Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“SISTEM PERKEMIHAN”
Dosen Pengampuh : Bpk. Daniel Dadi, S. Kep, Ns, M. Kep

OLEH :
KELOMPOK IV

1. Fajar Asmin Baharudin (P2012014)


2. Grishela Sesilia Sarak (P2012018)
3. Cledwyn Jones Thenu (P1911009)
4. Jeane Nendissa (P1911191)
5. Worma Jelita Koupun (P2012032)

YAYASAN BANGUN PRIMA PERSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA AMBON
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Dengan ini kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas tuntunan dan
penyertaan-Nya kepada kami, sehingga makalah yang membahas tentang “Sistem Perkemihan”
ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi
salah satu tugas dalam mata kuliah “Keperawatan Medikal Bedah II”.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih, apabila ada kurang lebihnya
kami mohon maaf.

Ambon, Mei 2022

Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3

A. Definisi Sistem Perkemihan ........................................................................ 3


B. Anatomi Sistem Perkemihan........................................................................ 4
C. Fisiologi Sistem Perkemihan........................................................................ 9
D. Biokimia Dan Fisika Sistem Perkemihan..................................................... 10
E. Faktor Yang Mempengaruhi Sistem perkemihan......................................... 14

BAB III PENUTUP................................................................................................ 22

A. Kesimpulan.................................................................................................. 22
B. Saran .. ........................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia, seperti makhluk hidup lainnya, berusaha untuk mempertahankan homeostasis,
yang berarti keseimbangan. Otak dan organ tubuh lainnya bekerjasama untuk mengatur suhu
tubuh, keasaman darah, ketersediaan oksigen dan variabel lainnya. Ginjal berperan penting
mempertahankan homeostasis dengan mengatur konsentrasi banyak konstituen plasma,
terutama elektrolit dan air dengan mengeliminasi semua zat sisa metabolisme.
Sistem perkemihan merupakan bagian dari anatomi dan fisiologi tubuh manusia, yang
sangat berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Sistem perkemihan berfungsi
untuk mengolah zat-zat yang tidak diperlukan dalam tubuh dan memiliki beberapa proses.
Sehingga dengan keluarnya zat yang tidak baik bagi tubuh maka tubuh akan terhindar dari
beberapa penyakit yang menyangkut sistem perkemihan.
Peran dari sistem urin dengan yang biasa bagi kebanyakan orang adalah bahwa ekskresi;
melalui air seni, manusia membebaskan diri dari air tambahan dan bahan kimia dari aliran
darah. . Aspek penting lain dari sistem urin adalah kemampuannya untuk membedakan antara
senyawa dalam darah yang bermanfaat untuk tubuh dan harus dijaga, seperti gula, dan
senyawa dalam darah yang beracun dan harus dihilangkan

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem perkemihan?
2. Apa saja anatomi sistem perkemihan?
3. Apa saja fisiologi sistem perkemihan?
4. Bagaimana proses biokimia dan fisika sistem perkemihan?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi sistem perkemihan?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari sistem perkemihan
2. Untuk mengetahui anatomi sistem perkemihan
3. Untuk memahami fisiologi sistem perkemihan
4. Untuk memahami proses biokima dan fisika sistem perkemihan
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sistem perkemihan

D. Manfaat Penulisan
Menambah dan meningkatkan pengetahuan bagi pembaca tentang sistem perkemihan
manusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Sistem Perkemihan


Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat
yang masih digunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak digunakan lagi oleh tubuh larut dalam
air dan dikeluarkan berupa urin atau air kemih (Purnomo, 2008)
Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu sistem
kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau
Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh dan banyak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian.
Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b)
dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika
urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika
urinaria.

3
B. Anatomi Sistem Perkemihan
1. Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.
a. Fungsi ginjal :
 Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
 Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, osmotic, dan ion,
 Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh,
 Fungsi hormonal dan metabolisme,
 Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.

b. Struktur ginjal.

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.

4
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong
yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices
renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices
renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari :

1) Glomerolus
Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang
kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi
sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya.

2) Kapsula Bowman
Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan
yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus.

5
3) Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu:
 Tubulus proksimal
Tubulus proksimal berfungsi mengadakan reabsorbsi bahan-bahan dari cairan
tubuli dan mensekresikan bahan-bahan ke dalam cairan tubuli.
 Ansa Henle
Ansa henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U. Terdiri dari pars
descendens yaitu bagian yang menurun terbenam dari korteks ke medula, dan
pars ascendens yaitu bagian yang naik kembali ke korteks. Bagian bawah dari
lengkung henle mempunyai dinding yang sangat tipis sehingga disebut
segmen tipis, sedangkan bagian atas yang lebih tebal disebut segmen tebal.
Lengkung henle berfungsi reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan
sekresi bahan-bahan ke dalam cairan tubulus. Selain itu, berperan penting
dalam mekanisme konsentrasi dan dilusi urin.
 Tubulus distal
Berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.

4) Duktus pengumpul (duktus kolektifus)


Satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari delapan nefron yang
berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam ke dalam medula untuk
mengosongkan cairan isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.

c. Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi
untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan
bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.

2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria.
Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter berfungsi untuk mengalirkan
urine dari masing-masing ginjal untuk ditampung di kandung kemih. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

6
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
 Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
 Lapisan tengah lapisan otot polos.
 Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
 Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.

3. Vesika Urinaria (Kandung Kemih).


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir
(kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria
dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
 Lapisan sebelah luar (peritoneum).
 Tunika muskularis (lapisan berotot).
 Tunika submukosa.
 Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

4. Uretra.
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
 Urethra pars Prostatica
 Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
 Urethra pars spongiosa.

Pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra
terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya
sebagai saluran ekskresi.

7
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:

 Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria
mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra
tetap tertutup.
 Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
 Lapisan mukosa.

5. Air kemih (urine).


Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
 Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan(intake) cairan
dan faktor lainnya.
 Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
 Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
 Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
 Berat jenis 1,015-1,020.
 Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:

 Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.


 Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea amoniak ,Elektrolit,
natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
 Pagmen (bilirubin dan urobilin).
 Toksin

8
C. Fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem urinaria adalah sistem organ yang berfungsi untuk menyaring dan membuang zat
limbah dengan cara menghasilkan urine. Jika fungsi sistem ini terganggu, limbah dan racun
bisa menumpuk di dalam tubuh dan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan.
Sistem urinaria atau saluran kemih terdiri dari ginjal, kandung kemih, ureter, dan juga
uretra (saluran kencing). Setiap bagian dalam sistem urinaria memiliki fungsi dan peranannya
masing-masing. Melalui saluran kemih, urine yang membawa limbah dan racun akan
dikeluarkan dari dalam tubuh.
Berikut adalah beberapa fungsi sistem uronari. Bagian-bangiannya yang berbeda
melakukan berbagai macam fungsi seperti:
a. Menyaring darah.
b. Memisahkan racun yang tidak Anda butuhkan dari nutrisi.
c. Menyimpan dan membawa urine kaluran dari tubuh Anda.

Fungsi utama sistem perkemihan adalah membantu proses pembentukan urine dengan
menyaring sisa pembuangan tubuh dan air berlebih dari darah. Urine kemudian akan
mengalir ke kandung kemih melalui dua tabung tipis yang disebut ureter. Ketika kandung
kemih penuh, Anda akan membuang urine melalui uretra. Selain itu, sistem perkemihan dan
ginjal juga berfungsi untuk menghilangkan cairan pembuangan yang disebut dengan urea,
serta menjaga keseimbangan air, natrium, dan kalium. Produksi urea terjadi saat makanan
yang mengandung protein dipecah dalam tubuh. Sistem ini akan bekerja sama dengan kulit,
usus, dan paru-paru untuk menjaga keseimbangan tersebut. Orang dewasa akan
mengeluarkan sekitar dua liter cairan per hari. Jumlah ini bergantung dengan jumlah cairan
yang diminum dan yang keluar melalui keringat serta pernapasan.

Ada pula beberapa cara bagaimana sistem urinaria membersihkan darah dari dalam
tubuh, yaitu:

a. Darah memasuki setiap ginjal melalui arteri kecil,


b. Ginjal menyaring darah, memisahkan racun dan nutrisi.
c. Vitamin, mineral, nutrisi, dan protein kembali ke aliran darah.
d. Produk sisa metabolisme dan urine bergerak melalui ureter ke kandung kemih Anda.
e. Saat sudah penuh, urine meninggalkan tubuh dengan melewati uretra.

9
D. Biokimia dan Fisika Sistem Perkemihan
1. Definisi Biokimia
Biokimia berasal dari kata bio artinya organisme hidup, sedangkan kimia adalah
satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang perilaku dari bahan-bahan
kimia. Ilmu Kimia juga menitikberatkan terhadap komposisi bahan dan sifat-sifat yang
berhubungan dengan komposisi. Juga mengkonsentrasikan perbedaan interaksi senyawa
satu dengan senyawa lainnya dalam reaksi kimia untuk membentuk zat-zat baru. Dengan
demikian dapat digabungkan dua pengertian diatas bahwa Biokimia meliputi studi
tentang susunan kimia sel, sifat senyawa serta reaksi yang terjadi di dalam sel, senyawa-
senyawa yang menunjang aktivitas organisme hidup serta energi yang diperlukan atau
dihasilkan.
Jadi biokimia sistem perkemihan merupakan reaksi kimia yang terjadi di dalam
sel pada organ-organ perkemihan, seperti ginjal, uretra, vesika urinaria, dan ureter.

2. Proses Pembentukan Urine


a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll,
diteruskan ke seluruh ginjal.

b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah
terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan
diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif
dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

10
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul.
Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter.
Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan
tempat penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine
dikeluarkan dari tubuh melalui uretra. Urin yang keluar dari kandungan kemih
mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus
koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak
mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.

3. Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)


Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding
kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus
secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini
hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula
spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan
otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk
kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus
apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal

11
dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih.
Pembuluh limfa berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
Jadi,reflex mikturisi merupakan sebuah sikus yang lengkap yang terdiri dari:
a. Kenaikan tekanan secara cepat dan progresif
b. Periode tekanan menetap
c. Kembalinya tekanan kandung kemih ke nilai tonus basal.
d. Perangsangan atau penghambatan berkemih oleh otak.

Pusat – pusat ini antara lain:


a. Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak di
ponds, dan beberapa pusat yang terletak korteks serebral yang terutama bekerja
menghambat tetapi dapat menjadi perangsang.
b. Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat yang
lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkenmih
sebagai berikut:
 Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks berkemih
kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki.
 pusat yang lebih tinggi dapat mecegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih
timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus
kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
 Jika tiba waktu berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sacral
untuk membantu untuk mencetuskan refleks berkemih dan dalam waktu
bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa
berkemih dapat terjadi.
 Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut: Pertama,
seseorang secara sadar mengkontraksikan otot – otot abdomennya, yang
meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra
memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga
meregangkan dindingnya.

12
4. Ciri – ciri Urine
a. Sifat fisik air kemih
 Jumlah ekskresi dalam 24 jam + 1500 cc tergantung dari intake
 Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan keruh
 Bau khas urine amoniak.
 Berat jenis 1, 015 – 1, 020.
 Reaksi asam, bila lama – lama menjadi alkalis tergantung diet ( sayur
menyebabkan alkalis dan protein memberi reaksi asam).
 Produksi urine Anak : 1 cc/ kg BB/ jam
 Produksi urine dewasa : 2 – 3 cc/ kg BB/ jam

b. Komposisi Urin
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh
ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi.
Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga
beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal
dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses
reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke
dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam
kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang
akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui
melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen
yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam
urin orang yang sehat.

13
Komposisi air kemih :
 Air kemih terdiri dari 95 % air.
 Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak,
kreatinin.
 Elektrolit, natrium, kalsium, bikarbonat, fosfat dan sulfat
 Pigmen (bilirubin, urobilin)
 Toksin
 Hormon.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Sistem Perkemihan


Banyak faktor yang mempengaruhi volume dan kualitas urine serta kemampuan klien
untuk berkemih. Bebarapa perubahan dapat bersifat akut dan kembali pulih/reversibel
(misalnya Infeksi saluran kemih) sementara perubahan yang lain dapat pulih /ireversibel
(misalnya terbentuknya gangguan fungsi ginjal secara progresif dan lambat). Proses penyakit
yang terutama mempengaruhi fungsi ginjal (menyebabkan perubahan pada volume atau
kualitas urine), pada awalnya secara umum dikategorikan sebagai prarenalis, renalis, atau
pascarenalis.
Perubahan prarenalis dalam eliminasi urine akan menurunkan aliran darah yang
bersikulasi ke dan melalui ginjal yang selanjutnya akan memyebabkan penurunan perfusi ke
jaringan ginjal. Dengan kata lain, perubahan-perubahan tersebut terjadi di luar sistem
perkemihan. Penurunan perfusi ginjal menyebabkan oliguria (berkurangnya kemampuan
untuk membentuk urine) atau yang lebih jarang terjadi, anuria (ketidakmampuan untuk
memproduksi urine). Perubahan renalis diakibatkan oleh factor-faktor yang menyebabkan
cedera langsung pada glomerulus atau tubulus renalis sehingga mengganggu fungsi normal
filtrasi, reabsorsi, dan sekresi pada glomerulus atau tubulus renalis tersebut. Perubahan
pascarenalis terjadi akibat adanya obtruksi pada sisitem pengumpul urine di setiap tempat
kaliks ginjal (struktur drainase yang berada di dalam ginjal) ke meatus uretra (yakni bagian
luar ginjal, tetapi berada di dalam system urinarius).
Urine dibentuk oleh sistem perkemihan, tetapi tidak dapat dieliminasi oleh cara-cara yang
normal. Selain perubahan karena penyakit, factor-faktor lain juga harus dipertimbangkan jika
klien mengalami gejala-gejala yang terkait dengan eliminasi urine.

14
Masalah yang berhubungan dengan kerja perkemihan dapat merupakan akibat dari
adanya masalah pada fisik, fungsi, dan kognitif sehingga menyebabkan inkontinesia, retensi,
dan infeksi.

1. Pertumbuhan dan Perkembangan


Bayi dan anak kecil tidak dapat memekatkan urine secara efektif. Dengan
demikian urine mereka tampak berwarna kuming jernih atau bening. Bayi dan anak-anak
mengekskresi urine dalam jumlah yang besar dibandingkan dengan ukuran tubuh mereka
yang kecil. Misalnya, anak berusia 6 bulan dengan berat badan 6 sampai 8 kg
mengeksresi 400 sampai 500 ml urine setiap hari. Berat badan anak sekitar 10% dari
berat badan orang dewasa, tetapi mengekskresi 33% urine lebih banyak daripada urine
yang diekskresikan orang dewasa. Seorang anak tidak dapat mengontrol mikturisi secara
volunteer sampai ia berusia 18-24 bulan . seorang anak harus mampu mengenali
penuhnya kandung kemih mereka, menahan urine selama 1 sampai 2 jam, dan
mengomunikasikan keinginannya untuk berkemih kepada orang dewasa.
Anak kecil memerlukan pengertian, kesabaran, dan konsistensi orang tuanya.
Seorang anak mungkin tidak dapat mengontrol berkemihnya secara total sampai ia
berusia 4 atau 5 tahun. Anak laki-laki umumnya lebih lambat mengontrol berkemihnya
daripada anak perempuan. Pengontrolan mikturisi di malam hari dan terjadi lebih dini
pada proses perkembangan anak, biasanya pada usia 2 tahun. Orang dewasa dalam
kondisi normal mengekskresikan 1500 sampai 1600 ml urine setiap hari. Ginjal
memekatkan urinen mengeluarkan urine normal yang berwarna kekuningan. Individu
dalam kondisi normal tidak bangun untuk berkemih selama ia tidur karena aliran darah
ginjal menurun selama istirahat dan kemampuan ginjal untuk memekatkan urine juga
menurun.
Proses penuaan mengganggu mikturisi. Masalah mobilitas kadangkala membuat
lansia sulit mencapai kamar mandi tepat pada waktunya. Lansia mungkin terlalu lemah
untuk bangkit dari tempat duduk toilet tanpa dibantu. Penyakit neurologis kronis, seperti
Parkinson atau cedera sebrovaskular (stroke) mengganggu sensasi keseimbangan dan
membuat seorang pria sulit berdiri saat berkemih atau membuat seorang wanita sulit
untuk berjalan kekamar mandi. Apabila seorang lansia kehilangan control dalam proses

15
berpikir maka kemampuannya untuk mengontrol mikturisi tidak dapat diprediksikan.
Lansia mungkin akan kehilangan kemampuan untuk tidak mampu mengingat kembali
prosedur untuk buang air. Perubahan pada fungsi ginjal dan kandung kemih juga terjadi
seiring dengan proses penuaan. Kecepatan filtrasii glomerulus menurun disertai
penurunan kemampuan ginjal untuk memekatkan urine. Sehingga lansia sering
mengalami nokturia (urinasi yang berlebihan pada malam hari).
Kandung kemih kehilangan tonus otot dan daya tampungnya untuk menahan urine
sehingga menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih. Karena kandung kemih tidak
berkontraksi secar efektif, lansia sering menyisakan urine di dalam kandung kemih
setelah ia berkemih (residu urine). Pria lansia juga dapat menderita hipertrofi prostat
benigna, yang membuat mereka rentan mengalami retensi urine dan inkontinensia.
Perubahan ini meningkatkan risiko pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada saluran
urinarius yang dapat menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK).

2. Faktor Sosiokultural
Adat istiadat tentang privasi berkemih berbeda-beda. Masyarakat Amerika Utara
mengharapkan agar fasilitas toilet merupakan sesuatu yang pribadi, sementara beberapa
budaya Eropa menerima fasilitas toilet yang digunakan secara bersama-sama. Peraturan
sosial (misalnya, saat istirahat sekolah) mempengaruhi waktu berkemih. Penyediaan pipa
didi dalam rumah mungkin jarang tersedia di daerah pemukiman miskin, seperti
Appalachia, bagian dalam Maine, serta komunitas terpencil lain di pegunungan.
Pendekatan keperawatan terhadap kebutuhan eliminasi klien harus
mempertimbangkan aspek budaya dan kebiasaan sisial klien. Apabila seorang klien
menginginkan privasi, perawat berupaya untuk mencegah terjadinya interupsi pada saat
klien berkemih. Seorang klien yang kurang sensitive terhadap kebutuhannya untuk
mendapatkan privasi harus ditangani dengan sikap berusaha memahami serta menerima
klien.

3. Faktor Psikologis
Ansietas dan stress emosional dapat menimbulkan dorongan untuk berkemih dan
frekuensi berkemih meningkat. Seorang individu yang cemas dapat merasakan suatu

16
keinginan untuk berkemih, bahkan setelah buang air beberapa menit sebelumnya.
Ansietas jiga dapat membuat individu tidak mampu berkemih sampai tuntas. Ketegangan
emosional membuat relaksasi otot abdomen daan otot perineum menjadi sulit. Apabila
sfingter uretra eksternal tidak berelaksasi secara total, buang air dapat menjadi tidak
tuntas dan terdapat sisa urin didalam kandung kemih. Usaha untuk buang air kecil
dikamar mandi umum, untuk sementara dapat membuat individu kesulitan berkemih.

4. Kebiasaan pribadi
Privasi dan waktu yang adekuat untuk berkemih biasanya penting untuk
kebanyakan individu. Beberapa individu memerlukan distraksi ( mis, membaca) untuk
rileks.

5. Tonus otot
Lemahnya otot abdomen dan otot dasar panggul merusak kontraksi kandung
kemih dan kontrol filter uretra eksterna. Kontrol mikturisi yang buruk dapat berakibatkan
oleh otot yang tidak dipakai yang merupakan akibat dari lamanya imobilitas, peregangan
otot selama melahirkan , atrofi otot setelah menopause, dan kerusakan otot akibat trauma.
Drainase urin yang berkelanjutan melalui kateter menetap menyebabkan hilangnya tonus
kandung kemih atau kerusakan pada sfingter uretra jika klien terpaksa kateter menetap,
kandung kemih klien relatif tetap kosong, dan dengan demikian, kandung kemih tidak
pernah meregang akibat penuhnya daya tampung. Apabila otot tidak meregag dengan
teratur maka terjadilah atrofi otot. Pada saat keteter dilepakan, klien mungkin akan
mengalami kesulitan dalam memperoleh kembali kontrol kemihnya.

6. Status volume
Ginjal mempertahankan keseimbangan sensitif antara rotensi dan ekresi cairan.
Apabila cairan dan konsentrasi elektrolit serta solit berada dalam keseimbagan,
peningkatan asupan cairan dapat menyebabkan peningkatan produksi urine. Cairan yang
diminum akan meningkatkan plasma yang bersirkulasi didalam tubuh sehingga
meningkatkan volume filtrat glomerolus dan ekresi urin. Jumlah haluaran urine bervariasi
sesuai dengan asupan makanan dan cairan. Jumlah volume urine yang terbentuk pada

17
malam hari sekitar stengah dari jumlah urine yang terbentuk pada siang hari akibat
penurunan asupan dan metabolisme hal ini menyebabkan penurunan aliran darah di
ginjal.
Nokturia dapat merupakan tanda adanya perubahan pada ginjal pada individu
yang sehat, asupan air yang berada didalam makanan dan cairan seimbag dengan
haluaran air didalam urin, feses, dan kehilangan air yang tidak kasat mata melalui
keringat dan pernapasan. Menelan cairan tertentu secara langsung mempengaruhi
produksi dan ekresi urine. Alkohol menghambat pelepasan hormon antidiuretik (ADH)
sehingga pembentukan urine akan meningkat. Diuresis dapat ditingkatkan oleh asupan
kopi, teh, coklat dan minuman kolak yang mengandung kasein. Makanan yang banyak
mengandung cairan, seperti buah dan sayur mayur juga dapat meningkatkan produksi
urine.

7. Kondisi penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi kemampuan untuk berkemih. Adanya
luka pada saraf perifer yang menuju kekandung kemih menyebabkan hilangnya tonus
kandung kemih, berkurangnya sensasi penuh kandung kemih, dan individu mengalami
kesulitan untuk mengontrol urinasi. Misalnya diabetes militus dan sklerosis mulipel
menyebabkan kondisi neoropatik yang mengubah fungsi kandung kemih.
Penyakit penyakit yang menyebabkan kerusakan irevesibel pada glomerulus
menyebabkan perubahan fungsi ginjal yang permaen. Penyakit ginjal kronis (end stage
renal disease, ESRD) adalah istilah yang di gunakan untuk menjelaskan penurunan fungsi
ginjal yang diakibatkan oleh proses kerusakan irevesibel. Klien yang menderita ESRD
memperlihatkan banyak ganguan metabolisme yang membutuhkan terapi untuk dapat
bertahan hidup. Perubahan perubahan di sebabkan olehakumulasi limbah nitrogen dan
berbagai kekacauan asam basa serta kerusakan biokimia.
Gejala- gejala terkait yang dialami klien terjadi sebagai akibat sindrom
uremia.sindrom ini di tandai dengan peningkatan limbah nitrogen didalam darah,
perubahan fungsi pengaturan (menyebabkan gangguan elektrolit dan cairan yang
menyolok), mual, muntah, sakit kepala, koma, dan konfulsi. Pilihan terapi meliputi
metode untuk mengoreksi ketidakseimbangan biokimia. Masalah tersebut dapat di

18
tangani secara konservatif, dengan obat obatan dan sebuah program diet serta
pembatasan cairan. Namun, seiring dengan semakin nyatanya penurunan fungsi ginjal
atau perburukan gejala Uremia, diindasikan terapi yang lebih agresif. Terapi ini dikenal
sebagai terapi penggantian ginjal. Dialisis dan transplantasi organ merupakan dua metode
penggantian ginjal. Dua metode dialisis tersebut ialah dialisis peritoneal dan
hemodialisis. Dialisis peritoneal adalah suatu metode tidak langsung untuk
membersihkan darah dari produk limbah dengan menggunakan proses osmosis dan
difusi.
Peritoneum adalah membran serosa yang menyelimuti organ-organ abdomen dan
melapisi rongga peritoneal. Peritoneum berfungsi sebagai membran semipermiabel
dengan bagian dasarnya terdiri dari kapiler yang mengalirkan darah. Kelebihan cairan
dan produk limbah darah dengan mudah dibuang dari aliran darah pada saat aliran
elektrolit steril (dialisat) dimasukkan ke dalam rongga peritoneum oleh gaya gravitasi,
dialisat dialirkan melalui kateter yang dipasang melalui proses pembedahan. Dialisat
dibiarkan di dalam rongga peritoneal selama beberapa waktu yang telah diprogramkan
dan kemudian dialirkan keluar oleh gaya gravitasi dengan membawa limbah yang
terakumulasi dan kelebihan cairan serta elektrolit.
Hemodialisis dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin yang dilengkapi
dengan membran penyaring semi permiabel (ginjal buatan) yang memindahkan produk-
produk limbah yang terakumulasi dari darah ke dalam mesin dialisis. Pada mesin dialisis,
cairan dialisat dipompa melalui salah satu sisi membran filter (ginjal buatan) sementara
darah klien keluar melalui sisi membran yang lain. Proses difusi, osmosis, dan
ultrafiltrasi membersihkan darah klien dan darah tersebut dikembalikan melalui suatu alat
akses yang ditempatkan khusus ke pembuluh darah (tandur Gore-Tex). Kedua modalitas
dialisis dapat diterapkan untuk jangka waktu yang singkat atau panjang dan keduanya
memerlukan peralatan khusus serta perawat yang terlatih.
Transplantasi organ ialah penggantian ginjal klien yang rusak dengan sebuah
ginjal baru dari donor kadaver atau donor hidup yang memiliki golongan darah dan tipe
jaringan yang sesuai. Setelah klien (resipien) dianggap sesuai secara medis dan
psikososial, organ ginjal ditanam melaui pembelahan. Obat-obatan khusus
(imunosupresif) diberikan untuk kehidupan guna mencegah ditolaknya organ

19
transplantasi organ yang berhasil, menawarkan klien akan potensial pemulihan fungsi
ginjal yang normal.

8. Prosedur Bedah
Stres pembedahan awalnya memicu sindrom adaptasi umum. Kelenjar hipofisis
posterior melepas sejumlah ADH yang meningkat, yang meningkatkan reabsorbsi air dan
mengurangi haluaran urine. Klien bedah sering memiliki perubahan keseimbangan cairan
sebelum menjalani pembedahan yang diakibatkan oleh proses penyakit atau puasa
praoperasi, yang memperburuk berkurangnya haluaran urine. Respons stres juga
meningkatkan kadar aldosteron, menyebabkan berkurangnya haluaran urine dalam
upaya mempertahankan volume sirkulasi cairan.
Analgesik narkotik dan anastesi dapat memperlambat laju filtrasi glomerulus,
mengurangi haluaran urine. Obat farmakologi ini juga merusak impuls sensorik dan
motorik yang berjalan di antara kandung kemih, medula spinalis, dan otak. Klien yang
pulih dari anestesi dan analgesik yang dalam, seringkali tidak mampu merasakan bahwa
kandung kemihnya penuh dan tidak mampu memulai atau menghambat berkemih.
Anestesi spinalis terutama menimbulkan resiko retensi urine, karena akibat anestesi ini,
klien tidak mampu merasakan adanya kebutuhan untuk berkemih dan kemungkinan otot
kandung kemih dan otot sfingter juga tidak mampu merespon terhadap keinginan
berkemih.
Pembedahan struktur panggul dan abdomen bagian bawah dapat merusakkan
urinasi akibat trauma lokal pada jaringan sekitar. Edema dan inflamasi yang terkait
dengan penyembuhan dan menghambat aliran urine dari ginjal ke kandung kemih atau
dari kandung kemih atau uretra, menggangu relaksasi otot panggul dan sfingter atau
menyebabkan ketidaknyamanan selama berkemih. Setelah kembali dari pembedahan
yang melibatkan ureter, kandung kemih, dan uretra, klien secara rutin menggunakan
kateter urine. Pembentukan diversi urinarius melalui pembedahan, membuat pintasan
(bypass) di daerah kandung kemih atau uretra yang bersifat sementara atau permanen
dibuat sebagai rute keluar urine. Diversi urinarius mungkin diperlukan pada klien
penderita kanker kandung kemih. Klien yang menjalani diversi urinarius memiliki sebuah
stoma (lubang buatan) pada abdomennya untuk mengeluarkan urine.

20
9. Obat-Obatan
Diuretik mencegah reabsorpsi air dan elektrolit tertentu untuk meningkatkan
haluaran urine. Retensi urine dapat disebabkan oleh penggunaan obat antikolinergik
(mis., atropin) antihistamin (mis., sudafed), antihipertensi (mis., aldomet), dan obat
penyekat beta-adrenergik (mis., inderal). Beberapa obat mengubah warna urine. Klien
yang fungsi ginjalnya mengalami perubahan memerlukan penyesuaian pada dosis obat
yang disekresi oleh ginjal.

10. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan sistem perkemihan dapat mempengaruhi berkemih. Prosedur, seperti
suatu tindakan pielogram intravena atau urogram, tidak memperbolehkan klien
mengkonsumsi cairan per oral sebelum tes dilakukan. Pembatasan asupan cairan
umumnya akan mengurangi haluaran urine. Pemeriksaan diagnostik (mis., sistoskopi)
yang melibatkan visualisasi langsung struktur kemih dapat menyebabkan timbulnya
edema lokal pada jalan keluar uretra dan spasme pada sfingter kandung kemih.
Klien sering mengalami retensi urine setelah menjalani prosedur ini dan dapat
mengeluarkan urine berwarna merah atau merah muda karena perdarahan akibat trauma
pada mukosa uretra atau mukosa kandung kemih.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap
zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh
tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
2. Anatomi sistem perkemihan : ginjal (ren), ureter, vesika urinaria (kandung kemih). Dan
uretra.
3. Sistem urinaria adalah sistem organ yang berfungsi untuk menyaring dan membuang zat
limbah dengan cara menghasilkan urine
4. Proses pembentukan urin : proses filtrasi, proses reabsorpsi, dan augmentasi
(pengumpulan)
5. Faktor yang mempengaruhi sistem perkemihan : pertumbuhan dan perkembangan, faktor
sosiokultural, faktor psikologis, kebiasaan pribadi, tonus otot, status volume, kondisi
penyakit, prosedur bedah, obat-obatan, serta pemeriksaan diagnostik.

B. Saran
Sebagai seorang perawat ataupun mahasiswa keperawatan diharapakn dapat mengetahui
serta memahami dengan baik tentang sistem perkemihan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Pearce , Evelyn C.2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Sander , Mochamad Aleq . 2004. Patologi Anatomi . Jakarta : Rajawali Pers.
Sobotta.Atlas Anatomi Manusia Ed.1.Jakarta : EGC.
Syaifuddin . 2003 . Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Wibowo , Daniel S . 2005 . Anatomi Tubuh Manusia . Jakarta : Gramedia Widiasarana
Indonesia.
https://www.sehatq.com/artikel/memahami-sistem-perkemihan-dan-penyakit-yang-
mengancamnya
https://www.alodokter.com/mengenal-fungsi-sistem-urinaria-dan-penyakit-yang-bisa-
menyerangnya
https://www.pdfcoffee.com_biokimia-perkemihandocx-pdf-free.pdf

iii

Anda mungkin juga menyukai