Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI

PEMBENTUKAN URIN SECARA BIOKIMIA

Disusun oleh :

Angel G Tupamahu
AnnisaSelvianiDewi
Misbahudin Labib A G
Muhammad Rifqi Alif F
NurjanahSaraswati
Trisnawati S C N

STIKesPertamedika
Prodi DIII Teknik Radiodiagnostik&Radioterapi
2020

1
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Anatomi Fisioogi
dengan judul “Pembentukan Urine Secara Biokimia”.
kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Jakarta selatan, 7 April 2020.

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................2

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN........................................................................................................................4

1. Latar Belakang.............................................................................................................4

2. Rumusan Masalah........................................................................................................4

3. Tujuan..........................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..........................................................................................................................5

1. Pengertian Urine...........................................................................................................5

2. Pembentukan Urin........................................................................................................5

a. Filtrasi (penyaringan)................................................................................................5

b. Reabsorpsi (Penyerapankembali).............................................................................6

c. Sekresi......................................................................................................................6

3. Komposisi urine...........................................................................................................6

4. Jenis urine....................................................................................................................7

5. Ciri-ciri urine normal...................................................................................................8

6. Komponen Organik......................................................................................................9

7. Komponen anorganik...................................................................................................9

8. Sistem Bufer Fisiologik..............................................................................................10

9. Pemeriksaan Urine.....................................................................................................10

Daftar Pustaka........................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kita telah mengetahui bahwa manusia sebagai makhlum yang unik
dengan kemampuan pengetahuan serta cara berfikirnya. Kita
mengetahui bahwa urine merupakan hasil pembuangan dari hasil sisa
metabolisme serta zat-zat racun didalam tubuh yang dimana urine di
produksi di ginjal. Sebagai media pembuangan zat-zat sisa sisa serta
racun di dalam tubuh, kita dapat mengetahui dan meneliti urine sebagai
semple untuk mengetahui tingkat kesehatan atau gangguan-gangguan
yang terjadi didalam tubuh manusia.

2. Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan urine ?
b) Bagaimana Urine terbentuk ?
c) Apa kandungan urine ?
d) apa saja jenis urine ?
e) apa ciri urine normal ?
f) Bagaimana pemeriksaan urine .

3. Tujuan
Dengan membaca makalah ini diharapkan kita mengetahui lebih banyak akan
kandungan urine, dan fungsi urine sebagai petunjuk akan cermin kesehatan
seseorang

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Urine

Urina dalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostatis cairan tubuh. Urin disaring didalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Risna, 2014)

2. Pembentukan Urin

Ginjal merupakan tempat yang digunakan untuk mengeluarkan zat sisa


metabolisme dalam bentuk urine. Proses pembentukan urine melalui tiga tahapan
yaitu melalui mekanisme filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi.

a. Filtrasi (penyaringan)

Proses pertama dalam pembentukan urine adalah proses filtrasiyaitu proses


perpindahan cairan dari glomerulus menujukekapsula bowman dengan menembus
membrane filtrasi. Membrane filtrasi terdiridari 3 bagian utama yaitu : sel
endothelium glomerulus, membrane basiler, eputelkapsula bowman. Didalam
glomerulus terjadi proses filtrasisel-seldarah, trombosit dan protein agar tidak ikut
dikeluarkan oleh ginjal. Hasil penyaringan di glomerulus akan menghasilkan urin
primer yang memiliki kandungan elektrolit, kritaloid, ion Cl, ion HCO3, garam
garam, glukosa, natrium, kalium, damn asam amino. Setelah terbentuk urine primer

5
maka didalam urine tersebut tidak lagi mengandung sel-sel darah, plasma darah dan
sebagian besar protein karena sudah mengalami proses filtrasi di glomerulus.

b. Reabsorpsi (Penyerapankembali)

Reabsorpsi merupakan proses kedua proses kedua yang setelah terjadi filtrasi
glomerulus. Reabsorpsimerupakan proses perpindahan cairan dari tubule srenalis
menuju ke pembuluhdarah yang mengelilingi yaitu kapiler peitubuler. Sel-sel tubulus
renalis secara selektif mereabsorbsi zat-zat yang terdapat pada urine primer dimana
terjadi reabsorpsi tergantung dengan kebutuhan. Zat-zat makanan yang terdapat di
urine primer akan diabsorpsi secara keseluruhan, sedangkan reabsorpsi garam garam
anorganik di reabsorpsi tergantung jumlah garam-garam anorganic di dalam plasma
darah. Proses reabsorpsi terjadi di bagian tubulus kontortus proksimal yang nantinya
akan dihasilkan urine sekunder setelah proses reabsorpsiselesai. Proses reabsorpsi air
di tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Proses reabsorbsi akan
terjadi penyaringan asam amino, glukosa, asamasetoasetat, vitamin, garam-garam
anorganik, dan air. Setelah pembentukan urine sekunder maka didalam urine
sekunder sudah tidak memiliki kandungan zat-zat yang butuhkan oleh tubuh lagi
sehingga nantinya urine yang dibuang benar-benar memiliki kandunganzat yang tidak
dibutuhkan tubuh manusia (Yoga,2015).

c. Sekresi

Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan
mengalir menuju tubulus kontortus distal. Urine sekunder akan melalui pembuluh
kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak lagi berguna bagi tubuh.
Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungghnya. Urine iniakanmengalir dan
berkumpul di tubulus kolektivus (saluran pengumpul) untuk kemudian bermuara
kerongga ginjal.

3. Komposisi urine

6
a. Volume urin normal 600-2500 ml/24 jam,bervariasi
b. volume urin 24 jam dipengaruhi oleh: asupancairan, suhulingkungan,
kelembaban, diet, mental, berat badan, penyakit-lingkungan
c. Berat jenisurin 1,003-1,030 dapat diukur dengan urinometer
d. Total solid (bahan-bahanterlarut) 3-30 g/L (kira-kira 50 g/hari).
e. Total solid urin = duaangkadibelakangkomadariberatjenis x 2,66.
( 2,66 disebut long’s coefficient) dalam volume urin 24
f. pH urin 4,7-8 (rata-rata 6)

4. Jenis urine

Berdasarkan waktu pengumpulannya, terdapat beberapa jenis spesimen urine


yaitu urine sewaktu, urine pagipertama, urine pagikedua, urine 24 jam, dan urine
postprandial (Riswanto dan Rizki,2015).

a. Urin Sewaktu
yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak di tentukan khusus. Urin
sewaktu ini biasanya cukup baik untuk pemeriksan rutin yang menyertai pemeriksaan
badan tanpa pendapat khusus (Gandasoebrata, 2007).
b. Urin Pagi
Urin pagi ialah urin yang pertama-tama dikeluarkan di pagi hari setelah bangun
tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan di siang hari, jadi baik untuk
pemeriksaan sediment, berat jenis, protein, dan baik juga untuk umpamanya test
kehamilan berdasarkan adanya HCG (Human Chorionic Gonadothropin) dalam urin
(Gandasoebrata, 2007).
c. Urin Postprandial
Sampel urin ini berguna untuk pemeriksaan terhadap glucosuria. merupakan urin
yang pertama kali dilepaskan 1,5-3 jam sehabis makan. Urin pagi tidak baik untuk
pemeriksaan penyaring terhadap adanya agukosuria (Gandasoebrata, 2007).
d. Urin 24 jam

7
Penetapan kuantitatif sesuatu zat dalam urine diperlukan apabila urine sewaktu
sama sekali tidak bermakna dalam menafsirkan proses-proses metabolic dalam badan.
Hanya jika urine itu dikumpulkan selama waktu yang diketahui, dapat diberikan suatu
kesimpulan. Agar angka Analisa dapat diandali, biasanya dipakai urine 24 jam
(Gandasoebrata, 2007). Urine 24 jam dikumpulkan dalam botol besar, bervolume ½
liter atau lebih yang dapat ditutup dengan baik. Botol itu harus bersih dan biasanya
dibutuhkan pengawet tertentu (Gandasoebrata, 2007).

e. Urin 3 gelas dan urin 2 gelas pada orang lelaki


Penampungan secara ini dipakai pada pemeriksaan urologik dan dimaksudkan
untuk mendapat gambaran tentang letaknya radang atau lesi lain yang mengakibatkan
adanya nanah atau darah dalam urine seorang lelaki (Gandasoebrata, 2007). Cara lain
menjalankan penampungan tiga gelas dimulai dengan instruksi kepada penderita
bahwa beberapa jam sebelum pemeriksaan dilakukan tidakboleh berkemih.
Sediakanlah 3 gelas sediment (sedimenterglas), yaitu gelas yang dasar nya
menyempit guna memudahkan mengendapnya sediment dan agar sediment itu mudah
terlihat dengan mata telanjang (Gandasoebrata, 2007).
f. Urine terminal
Pasien menampung porsi terakhir urine yang dikeluarkannya kedalam suatu
wadah terbuka (WHO, 2003).
g. Urine Porsi Tengah (Midestream)
Pasien menampung kira-kiras ebanyak 20 ml urine kedalam suatu wadah terbuka,
saat sedang berkemih, wadah ini harus langsung ditutup sesudahnya (WHO, 2003).

5. Ciri-ciri urine normal


Jumlah normal urin rata-rata 1 sampai 2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai
jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak
protein yang dimakan, sehingga tersedia cukup cairan yang diperlukan untuk
melarutkan urea. Urin normal berwarna bening orange pucat tanpa endapan,
baunyatajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat
jenisnya berkisar dari 1.010 sampai 1.025 (Pearce. E. C,2009).

8
6. Komponen Organik

Yang menarik perhatian pada ekskresi komponen organik adalah senyawa yang
mengandung nitrogen. Urea, yang di sintesis dalam hati adalah bentukekskresi
nitrogen yang berasal dari protein dan asam amino. Konsentrasinya mencerminkan
metabolisme protein.; 70 g protein menyebabkan pembentukankira-kira 30 g urea.
Asam urat adalah produk akhir dari metabolism urin. kreatinin, yang dibentuk dari
keatin melalui siklisasi spontan dan ireversibel, berasal dari metabolism otot. Karena
jumlah kreatinin yang dikeluarkan setiap hari setiap individu adalah konstan,
berbanding langsung dengan massa otot. Kreatin ini dapat digunakan sebagai ukuran
kuantitatif untuk komponen-komponen urin lainnya. Jumlah asam amino yang
dikeluarkan secara bebas sangat tergantung dari makanan dan kemampuankerjahati.
Derivatasama amino juga munculdalamurin (misalnyahipurat). Asam amino
dimodifikasi, yang terdapat pada protein-protein khusus misalnya hidroksi prolin
dalam kolagen atau 3-metilhistidin di dalam aktin dan miosin, dapat berfungsi
sebagai indicator dari pemecahan protein-protein ini.
Konjugat dengan asam belerang asam glukuronat, glisin dan senyawa-senyawa polar
lainnya, yang terbentuk di dalam hati melalui biotransformasi adalah komponen
lainnya dari urin. Metabolit dari banyak hormon (katekolamin, steroid, serotonin)
muncul juga dalam urin dan member informasi mengenai produksi hormon. Suatu
proteo hormon, yaitu koriogonadotropin (hCG; M kira-kira 37 kDa) yang terbentuk
pada awal kehamilan dan masuk kedalam darah, terdapat dalam urin karena
ukurannya yang kecil. Hal ini dipakai sebagai prinsip dasar suatu pemeriksaan
kehamilan secara imunologik. Warna kunin gurin disebabkan oleh urokrom yaitu
familizatempedu yang terbentuk pada pemecahan hemoglobin. Bila dibiarkan dalam
udara terbuka, urokrom dapatter oksidasi, sehingga urin dapat menjadi berwarna
kuning tua.

7. Komponen anorganik

Di dalamurinterdapatkation Na+, K+, Ca2+, Mg2+, dan NH4+, demikian juga


anion Cl-, SO42- dan HPO42-, selain ion –ion lainnya dalam jumlahkecil. Jumlah
komponenanorganik ditentukan oleh komposisi bahan makanan. Pada keadaan

9
asidosis, ekskresi amoniak dapat sangat meningkat. Ekskresi dari banyak ion-ion
berada di bawah control hormon.

8. Sistem Bufer Fisiologik

Sejumlah system buffer turut menentukan kapasitas buffer dari cairan tubuh
dan ruang intraseluler. Sistem buffer dapat di bagi menjadi system molekuler tinggi
dan system molekuler rendah. Sistem molekuler tinggi terutama terbentuk dari
dariranati samping protein dengan sifat asam atau basa. Nilai pK aasam atau basa
yang terikat pada protein tidak konstan, melainkan tergantung dari daerah
sekeliling rantai tersebut dalam protein. Karena itu hampir pada keseluruhandaerah
pH, protein mempunyai fungsi bufer. Pada nilai pH fisiologik, yang penting adalah
terutama cincinimidazolresiduhistidin, selain itu juga beberapa gugus karboksil dan
amino dapat membantukerja protein sebagaibufer. Sistem buffer molekuler rendah
dari darah yang terpenting dibentuk darikarbon dioksida (CO2), air dan
hidrogenkarbonat (HCO3-). Nilai pKanya (6,3) terletak tidak langsung berdekatan
dengannilai pH plasma. Walaupun CO2 dapat dikeluarkan dari pernafasan melalui
paru-paru, namun sistem CO2/ HCO3 tetap sangat efisien. Sistem buffer lainnya di
dalam darah terdiri atas dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan hydrogen fosfat (HPO4-).
Sistem ini mempunyai nilai pKa yang paling menguntungkansebesar 7,2.
sistembufer yang terpenting dari urin tersusun sari ion amonium (NH4+) dan
amoniak (NH3). Amoniak yang merupakan basa relatife kuat dapat dibentuk di
dalam ginjaldariasam-asam amino. Dengancaraini, organis memempunyai
kemampuan menetralisir asam bahkan juga dalam jumlah yang cukup besar.

9. Pemeriksaan Urine

Pemeriksaan urine rutin bermanfaa tdalam menunjung diagnosis kondisiurologis


Seperti calculi, infeksisalurankemih, dan malignansi, meliputi: kimia (beratjenis,
Ph, leukosit esterase, nitrit, lalbumin, glukosa, keton, urobilinogen, bilirubin, darah),
sedimen mikroskopis (eritrosit, leukosit, silinder, epitelsel, bakteri, Kristal),
makroskopis (warna dan kejernihan). Pemeriksaan urine dipegaruhi oleh bebrapa
factor yaitu pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Factor pra analitikini yang
menentukan kualitas sampel yang nantinya akan dikerjakan factor ini menentukan
proses selanjutnya, factor ini meliputi persiapan dan perlakuan terhadap urine
sebelum pemeriksaan (kondisipasien, obat-obatan yang dikonsumsi), cara

10
penampungan urine dimana cara menampung urine yang baik adalah cara midstream
atau pancaran tengah menggunakan wadah yang bersih, kering, dan bermulut lebar,
waktu penampungan urine pagi, urine sewaktu. Sampel urine yang baik untuk untuk
diperiksa adalah sampelurin yang tidak terkontaminasi dan mempunyai volume yang
cukup untuk diperiksa. Factor analitik merupakan tahapan pengerjaan sampel yang
meliputi sampel yang diperiksa sudah memenuhi persyaratan sampel, penggunaan
dan penyimpanan reagen, suhulaboratorium, carapengerjakansampel. Factor pasca
analitik merupakan tahapan akhir pemeriksaan seperti carain terpretasi hasil.

A. Identitasspesimen Urine
Identitas specimen ditulis dalam wadah yang mudah dibaca. Label ini memuat
setidaknya nama pasien dan nomor identifikasi, tanggal dan waktu pengumpulan,
dan informasi tambahan seperti usia pasien dan 15 lokasi dan dokter, seperti yang
dipersyaratkan oleh protokoler oleh institusional (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Pemberian identitas specimen harusdilakukan untuk mencegah kekeliruan dalam
analisis dan tertukarnya spesimen, serta memudahkan pencarian informasi
mengenai hasil pemeriksaan. Penggunaan barcode lebih baik, untuk menghindari
kekeliruan dalam pembacaan identitas spesimen (Riswanto dan Rizki, 2015).
B. Pengirimanspesimen urine
Pemeriksaan urinalisis yang baik harus dilakukan pada saat urine masih segar
(kurangdari 1 jam), atau selambat-lambatnya dalam waktu 2 jam setelah
dikemikan. Penundaan ketika berkemih dan pemeriksaan urinalisis dapat
mempengaruhi stabilitas spesimen dan validitas hasil pemeriksaan. Spesimen
urine yang tidak dapat dikirim dan diuji dalamwaktu 2 jam harus didinginkan
atau diberibahan pengawet yang tepat (Riswanto, dan Rizki, 2015).
C. PenangananSpesimen Urine
Fakta bahwaspesimen urine begitu mudah diperoleh atau dikumpulkan sering
menyebabkan penanganan specimen setelah pengumpulan menjadi kelemahan dalam
urinalisis. Perubahan komposisi urine tejradi tidak hanya invivotetapi juga invitro,
sehingga membutuhkan prosedur penanganan yang benar. Penanganan yang 16 tidak
tepat dapat menyebabkan hasil pemeriksaan yang keliru (Riswanto dan Rizki, 2015).
Metode yang paling rutindigunakanuntukpengawetanspesimen urine
adalahpendinginan 2-8°C yang dapatmengurangipertumbuhan dan
metabolismebakteri. Jika urine akandilakukan uji biakankuman,
makaspesimenharusdidinginkanselama transit dan didinginkansampaidilakukan
kultur hingga 24 jam. (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
Pendinginanadakalanyaakanmustahildilakukan pada saatspesimen urine

11
harusdisimpanuntukjangkawaktu yang lebih lama,
terutamaketikaspesimenharusdikirimjarakjauhkelaboratoriumluar. Pada
keadaansepertiini, dapatdilakukanpengawetansecarakimia (Riswanto dan Rizki,
2015). Bahanpengawet yang ideal harusbersifatbakterisidal, urease, dan
mengawetkanunsur-unsurberbentuksedimen. Pengawet juga
tidakbolehmenggangguteskimia. Sayangnya , pengawet yang ideal tidakada, oleh
karnaitupengawetharusdipilih yang paling sesuaidengankebutuhananalisis yang
akandilakukan. Dengandemikian, penggunaanpengawetsecararutintidakdianjurkan
(Strasinger dan Lorenzo, 2008). Pemeriksaanrutin (pH, BJ, protein, glukosa,
urobilinogen, bilirubin, keton) dan sedimen,
sempelurintidakperludiberibahanpengawet dan dapatdisimpandalamsuhukamar,
tetapiharusdiperiksasegeraataudalamwaktu 1 sampai 2 jam.
Apabilapemeriksaanditunda, urindapatdisimpandalamsuhu 2-8 OC dan
harusdiperiksadalamwaktu 17 8 jam. Tidakperlu di lakukanpengawetanuntuktujuanini
(Hallander, dkk., 2001).
D. Jenispemeriksaan
Pemeriksaanrutinadalahpemeriksaanpenyaring, yaitubeberapamacampemeriksaan
yang dianggapsebagaidasarbagipemeriksaanselanjutnya dan yang
menyertaipemeriksaan badan tanpapendapatkhusus (Gandasoebrata, 2007).
Pemeriksaanrutinmencakuppemeriksaan : 1) fisik/ maksroskopik, sepertiwarna,
kejernihan dan beratjenis; 2) kimia, meliputiglukosa, protein, bilirubin, urobilinogen,
pH, darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase; dan 3)
mikroskopisstrukturdalamsedimen. Sampel yang
digunakanuntukurinalisisrutinsetidaknyaharus 15 ml (Riswanto dan Rizki, 2015).
Pemeriksaanfisik/ maksroskopikPemeriksaanfisik urine meliputipenentuanwarna,
kejernihan, bau dan beratjenis.
Pemeriksaaninimemeberikaninformasiawalmengenaigangguansepertiperdarahangrom
erulus, penyakithati, gangguanmetabolismebawan dan infeksisalurankemih (ISK)
(Strasinger dan Lorenzo, 2008).
PemeriksaankimiaPemeriksaankimia urine memberikaninformasimengenaiginjal dan
fungsihati, metabolismekarbohidrat, dan asam-basa. Test
kimiakonvensionaldilakukanmenggunakantabungreaksi 18 dan
hasilujinyadenganmengamatiadanyaendapanataukekeruhanatauperubahanwarnasetela
hpenambahanbahankimiacairdenganatautanpapemanasan. Test yang paling
umumdigunakansekaranginiadalah test carikcelupmenggunakan strip reagen,
dimanareageninitersediadalambentukkeringsiappakai, relatifstabil, murah, volume
urine yang dibutuhkansedikit, sertatidakmemerlukanpersiapanreagen (Riswanto dan
Rizki, 2015).

12
PemeriksaanMikroskop (sedimen) Pemeriksaanmikroskopisdarisedimen urine
adalahbagian yang paling standar dan paling memakanwaktudariurinalisisrutin.
Pemeriksaanmikroskopismembutuhkanbanyakpenanganandalammempersiapkansamp
el dan melakukananalisissedimen. Nilai daripemeriksaanmikroskopistergantung pada
duafaktorutama, yaitupemeriksaanspesimen yang sesuai, dan pengetahuandari orang
yang melakukanpemeriksaan (Strasinger dan Lorenzo, 2008).
E. MetodepemeriksaankimiaPemeriksaanzatterlarutdalam urine,
bisadilakukandenganduametode. Yaitumetodekimiabasah dan carikcelup.
a. Kimia basah
Pemeriksaankimiabasahmeliputipemeriksaanglukosa dan zatpereduksi
lain (galaktosa, laktosa, pentosa, fruktosa, dan maltosa), protein (termasuk
protein Bence Jones, dan mikroalbumin), bilirubin, urobilinogen dan
bendaketon. Volume sampel yang dibutuhkanlebihbesardaripadapemeriksaan
yang menggunakan strip reagen (Riswanto dan Rizki, 2015).
b. Carikcelup (Strip)
Teskimiadenganmetode strip reagensaatinibegitusederhana, cepat, dan
hematbiaya (dalamhalreagen, personel) dengansensiitivitas dan spesifitas yang
tinggi dan tidakmemerlukan urine dalamjumlah yang besaruntukpengujian.
Reaksi yang terlibatdalam uji strip sebagianbesarberdasarkan pada prinsip -
prinsip yang samaseperti pada pemeriksaankimiabasah (Brunzel, 2013).
Reaksidiinterpretasikandenganmembandingkanwarna yang dihasilkan pada
strip reagendenganbaganwarna yang disediakan oleh produsen.
Kuat/lemahnyawarna yang dihasilkanberhubungandengankonsentrasizatdalam
urine. Tergantung pada tes yang dilakukan, hasilnyadilaporkansebagai 1)
konsentrasi (miligram per desiliter); 2) kecil/sedikit/trace, sedang, ataubesar;
3) menggunakansistem plus (1+, 2+, 3+, 4+); atau 4) positif, negatif, atau
normal. Beratjenis dan pH adalahpengecualian, hasilnyadilaporkandalam 20
satuanmasing-masing (Strasinger dan Lorenzo, 2008). Menurutpanduandari
CLSI, pemeriksaankimiarutinuntuk urine mencakuppemeriksaanglukosa,
protein (albumin), bilirubin, urobilinogen, pH, beratjenis, darah/ hemoglobin,
bendaketon (asamasetoasetat dan/atauaseton), nitrit dan leukosit esterase.

13
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/360599646/Pengertian-Urine-Biokimia
https://www.slideshare.net/NiluhPutuDika/6-biokimiaurin

http://ismirayanti.blogspot.com/2010/10/biokimia-urine.html

http://repository.unimus.ac.id/451/3/BAB%20II.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai