14 THN 1993 jo. PP NO. 28 THN 2002 tentang PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA 3. PP NO. 28 THN 2002 tentang PERUBAHAN PASAL 22 PP NO. 14 THN 1993 perihal SANTUNAN KEMATIAN & BIAYA PEMAKAMAN 4. KEPPRES NO. 22 THN 1993 tentang PENYAKIT YANG TIMBUL AKIBAT HUBUNGAN KERJA
5. PERMENAKER NO. 05/ MEN/ 1993 tentang PROGRAM MINIMAL JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA
JAMSOSTEK ADALAH: suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia
wajib
menjadi
1. Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja 10 orang atau lebih; 2. Perusahaan yang membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) per bulan (walaupun kenyataannya tenaga kerjanya kurang dari 10 orang)
SETIAP BENTUK PELANGGARAN, DIANCAM DGN SANKSI : KURUNGAN PALING LAMA 6 (ENAM) BULAN; DENDA PALING TINGGI RP. 50,000.000, PERINGATAN YG BERUJUNG PADA PENCABUTAN IJIN USAHA DENDA BUNGA 2% DARI TOTAL PREMI YG HARUSNYA DIBAYAR BILA TERJADI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN PREMI
SANTUNAN BERUPA UANG
WUJUD PERLINDUNGAN
PELAYANAN KESEHATAN
Memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya;
Merupakan penghargaan bagi tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja
Mekanisme penyelenggaraan jamsostek sampai saat ini dilakukan melalui program asuransi, namun tidak menutup kemungkinan dilakukan melalui mekanisme lain yang mungkin lebih menguntungkan, semisal : program bagi hasil, dll.
Pada program pemeliharaan kesehatan, jika dalam perusahaan telah ada program yang sama, maka perusahaan dapat terus memberlakukan program tersebut & tidak mengikuti program pemeliharaan kesehatan pada Jamsostek, asalkan program tersebut lebih baik dan lebih bermanfaat bagi tenaker (Pasal 2 ayat (4) PP No. 14 tahun 1993)
Pelanggaran ketentuan program jamsostek yg dilakukan badan penyelenggara (PT JAMSOSTEK) diancam dengan sanksi, dalam hal: Badan Penyelenggara wajib membayar jaminan sosial tenaga kerja dalam waktu yang tidak lebih dari 1 (satu) bulan. Apabila Badan Penyelenggara melanggar ketentuan ini maka pegawai yang bersangkutan dapat dikenai hukuman kurungan selamalamanya 6 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,(lima puluh juta rupiah) dan Badan Penyelenggara dikenakan ganti rugi sebesar 1% dari jumlah jaminan untuk setiap hari keterlambatan dan dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan (29 UU No. 3 tahun 1992 & pasal 47 sub c PP No. 14 tahun 1993)
RUMUS PERHITUNGAN HAK TENAKER Dengan tetap membayar upah (gaji) tenaker, yaitu: 4 Bln Pertama : 100% X gaji/bln 4 Bln Kedua : 75% X gaji / bln Bulan berikutnya : 50% X gaji / bln % (prosentase) sesuai Tabel X 60 bulan gaji Santunan yg dibayar sekaligus: 70% X 60 Bln Gaji Santunan yg dibayar berkala : Rp. 25.000 X 24 Bln % Berkurangnya Fungsi X % Sesuai Tabel X 60 Bln Gaji Santunan yg dibayar sekaligus: 60% X 60 Bln Gaji Santunan yg dibayar berkala : Rp. 25.000 X 24 Bln Biaya Pemakaman : Rp. 1 juta Santunan Kematian : Rp. 5 juta Biaya Pemakaman : Rp. 1 juta Total iuran yg disetor + hasil pengembangannya. Cara pembayaran: Sekaligus bila jumlah total JHT yg harus dibayar < Rp. 3 juta; (dilakukan juga thd tenaker yg meninggal dunia & tenaker penerima pembayaran berkala yg meninggal dunia sebesar sisa JHT yg belum dibayarkan). Secara berkala bila total JHT mencapai Rp. 3 juta atau lebih (berdasarkan pilihan tenaker ybs.) PELAYANAN KESEHATAN sesuai aturan yg berlaku
CACAT SEBAGIAN UNTUK SELAMA-2 NYA CACAT TOTAL UNTUK SELAMA-2 NYA
JAMINAN KEMATIAN
Iuran JHT = 5,70% dari upah sebulan. 3,70% dibayar perusahaan 2% dibayar tenaga kerja.
JKK JK J HT
J PK
AHLI WARIS menurut JAMSOSTEK : 1. JANDA atau DUDA; 2. ANAK; 3. ORANG TUA; 4. CUCU; 5. KAKEK atau NENEK; 6. SAUDARA KANDUNG; 7. MERTUA
Jaminan yg diberikan pada tenaker yg mengalami kecelakaan dalam hubungan kerja (terjadi sewaktu melakukan pekerjaan).
WAJIB DILAKUKAN & PELAKSANAANNYA TIDAK BOLEH DGN PENTAHAPAN (DGN SYARAT-2 TERTENTU). PELANGGARAN THD KETENTUAN INI DIANCAM DGN SANKSI.
KRITERIA BESARAN PREMI : 1. Kelompok I 2. Kelompok II : 0,24 % dari upah sebulan : 0,54 % dari upah sebulan
3. Kelompok III : 0,89 % dari upah sebulan 4. Kelompok IV : 1,27 % dari upah sebulan 5. Kelompok V : 1,74 % dari upah sebulan
MENINGGAL DUNIA
Bila terdapat pekerja tertimpa kecelakaan kerja, maka yang harus dilakukan oleh pengusaha ialah:
1. Pengusaha wajib memberikan P3K bagi tenaga kerja tersebut; 2. Pengusaha kemudian melaporkan kecelakaan tsb pada kantor Depnaker dan Badan Penyelenggara setempat atau terdekat sebagai laporan kecelakaan kerja tahap I, dalam waktu paling lambat 2x24 jam (dua hari) setelah terjadinya kecelakaan; 3. Pengusaha wajib juga melaporkan akibat kecelakaan tersebut sesuai dengan surat keterangan Dokter pemeriksa atau Dokter penasehat yang menerangkan bahwa tenaga kerja tersebut: sementara tidak mampu bekerja telah berakhir; cacat sebagian untuk selama-lamanya; cacat total untuk selama-lamanya; meninggal dunia.
4. Laporan ini sekaligus merupakan pengajuan pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja kepada Badan Penyelenggara dengan melampirkan: foto copy kartu peserta; surat keterangan Dokter tentang tingkat kecacatan yang diderita tenaga kerja tersebut; kuitansi biaya pengobatan dan pengangkutan;
5. Sebelum Badan Penyelenggara memberikan biaya ganti rugi, Pengusaha harus membayarkan dahulu segala biaya yang diakibatkan oleh kecelakaan tersebut; 6. Pengusaha wajib membayar upah selama tenaga kerja tersebut tidak dapat bekerja, sampai penetapan akibat kecelakaan kerja yang dialami diterima semua pihak atau dilakukan oleh menteri, sehingga kemudian Badan Penyelenggara mengganti santunan sementara tidak mampu bekerja kepada Pengusaha yang telah membayar upah tersebut. Apabila santunan ini lebih besar dari jumlah upah maka sisanya diberikan kepada tenaga kerja tersebut. Tetapi apabila santunannya lebih kecil daripada upah, pengusaha tidak boleh meminta kekurangannya kepada tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan tersebut.
Terhadap pekerja yang terkena penyakit akibat hubungan kerja, maka sama halnya dengan terjadinya kecelakaan kerja, Pengusaha wajib melaporkan penyakit yang timbul karena hubungan kerja tersebut dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam (2 hari) setelah ada hasil diagnosis dari Dokter Pemeriksa. Proses selanjutnya sama dengan proses kecelakaan kerja. Hak-hak yang didapat oleh tenaga kerja yang terkena penyakit dapat sama dengan akibat kecelakaan kerja (mis.: cacat sebagian atau total dan meninggal dunia) hanya dibatasi oleh waktu yaitu tidak boleh lebih dari 3 tahun setelah berakhirnya hubungan kerja. (Pasal 19 PP No. 14 thn 1993, Pasal 3 ayat (2) Keppres No. 22 thn 1993)
TENAKER yg mengalami kecelakaan kerja BERHAK ATAS: 1. Santunan 2. Pengobatan dan perawatan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk:
Dokter
obat Mata
* Operasi
* Perawatan Puskesmas * Jasa tabib / sinshe / tradisional
* Rontgen
* Gigi
Biaya untuk seluruh perawatan tersebut untuk satu peristiwa kecelakaan maksimum Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah)
3. Biaya rehabilitasi harga berupa penggantian pembelian alat bantu (orthese) dan atau alat pengganti (prothese) diberikan satu kali untuk setiap kasus dengan patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Profesor Dokter Suharso Surakarta dan ditambah 40% dari harga tersebut.
4. Ongkos pengangkutan tenaga kerja dari tempat kejadian kecelakaan kerja ke Rumah sakit diberikan penggantian biaya sebagai berikut: Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan darat/sungai maksimum sebesar Rp 100.000,Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan laut maksimum sebesar Rp 200.000,Bilamana hanya menggunakan jasa angkutan udara maksimum sebesar Rp 250.000,-
Jaminan yg diberikan kepada Tenaker yg meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja.
SANTUNAN BERUPA UANG
BIAYA PEMAKAMAN
Apabila Janda atau Duda atau Anak tidak ada maka Jaminan Kematian dibayar sekaligus kepada keturunan sedarah yang ada dari tenaga kerja, menurut garis lurus ke bawah dan garis lurus ke atas dihitung sampai derajat kedua
Dalam hal tenaga kerja tidak mempunyai keturunan sedarah sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, maka Jaminan Kematian dibayarkan sekaligus kepada pihak yang ditunjuk oleh tenaga kerja dalam wasiatnya Dalam hal tidak ada wasiat, biaya pemakaman dibayarkan kepada pengusaha atau pihak lain guna pengurusan pemakaman
Jaminan yg dibayar sekaligus atau berkala atau sebagian & berkala kepada TENAKER karena alasan-alasan: a. Telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun, atau b. cacat total tetap setelah ditetapkan oleh dokter c. Dalam hal tenaga kerja berhenti bekerja dari perusahaan sebelum mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun namun mempunyai masa kepesertaan serendah-rendahnya 5 (lima) tahun yg dibayarkan setelah melewati masa tunggu 6 (enam) bulan terhitung sejak TENAKER yang bersangkutan berhenti bekerja Dalam hal tenaga kerja dalam masa tunggu bekerja kembali, jumlah Jaminan Hari Tua pada saat dia bekerja di perusahaan sebelumnya diperhitungkan dengan Jaminan Hari Tua di perusahaan berikutnya
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan meliputi : a. rawat jalan tingkat pertama; b. rawat jalan tingkat lanjutan; c. rawat inap; d. pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan; e. penunjang diagnostik; f. pelayanan khusus; g. pelayanan gawat darurat
Memberikan kartu pemeliharaan kesehatan kepada setiap peserta; memberikan keterangan yang perlu diketahui peserta mengenai paket pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan Pelaksana Pelayanan Kesehatan dalam jaminan pelayanan kesehatan ialah semua pihak yang ditunjuk Badan Penyelenggara yang meliputi: a. Balai Pengobatan; b. Puskesmas; c. Dokter Praktek Swasta; d. Rumah sakit; e. Rumah Bersalin; f. Rumah sakit bersalin; g. apotik; h. optik; i. perusahaan alat-alat kesehatan;
Ketentuan pertolongan persalinan bagi tenaga kerja atau istri tenaga kerja dilakukan pada pelaksana Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama atau Rumah Bersalin meliputi:
Rp 50.000,-