Anda di halaman 1dari 14

ILMU BIOMEDIK DASAR

ANATOMI FISIOLOGI PERKEMIHAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
NUZUL NUR HIDAYAT (230103072)
OKTALIA NISA RAMADANI (230103073)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan
karunianya, karna rahmatNya penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan tepat waktu
dan baik.
Makalah ini penyusun buat untuk memenuhi tugas perkuliahan dari dosen pengampu
mata kuliah Ilmu Biomedik Dasar dengan bahan kajian Anatomi Fisiologi Perkemihan.
Kami selaku penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dosen Dwi
Novitasari, S.Kep., Ns., M.Sc. .Tidak lupa bagi rekan-rekan mahasiswa lain yang telah
mendukung penyusunan makalah ini penyusun mengucapkan terimakasih.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidak sempurnaan
yang pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharapkan adanya kritik serta
saran darin pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Purwokerto, 17 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1


A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................2
A. Pengertian Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan..................................................2
B. Anatomi Sistem Perkemihan...................................................................................2
C. Fisiologi Sistem Perkemihan...................................................................................7
D. Konsep Berkemih....................................................................................................7
BAB III PENUTUP.............................................................................................................10
A. Kesimpulan .............................................................................................................10
B. Saran .......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu yang membahas mengenai struktur tubuh yaitu anatomi. Pada anatomi
tubuh manusia, akan terlihat bahwa manusia memilki banyak sekali elemen-elemen
yang menyusun satu tubuh manusia. Elemen tersebut adalah organ tubuh yang terdiri
atas jaringan dan tersusun lagi dari sel. Hal yang paling utama adalah system respirasi
atau pernapasan, system otot dan system perkemihan.
Pengetahuan mengenai anatomi tubuh manusia sangatlah penting, terutama di
usia dini. Kita dapat mengetahui proses normal dan mengetahui kondisi yang buruk
jika ada penyakit menyerang anatomi tubuh sehingga dapat melakukan antisipasi
berupa pencegahan demi kesehatan tubuh. Karena itulah pembelajaran anatomi tubuh
manusia sangat penting apalagi tentang anatomi fisiologi perkemihan.
System kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatic penting.
Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan konsentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan
internal. Kelangsungan hidup sel juga tergantung pada pengeluaran secara terus
menerus zat-zat sisa metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat melakukan
berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Adapun system yang terdiri dari organ-
organ dan struktur-struktur yang menyalurkan urin dari ginjal ke luar tubuh yaitu
Traktus Urinarus.
Ginjal berperan penting mempertahankan homeostatis dengan mengatur
konsentrasi banyak konstituen plasma, terutama elektroolit dan air dengan
mengeliminasi semua zat sisa metabolisme. System kemih terdiri terutama pada
ginjal, yang menyaring darah, sedangkan ureter yang bergerak urin dari ginjal ke
kantung kemih yang mneyimpan urin dan saluran kencing, urin keluar melalui tubuh.
Peran dari system urin dengan yang biasa bagi kebanyakan orang adalah
bahwa ekskresi : melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahan dan
bahan kimia dari aaliran darah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan system perkemihan?


2. Apa sajakah anatomi system perkemihaan ?
3. Fungsi apa sajakah yang ada pada system perkemihan ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini dibuat adalah :

1. Untuk memenuhi tugas anatomi fisiologi perkemihan.


2. Untuk mengetahui system perkemihan.
3. Untuk mengetahui fungsi dari system perkemihan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan

Anatomi dan fisiologi selalu saling berhubungan yang Ketika mempelajari


organisme hidup. Kata anatomi dari dua kata Yunani ana dan temnein. Ana memberi
arti pemisahan dan temnein berarti memotong, meskipun terdiri tentang organ internal
dengan sel dianggap sebagai unit dasar dari semua organisme hidup.
Fisiologi melibatkan pemahaman tentang proses kerja organisme hidup.
Fisiologi terdiri dari empat aspek, yakni metabolisme, perkembangan, reproduksi dan
iritabilitas.
System perkemihan merupakan suatu proses terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih digunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak dipergunakan
lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin ( air kemih ).
Sisitem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu
kerjasam tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal
atau homeostatis. Fungsi lainnya adalah membuang produk-produk yang tidak
dibutuhkan oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Susunan system perkemihan terdiri dari : dua ginjal ( ren ) yang menghasilkan
urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria ( kandung kemih ),
satu vesika urinaria ( VU ), tempat urin dikumpulkan dan satu urethra, urin
dikeluarkan dari vesika urinaria.

B. Anatomi Sistem Perkemihan

2
Sistem urinaria terdiri atas :
1. Ginjal yang mengeluarkan secret urine.
2. Ureter yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kemih.
3. Kandung kemih yang bekerja sebagai penampung.
4. Uretra yang menyalurkan urine dari kandung.

A) GINJAL

Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang bewarna merah tua
terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma
langsung karena disebelah posterior dilindungi oleh tulang kosta dan otot-otot yang
meliputi kosta, sedangkan dibagian anterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal.
Ginjal kanan sedikit rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah
oleh hati dimana ginjal laki-laki lebih Panjang dari pada Perempuan.
Darah dialirkan ke dalam setiap ginjal melalui arteri renalis dan keluar dari
ginjal melalui vena renalis. Ginjal dengan efisien dapat membersihkan bahan limbah
dari dalam darah, dan fungsi ini bisa dilaksanakannya karena aliran darah yang
melalui ginjal jumlahnya sangat besar, 25% dari curah jantung (Brunner& Suddarth,
2002). a). Fungsi ginjal yaitu :
1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,osmotic,dan ion.
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa pada cairan tubuh.
4. Fungsi hormonal dan metabolisme.
5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dan protein ureum, kreatinin
dan amoniak.

3
a. Struktur Makroskopis Ginjal

1) Kulit Ginjal (Korteks)


Korteks tersusun dari tubulus serta bagian yang melaksanakan proses
penyaringan darah, yaitu pembuluh darah nefron yang merupakan unit
struktural dan fungsional ginjal.

2) Sumsum Ginjal (Medulla)


Medulla terdiri dari badan triangular yang disebut piramida ginjal
dimana dasarnya menghadap ke korteks dengan puncak yang disebut papilla
renalis yang mengarah ke bagian dalam ginjal.

3) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)


Pelvis merupakan perluasan ujung proksimal ureter. Ujung ini
berlanjut menjadi dua sampai tiga kaliks mayor, yaitu rongga yang mencapai
glandular, bagian penghasil urin pada ginjal.

b. Struktur Mikroskopik Ginjal

1) Nefron
Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal terdapat
sekitar 1 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang
sama. Setiap nefron terdiri dari kapsula bowman yang mengitari rumbai
kapiler glomerulus, tubulus proksimal, lengkung henle, dan tubulus distal yang
mengosongkan diri ke dalam ductus kolektivus.

2) Korpuskulus ginjal
Korpuskulus ginjal teridiri dari kapsula bowman dan rumbai kaplier
glomerulus. Istilah glomerulus seringkali digunakan untuk menyatakan
korpuskulus ginjal. Kapsula bowman merupakan suatu invaginasi dari tubulus
proksimal. Kapsula bowman dilapisi oleh sel-sel epitel, yaitu sel epitel parietal
dan sel-sel epitel visceral.

4
3) Apparatus jukstaglomerulus
Sel-sel Jukstaglomerulus dinding arteriol aferen mengandung granula
sekresi yang diduga mengeluarkan renin. Renin, adalah suatu enzim yang
penting pada pengaturan tekanan darah.
Terdapat 2 (dua) teori penting mengenai pengaturan pengeluaran renin.
Menurut teori pertama, sel-sel jukstaglomerulus berfungsi sebagai
Baroreseptor (sensor tekanan) yang sensitif terhadap aliran darah melalui
arteriola aferen.
Menurut teori kedua, sel-sel makula densa tubulus distal bertindak sebagai
kemoreseptor yang sensitif terhadap terhadap natrium dari cairan tubulus.
Peningkatan kadar natrium dalam tubulus distal akan mempengaruhi sel-sel
jukstaglomerulus sehingga meningkatkan pengeluaran renin.

4) System renin-angiotensin

Pengeluaran renin dari ginjal akan mengakibatkan pengubahan


angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian diubah
menjadi angiotensin II oleh suatu enzim konversi (Converting Enzyme) yang
ditemukan di dalam kapiler paru-paru. Angiotensin II meningkatkan tekanan
darah melalui efek vasokonstriksi arteriola perifer dan merangsang aldosteron.
Peningkatan kadar aldosteron akan merangsang reabsorbsi natrium (Na+)
mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air, dengan demikian volume plasma
akan meningkat. Peningkatan volume plasma ikut berperan dalam peningkatan
tekanan darah yang selanjutnya akan mengurangi iskemia ginjal.

B) URETER
Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal
yang merentang sampai kandung kemih. ureter juga terdiri dari dua saluran pipa dari
ginjal menuju kandung kemih ( vesika urinaria ). Setiap ureter panjangnya 25-30 cm
atau 10-12 inchi dan berdiameter 4-6mm. Sebagian ureter berada dalam rongga
abdomen dan sisanya berada dalam rongga pelvis. Lapisan dinding abdomen terdiri
dari:

5
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos.
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.
C) VESIKA URINARIA (KANDUNG KEMIH)
Vesika urinaria merupakan sebuah kantong yang yang terdiri atas otot
halus.Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir ( kendi ). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet. Bagian vesika
urinaria terdiri dari :
1. Fundus yaitu bagian yang menghadap kea rah belakang dan bawah bagian ini
terpisah dari rektrum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat
ductus deferen, vesika seminalis dan prostat.
2. Verteks bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan
kigamentum vesika umbilikalis.
3. Korpus yaitu bagian antara vertex dan fundus.
Dinding kandung kemih terdiri dari :

1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).


2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submucosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagia dalam).

D) URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Fungsi uretra pada wanita berbedaa dengan
yang terdapat pada pria. Pada pria, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine
dan sistem reproduksi, berukuran Panjang 13,7 – 16,2 cm terdiri dari :
1. Uretra prospatia
Uretra ini menerima dua ductus ejakulator yang masing-masing terbentuk dari
penyatuan ductus aferen dan ductus kelenjar vesikel seminalis, serta menjadi
tempat muaranya sejumlah ductus dari kelenjar prostat.
2. Uretra membranosa
Uretra membranosa adalah bagian yang berdinding tipis dan dikelilingi oto rangka
sfingter uretra eksterna.
3. Uretra kevernosa
Uretra kavernosa merupakan bagian yang menerima ductus kelenjar bulbouretra
dan merentang sampai orifisium uretra eksterna pada ujung penis.
Sedangkan pada wanita uretra memiliki Panjang 3,7 – 6,2 cm dan hanya berfungsi
sebagi tempat penyaluran urine ke bagian luar tubuh. Saluran perkemihan dilapisi
oleh membran mukosa, dimulai dari meatus uretra hingga ginjal. Meskipun
mikroorganisme secara normal tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah,
membran mukosa ini, pada keadaan patologis, yang terus-menerus akan
menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan beberapa patogen (Hidayat,
2009).

6
C. Fisiologi Sistem Perkemihan

Pada saat vesika urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan
tekanannya makam reseptor pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi
musculus destrussor. Dengan demikian mulainya kontaksu musculus destrussor, maka
terjadi relaksasi musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan
uretha yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan sebagi berikut :

1. Membukanya meatus intemus.


2. Perubahan sudut ureterovesical.
3. Bagian atas uretra akan terisi urine.
4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine.
5. Musculus destrussor berkontraksi lebih kuat.
6. Urine didorong ke uretra pada saat tekanan intra abdominal meningkat.
7. Pembukaan sphincter extermus.
8. Urine keluar sampai vesica urinaria kosong.

D. Konsep Berkemih

Berkemih adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari plasma darah di
glomelurus. Dari 10 liter darah yang masuk ke ginjal untuk difiltrasi, hanya 1-2 liter
saja yang dapat berupa urine, Sebagian besar hasil filtrasi akan diserap Kembali di
tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh ( Tarwoto,2010 ).
Kandung kemih yang normal yaitu ;

1. Mengosongkan kandung kemih saat bangun di pagi hari.


2. Mengosongkan kandung kemih sekitar 4-6 kali selama sehari.
3. Mengosongkan kandung kemih ssebelum tidur di malam hari.

a. Proses Berkemih
Urine diproduksi oleh ginjal sekitar 1ml/menit. Aliran urine masuk ke
kandung kemih dikontrol oleh gelombang peristaltic yang terjadi setiap 10-150
detik. Aktivitas saraf parasimpatis meningkatkan frekuensi peristaltic dan
stimulasi simpatis menurunkan frekuensi. Banyaknya aliran urine pada uretra
dipengaruhi oleh adanya refleks uretroneral. Refleks ini diaktifkan oleh adanya
obstruksi karena konstriksi ureter dan juga konstriksi arterior aferen yang
berakibat pada penurunan produksi urine.
Pengaktifan saraf parasimpatis menyebabkan kontraksi dari otot detrusor.
Normalnya, spingter interna pada leher kandung kemih berkontraksi dan akan
relaksasi Ketika otot kandung kemih berkontraksi. Sedangkan spingter eksterna
dikontrol berdasarkan kesadaran ( volunteer ) dan dipersarafi oleh nervus
pudendal yang merupakan serat saraf somatic. Refleks berkemih mulai Ketika
terjadi pengisian kamdumg kemih. Jika ada 30-50ml urine, maka terjadi
peningkatan tekanan pada dinding kandung kemih. Makin banyak urine yang
terkumpul, makin besar pula tekanannya. Peningkatan tekanan akan menimbulkan
refleks peregangan oleh reseptor regang sensorik sakralis melalui nervus pelvikus

7
dan kemudian secara refleks Kembali lagi ke kandung kemih untuk menstimulasi
otot detrusor untuk berkontraksi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi berkemih


1. Pertumbuhaan dan perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine.
Pada usia lanjut, volume kandung kemih berkurang, wanita hamil juga
demikian sehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering. Pada bayi juga
yang lebih mengalami kesultan untuk mengontrol bunag air kecil.
2. Sosiokultural
Budaya masyarakat di mana sebagian masyarakat hanya dapat miksi
pada tempat tertutup, dan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi pada
lokasi terbuka
3. Psikologis
Pada keadaan cemas dan stres akan meningkatkan stimulasi berkemih.
Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan
jumlah urine yang diproduksi.
4. Kebiasaan seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak
dapat berkemih dengan menggunakan pot urine.
5. Tonus otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih, otot
abdomen, dan pelvis untuk berkontraksi. Ketiganya sangat berperan dalam
kontraksi sebagai pengontrolan pengeluaran urine. Drainase urine yang
berkelanjutan melalui kateter menetap menyebabkan hilangnya tonus kandung
kemih dan/atau kerusakan pada sfingter uretra.
6. Intake cairan dan makanan
Alkohol dapat menghambat antidiuretic hormone (ADH) untuk
meningkatkan pembuangan urine. Protein dan natrium dapat pula menentukan
jumlah urine yang dibentuk.
7. Kondisi penyakit
Pada pasien yang demam akan terjadi penurunan produksi urine karena
banyak cairan yang dikeluarkan melalui kulit.
8. Pembedahan
Penggunaan anestesi menurunkan filtrasi glomerolus sehingga
produksi urine akan menurun. Anestetik yang menghasilkan anestesia umum
dapat diberikan dengan cara inhalasi, parenteral, atau balans/kombinasi.
9. Pengobatan
Penggunaan diuretik meningkatkan output urine; antikolinergik dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.
10. Pemeriksaan diagnostic
Pielogram intravena di mana pasien dibatasi intake sebelum prosedur
untuk mengurangi output urine. Sitoskopi dapat menimbulkan edema lokal
pada uretra dan spasme pada spingter kandung kemih sehingga dapat
menimbulkan urine

8
11. Respons keinginan awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal utnuk berkemih dapat
menyebabkan urine banyak tertahan di dalam vesika urinaria, sehingga
memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah pengeluaran urine.
12. Gaya hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan
eliminasi. Hal ini terkait dengan tersedianya fasilitas toilet.
13. Tingkat aktivitas
Berkemih membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk
fungsi spingter. Kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas.
Hilangnya tonus otot vesika urinaria dapat menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
System perkemihan merupakan suatu proses terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih digunakan oleh tubuh. Zat- zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin ( air kemih ).
Sistem urinaria terdiri atas :
1. Ginjal.
2. Ureter.
3. Kandung kmeih.
4. Uretra.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya. Kami selalu
membuka diri untuk menerima saran dan kritik dari semua pihak yang sama – sama
bertujuan membangun makalah ini demi perbaikan dan penyempurnaan dalam
pembuatan makalah kami kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/22793928/
MAKALAH_KELOMPOK_ANATOMI_FISIOLOGI_SISTEM_PERKEMIHAN
https://www.academia.edu/36582985/
MAKALAH_Anatomi_Fisiologi_Sistem_Perkemihan_
https://www.blogperawat.net/2020/06/anatomi-fisiologi-anfis-sistem-perkemihan.html

11

Anda mungkin juga menyukai