Anda di halaman 1dari 3

I.

Apakah rumah sakit boleh menolak atau meminta uang muka kepada pasien saat
dalam keadaan darurat/kritis?

Tidak boleh. Dasar hukumnya Pasal 32 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan (UU Kesehatan), berbunyi:

Pasal 32 ayat 1: “Dalam keadaan darurat,  fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta  wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi penyelamatan nyawa
pasien dan pencegahan pencatatan terlebih dahulu.”

Pasal 32 ayat 2: “Dalam keadaan darurat,  fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta  dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka”

Selain itu Pasal 29 ayat (1) huruf f Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (UU Rumah Sakit) yang mengatur tentang Kewajiban Rumah Sakit, dengan tegas
menyatakan Rumah sakit wajib memberikan fasilitas pelayanan pasien gawat darurat
tanpa uang muka.

Selengkapnya Pasal 29 ayat (1) huruf f: “Setiap Rumah Sakit mempunyai


kewajiban:  melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas
pelayanan pasien tidak mampu/miskin,  pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,
ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi
misi kemanusiaan;”   

Berdasarkan bunyi pasal di atas, jelas bahwa dalam keadaan darurat rumah sakit
seharusnya tidak boleh menolak pasien dan/atau meminta uang muka, sebab dalam
keadaan darurat/kritis yang menjadi tujuan utama adalah penyelamatan nyawa atau
pencegahan pencacatan terlebih dahulu.

II. Apa langkah hukum yang bisa diambil pasien, apabila rumah sakit menolak atau
atau meminta uang muka kepada pasien padahal sedang dalam keadaan
kritis/darurat?

Pasien bisa menuntut Rumah Sakit baik secara perdata maupun secara pidana. Dasar
hukumnya, Pasal 32 huruf q Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(UU Rumah Sakit), berbunyi: “Setiap pasien mempunyai hak: menggugat dan/atau
menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar  baik secara perdata ataupun pidana;”.
Secara perdata, Pasien bisa mengajukan gugatan ke pengadilan atau melalui Badan
penyelesaian sengketa konsumen terhadap rumah sakit yang akibat tindakannya telah
merugikan pasien (lihat juga pasal 1365 KUH Perdata)

Atau bisa juga menempuh jalur pidana dengan melaporkan pimpinan rumah sakit
dan/atau tenaga kesehatannya ke polisi.

Dasar hukumnya Pasal 32 ayat 2 jo Pasal 190 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 36


Tahun 2009 Tentang Kesehatan, berbunyi:

Pasal 32 ayat 2:

“Dalam keadaan darurat,  fasilitas pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun


swasta  dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka”

Pasal 190 ayat (1):

“Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga kesehatan yang melakukan


praktik atau pekerjaan pada fasilitas pelayanan kesehatan  yang dengan sengaja tidak
memberikan pertolongan pertama terhadap pasien yang dalam keadaan gawat darurat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2)  atau Pasal 85 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp200.000.000,00
(dua ratus juta rupiah).”

Ayat (2):

“Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  mengakibatkan terjadinya
kecacatan atau kematian,  pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.

Berdasarkan pasal di atas, jelas bahwa pimpinan rumah sakit dan/atau tenaga
kesehatan yang menolak pasien dan/atau meminta uang muka, dapat dituntut secara
pidana dengan ancaman pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
banyak dua ratus juta rupiah. Dan apabila hal tersebut menyebabkan terjadinya
kecacatan atau kematian pada pasien, maka ancaman pidananya lebih berat yaitu
pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak satu miliar rupiah.

Sekian semoga bermanfaat.


Dasar Hukum:

 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

 Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

[1] Pasal 1 angka 2 UU Rumah Sakit: “Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang
membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
kecacatan lebih lanjut.”

[2] Pasal 1 angka 1 UU Rumah Sakit: “Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan


yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.”

Anda mungkin juga menyukai