Anda di halaman 1dari 98

PENGATURAN TENTANG

Penyelenggaraan Program Jaminan


Kehilangan Pekerjaan
(PP NO. 37 TH. 2021)
DASAR HUKUM
1. UU No.40 thn 2004 ttg SJSN
2. UU No.24 thn 2011 ttg BPJS
3. UU NO. 11 Tahun 2020 ttg Cipta Kerja
4. PP No.86 thn 2013 ttg Tatacara Pengenaan Sanksi Administratif kepada
Pemberi Kerja selain Penyelenggara Negara dan setiap orang selain Pemberi
Kerja, dan Penerima Bantuan Iuran dalam Peyelenggaraan Jaminan Sosial
5. PP No.44 thn 2015 ttg Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja
dan Jaminan Kematian
6. PP No.45 thn 2015 ttg Penyelenggaran Program Jaminan Pensiun;
7. PP No.46 thn 2015 ttg Penyelenggaran Program Jaminan Hari Tua.
8. PP No. 60 Th. 2015 ttg Perubahan PP No. 46 Th 2015 ttg Penyelenggaraan
Program JHT;
9. PP No. 82 Tahun 2019 ttg Perubahan PP No. 44 Th 2015 ttg
Penyelenggaran Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian;
10.PP No. 37 Tahun 2021 ttg Penyelenggaraan Pogram JKP;
11.Peraturan Presiden No.109 thn 2013 ttg Penahapan Kepesertaan Jaminan
Sosial
HAL-HAL YG DIATUR DLM
UU NO. 11 TH 2020
TENTANG
CIPTA KERJA
Bagian Ketiga - Jenis Program Jaminan Sosial
Pasal 82

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004


tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia 4456) diubah:
1. Ketentuan Pasal 18 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pasal 18
Jenis program jaminan sosial meliputi:
a. jaminan kesehatan;
b. jaminan kecelakaan kerja;
c. jaminan hari tua;
d. jaminan pensiun;
e. jaminan kematian; dan
f. jaminan kehilangan pekerjaan.
Lanjutan Bagian Ketiga
2. Di antara Pasal 46 dan Pasal 47 disisipkan 1 (satu) Bagian yakni
Bagian Ketujuh Jaminan Kehilangan Pekerjaan sehingga
berbunyi sebagai berikut

Bagian Ketujuh
Jaminan Kehilangan Pekerjaan
Pasal 46 A
1) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja
berhak mendapatkan jaminan kehilangan pekerjaan.
2) Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan oleh badan
penyelenggara jaminan sosial ketenagakerjaan dan
Pemerintah.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan
jaminan kehilangan pekerjaan diatur dengan Peraturan
Pemerintah. 
lanjutan
Pasal 46 B
1) Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.
2) Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan untuk
mempertahankan derajat kehidupan yang layak pada
saat pekerja/buruh kehilangan pekerjaan.

Pasal 46 C
3) Peserta Jaminan Kehilangan Pekerjaan adalah setiap
orang yang telah membayar iuran.
4) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar oleh
Pemerintah Pusat.
Lanjutan Bagian Ketiga
Pasal 46 D
1) Manfaat jaminan kehilangan pekerjaan berupa uang
tunai, akses informasi pasar kerja, dan pelatihan
kerja.
2) Jaminan kehilangan pekerjaan sebagimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 6
(enam) bulan upah.
3) Manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterima oleh peserta setelah mempunyai masa
kepesertaan tertentu.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai manfaat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan masa
kepesertaan tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 
lanjutan

Pasal 46 E
1) Sumber pendanaan jaminan kehilangan pekerjaan
berasal dari:
a. modal awal pemerintah;
b. rekomposisi iuran program jaminan sosial;
dan/atau
c. dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendanaan jaminan


kehilangan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

Pasal 83
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia 5256) diubah:
lanjutan
1. Ketentuan Pasal 6 diubah, sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 6
1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (2) huruf a menyelenggarakan program jaminan
kesehatan.
2) BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf b menyelenggarakan program:
a.jaminan kecelakaan kerja;
b.jaminan hari tua;
c.jaminan pensiun;
d.jaminan kematian; dan
e.jaminan kehilangan pekerjaan.
Lanjutan Bagian Keempat

2.Ketentuan Pasal 9 diubah, sehingga berbunyi


sebagai berikut:
Pasal 9
1)BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayat (2) huruf a berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
2)BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b berfungsi
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan
kerja, program jaminan kematian, program
jaminan pensiun, program jaminan hari tua, dan
program jaminan kehilangan pekerjaan.
PENDAHULUAN
1. Jaminan Sosial yang saat ini berlaku diatur dalam UU No. 40
Tahun 2004 ttg SJSN dan UU No. 24 Th 2011 ttg BPJS;
2. Dalam Undang-undang tsb mengatur 5 (lima) Program yaitu: JKN,
JKK, JKm, JHT dan JP
3. Sesuai dengan Konvensi Konvensi International Labour
Organization Nomor 102 Tahun 1952, Pemerintah wajib
memberikan perlindungan jaminan sosial baik selama bekerja
(hubungan kerja) juga yang paripurna bagi warga negaranya,
maka perbaikan pelaksanaan jaminan sosial terus dilakukan.
4. Untuk itu dengan Diundangkannya UU No. 11 Th 2020 ditambah 1
(satu) program yaitu JKP, sehingga menjadi 6 Program.
PP JAMSOS (LAMA)
KETENTUAN UMUM JKK & JKM

1. Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya


disingkat JKK adalah manfaat berupa uang tunai dan/
atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat
peserta mengalami kecelakaan kerja atau penyakit yang
disebabkan oleh lingkungan kerja.

2. Jaminan Kematian yang selanjutnya disingkat JKM


adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli
waris ketika peserta meninggal dunia bukan akibat
kecelakaan kerja.
lanjutan
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
beker ja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang
telah membayar iuran.

4. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam


hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya
dan penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

5. Cacat adalah keadaan berkurang atau hilangnya fungsi


tubuh atau hilangnya anggota badan yang secara langsung
atau tidak langsung mengakibatkan berkurang atau
hilangnya kemampuan pekerja untuk menjalankan
pekerjaannya.
KEPESERTAAN DAN TATACARA PENDAFTARAN

1. Setiap Pemberi Kerja wajib mendaftarkan dirinya


dan Pekerjanya sebagai Peserta dalam program
JKK dan JKM kepada BPJS Ketenagakerjaan.

2. Peserta program JKK dan JKM adalah Peserta


penerima Upah yang bekerja pada Pemberi
Kerja.
BESARNYA IURAN DAN TATACARA PEMBAYARAN
Iuran JKK bagi Peserta penerimaUpah sebagaimana,
dikelompokkan dalam 5 (lima) kelompok tingkat risiko lingkungan
kerja, meliputi:

1. tingkat risiko sangat rendah : 0,24% dar i Upah sebulan;


2. tingkat risiko rendah : 0,54% dar i Upah sebulan;
3. tingkat risiko sedang : 0,89% dar i Upah sebulan;
4. t ingkat risiko tinggi : 1,27% dar i Upah sebulan; dan
5. tingkat risiko sangat tinggi : 1,74% dar i Upah sebulan.

• Besarnya Iuran JKK bagi setiap perusahaan ditetapkan oleh BPJS


Ketenagaker jaan dengan berpedoman pada kelompok tingkat r
isiko lingkungan kerja

• Iuran JKK wajib dibayar oleh Pemberi Kerja.


lanjutan

• Pengelompokan tingkat risiko lingkungan kerja


dievaluasi paling lama setiap 2 (dua) tahun.
• Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan
perubahan pengelompokan tingkat risiko
lingkungan kerja.
• Iuran JKM bagi Peserta penerima Upah,
sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari
Upah sebulan.
• Iuran JKM wajib dibayar oleh Pemberi Kerja
MANFAAT DAN TATA CARA PEMBAYARAN IURAN
• Peserta yang mengalami Kecelakaan Ker ja atau
penyakit akibat ker ja berhak atas manfaat JKK.
MANFAAT JKK MELIPUTI :
1. PELAYANAN KESEHATAN SESUAI KEBUTUHAN MEDIS :
- BIAYA PENGOBATAN DAN PERAWATAN YG SEMULA DITANGGUNG MAKSIMAL Rp.20.000.000. Meningkat
Menjadi Ditanggung Seluruhnya Sesuai Kebutuhan Medis Dan Standart Yg
Ditetapkan, Sesuai kebutuhan Medis :
1. Pemeriksaan dasar dan penunjang
2. Perawatan tingkat pertama dan lanjutan
3. Rawat inap ruang kls i rs pemerintah atau rs swasta yg setara
4. Perawatan intensif
5. Penunjang diagnostik
6. Pengobatan
7. Pelayanan khusus
8. Alat kesehatan dan implant
9. Jasa dokter/ medis
10.Operasi
11.Transfusi darah dan
12.Rehabilitasi medik
13.13. Pemeriksaan diagnostik dalam penyelesaian kasus penyakit akibat kerja.
2. SANTUNAN BERUPA UANG, MELIPUTI :
A.Penggantian Biaya Pengangkutan :
- Semula Ad Rp. 750.000 Menjadi Rp. 1.000.000 ;
- Semula Al Rp. 1.000.000. MENJADI Rp. 1.500.000 ;
- Semula Au Rp. 2.000.000. MENJADI Rp. 2.500.000.
B.Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB) Yg
Semula Dibayar Utk 4 Bulan Pertama 100% Dari Upah; 4
Bulan Kedua 75% dari upah dan bulan seterusnya 50% dari
Upah,

- 6 Bulan Pertama 100% Dari Upah; 6 Bulan Kedua 75%


Ketiga Dst 50% Dari Upah, Upah Dibayar Sampai Peserta
Sembuh Total Atau Sembuh Dg Cacat Atau Meninggal
Dunia. ( PP No. 82 Th 2019 )
C. Biaya Pemakaman Yg Semula Diberikan Sebesar
Rp.3.000.000. MENINGKAT MENJADI Rp.10.000.000.
2. TAMBAHAN SANTUNAN BERUPA UANG, MELIPUTI :
A.Penggantian Biaya Pengangkutan :
- Semula Ad Rp. 750.000 Menjadi Rp. 1.000.000 ;
- Semula Al Rp. 1.000.000. MENJADI Rp. 1.500.000 ;
- Semula Au Rp. 2.000.000. MENJADI Rp. 2.500.000.

B.Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB)


Yg Semula Dibayar Utk 4 Bulan Pertama 100% Dari Upah; 4 Bulan Kedua 75%
dari upah dan bulan seterusnya 50% dari Upah,

- 6 Bulan Pertama 100% Dari Upah; 6 Bulan Kedua 75% Ketiga Dst 50% Dari
Upah, Upah Dibayar Sampai Peserta Sembuh Total Atau Sembuh Dg Cacat Atau
Meninggal Dunia. ( PP No. 44 Tahun 2015 )

C. Biaya Pemakaman Yg Semula Diberikan Sebesar Rp.2.000.000


MENINGKAT MENJADI Rp.10.000.000.
MANFAAT JKK...........

D. SANTUNAN CACAT MELIPUTI :


- Cacat Sebagian Anatomis = % Cacat Sebagian X 80 X Upah Sebulan
- Cacat Sebagian Fungsi = % Cacat Fungsi X % Cacat Tabel X 80 X Upah
Sebulan
- Cacat Total Tetap = 70% X 80 X Upah Sebulan

E. SANTUNAN KEMATIAN = 60% x 80 X Upah Sebulan


Santunan Sekaligus Rp. 12.00.000. ( 24 x 500.000)
Biaya Pemakaman 10.000.000

F Penggantian Biaya Rehabilitasi (Alat Bantu Dan Atau


Alat Ganti) Dg Harga Standar Rs.UMUM PEMERINTAH + 40% DARI HARGA.

G. Penggantian Biaya Gigi Tiruan Akibat KK/ PAK Rp. 3.000.000.


H. Retur To Work Program (Program Kembali Kerja)
Program baru Peningkatan santunan RTW ( PP N0. 82 Tahun 2019)
MANFAAT JKK...........

3. MANFAAT Lain (Manfaat Layanan tambahan) :


Selain Manfaat Jkk Sebagaimana Dimaksud Angka 1
Dan 2, Peserta Memperoleh Manfaat, Berupa :
a. Bantuan Bea Siswa Kepada 2 (dua) Anak Peserta
Yg Masih Sekolah Apabila Peserta Meninggal
Dunia Atau Cacat Total Tetap Akibat Kecelakaan
Kerja;
b. Bantuan Kegiatan Promotif Dan Preventif Untuk
Mendukung K3 Dalam Rangka Menurunkan Angka
KK/ PAK.
JAMINAN KEMATIAN
• Manfaat JKM dibayarkan kepada ahli waris Peserta,
apabila Peserta meninggal dunia dalam masa aktif,
terdiri atas:
a. santunan sekaligus Rp20.000.000,00;
b. santunan berkala 24 x Rp500.000,00 =
Rp12.000.000,00;
c. biaya pemakaman sebesar Rp10.000.000,00 ;
dan
d. beasiswa pendidikan anak paling banyak 2 Org
anak, sesuai dengan tingkat pendidikan anak
Peserta.
MANFAAT JKM, MELIPUTI :

A. PESERTA MENINGGAL DUNIA :


PERATURAN PEMERINTAH
JENIS JAMINAN Sebelum Operasional BPJS Setelah Operasional BPJS
Ketenagakerjaan **Ketenagakerjaan

1. Santunan Kematian 14.200.000,- 20.000.000,-


2. Biaya Pemakaman 2.000.000,- 10.000.000,-
3. Santunan Berkala (Pilihan)
a. Berkala per bulan selama 24 bln jika 200.000,- 200.000,-
diambil bulanan
b. Sekaligus 4.800.000,- 12.000.000,--
Total 21.000.000,- 42.000.000,-

** RP. 42.000.000,- (PP No. 82 Th 2019 (Perubahan PP No. 44 Th 2015.


Dengan ditetapkannya PP No. 82 Th 2019 ttg Perubahan PP
No. 44 Th 2015
Manfaat JKK sbg diatur dlm Psl 25 PP No. 44 Th 2015, menambah
beasiswa kepada anak pekerja sbb:

Beasiswa diberikan untuk paling banyak 2 (dua) orang


anak Peserta yang diberikan berkala setiap tahun sesuai
dengan tingkat pendidikan anak Peserta.
RINCIAN PEMBERIAN BEASISWA PALING BANYAK 2 ORG ANAK PESERTA SBB:

pemberian beasiswa paling banyak untuk 2 (dua) orang anak


dengan rincian sebagaj berikut:
a. pendidikan TK sd SD/sederajat sebesar Rp1.500.000,00 per orang
per tahun, dengan menyelesaikan pendidikan maksimal 8
(delapan) tahun;
b. pendidikan SMP/sederajat sebesar Rp2.000.000,00 per orang per
tahun, dengan menyelesaikan pendidikan maksimal 3 (tiga) tahun;
c. pendidikan SMA/sederajat sebesar Rp3.000.000,00 per orang per
tahun, dengan menyelesaika pendidikan maksimal 3 (tiga) tahun;
lanjutan

d. pendidikan tinggi maksimal Strata 1 atau pelatihan sebesar


Rp12.000.000,00 per orang per tahun, dengan menyelesaikan
pendidikan maksimal 5 (lima) tahun;

2) pengajuan klaim beasiswa dilakukan setiap tahun;


3) bagi anak dari Peserta yang belum memasuki usia sekolah sampai dengan
sekolah di tingkat dasar pada saat peserta meninggal dunia atau mengalami
cacat total tetap, beasiswa diberikan pada saat anak memasuki usia sekolah;
4) beasiswa berakhir pada saat anak peserta mencapai usia 23 tahun atau
menikah atau bekerja.
• Pemberi Kerja selain penyelenggara negara yang
belum mengikutsertakan Peker janya dalam
program JKM kepada BPJS Ketenagakerjaan, bila
terjadi resiko terhadap Pekerjanya, Pemberi
Kerja selain penyelenggara negara wajib
membayar hak Pekerja sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 2005.
• Besarnya Iuran dan manfaat program JKM bagi
Peserta dilakukan evaluasi secara berkala paling
lama setiap 2(dua) tahun.
KEPESERTAAN PADA SEKTOR USAHA
KONSTRUKSI
• Kepesertaan

Pemberi Ker ja selain penyelenggara negara


pada skala usaha besar , menengah, kecil dan
mikro yang bergerak dibidang usaha jasa
konstruksi yang mempekerjakan
Pekerja harian lepas, borongan, dan perjanjian
kerja waktu tertentu, wajib mendaftarkan
Pekerjanya dalam program JKK dan JKM sesuai
penahapan kepesertaan.
• Besarnya Iuran dan Manfaat

A. Dalam hal Iuran didasarkan atas Upah Peker ja, komponen Upah tercantum
dan diketahui, maka besarnya Iuran JKK bagi Peker ja har ian lepas, borongan,
dan per janjian ker ja waktu ter tentu yang beker ja pada Pember i Ker ja selain
penyelenggara negara pada sektor usaha jasa konst ruksi, Iuran ditetapkan
sebesar 1,74% (satu koma tujuh puluh empat persen) dari Upah sebulan.

B. Dalam hal komponen Upah Pekerja tidak diketahui atau t idak tercantum, maka
besarnya Iuran JKK dihitung berdasarkan nilai kont ak kerja konstruksi
dengan ketentuan sebagai berikut :

a. pekerjaan konstruksi sampai dengan nilai kontrak Rp100.000.000,00 (seratus


juta rupiah), Iuran JKK sebesar 0,21% (nol koma dua puluh satu persen) dari
nilai kontrak;
b. pekerjaan konst ruksi dengan nilai kontrak di atas Rp100.000.000,00 (seratus
juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), Iuran
JKK sebesar 0,19% dari nilai kontrak;
c. JKK huruf a ditambah 0,17% (nol koma tujuh belas persen) dari selisih nilai,
yakni dar i nilai kontrak kerja konstruksi setelah dikurangi Rp100.000.000,00
(seratus juta rupiah);
d. Pekerjaan konstruk si di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
sebesar penetapan nilai Iuran JKK huruf b ditambah 0,13% (nol koma
t iga belas persen) dari selisih nilai, yakni dari nilai kontrak kerja
konstruksi setelah dikurangi Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah);

e. Pekerjaan konstruksi di atas Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)


sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) sebesar
penetapan nilai Iuran JKK huruf c ditambah 0,11% (nol koma sebelas
persen) dari selisih nilai, yakni dari nilai kontrak kerja konstruk si
setelah dikurangi Rp1.000.000.000,00 (satu milyarrupiah); dan

f. Pekerjaan konstruksi di atas Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)


sebesar penetapan nilai Iuran JKK huruf d ditambah 0,09% (nol koma
nol sembilan persen) dari selisih nilai, yakni dar i nilai kontrak kerja
konstruksi setelah dikurangi Rp5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah).
• Dalam hal Iuran didasarkan atas Upah Pekerja, komponen Upah tercantum dan
diketahui, maka besarnya Iuran JKM bagi Pekerja harian lepas, borongan, dan
perjanjian kerja waktu ter tentu yang bekerja pada Pemberi Ker ja selain
penyelenggara negara pada sektor usaha jasa konstruksi, Iuran ditetapkan
sebesar 0,30% (nol koma tiga puluh persen) dari Upah sebulan.

• Dalam hal komponen Upah Pekerja tidak diketahui atau tidak tercantum, maka
besarnya Iuran JKM dihitung berdasarkan nilai kontrak kerja konstruksi dengan
ketentuan sebagai berikut :

a. pekerjaan konstruksi sampai dengan nilai kontrak Rp100.000.000,00 (seratus


juta rupiah), Iuran JKM sebesar 0,03% (nol koma nol tiga persen) dari nilai
kontrak;

b. pekerjaan konstruksi dengan nilai kont rak di atas Rp.100.000.000,00 (seratus


juta rupiah) sampai dengan Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), Iuran
JKM sebesar penetapan nilai Iuran JKM huruf a ditambah 0,02% (nol koma nol
dua persen) dari selisih nilai, yakni dari nilai kontrak kerja konstruksi setelah
dikurangi Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);
c. Pekerjaan konstruk si di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
sebesar penetapan nilai Iuran JKM huruf b, ditambah 0,02% (nol
koma nol dua persen) dar i selisih nilai, yakni dar i nilai kont rak
ker ja konstruk si setelah dikurangi Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rp);
d. Peker jaan konst ruksi di atas Rp1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah) sampai dengan Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah)
sebesar penetapan nilai Iuran JKM huruf c, ditambah 0,01% (nol
koma nol satu persen) dar i selisih nilai, yakni dar i nilai kont rak
ker ja konstruk si setelah dikurangi Rp1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah); dan
e. Peker jaan konst ruksi di atas Rp5.000.000.000,00 (lima milyar
rupiah) sebesar penetapan nilai Iuran JKM huruf d, ditambah
0,01% (nol koma nol satu persen) dari selisih nilai, yakni dar i
nilai kont rak ker ja konst ruksi setelah dikurangi
MANFAAT JKK & JK
• Manfaat JKK dan JKM bagi Peker ja harian lepas,
borongan, dan per janjian kerja waktu ter tentu
yang bekerja pada Pemberi Kerja selain
penyelenggara negara pada sektor usaha jasa
konstruksi diberikan sesuai ketentuan dalam
Pasal 25 ayat (2) dan Pasal 33.
PENYELENGGARAAN PROGRAM
JAMINAN PENSIUN
(PP No. 45 Tahun 2015)
KETENTUAN UMUM
1. Jaminan Pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan untuk
mempertahankan derajat kehidupan yang layak bagi peserta
dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah
peserta memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia.
2. Manfaat Pensiun adalah sejumlah uang yang dibayarkan setiap
bulan kepada peserta yang memasuki usia pensiun, mengalami
cacat total tetap, atau kepada ahli waris bagi peserta yang
meninggal dunia.
3. Peserta Program Jaminan Pensiun yang selanjutnya disebut
Peserta adalah pekerja yang terdaftar dan telah membayar iuran.
LANJUTAN

4. Janda atau Duda adalah istri atau suami yang sah menurut peraturan perundang-
undangan dari peserta yang meninggal dunia yang terdaftar sebagai ahli waris di
BPJS Ketenagakerjaan.

5. Anak adalah anak kandung, anak tiri, atau anak angkat yang sah menurut peraturan
perundang-undangan dari peserta yang meninggal dunia yang terdaftar sebagai ahli
waris di BPJS Ketenagakerjaan.

6. Orang Tua adalah ayah kandung, ibu kandung, ayah tiri, ibu tiri, ayah angkat atau
ibu angkat, yang sah sesuai peraturan perundang-undangan dan terdaftar di BPJS
Ketenagakerjaan.

7. Penerima Manfaat Pensiun adalah peserta atau ahli waris peserta yang berhak
menerima manfaat pensiun.
8. Masa Iur adalah jumlah bulan pelunasan
pembayaran iuran kepada BPJS
Ketenagakerjaan.
9. Cacat Total Tetap adalah cacat yang
mengakibatkan ketidakmampuan seseorang
untuk melakukan pekerjaan.
10.Usia Pensiun adalah usia saat peserta dapat
mulai menerima manfaat pensiun.
MANFAAT PENSIUN
Penerima Manfaat Pensiun
1. Penerima Manfaat Pensiun terdiri atas:
a. Peserta;
b. 1 (satu) orang istri atau suami yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
c. paling banyak 2 (dua) orang Anak; atau
d. 1 (satu) orang Orang Tua.
2. Anak Peserta yang lahir paling lama 300 (tiga ratus) hari setelah terputusnya
hubungan pernikahan istri atau suami yang telah terdaftar dinyatakan sah
atau setelah Peserta meninggal dunia dapat didaftarkan sebagai penerima
Manfaat Pensiun.
(Dalam hal terjadi perubahan susunan penerima Manfaat Pensiun, Peserta
harus menyampaikan perubahan daftar penerima Manfaat Pensiun paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal perubahan susunan
penerima Manfaat Pensiun kepada Pemberi Kerja.
Usia Pensiun
1. Untuk pertama kali Usia Pensiun ditetapkan 56 (lima
puluh enam) tahun.
2. Mulai 1 Januari 2019, Usia Pensiun menjadi 57 (lima
puluh tujuh) tahun.
3. Usia Pensiun selanjutnya bertambah 1 (satu) tahun
untuk setiap 3 (tiga) tahun berikutnya sampai mencapai
Usia Pensiun 65 (enam puluh lima) tahun.
4. Dalam hal Peserta telah memasuki Usia Pensiun tetapi
yang bersangkutan tetap dipekerjakan, Peserta dapat
memilih untuk menerima Manfaat Pensiun pada saat
mencapai Usia Pensiun atau pada saat berhenti bekerja
dengan ketentuan paling lama 3 (tiga) tahun setelah
Usia Pensiun.
• Manfaat Pensiun berupa:
a. pensiun hari tua;
b. pensiun cacat;
c. pensiun Janda atau Duda;
d. pensiun Anak; atau
e. pensiun Orang Tua.

• Manfaat Pensiun ditetapkan sebagai berikut:


a. untuk 1 (satu) tahun pertama, Manfaat Pensiun dihitung
berdasarkan formula Manfaat Pensiun; dan

b. untuk setiap 1 (satu) tahun selanjutnya, Manfaat Pensiun


dihitung sebesar Manfaat Pensiun tahun sebelumnya dikali
faktor indeksasi. Indeksasi adalah penyesuaian besar
manfaat pensiun
• Untuk pertama kali, Manfaat Pensiun paling sedikit
ditetapkan sebesar Rp300.000,00 (tiga ratus ribu
rupiah) untuk setiap bulan.

• Untuk pertama kali, Manfaat Pensiun paling banyak


ditetapkan sebesar Rp3.600.000,00 (tiga juta enam
ratus ribu rupiah) untuk setiap bulan.

• Besaran Manfaat Pensiun paling sedikit dan paling


banyak disesuaikan setiap tahun berdasarkan tingkat
inflasi umum tahun sebelumnya.
1. Manfaat Pensiun Hari Tua

a. Manfaat Pensiun hari tua diterima Peserta yang telah


mencapai Usia Pensiun dan telah memiliki Masa Iur paling
singkat 15 (lima belas) tahun yang setara dengan 180
(seratus delapan puluh) bulan.

b. Besar Manfaat Pensiun hari tua dihitung dengan formula


Manfaat Pensiun.

c. Hak atas Manfaat Pensiun hari tua diperhitungkan mulai


tanggal 1 bulan berikutnya setelah Peserta mencapai Usia
Pensiun.

d. Hak atas Manfaat Pensiun hari tua berakhir pada saat


Peserta meninggal dunia.
2. Manfaat Pensiun Cacat

a. Manfaat Pensiun cacat diterima oleh Peserta yang mengalami Cacat


Total Tetap sebelum mencapai Usia Pensiun.
b. Besar Manfaat Pensiun cacat dihitung dengan formula Manfaat
Pensiun.
c. Dalam hal Peserta mengalami Cacat Total Tetap dan Masa Iur kurang
dari 15 (lima belas) tahun, Masa Iur yang digunakan dalam menghitung
Manfaat Pensiun cacat adalah 15 (lima belas) tahun, dengan ketentuan:
1) Peserta rutin membayar Iuran dengan tingkat kepadatan paling
sedikit 80% (delapan puluh persen); dan
2) kejadian yang menyebabkan Cacat Total Tetap terjadi setelah
peserta terdaftar dalam program Jaminan Pensiun paling singkat 1
(satu) bulan.

Note: Tingkat Kepadatan atau Density Rate adalah tingkat ketaatan


pembayaran iuran oleh peserta
• Hak atas Manfaat Pensiun cacat diperhitungkan mulai
tanggal 1 bulan berikutnya setelah Peserta ditetapkan
mengalami Cacat Total Tetap.
• Penetapan Cacat Total Tetap dilakukan oleh dokter
penasehat, dokter yang merawat, dan/atau dokter
pemeriksa.
• Dalam hal terjadi perbedaan pendapat atas hasil
penetapan Cacat Total Tetap, penyelesaiannya
dilakukan melalui mekanisme yang ditetapkan oleh
Menteri.
• Hak atas Manfaat Pensiun cacat berakhir pada saat
Peserta meninggal dunia atau tidak lagi memenuhi
definisi Cacat Total Tetap.
3. Manfaat Pensiun Janda/Duda

a. Manfaat Pensiun Janda atau Duda diterima oleh istri


atau suami dari Peserta yang meninggal dunia.

b. Besar Manfaat Pensiun Janda atau Duda dihitung


sebesar:
1) a. 50% (lima puluh persen) dari formula Manfaat
Pensiun , untuk Peserta yang meninggal dunia
sebelum menerima Manfaat Pensiun; atau
2) b. 50% (lima puluh persen) dari Manfaat Pensiun
hari tua atau Manfaat Pensiun cacat , untuk
Peserta yang meninggal dunia setelah menerima
Manfaat Pensiun.
• Dalam hal Peserta meninggal dunia sebelum mencapai Usia
Pensiun dan Masa Iur kurang dari 15 (lima belas) tahun,
Masa Iur yang digunakan dalam menghitung Manfaat
Pensiun Janda atau Duda adalah 15 (lima belas) tahun,
dengan ketentuan:
a. telah menjadi Peserta paling singkat 1 (satu) tahun; dan
b. Peserta rutin membayar Iuran dengan tingkat kepadatan
paling sedikit 80% (delapan puluh persen).

• Hak atas Manfaat Pensiun Janda atau Duda diperhitungkan


mulai tanggal 1 bulan berikutnya setelah Peserta meninggal
dunia.
• Hak atas Manfaat Pensiun Janda atau Duda berakhir pada
saat Janda atau Duda meninggal dunia atau menikah lagi.
4. Manfaat Pensiun Anak

a. Manfaat Pensiun Anak diterima oleh Anak dalam hal:


1) Peserta meninggal dunia dan tidak mempunyai istri atau suami; atau
2) Janda atau Duda dari Peserta meninggal dunia atau menikah lagi.

b. Besar Manfaat Pensiun Anak dihitung sebesar:


1) a. 50% (lima puluh persen) dari formula Manfaat Pensiun , untuk
Peserta yang meninggal dunia sebelum menerima Manfaat Pensiun dan
tidak mempunyai Janda atau Duda;
2) b. 50% (lima puluh persen) dari Manfaat Pensiun hari tua atau
Manfaat Pensiun cacat untuk Peserta yang meninggal dunia setelah
menerima Manfaat Pensiun dan tidak mempunyai Janda atau Duda;
atau
3) c. 50% (lima puluh persen) dari Manfaat Pensiun Janda atau Duda ,
untuk Janda atau Duda yang meninggal dunia atau menikah lagi.
• Dalam hal Peserta meninggal dunia sebelum mencapai Usia
Pensiun dan Masa Iur kurang dari 15 (lima belas) tahun, Masa
Iur yang digunakan dalam menghitung Manfaat Pensiun Anak
adalah 15 (lima belas) tahun, dengan ketentuan:
a. telah menjadi Peserta paling singkat 1 (satu) tahun; dan
b. Peserta rutin membayar Iuran dengan tingkat kepadatan
paling sedikit 80% (delapan puluh persen).
• Hak atas Manfaat Pensiun Anak diperhitungkan mulai tanggal
l bulan berikutnya setelah:
a. Peserta meninggal dunia;
b. Janda atau Duda meninggal dunia; atau
c. Janda atau Duda menikah lagi.
• Hak atas Manfaat Pensiun Anak berakhir pada saat Anak
mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, bekerja, atau menikah.
5. Manfaat Pensiun Orangtua

a. Manfaat Pensiun Orang Tua diterima oleh Orang Tua


dalam hal Peserta meninggal dunia dan tidak
mempunyai istri, suami, atau Anak.
b. Besar Manfaat Pensiun Orang Tua dihitung sebesar:
1) 20% (dua puluh persen) dari formula Manfaat
Pensiun, untuk Peserta yang meninggal dunia
sebelum menerima Manfaat Pensiun; atau
2) 20% (dua puluh persen) dari Manfaat Pensiun hari
tua atau Manfaat Pensiun cacat , untuk Peserta
yang meninggal dunia setelah menerima Manfaat
Pensiun.
3. Dalam hal Peserta meninggal dunia sebelum mencapai
Usia Pensiun dan Masa Iur kurang dari 15 (lima belas)
tahun, Masa Iur yang digunakan dalam menghitung
Manfaat Pensiun Orang Tua adalah 15 (lima belas) tahun,
dengan ketentuan:
a. telah menjadi Peserta paling singkat 1 (satu) tahun; dan
b. Peserta rutin membayar Iuran dengan tingkat kepadatan
paling sedikit 80% (delapan puluh persen).
4. Hak atas Manfaat Pensiun Orang Tua diperhitungkan mulai
tanggal 1 bulan berikutnya setelah Peserta meninggal
dunia.
5. Hak atas Manfaat Pensiun Orang Tua berakhir pada saat
Orang Tua meninggal dunia.
5. Hak Peserta Yang Mencapai Usia Pensiun Sebelum Memiliki
Masa Iur 15 (lima belas) Tahun

6. Dalam hal Peserta mencapai Usia Pensiun sebelum


memenuhi Masa Iur 15 (lima belas) tahun, Peserta berhak
mendapatkan seluruh akumulasi Iurannya ditambah hasil
pengembangannya.
7. Seluruh akumulasi Iuran ditambah hasil pengembangannya
dibayarkan kepada peserta pada tanggal 1 bulan berikutnya
setelah Peserta mencapai Usia Pensiun dan dokumen telah
diterima lengkap oleh BPJS Ketenagakerjaan.
• Hasil pengembangan dihitung setiap bulan berdasarkan
nilai sebenarnya.
PENYELENGGARAAN PROGRAM
JAMINAN HARI TUA
(PP No. 46 Tahun 2015)
KETENTUAN UMUM
1. Jaminan Hari Tua yang selanjutnya disingkat JHT adalah manfaat
uang tunai yang dibayarkan sekaligus pada saat peserta memasuki
usia pensiun, meninggal dunia, atau mengalami cacat total tetap.

2. Peserta JHT yang selanjutnya disebut Peserta adalah setiap orang,


termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan
di Indonesia yang telah membayar iuran.

3. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh


peserta dan pemberi kerja kepada BPJS Ketenagakerjaan.

4. Kartu Kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan adalah kartu tanda


kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan yang memiliki nomor identitas
tunggal yang berlaku untuk semua program jaminan sosial.
KEPESERTAAN DAN TATACARA PENDAFTARAN

1. Setiap Pemberi Kerja wajib mendaftarkan dirinya dan


Pekerjanya dalam program JHT kepada BPJS
Ketenagakerjaan sesuai penahapan kepesertaan.

2. Setiap orang yang bekerja wajib mendaftarkan dirinya


dalam program JHT kepada BPJS Ketenagakerjaan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan .
BESARNYA IURAN DAN TATACARA PEMBAYARAN

• Besarnya Iuran JHT Bagi Peserta Penerima Upah:

1. Iuran JHT bagi Peserta penerima Upah yang bekerja pada


Pemberi Kerja sebesar 5,7% (lima koma tujuh persen) dari Upah,
dengan ketentuan:
a. 2% (dua persen) ditanggung oleh Pekerja; dan
b. 3,7% (tiga koma tujuh persen) ditanggung oleh Pemberi
Kerja.

2. Besarnya Iuran program JHT bagi Peserta penerima Upah yang


bekerja pada Pemberi Kerja dilakukan evaluasi secara berkala
paling lama 3 (tiga) tahun yang ditetapkan dengan PP.
MANFAAT DAN TATA CARA PEMBAYARAN
MANFAAT JAMINAN HARI TUA

1. Manfaat JHT adalah berupa uang tunai yang dibayarkan apabila


Peserta berusia 56 (lima puluh enam) tahun, meninggal dunia, atau
mengalami cacat total tetap.
Note: Uang Tunai adalah dibayarkan dapat menggunakan uang kartal
maupun giral sesuai dengan mekanisme Perbankan
2. Besarnya manfaat JHT adalah sebesar nilai akumulasi seluruh Iuran
yang telah disetor ditambah hasil pengembangannya yang tercatat
dalam rekening perorangan Peserta.
3. Note: Hasil pengembangan Program JHT diperoleh setelah dikurangi
dana Opersional sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan
4. Manfaat JHT dibayar secara sekaligus.
5. Dalam rangka mempersiapkan diri memasuki masa
pensiun, pembayaran manfaat JHT dapat diberikan
sebagian sampai batas tertentu apabila Peserta telah
memiliki masa kepesertaan paling singkat 10 (sepuluh)
tahun.
6. Pengambilan manfaat JHT sampai batas tertentu paling
banyak 30% (tiga puluh persen) dari jumlah JHT, yang
peruntukannya untuk kepemilikan rumah atau paling
banyak 10% (sepuluh persen) untuk keperluan lain sesuai
persiapan memasuki masa pensiun.
7. Pengambilan manfaat JHT hanya dapat dilakukan untuk 1
(satu) kali selama menjadi Peserta.
8. BPJS Ketenagakerjaan wajib memberikan informasi
kepada Peserta mengenai besarnya saldo JHT beserta
hasil pengembangannya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
PENYELENGGARAAN PROGRAM JKP
DALAM
PP NO. 37 TH 2021
PENDAHULUAN
1. Jaminan Sosial yang saat ini berlaku diatur dalam UU No. 40
Tahun 2004 ttg SJSN dan UU No. 24 Th 2011 ttg BPJS;
2. Dalam dua UU tersebut mengatur 5 (lima) Program yakni: JKN,
JKK, JKm, JHT dan JP
3. Sesuai dengan Konvensi Konvensi International Labour
Organization Nomor 102 Tahun 1952, Pemerintah wajib
memberikan perlindungan jaminan sosial baik selama bekerja
(hubungan kerja) juga yang paripurna bagi warga negaranya,
maka perbaikan pelaksanaan jaminan sosial terus dilakukan.
4. Untuk itu dengan Diundangkannya UU No. 11 Th 2020 ditambah 1
(satu) program yaitu JKP, jadi menjadi 6 Program.
DASAR HUKUM JAMINAN SOSIAL

BPJS Mandat ILO Convention


KESEH BPJS KETENAGAKERJAAN UU SJSN No. 102
ATAN

B P J S Program Branches of social security


UU NO. 24 Tahun 2011 tentang BPJS
JHT Old-age benefit

JHT JP
JKN JKK JKM JP JKP JKK Employment injury benefit
PP No. 46 Tahun
PP No. 82 PP No. 44 PP No. 44 2015 & PP PP No. 45 PP 37 Tahun JKM Survivors’ benefit
Tahun 2018 Tahun 2015 Tahun 2015 No.60 Tahun 20.21
Tahun 2015
2015 JKN Medical care
JKP Sickness benefit
S J S N Invalidity benefit
UU No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
Unemployment benefit
Family benefit
U U D 1 9 4 5 Maternity benefit
SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
(Undang-Undang No. 40 Tahun 2004)
KEMANUSIAAN
TUJUAN :
Memberikan jaminan
SUSTAINABILITAS terpenuhinya kebutuhan
dan dasar hidup yang layak
PERLINDUNGAN bagi peserta dan atau
anggota keluarganya
KEADILAN
SOSIAL ASAS MANFAAT

ASURANSI TABUNGAN
SOSIAL WAJIB

PRINSIP PENYELENGGARAAN

KEGOTONGROYONGAN NIRLABA KETERBUKAAN KEHATI-HATIAN

AKUNTABILITAS PORTABILITAS KEPESERTAAN BERSIFAT WAJIB DANA AMANAT

HASIL PENGELOLAAN DANA JAMINAN SOSIAL DIPERGUNAKAN SELURUHNYA UNTUK PENGEMBANGAN


PROGRAM & UNTUK SEBESAR-BESARNYA KEPENTINGAN PESERTA
TUJUAN DITETAPKAN JKP
SBB:
1. Jaminan Sosial merupakan program negara yang bertujuan
memberi kepastian pelindungan dan kesejahteraan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui sistem jaminan
sosial nasional, setiap penduduk diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak apabila terjadi
hal-hal yang dapat mengakibatkan hilang atau
berkurangnya pendapatan, karena menderita sakit,
mengalami kecelakaan, kehilangan pekerjaan, memasuki usia
lanjut, pensiun, atau meninggal dunia (Tujuan tersebut
direalisasikan melalui 2 BPJS).
lanjutan
2. Dengan Konvensi International Labour Organization Nomor
102 Tahun 1952, Pemerintah wajib memberikan perlindungan
jaminan sosial yang paripurna bagi warga negaranya, maka
Pemerintah juga mengembangkan perlindungannya yaitu
termasuk kepada Pekerja yang terkena Pemutusan hubungan
kerja.
3. Pemerintah perlu memberikan perlindungan sebagaimana pada
angka 2 dengan tujuan mempertahankan derajat kehidupan
yang layak pada saat Pekerja/Buruh kehilangan
pekerjaan/terkena Pemutusan Hubungan Kerja sehingga akan
memotivasi Pekerja/Buruh untuk berkeinginan bekerja kembali
atau berusaha mandiri.
KETENTUAN UMUM
1. Jaminan Kehilangan Pekerjaan yang selanjutnya disingkat
JKP adalah jaminan sosial yang diberikan kepada Pekerja/Buruh
yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja berupa manfaat
uang tunai, akses informasi pasar kerja, dan Pelatihan Kerja.

2. Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari Pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu PK, kesepakatan; atau
Per UUan, termasuk tunjangan bagi Pekerja dan keluarganya atas
suatu pekerjaan dan/ atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
LANJUTAN
3. Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran
hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban
antara Pekerja/Buruh dan Pengusaha.

4. Peserta JKP yang selanjutnya disebut Peserta adalah


Pekerja/Buruh yang mempunyai hubungan kerja
dengan Pengusaha dan telah terdaftar serta
membayar iuran.
KEPESERTAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN JKP

1. Peserta terdiri atas:


a. Pekerja/Buruh yang telah diikutsertakan oleh
Pengusaha dalam program jaminan sosial; dan
b. Pekerja/Buruh yang baru didaftarkan oleh
Pengusaha dalam program jaminan sosial.
lanjutan
2. Peserta sebagaimana dimaksud pada Angka 1 harus
memenuhi persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b.  

b. belum mencapai usia 54 tahun pada saat mendaftar; dan


c.  
 

c. mempunyai hubungan kerja dengan Pengusaha.

3. Selain Persyaratan pada angka 2 juga harus memenuhi ketentuan:


d. Pekerja yang bekerja pada usaha besar dan usaha menengah,
diikutsertakan pada program JKN, JKK, JHT, JP, dan JKM; dan
e. Pekerja yang bekerja pada usaha mikro dan usaha kecil,
 

diikutsertakan sekurang• kurangnya pada program JKN, JKK,


JHT, dan JKM.
TATA CARA PENDAFTARAN
1. Pekerja yang telah diikutsertakan oleh Pengusaha dalam
program jaminan sosial sebagaimana dimaksud di atas
terhitung sejak tanggal PP ini diundangkan, serta merta
menjadi Peserta.

2. Pengusaha sebagaimana tersebut di atas diberikan sertifikat


kepesertaan program JKP oleh BPJS Ketenagakerjaan.

3. Pekerja sebagaimana ybs diberikan bukti kepesertaan


program JKP oleh BPJS Ketenagakerj aan.
lanjutan

4. Pengusaha yg mendaftarkan pekerja dlm Program JKP


wajib menyerahkan formulir pendaftaran kepada BPJS
Ketenagakerjaan paling lama 30 hari sejk tanggal
Pekerja tsb mulai bekerja;
5. Pengusaha sebagaimana pada angka 4 diberikan
sertifikat kepesertaan program JKP oleh BPJS
Ketenaagkerjaan dan diberikan bukti kepesertaan
program JKP .
6. Bukti kepesertaan tsb terintegrasi dalam 1 (satu) kartu
kepesertaan program Jaminan Sosial pada BPJS
Ketenagakerjaan
lanjutan
7. Pekerja/Buruh yang diikutsertakan lebih dari satu yaitu
dalam masing-masing Pengusaha. Setelah terdaftar, peserta
memilih salah satu perusahaan sebagai tempat pekerjaan yg
didaftarkan dalam program JKP kepada BPJS Ketenagakerjaan.

8. Dalam hal terjadi perubahan nama perusahaan, alamat kantor,


skala usaha, data Upah, data Pekerja/Buruh, dan perubahan
data lainnya terkait kepesertaan program JKP, Pengusaha
wajib menyampaikan perubahan tersebut kepada BPJS
Ketenagakerjaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak terjadi
perubahan.

9. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran diatur dengan


menteri.
IURAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN IURAN
1.Iuran program JKP wajib dibayarkan setiap bulan.
2.Iuran sebesar 0,46% dari Upah sebulan, bersumber dari iuran yang
dibayarkan oleh Pemerintah Pusat dan sumber pendanaan JKP., SBB:

a. Pemerintah Pusat sebesar 0,22 % dari upah sebulan


b. rekomposisi dari iuran program JKK dan JKM, dengan ketentuan:
1) iuran JKK direkomposisi sebesar 0, 14 dari Upah sebulan,
sehingga iuran JKK untuk setiap kelompok tingkat risiko menjadi:
 Tingkat resiko sangat rendah sebesar 10% dari upah sebulan;
 Tingkat risiko rendah sebsar 0,40 % dari Upah sebulan
 Tingkat risiko sedang sebesar 0,75% dari upah sebulan
 Tingkat risiko tinggi sebesar 1,13%
 Tingkat risiko sangat tinggi sebesar 1,60
lanjutan

2) Iuran JKM direkomposisi sebesar 0,10% dari upah


sebulan, sehingga iuran JKM menjadi 0,20% dari upah
sebulan.
3. Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran
JKP merupakan Upah terakhir Pekerja yang dilaporkan oleh
Pengusaha kepada BPJS Ketenagakerjaan dan tidak melebihi
batas atas Upah.
4. Batas atas Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (6) untuk
pertama kali ditetapkan sebesar Rp5.000.000,00 (limajuta
rupiah).
5. Dalam hal Upah melebihi batas atas Upah
sebagaimana tsb di atas maka Upah yang digunakan
sebagai dasar perhitungan iuran sebesar batas atas Upah.
DASAR PERHITUNGAN PEMBAYARAN IURAN
1. Upah Pokok dan Tunjangan Tetap
2. Dalam hal Upah di perusahaan tidak menggunakan
komponen Upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar
perhitungan pembayaran iuran yaitu Upah tanpa
tunjangan.

3. Dalam hal Upah di perusahaan terdiri atas Upah pokok


dan tunjangan tidak tetap maka dasar perhitungan iuran
yaitu Upah pokok.
TATA CARA PEMBAYARAN IURAN
1. Iuran JKP dibayarkan kepada BPJS Ketenagakerjaan
berdasarkan data kepesertaan dari BPJS
Ketenagakerjaan.
2. Untuk terintegrasi dengan data BPJS Kesehatan, harus
menyampaikan data kepesertaan sbgmn tersebut di
atas kepada BPJS Ketenagakerjaan;
3. Data kepesertaan tsb di atas dilakukan verifikasi
dan validasi oleh BPJS Ketenagakerjaan, kemudian
disampaikan kepada Menteri.
lanjutan
4. Dalam hal pelaksanaan rekomposisi ruran
mengalami keterlambatan maka Pemerintah Pusat tidak
membayarkan iuran.
5. Dalam hal pelaksanaan rekomposisi iuran
telah dibayar tunggakannya, Pemerintah Pusat
membayarkan iuran yang belum dibayarkan sesuai
bulan pelunasan iuran yang tertunggak
6. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pelaksanaan rekomposisi ruran diatur dengan Peraturan
Menteri.
KEPESERTAAN DAN TATA CARA PENDAFTARAN

1. Peserta terdiri atas:


a. Pekerja/Buruh yang telah diikutsertakan oleh Pengusaha
dalam program jaminan sosial; dan
b. Pekerja/Buruh yang baru didaftarkan oleh Pengusaha
dalam program jaminan sosial.
2. Peserta JKP harus memenuhi persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b.  belum mencapai usia 54 (lima puluh empat) tahun pada
saat mendaftar; dan
c.  mempunyai hubungan kerja dengan Pengusaha.
lanjutan
a. Pekerja/Buruh yang bekerja pada usaha
besar dan usaha menengah, diikutsertakan
pada program JKN, JKK, JHT, JP, dan JKM;
dan
b. Buruh yang bekerja pada usaha kecil dan
mikro, diikutsertakan sekurang-kurangnya
pada program JKN, JKK, JHT, dan JKM;
c. Pendaftaran JKP dilakukan secara daring
maupun luring.
PERSYARATAN PENERIMA
MANFAAT JKP
1. Manfaat JKP diberikan kepada Peserta yg mengalami PHK
berdasarkan PKWT maupun PKWTT, berupa:
a. Uang Tunai,
b. Akses informasi pasar kerja, dan
c. Pelatihan kerja.
2. Pengecualian manfaat JKP pada angka 2 bagi peserta yg PHK
karena:
a. mengundurkan diri;
b. cacat total tetap;
c. pensiun; atau
d. meninggal dunia.
LANJUTAN
3. Penerima JKP harus bersedia untuk bekerja kembali setelah
PHK;

4. Manfaat JKP dpt setelah peserta memiliki masa iur paling


sedikit 12 Bln dalam 24 bulan dan telah membayar iuran paling
sedikit 6 bulan secara berturut turutt pada BPJS
Ketenagakerjaan sebelum terjadi PHK/ pengakhirhan Hubungan
Kerja;

5. Bagi Peserta yang hubungan kerjanya berdasarkan PKWT


diberikan apabila Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengusaha
dilakukan sebelum berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
waktu tertentu.
LANJUTAN

6. Manfaat uang tunai diberikan setiap bulan paling


banyak 6 bulan Upah dengan ketentuan sbb:
a. sebesar 45 % (empat puluh lima persen) dari Upah
untuk 3 (tiga) bulan pertama; dan
b. sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari Upah
untuk 3 (tiga) bulan berikutnya.
lanjutan
7. Upah yang digunakan sebagai dasar pembayaran,

8. manfaat uang tunai merupakan Upah terakhir


Pekerja/Buruh yang dilaporkan Pengusaha kepada BPJS
Ketenagakerjaan dan tidak melebihi batas atas Upah yang
ditetapkan.

9. Batas upah untuk pertama kali sebesar Rp. 5.000.000,- yg


dievaluasi setiap 2 Th sekali;

10.Dalam hal Upah melebihi batas atas Upah maka


Upah yang digunakan sebagai dasar pembayaran
manfaat uang tunai sebesar batas atas Upah.
SANKSI DAN MANFAAT
SANKSI:
Dalam hal terjadi PHK dan Upah Pekerja/Buruh
yang dilaporkan kepada BPJS Ketenagakerjaan
tidak sesuai dengan Upah yang sebenarnya
sehingga terdapat kekurangan pembayaran
manfaat uang tunai, Pengusaha wajib
membayar kekurangan manfaat uang tunai
kepada Pekerja/Buruh secara sekaligus.
LANJUTAN

MANFAAT:
1. Manfaat Uang Tunai diselenggarakan oleh BPJS
ketenagakerjaan;
2. Manfaat Akses Informasi pasar Kerja:
Diberikan dalam bentuk:
a. Layanan infrmasi pasar kerja tsb diberikan dalam bentuk
penyediaan lowongan pekerjaan, dilakukan sesuai
perundang-undangan.

b. Layanan bimbingan jabatan diberikan dalam bentuk:


asesmen diri atau penilaian diri; dan/ atau konseling
karir.
lanjutan
3. Manfaat Pelatihan Kerja:
a. Manfaat Pelatihan Kerja diberikan berupa pelatihan
berbasis kompetensi.
b. Manfaat Pelatihan Kerja sebagaimana dimaksud pada dapat
dilakukan melalui integrasi akses informasi pasar kerja dan
sistem informasi BPJS Ketenagakerjaan dalam Sistern
Informasi Ketenagakerjaan. secara daring dan/atau luring.
c. Dilakukan melalui lembaga pelatihan
kerja milik pemerintah, swasta, atau perusahaan, dengan
memenuhi persyaratan tertentu.
d. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Menteri.
PELAKSANAAN PEMBERIAN MANFAAT JKP
Hak atas manfaat JKP diajukan paling banyak 3 (tiga) kali selama
masa usia kerja dengan ketentuan:
a. manfaat JKP pertama, diajukan oleh Peserta paling cepat
setelah terpenuhinya masa iur dan kepesertaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) PP No. 37/2021 yaitu:
1) Peserta memiliki masa itu paling sedikit 12 Bln dlm 24 Bln,
dan
2) Telah membayar iuran paling singkat 6 Bln berturut-turut
pada
BPJS ketenagakerjaan sebelum terjadi PHK.
lanjutan
a. manfaat JKP kedua, diajukan oleh Peserta paling sedikit setelah
terpenuhinya masa iur selama 5 (lima) tahun sejak memperoleh
manfaat JKP pertama; dan
b. manfaat JKP ketiga, diajukan oleh Peserta paling sedikit setelah
terpenuhinya masa iur selama 5 (lima) tahun sejak memperoleh
manfaat JKP kedua.

Manfaat JKP bagi Peserta yg mengalami PHK dikecualikan untuk alasan PHK
karena:
c. Mengundurkan diri;
d. Cacat total tetap;
e. Pensiun;
f. Meninggal dunia.
lanjutan
e. Manfaat JKP bagi peserta yg hubungan kerjanya berdasarkan
PKWT diberikan apabila PHK oleh Pengusaha dilakukan
sebelum berakhirnya jangka waktu PKWT;
HAL LAIN YG PERLU DIKETAHUI

1. Manfaat JKP yaitu bagi Peserta yang mempunyai


hubungan kerja dengan Pengusaha dan diberikan jika
Peserta mengalami Pemutusan Hubungan Kerja.

2. Dalam hal Pengusaha tidak mengikutsertakan


Pekerja/Buruh dalam program JKP dan terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja, Pengusaha wajib memenuhi hak Pekerja
berupa:
a. manfaat uang tunai dengan perhitungan manfaat
sebagaimana dimaksud dalam PP 37 Th 2021 yang
diberikan secara sekaligus; dan
b. manfaat Pelatihan Kerja sebagaimana dimaksud dalam PP
ini
lanjutan
3. Kewajiban pemenuhan hak · Pekerja
dikecualikan bagi Pengusaha pada usaha mikro.
4. Hak atas manfaat JKP tidak dapat dipindahtangankan,
digadaikan, atau disita sebagai pelaksanaan putusan
pengadilan.
5. Pengusaha yang menunggak iuran JKK dan JKM
sebagai sumber pendanaan program JKP sampai
dengan 3 (tiga) bulan berturut-turut dan terjadi PHK,
BPJS Ketenagakerjaan wajib membayar manfaat uang
tunai kepada Peserta.
6. Dalam hal BPJS Ketenagakerjaan telah membayar
manfaat uang tunai, maka Pengusaha wajib melunasi
tunggakan iuran.

7. Pengusaha yang menunggak iuran JKK dan JKM


sebagai sumber pendanaan program JKP lebih dar 3
(tiga) bulan berturut-turut dan terjadi Pemutusan
Hub.ungan Kerja, Pengusaha wajib membayar terlebih
dahulu manfaat uang tunai kepada Peserta.
LANJUTAN

8. Dalam hal Pengusaha telah melunasi seluruh tunggakan


iuran dan denda yang menjadi kewajibannya, Pengusaha
dapat meminta penggantian manfaat uang tunai yang telah
dibayarkan kepada BPJS Ketenagakerjaan paling lama 3 (tiga)
bulan sejak Pengusaha membayar hak Peserta.

9. BPJS Ketenagakerjaan wajib membayar penggantian manfaat


uang tunai paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak surat
permintaan dan dokumen pendukung diterima secara lengkap dan
benar oleh BPJS Ketenagakerjaan.
KADALUWARSA HAK MANFAAT
Hak JKP
atas manfaat JKP hilang jika Pekerja sbb:

a. tidak mengajukan permohonan klaim manfaat JKP selama 3


(tiga) bulan sejak terjadi PHK;
b. telah mendapatkan pekerjaan; atau
c. meninggal dunia.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian


manfaat JKP diatur dengan Peraturan Menteri.
SUMBER PENDANAAN JKP
Sumber pendanaan JKP berasal dari:

a. modal awal pemerintah:


merupakan dana awal yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara untuk pendanaan program
JKP.
1) bukan merupakan kekayaan negara yang dipisahkan.
2) Dana awal dapat digunakan dalam hal iuran program
yang diterima belum mencukupi untuk membayar
3) manfaat program.
lanjutan

b. rekomposisi iuran program jaminan sosial;

c. dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.

Dana operasional untuk JPK ini dapat digunakan untuk


pendanaan program JKP dalam hal iuran program yang diterima
dan dana awal belum mencukupi untuk membayar manfaat
program JKP.
PENYELESAIAN SENGKETA
1. Sengketa dalam penyelenggaraan program JKP antara Peserta dengan
BPJS Ketenagakerjaan dan/ atau antara Peserta dengan Pengusaha
dapat diselesaikan secara musyawarah oleh para pihak yang
bersengketa.
2. Dalam hal bipartit merupakan sengketa di bidang keperdataan dan
sengketa mengenai hak-hak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang
bersengketa dan sengketa yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan dapat diadakan perdamaian.
3. Dalam hal penyelesaian perdamaian tidak dpt terlaksana, maka
penyelesaian dilakukan melalui mediasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Dalam hal mekanisme mediasi tidak dapat terlaksana maka
penyelesaiannya dapat diajukan ke pengadilan negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang• undangan.
SANKSI ADMINISTRATIF
1. Pengusaha yang melanggar ketentuan Pasal 2 ayat (1), Pasal 6 ayat
(1), Pasal 8 ayat (1), Pasal 9, Pasal 23, Pasal 37 ayat (1), dan/atau Pasal 39
ayat (3) PP 37 Th 2021 dikenai sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis; dan
b. tidak mendapatkan pelayanan publik tertentu.
2. Pengenaan sanksi administratif tersebut dilakukan secara bertahap.
3. Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a merupakan
peringatan tertulis atas pelanggaran yang dilakukan oleh Pengusaha.
4. Menteri, menteri terkait, gubernur, bupati/walikota, atau pejabat yg ditunjuk
sesuai dg kewenangannya mengenakan sanksi adminsitratif kepada
pengusaha, yang berasal dari:
1) pengaduan;dan/atau
2) tindak lanjut hasil pengawasan ketenagakerjaan yg dituangkan dlm
Nota Pemeriksaan.
98

Anda mungkin juga menyukai