Anda di halaman 1dari 21

1

ANATOMI FISIOLOGI KIMIA, FISIKA, DAN BIO KIMIA


SISTEM PERKEMIHAN

ANGGOTA KELOMPOK 1:

1. CHRISTYA DEWI (20210910170034)


2. CUT ROSSY AGUSTINI (20210910170065)
3. DYAH MULYATI (20210910170006)
4. EKA HERAWATI (20210910170053)
5. ENJANG PANGAYUNI (20210910170066)
6. INDAH SOLIHAT (20210910170071)
7. LIYANI DWIWATI (20210910170056)
8. M. AKMAL HI. SOLEMAN (20210910170038)
9. MUHAMMAD SUKRON W (20210910170073)
10. ULLIN NIKMAH (20210910170024)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAH
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
SEMESTER GENAP 2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Anatomi Fisiologi Kimia, Fisika, dan Bio Kimia Sistem Perkemihan” ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan
dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan, dan doanya.
Makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami mengharap kritik dan saran
ibu dosen dan teman-teman untuk menyempurnakan makalah ini.

Semoga makalah yang kami tulis dapat memberikan tambahan wawasan bagi teman-
teman mahasiswa keperawatan dan semoga bisa menjadi bahan referensi untuk
pembelajaran kita bersama.

Jakarta, Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................................1
1. Tujuan Umum.................................................................................................1
2. Tujuan Khusus................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................................3
A. Definisi...............................................................................................................3
B. Anatomi Sistem Perkemihan..............................................................................4
1. Ginjal...............................................................................................................4
2. Ureter..............................................................................................................9
3. Vesika Urinaria.............................................................................................10
4. Uretra............................................................................................................11
C. Fisiologi Sistem Perkemihan............................................................................12
D. Proses Pembentukan Urine...............................................................................14
E. Proses Mikturisi................................................................................................15
BAB III PENUTUP.....................................................................................................17
A. Kesimpulan.......................................................................................................17
B. Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem urinari adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan
mengalirkan uan. Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih, dua otot sphincter, dan uretra.

Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah
sehingga dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang
dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan berupa urine (air
kemih).

Sistem urinaria terdiri atas ginjal yang mengeluarkan sekret urine ureter yang
menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing, kandung kencing yang
bekerja sebagai penampung, dan uretra yang menyalurkan urine dari kandung
kencing.

Sistem kemih memainkan peran ekskretoris dan homeostatik penting.


Kelangsungan hidup dan berfungsinya sel secara normal bergantung pada
pemeliharaan kosentrasi garam, asam, dan elektrolit lain di lingkungan cairan
internal. Kelangsungan hidup sel juga bergantung pada pengeluaran secara terus
menerus zat-zat sisa metabolisme toksik dan dihasilkan oleh sel pada saat
melakukan berbagai reaksi semi kelangsungan hidupnya. Apabila terjadi
gangguan pada sistem perkemihan maka dapat menimbulkan gangguan
kesehatan yang serius dan kompleks.

B. Tujuan Penulisan
C. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami anatomi fisiologi kimia, fisika, dan bio

1
2

kimia pada sistem perkemihan.


D. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:
a. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem perkemihan.
b. Mengetahui dan memahami proses pembentukan urine.
c. Mengetahui dan memahami proses mikturisi.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa
urin (air kemih).

Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary system adalah suatu sistem
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan
internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah membuang produk-produk yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan
kemudian. Sistem perkemihan merupakan sistem ekskresi utama yang terdiri dari
dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra (Waugh & Grant, 2011).

Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam ekskresi dan eliminasi sisa-sisa
hasil metabolisme tubuh. Selain mempunyai fungsi emilinasi, sistem perkemihan
juga mempunyai beberapa fungsi yaitu:

3
4

1. Meregulasi volume darah dan tekanan darah dengan mengeluarkan sejumlah


cairan ke dalam urine dan melepaskan eritropoietin, melepaskan renin.
2. Meregulasi konsentrasi plasma dari sodium, postasium, klorida, dan
mengontrol kuantitas kehilangan ion-ion lainnya kedalam urine, serta
menjaga batas ion kalsium dengan menyintesis kalsitrol.
3. Mengonstribusi stabilisasi pH darah dengan mengontrol jumlah keluarnya ion
hidrogen dan ion bikarbonat de dalam urine.
4. Menghemat pengeluaran nutrisi dengan memelihara ekskresi pengeluaran
nutrisi tersebut pada saat proses eliminasi produk sisa, terutama pada saat
pembuangan nitrogen seperti urea dan asam urat.

B. Anatomi Sistem Perkemihan


1. Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang memiliki panjang
sekitar 11 cm, lebar 6 cm, tebal 3 cm, dan beratnya sekitar 150 g. Ginjal
terletak di dinding abdomen posterior di sisi kanan dan kiri kolum vertebra, di
belakang peritoneum dan dibawah diafragma. Ginjal memiliki tinggi dari
vertebra toraksik ke 12 sampai lumbal ke 3, dan dilindungi sangkar iga. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter
yang besar.

a. Struktur Makroskopik Ginjal


Dilihat dari bagian longitudinal, dapat dibagi menjadi tiga jaringan yang
dapat dibedakan yaitu sebagai berikut.
5

1) Kapsul fibrosa, mengelilingi ginjal/ pembungkus ginjal.


2) Korteks, merupakan jaringan yang berwarna coklat kemerahan tepat
berada di bawah kapsul dan diluar piramid.
3) Medula, merupakan lapisan terdalam ginjal yang terdiri atas striasis
(garis-garis) berbentuk kerucut yang pucat (piramid renal).

Hilum merupakan batas medial ginjal berbentuk cekung yang merupakan


tempat masuknya pembuluh darah dan pembuluh limfe ginjal, ureter, dan
saraf.

Pelvis renal merupakan struktur yang berbentuk corong yang berfungsi


sebagai tempat penampungan urine yang dibentuk leh ginjal. Pelvis renal
memiliki cabang di bagian distal yaitu kaliks, setiap kaliks mengelilingi
apeks piramid renal. Dinding pelvis terdiri atas otot polos dan dilapisi oleh
epitelium transisional.
b. Struktur Mikroskopik Ginjal
Ginjal terdiri dari lebih dari 1 juta unit fungsional nefron dan sebagian
kecil duktus kolektivus. Duktis kolektivus berfungsi untuk mengangkut
urine melalui piramid ke pelvis renal yang menyebabkan piramid tampak
bergaris-garis. Tubulus ditunjang oleh sejumlah kecil jaringan ikat,
pembuluh darah, pembuluh limfe, serta saraf.
6

Menurut Sherwood (2016) nefron terdiri dari bagian-bagian berikut:


1) Glomerulus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol
afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi
sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah
yang melewatinya.
2) Kapsul Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk
mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerulus.
3) Tubulus, terbagi menjadi 3, yaitu:
a) Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan
dari cairan tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan
tubuli.
b) Lengkungan Henle
Lengkung henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U.
Terdiri dari pars descendens yaitu bagian yang menurun terbenam
dari korteks ke medula, dan pars ascendens yaitu bagian yang naik
kembali ke korteks. Bagian bawah dari lengkung henle
mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut segmen
tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan
tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain
itu, berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi
urin.
c) Tubulus Distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.
4) Duktus Kolektifus
Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron
7

yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula


untuk mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.
Nefron terdiri dari tubulus yang salah satu ujungnya tertutup dan lainnya
terhubung dengan tubulus kolektivus. Ujung yang tertutup melekuk
membentuk kapsul glomerular yang berbentuk cangkir (kapsul bowman)
yang hampir membungkus seluruh kapiler arteri yaitu glomerulus.
Dibawah glmerulus masih terdapat nefron yang panjangnya 3 cm, yaitu
tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal yang
bersambung ke duktus kolektivus.

Unit duktus kolektivus membentuk duktus-duktus lebih besar yang


menyalurkan urine ke kaliks minor. Setekah sampai di hilum, arteri renalis
bercabang menjadi arteri dan arteriol yang lebih kecil. Di korteks, arteriol,
yaitu arteriol aferen, masuk ke tiap kapsul glomerulus dan kemudian
bercabang menjadi kumpulan kapiler, membentuk glomerulus. Antara
lengkung kapiler, terdapat jaringan ikat sel mesangial yang bersifat
fagosit, dan merupakan bagian sistem makrofag-monosit. Pembuluh darah
yang keluar dari glomerulus adalah arteriol eferen.arteriol ini kemudian
bercabang menjadi jaringan kapiler sekunder, dimana terjadi pertukaran
antara nefron dan darah di dinding kapiler yang berfungsi untuk mengatur
komposisi darah dan menyuplai nutrien serta oksigen ke jaringan
setempat. Darah yang keluar dari dasar kapiler ini akhirnya meninggalkan
ginjal dari vena renalis, yang mengalirkan darah ke vena cava inferior.
8

Tekanan darah di glomerulus lebih tinggi daripada di kapiler lainnya


karena diameter arteriol aferen lebih besar daripada diameter arteriol
eferen.
Dinding glomerulus dan kapsul bowman terdiri atas lapisan tunggal sel
epitelium gepeng. Dinding glomerulus lebih permeabel daripada dinding
kapiler lainnya. Bagian nefron lainnya dan tubulus kolektivus dibentuk
oleh lapisan tunggal sel yang sangat khusus.

Pembuluh darah ginjal dipersarafi oleh saraf simpatk dan parasimpatik.


Adanya kedua cabang sistem saraf autonom ini mengendalikan diameter
pembuluh darah ginjal dan aliran darah ginjal dengan bebas melakukan
autoregulasi.
c. Fungsi Ginjal
Menurut Waugh & Grant (2011) ginjal memiliki 4 fungsi, yaitu:
1) Pembentukkan urine
Ginjal membentuk urine yang mengalir melalui ureter ke kandung
kemih untuk disimpan sebelum diekskresi. Komposisi urine
menunjukkan pertukaran zat antara nefron dan darah di kapiler renal.
Produk sisa metabolisme protein diekskresikan, kadar elektrolit
dikontrol dan pH dipertahankan dengan ekskresi ion hidrogen.
2) Filtrasi
Filtrasi terjadi di dinding semipermiabel glomerulus dan kapsul
bowman. Air dan molekul lainnya melalui dinding semipermiabel ini,
walaupun sebagian akan direabsorpsi kemudian. Sel darah, protein
plasma, dan molekul besar lainnya terlalu besar untuk difiltrasi, oleh
karena itu tetap berada di kapiler. Filtrasi di glomerulus memiliki
komposisi yang sangat serupa dengan plasma, kecuali protein plasma.
3) Fungsi hormonal
Memprodukso renin, angiotensin, bradiktinin, prostaglandin, vit D
(aktif).
9

4) Mengatur keseimbangan keluaran air dan urine


Keseimbangan antara asupan dan keluaran cairan dikendalikan oleh
ginjal. Keluaran urine minimum adalah volume terkecil yang
diperlukan untuk mengekskresikan produk sisa tubuh, yaitu sekitar 500
ml perhari. Volume urine diatur hormon antidiuretik yang dilepaskan
didalam darah oleh lobus posterior kelehjar hipofisis.

Sel saraf di hipotalamus mendeteksi perubahan dalam tekanan osmotik


darah. Implus safar dari omereseptor menstimulasi hipofisis posterior
untuk melepaskan ADH. Saat tekanan osmotik meningkat, keluaran
ADH meningkat dan akibatnya reabsorpsi air oleh sel di tubulus
kontortus distal dan duktus kolektivus meningkat, serta menurunkan
tekanan osmotik darah dan keluarlah ADH. Mekanisme umpan balik
negatif ini mempertahankan tekanan osmotik darah dalam batas
normal.
5) Keseimbangan elektrolit
Perubahan dalam konsentrasi elektrolit didalam cairan tubuh dapat
menyebabkan perubahan isi cairan tubuh atau kadar elektrolit.
Terdapat beberapa mekanisme yang mempertahankan keseimbangan
konsentrasi air dan elektrolit yaitu keseimbangan natrium dan kalium,
sistem renin angiotensin aldosteron, keseimbangan kalsium, dan
keseimbangan pH.
2. Ureter
Ureter merupakan saluran yang menyalurkan urine dari ginjal ke vesika
urinaria, panjangnya sekitar 23-30 cm dengan diameter sekitar 33 mm. Ureter
terhubung dengan pelvis renal yang berbentuk corong, bagian bawah ureter
terhubung dengan rongga abdomen di belakang peritoneum yang berada di
depan otot menuju rongga pelvis dan terletak obliq di dinding posterior vesika
urinaria. Dengan susunan ini, saat urine terakumulasi dan tekanan vesika
urinaria meningkat ureter tertekan dan pintunya tersumbat. Hal ini mencegah
10

refluks urine ke ureter (ke ginjal) ketika vesika urinaria terisi dan saat
berkemih, serta saat tekanan meningkat karena kontraksi otot vesika urinaria.
a. Struktur
Ureter terdiri atas tiga lapisan jaringan:
1) Lapisan luar, merupakan jaringan fibrosa yang bersambung dengan
kapsul fibrosa gnjal.
2) Lapisan tengah, merupakan lapisan otot yang terdiri atas serat otot
polos yang menyatu dan membentuk unit fungsional yang berbentuk
spiral mengitari ureter, sebagian berputar searah jarum jam dan
sebagian lagi berputar berlawanan arah dengan jarum jam serta lapisan
longitudinal luar tambahan.
3) Lapisan dalam, merupakan mukosa yang terdiri atas epitelium
transisional.

b. Fungsi
Ureter membawa urine dari ginjal menuju vesika urinaria melalui
kontraksi peristaltik lapisan otot polos. Peristaltik ini berasal dari suatu
pemacu yang ada di kaliks minor. Gelombang peristaltik terjadi beberapa
kali permenit, dimana frekuensinya mmeningkat seiring volume urine
yang diproduksi dan mengantarkan semburan kecil urin ke vesika urinaria.
3. Vesika Urinaria
Vesika urinaria merupakan penampungan ueine. Vesiak urinaria berada di
11

rongga pelvis dimana ukuran serta posisinya bervariasi, bergantung pada


volume urine di dalamnya.
a. Struktur
Vesika urinaria berbentuk seperti buah pir dan bertambah oval bila terisi
urine. Vesika urinaria terhubung dengan uretra di bagian bawanya,
sedangkan bagian permukaan posterior di sebut basal. Dinding dari vesika
uruinaria terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
1) Lapisan luar-jaringan ikat longgar, berisi pembuluh limfe dan darah
serta saraf, menutup permukaan atas peritoneum.
2) Lapisan tengah, terdiri atas massa serta otot polos yang bersatu dengan
jaringan ikat longgar elastik. Otot ini disebut otot destrusor dan saat
berkontraksi menyebabkan pengosongan kandung kemih.
3) Mukosa, terdiri atas epitelium transisional.
Saat vesika urinaria kosong, lapisan bagian dalam yang tersusun dalam
lipatan atau ruge yang perlahan menghilang saat terisi urine. Kapasitas
total jaringan melebihi 600 ml dan saat terisi 300-400 ml urine akan
muncul keinginan untuk berkemih.

Tiga orifisium di dinding kandung kemih membentuk suatu segitiga atau


trigon uretra. Dua orifisium aras di dinding posterior merupakan pintu
masuk ke uretra. Sfringter uretra internal merupakan suatu penebalan otot
12

polos uretra di bagian atas uretra, berfungsi mengendalikan aliran urine


dari kandung kemih. Sfringter ini tidak berada di bawah kontrol volunter.
4. Uretra
Uretra adalah saluran yang memanjang dari leher vesika urinaria hingga
eksterior, di orifisium uretra eksternal.

a. Struktur
Uretra pada pria lebih panjang dari wanita karena uretra pada pria
berhubungan dengan sistem perkemihan dan reproduksinya.

Panjang uretra pada wanita yaitu ± 4 cm yang memanjang dari atas ke


bawah di belakang simfisis pubis dan terhubung dengan orifisium uretra
eksternal tepat di depan vagina. Orifisium uretra eksternal dikontrol oleh
sfringter uretra eksternal yang dikendalikan oleh otot volunter.

Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan yaitu;


1) Lapisan otot, merupakan sambungan dari otot yang ada di vesika
urinaria. Lapisan ini bermula dari sfringter uretra internal yang terdiri
atas jaringan elastik dan serat otot polos, yang berada di bawah kendali
saraf otonom. Kontraksi sfringter uretra internal yang terus menerrus
dan lambat menjaga uretra tetap tertutup.
2) Sub mukosa, merupakan lapisan berongga yang berisi pembuluh darah
dan saraf.
3) Mukosa, merupakan sambungan dari mukosa yang ada si kandung
kemih di bagian atas uretra. Di bagian bawah, terdiriatas epitelium
skuamosa berlapis, yang berlanjut di bagian eksternal dengan kulit
vulva.

C. Fisiologi Sistem Perkemihan


Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan
13

tekanannya (biasanya pada saat volume urine kira-kira 300 ml) makam reseptor
pada dinding vesika urinaria akan memulai kontraksi muskulus detrusor. Pada
bayi, berkemih terjadi secara involunter dan dengan segera. Pada orang dewasa,
keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia menemukan waktu dan tempat yang
cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama, maka
akan memberikan rasa sakit.

Dengan demikian mulainya kontraksi muskulus detrusor, maka terjadi relaksasi


musculus pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra
yang menghasilkan beberapa kejadian dengan urutan sebagai berikut:
1. Membukanya meatus intemus.
2. Perubahan sudut ureterovesical
3. Bagian atas uretra akan terisi urine
4. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine.
5. Musculus detrusor berkontraksi lebih kuat.
6. Urine didorong ke uretra pada saat tekanan intra abdominal meningkat.
7. Pembukaan sphincter exsternus.
8. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong

Penghentian aliran urine dimungkinkan karena musculus pubococcygeus yang


bekerja di bawah pengendalian secara volunteer:
1. Musculus pubococcygeus mengadakan kontraksi pada saat urine mengali.
2. Vesica urinaria tertarik ke atas.
3. Uretra memanjang.
4. Musculus sphincter externus dipertahankan tetap dalam keadaan kontraksi.
5. Apabila musculus pubococcygeus mengadakan relaksasi lagi maka siklus
kejadian seperti yang baru saja diberikan di atas akan mulai lagi secara
otomatis.

Fungsi sistem homeostasis urinaria:


14

1. Mengatur volume dan tekanan darah dengan mengatur banyaknya air


yang hilang dalam urine, melepaskan eritropoietin dan melepaskan renin.
2. Mengatur konsentrasi plasma dengan mengontrol jumlah natrium, kalium,
klorida, dan ion lain yang hilang dalam urin dan mengontrol kadar ion
kalsium.
3. Membantu menstabilkan pH darah, dengan mengontrol kehilangan ion
hidrogen dan ion bikarbonat dalam urin.
4. Menyimpan nutrient dengan mencegah pengeluaran dalam urin,
mengeluarkan produk sampah nitrogen seperti urea dan asam urat.
5. Membantu dalam mendeteksi racun-racun.
Dari sekitar 1200 ml darah yang melalui glomerulus setiap menit terbentuk 12-
125ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinya dapat
terbentuk 150 — 180L filtrat. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L)
yang akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali. Transpor
urin dari ginjal melalui ureter dan masuk ke dalam kandungan kemih.

D. Proses Pembentukan Urine


Urine adalah cairan sisa metabolisme yang dihasilkan ginjal dan dikeluarkan dari
tubuh melalui kencing. Urine terdiri atas air dan bahan-bahan yang terlarut di
dalamnya. Bahan-bahan terlarut tersebut berupa sisa metabolisme tubuh seperti
urea, garam terlarut, serta materi organik lainnya.

Proses pembentukan urine melalui 3 tahapan, yaitu proses filtrasi (penyaringan),


15

reabsorpsi (penyerapan kembali), dan proses augmentasi (pengeluaran zat).


Masing-masing proses pembentukan urine dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Proses filtrasi (penyaringan)


Proses pembentukan urine diawali dengan filtrasi atau penyaringan darah.
Penyaringan ini dilakukan oleh glomerulus pada darah yang mengalir dari
aorta melalui arteri ginjal menuju ke badan Malpighi. Penyaringan akan
memisahkan 2 zat. Zat bermolekul besar beserta protein akan tetap mengalir
di pembuluh darah, sedangkan zat sisanya akan tertahan. Zat sisa hasil
penyaringan ini disebut urine primer (filtrat glomerulus). Urine primer
biasanya mengandung air, glukosa, garam serta urea. Zat-zat tersebut akan
masuk dan disimpan sementara dalam Simpai Bowman.
2. Proses reabsorpsi (penyerapan kembali)
Setelah urine primer tersimpan sementara dalam Simpai Bowman, mereka
kemudian akan menuju saluran pengumpul. Dalam perjalanan menuju saluran
pengumpul inilah, proses pembentukan urine melalui tahapan reabsorpsi. Zat-
zat yang masih dapat digunakan seperti glukosa, asam amino, dan garam
tertentu akan diserap lagi oleh tubulus proksimal dan lengkung Henle.
Penyerapan kembali dari urine primer akan menghasilkan zat yang disebut
dengan urine sekunder (filtrat tubulus). Urine sekunder memiliki ciri berupa
kandungan kadar ureanya yang tinggi.
3. Proses augmentasi (pengeluaran zat)
Urine sekunder yang dihasilkan tubulus proksimal dan lengkung Henle akan
mengalir menuju tubulus kontortus distal. Di sini, urine sekunder akan
melalui pembuluh kapiler darah untuk melepaskan zat-zat yang sudah tidak
lagi berguna bagi tubuh. Selanjutnya, terbentuklah urine yang sesungguhnya.
Urine ini akan mengalir dan berkumpul di tubulus kolektivis (saluran
pengumpul) untuk kemudian bermuara ke rongga ginjal. Dari rongga ginjal,
proses pembentukan urine diakhiri dengan mengalirnya urine sesungguhnya
melalui ureter untuk menuju kandung kemih (vesika urinaria). Apabila
16

kandung kemih telah penuh dan cukup mengandung urine, ia akan tertekan
sehingga akan menghasilkan rasa ingin buang air kecil pada tubuh. Urine
kemudian dialirkan melalui saluran pembuangan yang disebut uretra.

E. Proses Mikturisi
Kandung kemih bekerja sebagai reservoir urine. Saat volume sekitar 300-400 ml
terakumulasi, serat saraf otonom aferen di dinding kemih yang peka terhadap
regangan terstimulasi. Pada bayi, hal ini diinisiasi oleh refleks spinal dan
terjadilah mikturisi (berkemih). Mikturisi terjadi saat serat eferen menghantarkan
implus ke vesika urinaria menyebabkan kontraksi otot detrusor dan relaksasi
sfringter uretra internal.

Saat sistem saraf berkembang sempurna, refleks berkemih terstimulus, tetapi


implus sensori juga dihantarkan ke otak dan muncul keinginan untuk berkemih.
Dengan belajar dan upaya sadar, kontraksi sfingter uretra eksternal dan otot dasar
pelvis akan menghambat berkemih untuk waktu yang terbatas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat
yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa
urin (air kemih). Anatomi sistem perkemihan yaitu ginjal (Ren), ureter, vesika
Urinaria (Kandung Kemih), uretra.

Proses fisiologi Sistem Perkemihan yaitu pada saat vesica urinaria tidak dapat
lagi menampung urine tanpa meningkatkan tekanannya (biasanya pada saat
volume urine kira kira 300 ml) makam reseptor pada dinding vesika urinaria
akan memulai kontraksi musculus detrusor. Pada bayi, berkemih terjadi secara
involunter dan dengan segera. Tahap-tahap pembentukan urine meliputi proses
filtrasi, proses reabsorpsi, dan augmentasi.

B. Saran
Sistem perkemihan merupakan salah satu sistem penting bagi tubuh untuk
membuang sisa metabolisme tubuh. Sehingga makalah ini membutuhkan kritik
dan saran terkait penjelasan tentang anatomi dan fisiologi sistem perkemihan di
dalamnya. Untuk ke depannya referensi yang digunakan dapat lebih baik lagi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A., & Sari, K. (2014). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Pearce, E. C. (2006). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Sander, M. A. (2004). Patologi Anatomi. Jakarta: Rajawali Pers.
Sherwood, L. (2016). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 8. Jakarta: EGC.
Sobotta. (2018). Atlas Anatomi Manusia Edisi I. Jakarta: EGC.
Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Waugh, A., & Grant, A. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Singapore:
Elsevier.
Wibowo, D. S. (2005). Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.

18

Anda mungkin juga menyukai