangan kaum Marxis-Leninis, sistem demokrasi delegatif
harus dilengkapi, pada prinsipnya denagn suatu sistem yang terpisah tetapi sama pada tingkat
partai komunis. Transisi menuju sosialisme dan komunisme memerlikan kepemimpinan yang
profesional, dari kader-kader revolusioner dan disiplin (Lenin, 1947, dalam Held, 1995).
Berdasarkan teori tersebut, praktek demokrasi merupakan kekuasaan berada ditangan rakyat.
Yang di maksud dengan demokrasi deliberatif secara istilah berarti “konsultasi”,
“menimibang-nimbang”, atau yang sangat populer dalam politik disebut dengan istilah
musyawarah.  Jadi, dalam pelaksanaan demokrasi tidak hanya didasarkan atas prinsip
kuantitas metematis belaka, melainkan dalam berbagai aspek ditentukan dengan musyawarah,
dengan berbagai pertimbangan akan tetapi paradigmanya demi kesejahteraan rakyat.
Negara kebangsaan yang bekerdaulatan rakyat berdasarkan Pancasila, berarti bahwa
kekuasaan tertinggi adalah di tangan rakyat dan dalam sistem kenegaraan dilakukan menurut
UUD. Negar kebangsaan yang berkedaulatan rakyat adalah suatu negara
demokrasi monodualis yang berarti bahwa individu sebagai makhluk sosial bukanlah
demokrasi liberal yang hanya mendasarkan pada kodrat manusia sebagai individu saja, dan
bukan pula demokrasi klass yang hanya mengakui manusia sebagai makhluk sosial belaka.
Demokrasi ini mengembangkan demokrasi kebersamaan, berdasarkan asas kekeluargaan
kebebasan individu dalam rangka kesejahteraan bersama.

4)      Demokrasi Indonesia dan Tujuan Negara Kesejahteraan Rakyat


Tujuan negara dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945. Hal inilah yang merupakan
cita-cita ideal filosofis bagi negara Indonesia (Assiddiqie). Nampaknya pada reformasi ini
lebh menekankan pada aspek negara hukum formal, yaitu hasil reformasi lebih utama pada
aspek politik hukum. Menurut Darwin, dalam reformasi dewasa ini demokrasi dikatakan
mengalami deficit yaitu perolehan atau manfaat yang diterima masyarakat denagn hadirnya
demokrasi, lebih rendah dibandingkan dengan ongkos demokrasi baik dalam arti finansial
yang dikeluarkan dan ditanggung oleh rakyat, maupun negara untuk menggelar pesta
demokrasi tersebut. Jadi, sistem demokrasi Indonesia belum efektif, karena biaya yang
dikeluarkan untuk mensejahterakan rakyat, dipaksa dikeluarkan untuk membiayai demokrasi
yang kenyataannya tidak menyentuh kedaulatan rakyat. Seperti juga adanya korupsi yang
dilakukan oleh para wakil rakyat, hal ini tidak sesuai dengan demokrasi menurut Filsafat
Pancasila, yang mendasarkan demokrasi pada kedaulatan rakyat.

5.      NKRI adalah Negara Kebangsaan yang Berkeadilan Sosial


Negara Pancasila adalah negara kebangsaan yang berkeadilan sosial, yang berarti
bahwa negara sebagai penjelmaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sifat
kodrat individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidu
bersama (Keadilan Sosial). Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa, dan negara
harus terwujud suatu keadilan  (Keadilan Sosial), yang meliputi tiga hal yaitu: (1) keadilan
distributif (keadilan membagi), yaitu negara terhadap warganya, (2) keadilan legal (keadilan
bertaat), yaitu warga terhadap negaranya untuk mentaati peraturan perundangan, dan

25
(3) keadilan komutatif (keadilan antar sesama warga negara), yaitu hubungan keadilan antara
warga satu dengan lainnya secara timbal balik (Notonegoro, 1975).
Sebagai suatu negara berkeadilan sosial maka negara Indonesia yang berdasarkan
Pancasila sebagai suatu negara kebangsaan, bertujuan untuk melindungi segenap warganya
dan seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan warganya
(tujuan khusus). Adapun tujuan dalam pergaulan antar bangsa di masyarakat internasional
bertujuan: “ikut menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial”.
Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara
kebangsaan, mengharuskan negara untuk menciptakan suatu peraturan perundang-undangan.
Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan
suatu negara yang berdasarkan atas hukum. Sehingga sebagai suatu negara hukum harus
terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu: (1) pengakuan dan perlindugan atas hak-hak asasi
manusia, (2) peradilan yang bebas, dan (3) legalitas dalam arti hukum dalam segala
bentuknya.
Dalam realisasinya Pembangunan Nasional adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan
negara, sehingga Pembangunan Nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai
dasar operasional serta dalam penentuan berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan
negara. Dalam realisasinya pemerintah mengembangkan Otonomi Daerah No. 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Pertimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut
dijelaskan bahwa Pemerintah Pusat memberikan otonomi yang seluas-luasnya dalam
mengatur dan menjalankan roda pemerintahan daerah masing-masing, dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah.
Berdasarkan asas keadilan sebagaimana terkandung dalam sila kelima Pancasila,
seharusnya tidak meninggalkan hakikat negara persatuan ‘Bhinneka Tunggal Ika’, karena
praktek otonomi daerah yang tidak mendasarkan pada prinsip negara persatuan dewasa ini
menimbukan disparitas di bidang ekonomi, sosial, politik bahkan kebudayaan. Prinsipnya
berdasarkan sila kelima Pancasila, prinsip demokrasi melalui otonomi daerah harus tetap
diarahkan pada tujuan pokok negara yaitu kesejahteraan seluruh rakyat dan tetap meletakkan
pada prinsip persatuan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

26
Negara Kesatuan Republik Indonesia lahir dari pengorbanan jutaan jiwa dan raga para
pejuang bangsa yang bertekad mempertahankan keutuhan bangsa. Negara Indonesia yang
majemuk diikat oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diartikan walaupun bangsa
indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, ras, adat, budaya dan
bangsa tetapi satu yaitu adalah bangsa Indonesia.

Keempat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, semestinya harus kita jaga, pahami,
hayati dan laksanakan dalam pranata kehidupan sehari-hari, dimana pancasila yang menjadi
sumber nilai menjadi ideologi, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
sebagai aturan yang semistinya ditaati, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
harga mati, serta Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat. Maka dalam bingkai
empat pilar tersebut yakinlah tujuan yang dicita-citakan bangsa ini akan terwujud.

27
DAFTAR PUSTAKA

-          Kaelan, Pendidikan Pancasila (Yogyakarta : Paradigma)

-          Badan Sosialisasi MPR  dan Pimpinan MPR RI Periode 2014-2019.Empat Pilar MPR RI

-          Indonesia, Pusaka. 23 Oktober 2014. Lima Sikap Dalam Menjaga Keutuhan


NKRI, (online), (http://www.pusakaindonesia.org/lima-sikap-dalam-menjaga-keutuhan-
nkri/), diakses tanggal 24 Nopember 2017

-          (Budi Susilo, Soepandji 2011).

-          (Pandji, Setidjio2009).

-          (Pidato “Lahirnya Pancasila” yang disampaikan Bung Karno di depan Dokuritsu Junbi
Tyoosakai pada 1 Juni 1945).

28

Anda mungkin juga menyukai