Anda di halaman 1dari 13

Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Jaminan Kecelakaan Kerja adalah :

Pasal 8

(1) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakaan Kerja
(2) Termasuk tenaga kerja dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah :
a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah
maupun tidak;
b. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong adalah
perusahaan;
c. narapidana yang dipekerjakan di perusahaan.

Pasal 9

Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) meliputi :

a. biaya pengangkutan;
b. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan/atau perawatan;
c. biaya rehabilitasi;
d. santunan berupa uang yang meliputi :
1. santunan sementara tidak mampu bekerja;
2. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya;
3. santunan cacad total untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental.
4. Santunan kematian.

Pasal 10

(1) Pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali
24 jam.
(2) Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan
Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang
tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacad atau
meninggal dunia.
(3) Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja kepada
Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya.
(4) Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri1

Kepesertaan Jaminan Kecelakaan Kerja :

Menurut PP Nomor 40 Tahun 2015, Pasal 1 angka 4 dan Pasal 5 ayat (2), ayat (3). Peserta
adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran. Terdiri dari:

Peserta penerima upah yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara, meliputi:

a. Pekerja pada perusahaan;


b. Pekerja pada orang perseorangan; dan
c. Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

Peserta bukan penerima upah:

a. Pemberi kerja;
b. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri; dan
c. Pekerja yang tidak termasuk pekerja mandiri yang bukan menerima upah.

Peserta penerima upah wajib mengikuti program jaminan sosial bidang ketenagakerjaan
termasuk JKK yang didaftarkan secara kolektif oleh perusahaan. Sementara untuk peserta bukan
penerima upah dapat mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan secara bertahap dengan memilih
program sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta. Peserta bukan penerima upah juga
dapat mendaftar sendiri langsung ke Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan atau mendaftar
melalui wadah/kelompok/mitra/payment point (aggregator/perbankan) yang telah melakukan
Ikatan Kerja Sama (IKS) dengan BPJS Ketenagakerjaan.2

Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKKs) :

1
Pasal (8), (9), dan (10) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468)
2
Pasal 1 angka 4 dan Pasal 5 ayat (2), dan (3) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2015 Tentang Penyerahan
Air Bersih Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (Lembaran Negara Republik Indinesia Nomor
5707)
a. Memberikan perlindungan atas risiko-risiko kecelakaan yang terjadi dalam hubungan
kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat
kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.
b. Iuran dibayarkan oleh pemberi kerja yang dibayarkan (bagi peserta penerima upah),
tergantung pada tingkat risiko lingkungan kerja, yang besarannya dievaluasi paling lama
2 (tahun) sekali, dan mengacu pada table sebagai berikut:

No. Tingkat Risiko Lingkungan Kerja Besaran Persentase


1. Tingkat risiko sangat rendah 0,24 % dari upah sebulan
2. Tingkat risiko rendah 0,54 % dari upah sebulan
3. Tingkat risiko sedang 0,89 % dari upah sebulan
4. Tingkat risiko tinggi 1,27 % dari upah sebulan
5. Tingkat risiko sangat tinggi 1,74 % dari upah sebulan

Bagi peserta bukan penerima upah, iuran JKK bagi peserta bukan penerima upah adalah
sebesar 1% yang dipotong berdasarkan nominal tertentu sesuai kemampuan penghasilan yang
ditetapkan dalam Lampiran II PP Nomor 44 Tahun 2015. Iuran ditanggung sepenuhnya oleh
peserta.

Untuk kecelakaan kerja yang terjadi sejak 1 Juli 2015, harus diperhatikan adanya masa
kadaluarsa klaim untuk mendapatkan manfaat. Masa kadaluarsa klaim selama 2 (dua) tahun
dihitung dari tanggal kejadian kecelakaan. Perusahaan harus tertib melaporkan baik secara lisan
(manual) ataupun elektronik atas kejadian kecelakaan kepada BPJS Ketenagakerjaan
selambatnya 2 kali 24 jam setelah kejadian kecelakaan, dan perusahaan segera menindaklanjuti
laporan yang telah dibuat tersebut dengan mengirimkan formulir kecelakaan kerja tahap I yang
telah dilengkapi dengan dokumen pendukung.
Manfaat yang diberikan, antara lain :3

No. Manfaat
Keterangan
1. Pelayanan Kesehatan (perawatan dan pengobatan)  Pelayanan kesehatan diberikan
a. pemeriksaan dasar dan penunjang; tanpa batasan plafon sepanjang
b. perawatan tingkat pertama dan lanjutan; sesuai kebutuhan medis (medical
c. rawat inap dengan kelas ruang perawatan need)
yang setara dengan kelas I rumah sakit  Pelayanan kesehatan diberikan
pemerintah; melalui fasilitas kesehatan yang
d. perawatan intensif (HCU, ICCU, ICU); telah bekerjasama dengan BPJS
e. penunjang diagnostic; Ketenagakerjaan (trauma center
f. pengobatan dengan obat generik BPJS Ketenagakerjaan)
(diutamakan) dan/atau obat bermerk  Penggantian biaya
(paten); (reimbursement) atas perawatan
g. pelayanan khusus; dan pengobatan, hanya berlaku
h. alat kesehatan dan implant; untuk daerah remote area atau
i. jasa dokter/medis; daerah yang tidak ada trauma
j. operasi; center BPJS Ketenagakerjaan.
k. transfuse darah (pelayanan darah); dan Penggantian biaya diberikan sesuai
l. rehabilitasi medik. ketentuan yang berlaku
2. Santunan berbentuk uang, antara lain:
a) penggantian biaya pengangkutan peserta Perhitungan biaya transportasi untuk
yang mengalami kecelakaan kerja/penyakit kasus kecelakaan kerja yang
akibat kerja, ke rumah sakit dan/atau menggunakan lebih dari satu jenis
kerumahnya, termasuk biaya pertolongan transportasi berhak atas biaya
pertama pada kecelakaan : maksimal dari masing-masing angkutan
 angkutan darat/sungai/danau diganti yang digunakan dan diganti sesuai
maksimal Rp 1.000.000.- (satu juta bukti/kuitansi dengan penjumlahan
rupiah); batasan maksimal dari semua jenis
transportasi yang digunakan.

3
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/jaminan-kecelakaan-kerja.html (diakses pada 10 Oktober 2019, pukul
16.30)
 angkutan laut diganti maksimal Rp
1.500.000,- (satu setengah juta
rupiah); dan
 angkutan udara diganti maksimal Rp
2.500.000,- (dua setengah juta
rupiah);
b) sementara tidak mampu bekerja (STMB), Dibayarkan kepada pemberi kerja
dengan perincian penggantian, sebagai (sebagai pengganti upah yang
berikut: diberikan kepada tenaga kerja)
 6 bulan pertama diberikan sebesar selama peserta tidak mampu bekerja
100% dari upah; sampai peserta dinyatakan sembuh
 6 bulan kedua diberikan sebesar 75% atau cacat sebagian anatomis atau
dari upah; dan cacat sebagian fungsi atau cacat total
 6 bulan ketiga dan seterusnya atau meninggal dunia berdasarkan
diberikan sebesar 50% dari upah surat keterangan dokter yang merawat
dan/atau dokter penasehat.

c) santunan kecacatan :  Jenis dan besar persentase


 cacat sebagian anatomis sebesar = % kecacatan dinyatakan oleh dokter
sesuai table x 80 x upah sebulan; yang merawat atau dokter
 cacat sebagian fungsi = % penasehat yang ditunjuk oleh
berkurangnya fungsi x % sesuai table Kementerian Ketenagakerjaan RI,
x 80 x upah sebulan; dan setelah peserta selesai menjalani
 cacat total tetap = 70% x 80 x upah perawatan dan pengobatan.
sebulan  Table kecacatan diatur dalam
Lampiran III Peraturan Pemerintah
Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan
Kematian.

d) santunan kematian dan biaya pemakaman : -


 santunan kematian sebesar = 60% x
80 x upah sebulan, sekurang-
kurangnya sebesar Jaminan
Kematian;
 biaya pemakaman Rp 3.000.000,-;
 santunan berkala selama 24 bulan
yang dapat dibayar sekaligus 24 x Rp
200.000,- = Rp 4.800.000,-
3. Program kembali bekerja (return to work) berupa -
pendampingan kepada peserta yang mengalami
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
berpotensi mengalami kecacatan, mulai dari peserta
masuk perawatan di rumah sakit
4. Kegiatan promotif dan preventif untuk mendukung -
terwujudnya keselamatan dan kesehatan kerja
sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
5. Rehabilitasi berupa alat bantu (prothese) bagi -
peserta yang anggota badannya hilang atau tidak
berfungsi akibat Kecelakaan Kerja untuk setiap kasus
dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat
Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
ditambah 40% dari harga tersebut serta biaya
rehabilitasi medik.
6. Beasiswa pendidikan anak bagi setiap peserta yang -
meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap
akibat kecelakaan kerja sebesar Rp 12.000.000,-
(dua belas juta rupiah) untuk setiap peserta.
7. Terdapat masa kadaluarsa klaim 2 tahun sejak -
kecelakaan terjadi dan tidak dilaporkan oleh
perusahaan.
Tata cara pendaftaran :4

Bagi pemberi kerja selain penyelenggara negara, pemberi kerja menyerahkan formulir
pendaftaran besisi data, data diri dan pekerja beserta anggota keluarganya. Paling lama 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak formulir pendaftaran diterima BPJS Ketenagakerjaan. Kepesertaan mulai
berlaku sejak BPJS Ketenagakerjaan mengeluarkan nomor kepesertaan, paling lama 1 (satu) hari
kerja sejak formulir pendaftaran diterima BPJS. Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak formulir
pendaftaran diterima, BPJS Ketenagakerjaan menerbitkan sertifikat kepesertaan bagi perusahaan
dan Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan bagi pemberi kerja dan seluruh pekerja. Paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak diterima dari BPJS Ketenagakerjaan, pemberi kerja menyampaikan /kartu
Peserta BPJS Ketenagakerjaan kepada masing-masing pekerja.

Bagi peserta bukan penerima upah, wajib mendaftarkan dirinya kepada BPJS
Ketenagakerjaan sesuai penahapan kepesertaan. Apabila memiliki usaha atau pekerjaan lebih
dari 1 (satu), peserta wajib mencantumkan uraian kegiatan usaha atau pekerjaan tersebut dalam
fomulir pendaftaran paling banyak 2 (dua) jenis pekerjaan. Pendaftaran dilakukan secara sendiri-
sendiri, melalui wadah, atau kelompok tertentu yang dibentuk oleh peserta dengan mengisi
formulir pendaftaran. BPJS Ketenagakerjaan wajib mengeluarkan nomor kepesertaan paling lama
1 (satu) hari kerja sejak formulir pendaftaran diterima secara lengkap dengan benar serta iuran
pertama dibayar lunas, dan sejak itu kepesertaan pada BPJS Ketenagakerjaan mulai berlaku.
BPJS Ketenagakerjaan wajib mengeluarkan Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak formulir pendaftaran diterima secara lengkap dan benar serta iuran
pertama dibayar lunas. Paling lama 3 (tiga) hari kerja, BPJS Ketenagakerjaan wajib menyerahkan
Kartu Peserta tersebut secara langsung kepada peserta, melalui wadah, atau kelompok tertentu
yang dibentuk oleh peserta.

Cara pengajuan Jaminan Kecelakaan Kerja :5

Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib mengisi form BPJS Ketenagakerjaan 3
(laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2
x 24 jam terhitung sejak terjadinya kecelakaan.

4
http://www.jamsosindonesia.com/program/view/jaminan-kecelakaan-kerja_22 (diakses pada 10 Oktober 2019,
pukul 16.50)
5
https://gajimu.com/pekerjaan-yanglayak/jaminan-sosial/BPJS/jaminan-kecelakaan-kerja (diakses pada 10
Oktober 2019, pukul 17.10)
1. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang
merawat, pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan
dikirim kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja
dinyatakan sembuh/meninggal. Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan akan
menghitung dan membayar santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang
menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.
2. Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan
pembayaran jaminan disertai bukti-bukti;
a) Fotokopi kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan;
b) Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS
Ketenagakerjaan 3b atau 3c; dan
c) Kuitansi biaya pengobatan perawatan serta kuitansi pengangkutan.

Program Jaminan Kematian tidak dijelaskan secara tegas dalam UU Nomor 40 Tahun 2004
maupun dalam naskah akademik. Dalam naskah akademik SJSN hanya dijelaskan santunan
kematian dengan definisi sebagai berikut:

“Santunan kematian adalah program jangka pendek sebagai pelengkap program jaminan hari
tua, dibiayai dari iuran dan hasil pengelolaan dana santunan kematian, dan manfaat diberikan
kepada keluarga atau ahli waris yang sah pada saat peserta meninggal dunia.” (Naskah akademik
UU Nomor 40 Tahun 2004)6

Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Jaminan Kematian adalah :

Pasal 12

(1) Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak
atas Jaminan Kematian.
(2) Jamnan kematian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. biaya pemakaman;

6
http://www.jamsosindonesia.com/program/view/jaminan-kematian_25 (diakses pada 14 Oktober 2019, pukul
17.30)
b. santunan berupa uang.

Pasal 13

Urutan penerima yang diutamakan dalam pembayaran santunan kematian dan Jaminan Kematian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf d butir 4 dan Pasal 12 ialah :

a. janda atau duda;


b. anak;
c. orang tua;
d. cucu;
e. kakek atau nenek;
f. saudara kandung; dan
g. mertua.7

Menurut Pasal 43 ayat (1),(2), dan pasal 45 ayat (1) UU Nomor 40 Tahun 2004, karakteristik
program jaminan kematian :

1. Diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial;


2. Tujuan penyelenggaraan adalah untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan
kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia;
3. Kepesertaan perorangan; dan
4. Manfaat berupa uang tunai dibayarkan sekaligus.8

Kepesertaan jaminan kematian :

Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. Peserta terdiri dari:

a. Peserta penerima upah yang bekerja pada pemberi kerja selain penyeleggara negara,
meliputi:
1) Pekerja pada perusahaan;
2) Pekerja pada orang perseorangan; dan
3) Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

7
Pasal (12) dan (13) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3468)
8
Pasal 43 ayat (1), (2) dan Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 150)
b. Peserta bukan penerima upah:
1) Pemberi kerja;
2) Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri;
3) Pekerja yang tidak termasuk pekerja mandiri yang bukan menerima upah.

Tata cara pendaftaran :

Bagi pemberi kerja selain penyelenggara negara, pemberi kerja menyerahkan formulir
pendaftaran berisi data, data diri dan beserta anggota keluarganya. Paling lama 30 (tiga puluh)
hari kerja sejak formulir pendaftaran diterima dari BPJS Ketenagakerjaan. Kepesertaan mulai
berlaku sejak BPJS Ketenagakerjaan mengeluarkan nomor kepesertaan, paling lama 1 (satu) hari
kerja sejak formulir pendafatarn diterima BPJS.

Paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak formulir pendaftaran diterima, BPJS
Ketenagakerjaan menerbitkan sertifikat kepesertaan bagi perusahaan dan Kartu Peserta BPJS
Ketenagakerjaan bagi pemberi kerja dan seluruh pekerja. Paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diterima dari BPJS Ketenagakerjaan, pemberi kerja menyampaikan Kartu Peserta BPJS
Ketenagakerjaan kepada masing-masing peserta.

Bagi peserta bukan penerima upah, wajib mendaftarkan dirinya kepada BPJS
Ketenagakerjaan sesuai penahapan kepesertaan. Apabila memiliki usaha atau pekerjaan lebih
dari 1 (satu), peserta wajib mencantumkan uraian kegiatan usaha atau pekerjaan tersebut dalam
formulir pendaftaran, paling banyak 2 (dua) jenis pekerjaan. Pendaftaran dapar dilakukan secara
sendiri-sendiri, melalui wadah, atau kelompok tertentu yang dibentuk oleh peserta dengan
mengisi formulir pendaftaran. BPJS Ketenagakerjaan wajib mengeluarkan formulir nomor
kepesertaan paling lama 1 (satu) hari kerja sejak formulir pendaftaran diterima secara lengkap
dan benar serta iuran pertama dibayar lunas, dan sejak itu kepesertaan pada BPJS
Ketenagakerjaan mulai berlaku.

BPJS Ketenagakerjaan wajib mengeluarkan Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan paling


lama 7 (tujuh) hari kerja sejak formulir pendaftaran diterima secara lengkap dan benar serta
iuran pertama dibayar lunas. Paling lama 3 (tiga) hari kerja, BPJS Ketenagakerjaan wajib
menyerahkan Kartu Peserta tersebut secara langsung kepada peserta, melalui wadah, atau
kelompok tertentu yang dibentuk oleh peserta.

Iuran Jaminan Kematian :


Bagi pekerja penerima upah, iuran JKM bagi peserta sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh
persen) dari upah sebulan, dibayar oleh pemberi kerja selain penyelenggara negara. Iuran
tersebut dibayarkan oleh pemberi kerja selain penyelenggara negara paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya dari bulan iuran yang bersangkutan dengan melampirkan data pendukung
seluruh pekerja dan dirinya. Apabila tanggal 15 tersebut hari libur, maka dibayarkan pada hari
berikutnya.

Keterlambatan pembayaran dikenakan denda 2% (dua persen) per bulan dari iuran yang
seharusnya diyarkan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 18 ayat (1), (2) dan Pasal 22 ayat (1) PP
Nomor 44 Tahun 2015.

Bagi pekerja bukan penerima upah, iuran JKM sebesar Rp. 6.800.000 (enam juta delapan
ratus ribu rupiah) setiap bulan. Sesuai dengan ketentuan Pasal 20 ayat (3) PP Nomor 40 Tahun
2015.

Santunan berkala 24 bulan sebesar 24 x Rp. 200.000 (dua ratus ribu rupiah) = Rp.
4.8000.000 (empat juta delapan ratus ribu rupiah) yang dibayar sekaligus. Biaya pemakaman
sebesar Rp. 3.000.000 (tiga juta rupiah).

Bantuan beasiswa 1 (satu) orang anak diberikan kepada setiap peserta yang telah
memasuki masa iur paling singkat 5 (lima) tahun yang diberikan sebanyak Rp. 12.000.000 (dua
belas juta rupiah).

Manfaat dan pemberian manfaat :

Sesuai dengan Pasal 34 dan Pasal 40, Pasal 41 ayat (1) PP Nomor 44 Tahun 2015.

Manfaat JKM diberikan kepada ahli waris, yaitu:

a. Janda, duda, atau anak;


b. Dalam hal janda, duda, atau anak tidak ada, maka manfaat JKM diberikan sesuai
urutan sebagai berikut:
1) Keturunan sedarah menurut garis lurus ke atas dan ke bawah sampai
derajat kedua;
2) Saudara kandung;
3) Mertua;
4) Pihak yang ditunjuk dalam wasiatnya oleh pekerja; dan
5) Bila tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada perusahaan
atau pihak lain yang mengurus pemakaman, sedangkan santunan
sekaligus dan santunan berkala diserahkan ke Dana Jaminan Sosial.

Manfaat JKM diberikan kepada ahli waris, berupa hak atas:

a. Santunan sekaligus Rp. 16.200.000,- (enam belas juta dua ratus ribu rupiah);
b. Santunan berkala 24 x Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) = Rp. 4.800.000,-
(empat juta delapan ratus ribu rupiah);
c. Biaya pemakaman sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah); dan
d. Beasiswa pendidikan anak sebesar Rp. 12.000.000,- (dua belas juta rupiah)
diberikan kepada setiap peserta yang meninggal dunia akibat Kecelakaan Kerja
dan telah memiliki masa iuran paling singkat 5 (lima) tahun.

Manfaat JKM untuk peserta bukan penerima upah adalah biaya pemakaman dan santunan
berkala. Pembayaran manfaat JKM wajib dilakukan paling lama 3 (tiga) hari kerja, sejak
diterimanya surat permohonan pengajuan JKM, dengan dilampirkan:

1) Surat keterangan kematian;


2) Surat keterangan ahli waris; dan
3) Kartu Peserta BPJS Ketenagakerjaan.

Apabila BPJS Ketenagakerjaan tidak memenuhi kewajiban tersebut, dikenakan ganti rugi
sebesar 1% (satu persen) dari nilai nominal santunan yang harus dibayar untuk setiap hari
keterlambatan dan dibayarkan kepada ahli waris peserta yang bersangkutan. (Pasal 40 ayat
(2) PP Nomor 44 Tahun 2015).

Sedangkan pemberi kerja yang menunggak iuran JKM sampai dengan 3 (tiga) bulan
berturut-turut dan apabila peserta meninggal dunia bukan karena Kecelakaan Kerja atau
penyakit akibat kerja, BPJS Ketenagakerjaan wajib membayar manfaat JKM.

Ketentuan bagi pemberi kerja selain penyelenggara negara yang tidak mengikutsertakan
pekerjanya dalam program JKM, apabila terjadi risiko kematian pekerjanya wajib
membayarkan hak peserta tersebut. (Pasal 35 ayat (1) PP Nomor 44 Tahun 2015). 9

9
http://www.jamsosindonesia.com/program/view/jaminan-kematian_25 (diakses pada 14 Oktober 2019, pada
pukul 19.00)
Manfaat khusus pekerja migran Indonesia:

1. Santunan kematian sebesar Rp. 85.000.000,- (delapan puluh lima juta rupiah);
2. Santunan berkala sebesar Rp. 4.800.000,- (empat juta delapan ratus ribu rupiah);
3. Biaya pemakaman sebesar Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah);
4. Santunan sekaligus sebesar Rp. 16.200.000,- (enam belas juta dua ratus ribu
rupiah);
5. Beasiswa untuk 2 (dua) anak dibayarkan pertahun:
 TK/SD sederajat Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah);
 SLTP/sederajat Rp. 1.800.000,- (satu juta delapan ratus ribu rupiah);
 SLTA/sederajat Rp. 2.400.000,- (dua juta empat ratus ribu rupiah);
 Perguruan tinggi/pelatihan Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah).

Berlaku untuk masa sebelum dan sesudah penempatan CTKI/TKI, dan berlaku
selama TKI di negara penempatan.10

Tata cara pengajuan Jaminan Kematian :

Pengusaha/keluarga dari tenaga kerja yang meninggal dunia mengisi dan mengirim form
4 kepada BPJS Ketenagakerjaan disertai bukti-bukti:

1. Kertu peserta BPJS Ketenagakerjaan ahli tenaga kerja yang bersangkutan;


2. Surat keterangan kematian dari Rumah Sakit/Kepolisian/Kelurahan;
3. Salinan/copy KTP/SIM dan Kartu Keluarag Tenaga Kerja bersangkutan yang masih
berlaku;
4. Identitas ahli waris (fotokopi KTP/SIM dan Kartu Keluarga);
5. Surat keterangan ahli waris dari Lurah/Kepala Desa setempat; dan
6. Surat Kuasa bermaterai dan copy KTP yang diberi kuasa (apabila pengambulan
JKM dikuasakan).

10
https://www.bpjsketenagakerjaan.go.id/Jaminan-Kematian.html (diakses pada 14 Oktober 2019, pada pukul
19.24)

Anda mungkin juga menyukai