Anda di halaman 1dari 42

BUKU PANDUAN

JAMINAN

KESEHATAN

NASIONAL (JKN)

Kelompok 2 Kelas 1B
S.Tr Promosi Kesehatan
BUKU PANDUAN
JAMINAN

KESEHATAN

NASIONAL (JKN)
Kelompok 2 Kelas 1B
S.Tr Promosi Kesehatan
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur kami panjatkan selalu kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas Rahmat, Taufiq, dan Hidayah yang sudah diberikan
sehingga kami bisa menyelesaikan buku panduan yang berjudul
“Panduan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)” dengan tepat waktu.
Tujuan dari penulisan buku ini tidak lain adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Jaminan Kesehatan Nasional dengan dosen
pengampu Anggi Ardhiasthi, SKM, MPH sekaligus sebagai media
Promosi Kesehatan dalam menyebarluaskan informasi mengenai
panduan dalam Jaminan Kesehatan Nasional bagi mahasiswa lain
sampai masyarakat umum.

Buku ini juga akan memberikan informasi secara lengkap mengenai


pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pengertian Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, dasar hukum,
kepesertaan, penyelenggaran JKN, dan seputarnya.

Penulisan buku Panduan ini tidak bermaksud untuk menggantikan


buku-buku panduan yang telah diterbitkan selama ini. Hanya
bermaksud memberikan kemudahan kepada khalayak, dengan
mengambil intisari dari buku-buku panduan yang telah ada dan
menekankan isi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Panduan
ini diperuntukkan untuk khalayak umum, khususnya masyarakat
yang masih bingung mengenai JKN & BPJS. Besar harapan kami
Panduan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pengguna JKN,
serta seluruh golongan masyarakat sehingga dampak nyata serta
tujuan utama terselenggaranya JKN ini dirasakan oleh seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Tak lupa permohonan maaf dari kami
Tim Penyusun, apabila masih banyak terdapat kekurangan dan
kami terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun
untuk proses penyempurnaan buku panduan ini.

Malang, 2023
Tim Penyusun

DAFTAR ISTILAH
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Faskes : Fasilitas Kesehatan
Fasyankes : Fasilitas Layanan Kesehatan
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
PBI : Penerima Bantuan Iuran
PBPU : Pekerja Bukan Penerima Upah
PerMen : Peraturan Menteri
PerPres : Peraturan Presiden
PPU : Pekerja Penerima Upah
SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional
DJSN : Dewan Jaminan Sosial Nasional
Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Asabri : Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Askes : Asuransi Kesehatan
TNI : Tentara Nasional Indonesia
KPJ : Kartu Peserta Jamsostek
JHT : Jaminan Hari Tua
SRB : Surat Rujukan Balik
SEP : Surat Elijibitas Peserta
KB : Keluarga Berencana
KIPI : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
DPT-HB-Hib : Imunisasi pentavalen
Dukcapil : Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil
NIK : Nomor Induk Kependudukan
BCG : Bacillus Calmette–Guérin (vaksin untuk mencegah TBC)
BP : Bukan Pekerja
KIS : Kartu Indonesia Sehat
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Istilah
Daftar Isi
Pendahuluan

1. Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2


1.1 JKN 3
1.2 Mengapa Perlu JKN ? 4
1.3 Prinsip - prinsip Pelaksanaan JKN 5

2. Pengertian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 6


2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) 7
2.2 Pertanggungjawaban BPJS 8

3. Dasar Hukum 10
3.1 Undang - Undang (UU) Republik Indonesia 11
3.2 Peraturan Presiden (PerPres) Republik Indonesia 12
3.3 Peraturan dan Keputusan Setingkat Menteri 13
3.4 Peraturan Setingkat Badan Pelaksana 14

4. Kepesertaan 15
4.1 Pesesrta Bukan Penerima Bantuan Iuran (non PBI) 17
4.1.1 Pekerja Penerima Upah (PPU) 17
4.1.2 Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) 18
4.1.3 Bukan Pekerja (BP) 18
4.2 Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) 19

5. Sistem Rujukan 21
5.1 Pengertian Sistem Rujukan 22
5.2 Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan 22
5.3 Jenis - Jenis Rujukan 23
6. Penyelenggaraan JKN 25
6.1 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional 26
6.2 Alur Layanan JKN 27
6.2.1 Alur Rujuk Balik 28
6.3 Pembiayaan 29

7. Tanya Jawab Seputar BPJS 30

8. Kesimpulan 33

9. Referensi 35
PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan akses pelayanan
kesehatan yang berkualitas, aman, dan juga terjangkau.
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat,
maka kesehatan adalah hak bagi setiap warga masyarakat yang
dilindungi oleh Undang-Undang Dasar.

Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal


terbesar untuk mencapai kesejahteraan. Oleh karena itu,
perbaikan pelayanan kesehatan pada dasarnya merupakan suatu
investasi sumber daya manusia untuk mencapai masyarakat yang
sejahtera.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan akses pelayanan
kesehatan masyarakat dengan telah mengadakan program
Jaminan Kesehatan Nasional yang sudah diselenggarakan sejak
Januari 2014

Pelayanan kesehatan adalah salah satu hak mendasar masyarakat


yang diselenggarakan pemerintah sebagaimana telah
diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 28 H Ayat (1) setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan
mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.

Terdapat dua jenis pengguna Jaminan Kesehatan Nasional, yakni


pengguna yang menerima bantuan iuran setiap bulan dari
pemerintah dan pengguna yang membayar iuran setiap bulan
secara pribadi. Mereka berharap biaya tersebut sudah meliputi
seluruh kebutuhan medisnya. Penambahan biaya akan
memberatkan baik penerima bantuan iuran yang memang sudah
jelas merupakan masyarakat kurang mampu, maupun pengguna
yang membayar iuran setiap bulan secara pribadi. Mereka merasa
rugi jika masih harus membayar biaya tambahan padahal setiap
bulan mereka harus mengeluarkan biaya untuk iuran Jaminan
Kesehatan Nasional tersebut.

1
01
PENGERTIAN

JAMINAN

KESEHATAN

NASIONAL
1.1 Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN )
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program Pemerintah
yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang
menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat,
produktif dan sejahtera. JKN dikelola oleh BPJS (Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan dan sistemnya
menggunakan sistem asuransi. Bentuk layanan langsung dari pihak
pemerintah ini merupakan wujud dari aspirasi masyarakat terkait
program bantuan kesehatan.

Maka dari itu, seluruh lapisan masyarakat dapat mendaftarkan diri


untuk program tersebut. Hal ini pun tertera dalam Undang-undang
Dasar Republik Indonesia pasal Pasal 28 H ayat 3 yang berbunyi
“Setiap orang berhak atas Jaminan Sosial yang mendukung
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermanfaat”. JKN sendiri adalah sebuah program yang suda
mengintegrasikan seluruh jaminan kesehatan, seperti Askes, Asabri
untuk TNI, dan Jamsostek untuk guru dan pekerja yang dikelola
BPJS. Program JKN ini juga sudah mengubah beberapa ketentuan
lama, seperti jumlah anak yang ditanggung asuransi.

Dengan adanya JKN ini maka seluruh warga Indonesia


berkesempatan besar untuk memproteksi kesehatan mereka
dengan lebih baik. Dengan hanya menyisihkan sebagian kecil
uangnya, maka mereka pun akan mampu menjadi peserta dan
memperoleh manfaatnya. Semua rakyat miskin atau PBI (Penerima
Bantuan Iuran) akan ditanggung kesehatannya oleh pemerintah.
Dari sini maka tidak ada alasan lagi bagi rakyat miskin untuk
memeriksa penyakitnya ke fasilitas kesehatan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa perbedaan diantara keduanya ini adalah bahwa
JKN merupakan nama programnya, sedangkan BPJS merupakan
badan penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN
(Dewan Jaminan Sosial Nasional).

3
1.2 Mengapa perlu JKN?
Asurasi merupakan salah satu kebutuhan bagi sebagian orang. Pada
asuransi kesehatan, risiko pembiayaan yang besar ketika sakit,
dialihkan ke asuransi. Secara berkala, peserta asuransi bembayar
premi. Setiap bulan, triwulan, atau sesuai kontrak di polis. Premi
yang dibayarpun berbeda-beda. Tergantung fasilitas yang dijanjikan
perusahaan asuransi komersial. Tetapi asuransi kesehatan saja tidak
cukup.

Pertama, premi asuransi komersial relatif tinggi sehingga tidak


terjangkau bagi sebagian besar masyarakat. Kedua, manfaat yang
ditawarkan umumnya terbatas. Selain itu JKN bertujuan
memberikan perlindungan baik untuk diri sendiri, keluarga maupun
orang lain untuk mendapatkan kepastian jaminan kesehatan
sehingga diharapkan bisa meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan program
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) agar masyarakat mendapat
kepastian pelayanan kesehatan yang diperlukan Program ini untuk
menghindari beban ganda dan kesulitan pembiayaan yang
dihadapi masyarakat saat sakit.

1.3 Prinsip-prinsip pelaksanaan JKN


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) memounyai beberapa prinsip
yaitu :
1.Prinsip kegotongroyongan
prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu
peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang
sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang sehat membantu
yang sakit. Dengan demikian, melalui prinsip gotong-royong
jaminan sosial dapat menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
2.Nirlaba
prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil
pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi seluruh
peserta.
4
3. Keterbukaan
Prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan
jelas bagi setiap peserta.
4. Kehati-hatian
Prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib
5. Akuntabilitas
Prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
6. Portabilitas
Untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta
sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Kepesertaan wajib
Dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga
dapat terlindungi.
8. Dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan
kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam
rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
Hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar
kepentingan peserta.

5
02
PENGERTIAN

BADAN

PENYELENGGARA

JAMINAN SOSIAL

(BPJS)
2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

BPJS ialah suatu badan hukum yang dibentuk pemerintah untuk


memberikan Jaminan Kesehatan untuk seluruh warga negara
Indonesia. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yakni lembaga
khusus yang bertugas untuk menyelenggarakan jaminan kesehatan
dan ketenagakerjaan bagi masyarakat, PNS, serta pegawai swasta.
Program ini mulai diselenggarakan pada tahun 2014 melalui dasar
hukum Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011. Salah satu program
yang diadakan oleh BPJS adalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
JKN diselenggarakan melalui sistem asuransi, dimana masyarakat
wajib membayar iuran dalam jumlah ringan sebagai tabungan
untuk biaya perawatannya ketika sakit di masa depan.

Pada dasarnya, semua WNI wajib mengikuti program milik BPJS.


Termasuk di dalamnya adalah orang asing dan pekerja yang
berdomisili di Indonesia minimal 6 bulan serta membayar iuran.
BPJS Kesehatan akan menjadi solusi kesehatan bagi masyarakat
karena berbagai manfaat dan fasilitasnya. Manfaat yang didapat
oleh peserta BPJS kesehatan mencakup pelayanan pencegahan dan
pengobatan termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan medis.

Jenis-Jenis BPJS
Lembaga ini mengadakan dua jenis jaminan kesehatan. Agar lebih
memahaminya, penjabaran atas kedua program BPJS adalah
sebagai berikut:

1.BPJS Kesehatan
Seperti telah disinggung di atas tentang salah satu program BPJS
adalah asuransi di bidang kesehatan, atau biasa disebut Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Dasar hukum penyelenggaraannya yakni
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan keanggotaan peserta
ditandai dengan Kartu Indonesia Sehat (KIS), termasuk bagi mereka
penerima bantuan iuran dari pemerintah (PBI).

7
JKN memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif
melalui rujukan berjenjang tergantung pada indikasi medis pasien.
Adapun manfaat yang diberikan oleh keanggotaan BPJS adalah
sebagai berikut:
Mendapatkan penyuluhan kesehatan mengenai perilaku hidup
sehat maupun pengelolaan lingkungan hidup.
Hak tiap anak peserta BPJS adalah mendapatkan imunisasi
dasar yang meliputi BCG, DPT-HB, campak, dan polio.
Memperoleh layanan KB seperti kontrasepsi, konseling
kandungan, hingga tubektomi dan vasektomi.
Pemeriksaan untuk gagal ginjal, kanker, hingga bedah jantung.
Skrining kesehatan menurut risiko penyakit atau dampak
lanjutan.

2.BPJS Ketenagakerjaan
Program BPJS di bidan ketenagakerjaan adalah Jaminan Hari Tua
(JHT) yang pembayarannya ditanggung oleh pengusaha dan
pekerja. Tujuan JHT yakni memberikan penghargaan ketika
karyawan telah pensiun, mengalami cacat tetap, atau meninggal
dunia. Keanggotaannya ditandai dengan Kartu Peserta Jamsostek
(KPJ).

KPJ BPJS adalah tanda pengenal kepesertaan KPJ seseorang. Pada


pekerja perusahaan, biasanya keanggotaan mereka ditunjukkan
dengan 11 digit angka di atasnya. Sedangkan KPJ bagi mereka yang
bekerja di sektor non formal tanpa upah dari perusahaan
(pedagang, petani, nelayan, dan sebagainya) biasanya tidak disertai
nomor. Namun tenang saja, keduanya tetap terdaftar dalam sistem
BPJS.

2.2 Pertanggungjawaban BPJS


Pertanggungjawaban BPJS Kesehatan terhadap pelayanan asuransi
kesehatan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
dasar kesehatan masyarakat yang sehat dan layak sesuai dengan
standar kualitas pelayanan kesehatan.

8
Maka perlu sebuah perlindungan penduduk Indonesia dalam suatu
sistem asuransi sosial sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945 untuk menjamin kesehatan warga
negaranya agar dapat hidup sehat, produktif, serta sejahtera.
berdasarkan Pasal 17 UU SJSN, asuransi sosial merupakan program
pengumpulan iuran yang bersifat wajib bagi peserta, guna

memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko sosial


ekonomi yang sedang dihadapi. Dalam Undang-Undang SJSN,
mengatur mengenai tata cara penyelenggaraan program jaminan
sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.

UU BPJS Pasal 7 ayat (2) UU BPJS mengamanatkan BPJS


bertanggung jawab langsung ke Presiden, akan direvisi di RUU
Kesehatan, dengan ketentuan yaitu BPJS bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang merupakan


amanat konstitusi, tidak bisa dilaksanakan sendiri oleh BPJS
Kesehatan, namun perlu dukungan dari kementerian/lembaga
lainnya. Inpres No. 1 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Pelaksanaan
Program JKN yang melibatkan 30 kementerian/lembaga dan
pemda memposisikan BPJS bertanggung jawab langsung ke
Presiden, sehingga pelaksanaan program JKN memiliki check and
balanced system antara BPJS dan kementerian/lembaga. Bila BPJS
di bawah Menkes maka program JKN akan terancam tidak berjalan
dengan baik, yang dampaknya langsung kepada masyarakat.

9
03
DASAR

HUKUM
Landasan hukum dalam melaksanakan SJSN antara lain adalah:

3.1 Undang – Undang (UU) Republik Indonesia:


UUD 45 pasal 28 H :
1. Setiap Orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,

bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang

baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.


2. Setiap orang berhak mendapatkan kemudahan dan perlakuan

khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang

sama guna mencapai persamaan dan keadilan.


3. Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang

bermatabat.
UUD 45 pasal 34 :

1. Fakir miskin dan anak yang terlantar di pelihara oleh negara.


2. Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh

rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.


3. Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.


UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan

Sosial.

11
3.2 Peraturan Presiden (Perpres) Republik

Indonesia :
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2022

Tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Nasional
Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2020 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 Tentang

Jaminan Kesehatan
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2020 tentang Tata Kelola

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2019 tentang Perubahan

Atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 Tentang Jaminan

Kesehatan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2018

Tentang Jaminan Kesehatan


Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Perubahan

Ketiga Peraturan Presiden nomor 12 Jaminan Kesehatan


Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2016

Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 12

Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan


Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan

Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN


Peraturan Presiden No 108 Tahun 2013 Tentang Bentuk dan Isi
Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial
Peraturan Presiden No 109 Tahun 2013 tentang Penahapan

Kepesertaan Program Jaminan Sosial


Peraturan Presiden No 107 Tahun 2013 tentang Pelayanan

Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan


Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 tentang Perubahan

Peraturan Presiden No 12 Tahun 2013


Peraturan Presiden No 12 Tahun 2013 tentang Jaminan

Kesehatan

12
3.3 Peraturan dan Keputusan setingkat Menteri

Republik Indonesia:
Keputusan Menteri Kesehatan No. 326 Tahun 2013 tentang

Penyiapan Kegiatan Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

Nasional
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 206 Tahun 2013 tentang

Tatacara Penyediaan, Pencairan dan Pertanggungjawaban Dana

Iuran Jaminan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 71 Tahun 2013 tentang

Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)


Peraturan Menteri Keuangan No. 19 Tahun 2014 tentang

Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan untuk Jasa

Pelayanan Kesehatan dan Dukungan Biaya operasional Pada

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama milik Pemerintah Daerah


Peraturan Menteri Keuangan RI No. 28 Tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program JKN


Peraturan Menteri Keuangan RI No. 27 Tahun 2014 tentang

Petunjuk Teknis INA- CBGs


Peraturan Menteri Keuangan RI No. 59 Tahun 2014 tentang Tarif

JKN
Keputusan Menteri Sosial RI No. 170/HUK/2015 tentang Penerima

Bantuan Iuran 2016


Keputusan Menteri Kesehatan RI No. HK.02.02/Menkes/523/2015

tentang Formularium Nasional


Peraturan Menteri Keuangan No. 99 Tahun 2015 tentang

Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional


Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 Tentang Sistem Rujukan

Pelayanan Kesehatan Perorangan


Peraturan Menteri Kesehatan No. 69 th 2013 Tentang Tarif

Pelayanan Kesehatan Program Jaminan Kesehatan


Keputusan Menteri Kesehatan No. 046 Th 2014 Tentang TIM

Monitoring dan Evaluasi Penyelenggaraan JKN


Keputusan Menteri Kesehatan No. 328 Th 2013 Tentang

Formularium Nasional
Keputusan Menteri Kesehatan No. 455 Th 2013 Tentang Asosiasi

Fasilitas Kesehatan
13
3.4 Peraturan setingkat badan pelaksana:
Peraturan BPJS Kesehatan No. 2 Tahun 2014 tentang Unit

Pengendali Mutu dan Penanganan Pengaduan Peserta


Peraturan BPJS Kesehatan No. 3 Tahun 2014 tentang Kepatuhan
Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Tahun 2015 tentang Tata Cara

Pendaftaran dan Pembayaran Iuran Bagi Pekerja bukan

Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja


Peraturan Direksi BPJS Kesehatan No. 32 Tahun 2015 tentang

Petunjuk Teknis Tata Cara Pendaftaran dan Pembayaran Iuran

bagi PPU dan BP


Peraturan BPJS Kesehatan No. 1 Th 2014 Tentang

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan


Panduan Praktis Administrasi Klaim Faskes BPJS Kesehatan

UU serta peraturan-peraturan mengenai jaminan kesehatan cukup


beragam serta dinamis yang menyesuaikan dengan kondisi terkini
kebutuhan masyarakat. Meski belum seluruh permasalahan terkait
JKN dapat terpecahkan tetapi banyak mengalami perbaikan
menuju pelaksanaan yang lebih baik. Perbaikan ini terjadi mulai
dari tingkatan yang teratas hingga peraturan mengenai teknis
pelaksanaan, yang menjadi pegangan bagi populasi kunci untuk
dapat memenuhi hak-haknya terkait dengan jaminan kesehatan.
Oleh sebab itu akan selalu ada peraturan yang terbaru untuk
menyempurnakan sistem pelayanan JKN demi keuntungan
masyarakat.

14
04
KEPESERTAAN
Kepersertaan

DIBAYAR OLEH
PEKERJA PENERIMA PEMBERI KERJA DAN
UPAH (PPU) PEKERJA

PEKERJA BUKAN
PENERIMA UPAH
(PBPU) DIBAYAR OLEH
Bukan Penerima
PESERTA YANG
Bantuan BERSANGKUTAN
(Non PBI)
BUKAN PEKERJA (BP)

FAKIR MISKIN
DIBAYAR OLEH
PEMERINTAH
ORANG TIDAK
Penerima Bantuan (PBI) MAMPU

Perpres RI No. 111 Tahun 2013 Pasal 6 menyatakan: Kepesertaan


Jaminan Kesehatan bersifat wajib dan mencakup seluruh
penduduk Indonesia. Di dalam UU SJSN diamanatkan bahwa
seluruh penduduk wajib menjadi peserta jaminan kesehatan
termasuk Warga Negara Asing (WNA) yang tinggal di Indonesia
lebih dari enam bulan.

Untuk menjadi peserta harus membayar iuran jaminan kesehatan.


Bagi yang mempunyai upah/gaji, besaran iuran berdasarkan
persentase upah/gaji yang dibayar oleh pekerja dan pemberi kerja.
Bagi yang tidak mempunyai gaji/upah besaran iurannya ditentukan
dengan nilai nominal tertentu, sedangkan bagi masyarakat miskin
dan tidak mampu membayar iuran maka iurannya ditanggung oleh
pemerintah.
16
4.1 Peserta Bukan Penerima Bantuan (Non PBI)
4.1.1 Pekerja Penerima Upah (PPU)
Pekerja penerima upah (PPU) adalah setiap orang yang bekerja
pada pemberi kerja dengan menerima upah atau gaji:

Pegawai Negeri Sipil


Anggota TNI/ Polri
Pejabat Negara
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
Pekerja yang tidak termasuk di atas yang menerima upah.

Anggota Keluarga Yang Ditanggung

Peserta PPU meliputi istri/suami yang sah dan maksimal 3 (tiga)


orang anak, dengan kriteria:

Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai


penghasilan sendiri;
Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25
(dua puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.

Apabila anak ke-1 (kesatu) sampai dengan anak ke-3 (ketiga) sudah
tidak ditanggung, maka status anak tersebut dapat digantikan oleh
anak berikutnya sesuai dengan urutan kelahiran dengan jumlah
maksimal yang ditanggung adalah 3 (tiga) orang anak yang sah.

Jika Suami Istri Sama-Sama Pekerja

Suami istri yang merupakan Pekerja, keduanya wajib di daftarkan


sebagai Peserta PPU oleh pemberi kerjanya dan membayar iuran.
Suami, istri dan anak dari Peserta PPU berhak memilih kelas
perawatan tertinggi.

17
Bagi pekerja yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
atau disabilitas tetap terdapat mekanisme yang telah diatur yaitu:

Bagi pekerja yang dalam masa enam bulan tidak mampu kembali
bekerja akan dimasukkan dalam kategori PBI sedangkan yang
dalam jangka waktu enam bulan dapat bekerja kembali dapat
memperpanjang status dan melanjutkan pembayaran iuran.

4.1.2 Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)


Pekerja bukan penerima upah (PBPU) adalah setiap orang yang
bekerja atau berusaha atas risiko sendiri. Termasuk WNA yang
bekerja di Indonesia paling singkat enam bulan.

Notaris/Pengacara/LSM dan sebagainya


Dokter praktik swasta/Bidan swasta dan sebagainya
Pedagang/Penyedia Jasa dan sebagainya
Petani/Peternak/Nelayan dan sebagainya
Pekerja Mandiri lainnya

4.1.3 Bukan Pekerja (BP)


Investor
Pemberi kerja
Penerima pensiun
Veteran
Perintis kemerdekaan (Janda, duda dan anak yatim dari veteran
atau perintis kemerdekaan)
Bukan pekerja yang tidak termasuk kriteria di atas yang mampu
membayar iuran

Pendaftaran bagi Peserta PBPU atau Peserta BP yang dilakukan


secara sendiri-sendiri, pembayaran Iuran pertama dapat dilakukan
setelah 14 (empat belas) hari kalender sejak pendaftaran dan
dinyatakan layak berdasarkan verifikasi pendaftaran dan selambat-
lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran melalui
mekanisme auto debit.

18
4.2 Peserta Penerima Bantuan (PBI)
Peserta Penerima Bantuan Jaminan Kesehatan (PBI) adalah Peserta
yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu yang iurannya
dibayarkan oleh Pemerintah.

Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai


sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata
pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau
keluarganya.

1. Fakir miskin dan orang tidak mampu yang terdaftar.


2. Fakir miskin dan orang tidak mampu yang belum terdaftar.

Fakir miskin dan orang tidak mampu yang belum terdaftar terdapat
di dalam lembaga kesejahteraan sosial maupun di luar lembaga
kesejahteraan sosial yang terdiri atas:

Gelandangan
Pengemis
Perseorangan dari komunitas adat terpencil
Perempuan rawan sosial ekonomi
Korban tindak kekerasan
Pekerja migran bermasalah sosial
Masyarakat miskin akibat bencana alam dan sosial pasca
tanggap darurat
Perseorangan penerima manfaat lembaga kesejahteraan sosial
Penghuni rumah tahanan/lembaga pemasyarakatan
Penderita thalassemia mayor
Penderita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Peserta program keluarga harapan menggunakan kartu
keluarga harapan
Penerima bantuan langsung sementara masyarakat
Perseorangan penerima program beras miskin

19
Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah yang hanya mampu memenuhi
kebutuhan dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran
Jaminan Kesehatan bagi dirinya dan keluarganya.

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan harus memenuhi


syarat:
a. WNI
b. Memiliki NIK yang terdaftar di Dukcapil
c. Terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial

Kepesertaan PBI berlaku terhitung sejak didaftarkan oleh


Kementerian Kesehatan berdasarkan Penetapan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Sosial kecuali
untuk bayi yang dilahirkan dari ibu kandung dari keluarga yang
terdaftar sebagai PBI otomatis sebagai peserta, sebagaimana
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Prosedur Pendaftaran Peserta

Mendaftarkan PBI
Pemerintah Jaminan Kesehatan

Mendaftarkan dirinya
Pemberi Kerja dan pekerjanya BPJS

Pekerja Bukan Mendaftarkan dirinya


Penerima Upah dan anggota keluarganya

20
05
SISTEM
RUJUKAN
5.1 Pengertian Sitem Rujukan

Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan merupakan penyelenggaraan


pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang
kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal yaitu unit-
unit yang setingkat.

Sistem rujukan mengatur alur dari mana dan harus ke mana


seseorang yang mempunyai masalah kesehatan tertentu untuk
memeriksakan kesehatannya.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara


berjenjeng sesuai dengan kebutuhan medis :
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama oleh FKTP
2. Jika memerlukan pelayanan spesialis, maka dirujuk ke faskes
tingkat kedua (faskes TK hanya bisa menerima rujukan dari
FKTP)
3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.

5.2 Jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Faskes Primer)


Merupakan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh
puskesmas, klinik / dokter umum.
2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Kedua. Merupakan pelayanan
kesehatan spesialistik oleh dokter spesialis / oleh dokter gigi
spesialis.
3. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan, yaitu Klinik Utama, Rumah
Sakit Khusus, Rumah Sakit Umum.

22
5.3 Jenis - Jenis Rujukan
1. Rujukan Horizontal
Adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam
satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas,peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara
atau menetap.

2. Rujukan Vertikal
Adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang
lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke


tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila:
Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik;
Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas,
peralatan dan/atau ketenagaan.

Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke


tingkatan pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila:


Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya.
kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertana atau
kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut.
Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani
oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan
untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan jangka
panjang; dan/ atau.
Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana,
prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

23
3. Rujukan Parsial
Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke
pemberi pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian
perawatan pasien di Faskes tersebut. Rujukan parsial dapat berupa:
1. Pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang
atau tindakan.
2. Pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang.
Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka
penjaminan pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

24
06
PENYELENGGARAAN

JKN
6.1 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mempunyai multi manfaat,
secara medis dan maupun non medis. Ia mempunyai manfaat
secara komprehensive; yakni pelayanan yang diberikan bersifat
paripurna mulai dari preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Seluruh pelayanan tersebut tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya
iuran bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan bagi
upaya kesehatan perorangan (personal care).

Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan


kesehatan dan Manfaat non medis meliputi akomodasi dan
ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan.

Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah


komprehensive sesuai kebutuhan medis. Dengan demikian
pelayanan yang diberikan bersifat paripurna (preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya
premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan dalam
konteks upaya kesehatan perorangan (personal care).

Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif


namun masih ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar
(hearing aid), alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan
korset). Sedangkan yang tidak dijamin meliputi:
Tidak sesuai prosedur
Pelayanan diluar Faskes Yg bekerjasama dng BPJS
Pelayanan bertujuan kosmetik
General check up, pengobatan alternatif
Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, Pengobatan
Impotensi
Pelayanan Kesehatan Pada Saat Bencana
Pasien Bunuh Diri /Penyakit Yg Timbul Akibat Kesengajaan
Untuk Menyiksa Diri Sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba

26
6.2 Alur Layanan JKN

Sesuai dengan bagan alur layanan yang ada peserta melakukan


pemeriksaan pada fasilitas layanan tingkat pertama, dan jika
diperlukan rujukan maka akan diberikan Surat Rujukan kepada
fasilitas layanan sekunder / tersier tergantung layanan yang
dibutuhkan. Akan tetapi dalam kondisi darurat peserta dapat
langsung menuju rumah sakit / layanan kesehatan sekunder / tersier

Mekanisme pelayanan rujukan berjenjang mengacu pada :


Permenkes 001 tahun 2012
Pedoman Sistem Rujukan Nasional
Pedoman BPJS Kesehatan

27
6.2.1 Alur Rujuk Balik
Sebelum mendapatkan pelayanan PRB, peserta harus
mendaftarkan diri sebagai peserta aktif PRB dengan cara:

1. Pendaftaran pada petugas “Pojok PRB” dengan menunjukkan:


a) Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan
b) Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis
c) Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan
d) Lembar resep obat/salinannya
2. Peserta mengisi form pendaftaran peserta PRB
3. Peserta menerima buku control Peserta PRB
Setelah itu, pasien berhak mendapatkan pelayanan obat PRB,
dengan cara:

1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP):


a) Lakukan kontrol kesehatan di FKTP dengan menunjukan
identitas peserta BPJS, SRB, dan buku kontrol peserta PRB

b) Dokter FKTP melakukan pemeriksaan, memberikan resep obat


rujuk balik yang tercantum di buku kontrol peserta PRB
2. Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan untuk pelayanan obat PRB
a) Peserta menyerahkan resep dari Dokter FKTP
b) Peserta mennjukkan SRB, SEP dan Buku Kontrol Peserta
3. Pelayanan obat rujuk balik diberikan tiga kali berturut-turut
selama 3 bulan di FKTP, setelah 3 bulan peserta dirujuk kembali ke
FKRTL (Rumah Sakit) untuk dilakukan evaluasi oleh Dokter
Spesialis/Sub Spesialis
4. Jika hasil evaluasi peserta dinyatakan masih terkontrol stabil
kondisinya, maka pelayanan PRB dapat dilanjutkan dengan
memberikan SRB baru kepada peserta.
5. Jika hasil evaluasi peserta dinyatakan tidak stabil, maka peserta
dirujuk kembali ke Dokter Spesialis/Sub Spesialis.

28
6.3 Pembiayaan

Saat ini, tengah dilakukan improvement model dan sistem


pembiayaan diantaranya Kapitasi Berbasis Komitmen Pelayanan
(KBKP), hospital-value base, dan global budget. Kapitasi Berbasis
Komitmen Pelayanan adalah sistem pembayaran kapitasi kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) berdasarkan
pemenuhan atau pencapaian empat indikator yang diterapkan
sebagai upaya peningkatan kualitas pelayanan peserta di FKTP.

Adapun keempat indikator tersebut adalah angka kontak, rasio


rujukan rawat jalan kasus non spesialistik, rasio peserta prolanis
rutin berkunjung ke FKTP. Untuk metode hospital-value base sistem
pembayaran yang dinilai menggunakan indikator value yang
mewakili kebutuhan pasien, pembayar, rumah sakit dan regulator.
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) dengan value
yang baik dapat memperoleh insentif sedangkan jika memperoleh
value yang tidak baik akan memperoleh disinsentif.

Sedangkan, metode global budget adalah cara pembayaran klaim


ke rumah sakit berdasarkan kepada anggaran yang dihitung secara
keseluruhan. Proses administrasinya pun terbilang mudah sehingga
dapat meningkatkan kemampuan rumah sakit untuk membuat
keputusan yang rasional dalam memaksimalkan sumber daya yang
tersedia. Selain itu, ada semacam fleksibilitas bagi rumah sakit
untuk melakukan realokasi biaya pelayanan kesehatan sesuai
dengan prioritas kebutuhannya.

29
07
07
TANYA JAWAB

SEPUTAR BPJS
T : Bagaimana jika kartu peserta hilang?
J : Peserta harus segera melaporkannya ke pihak BPJS Kesehatan
dengan mendatangkan diri ke kantor cabang terdekat. Jangan lupa
untuk membawa dokumen berikut ini:
1. Surat pernyataan hilang bermaterai dari yang bersangkutan.
2. Menunjukkan KTP atau Kartu Keluarga yang berlaku.

T : Apakah bisa bila peserta ingin pindah kelas rawatan ke yang lebih
tinggi?
J : Ya, bisa. Hanya saja peserta harus menanggung selisih biaya yang
dibebankan kepada peserta.

T : Apakah peserta BPJS Kesehatan bisa melakukan perubahan


data?
J : Ya Bisa. Setiap peserta BPJS Kesehatan bisa merubah data
kepesertaannya dengan alasan pindah tempat kerja, pindah tempat
tinggal, pindah faskes, perubahan golongan kepangkatan, status
kepegawaian, perubahan susunan keluarga, dan pengurangan
peserta.
Perubahan data ini dilakukan langsung di kantor cabang BPJS
Kesehatan terdekat.

T : Bagaimana nasib BPJS Kesehatan jika peserta meninggal dunia?


J : Status kepesertaan BPJS Kesehatan berlaku seumur hidup. Tapi
bila perserta meninggal dunia maka status BPJS Kesehatan bisa
dihapus. Tetapi tidak bisa dihapus secara otomatis, harus melalui
pengajuan penghapusan anggota. Jadi anggota keluarga perlu
melakukan laporan kepada pihak BPJS Kesehatan.

T : Bagaimana cara mendapatkan kartu jika mendaftar secara


online?
J : Kartu didapatkan dengan cara cetak sendiri melalui aplikasi
mobile JKN.

31
T : Bagaimana jika tidak dapat masuk aplikasi mobile JKN karena
ganti nomor handphone?
J : Jika ganti nomor handphone dan tidak dapat masuk aplikasi
mobile JKN maka hubungi call center BPJS kesehatan di nomor 165,
proses cepat.

T : Apakah pemeriksaan THT juga ditanggung BPJS Kesehatan?


J : BPJS Kesehatan menanggung pemeriksaan THT dengan syarat
dan ketentuan yang berlaku, seperti:
Pasien harus melakukan pemeriksaan terlebih dahulu oleh
dokter umum yang berada di faskes 1
Jika dokter umum memberikan indikasi medis yang
mengharuskan pasien untuk ditangani lebih lanjut oleh dokter
THT, maka faskes 1 tersebut akan mengeluarkan surat rujukan ke
rumah sakit lanjutan yang menyediakan pelayanan THT yang
tentunya juga bekerjasama dengan BPJS.

T : Apa itu JKN dan BPJS Kesehatan dan apa bedanya?


J : JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang
merupakan kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang
sistemnya menggunakan sistem asuransi. Artinya, seluruh warga
Indonesia nantinya wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya
untuk jaminan kesehatan di masa depan. Untuk rakyat miskin atau
PBI (Penerima Bantuan Iuran) ditanggung kesehatannya oleh
pemerintah.
Sementara BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial. BPJS ini adalah perusahaan asuransi yang kita kenal
sebelumnya sebagai PT Askes. Begitupun juga BPJS
Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan
Sosial Tenaga Kerja).
Antara JKN dan BPJS tentu berbeda. JKN merupakan nama
programnya, sedangkan BPJS merupakan badan penyelenggaranya
yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial
Nasional).

32

08
KESIMPULAN
Kesimpulan

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program kesehatan yang


sangat baik bagi seluruh masyarakat Indonesia di mana sistem
pembiayaan kesehatan menjamin tersedianya akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan dan memberikan perlindungan
kepada mereka terhadap risiko keuangan.

Dengan prinsip portabilitas dan prinsip gotong royong diharapkan


seluruh masyarakat bisa dan mampu mengakses layanan kesehatan
di manapun di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
tanpa adanya perbedaan terhadap pemeriksaan maupun obat-
obatan yang dibutuhkan.

Dengan skema pembiayaan yang saling menunjang di mana pihak


yang mampu membantu pihak yang kurang mampu, pemerintah
bermaksud menciptakan rasa kesatuan dan persatuan dalam
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat.

Walaupun sampai dengan saat ini dalam proses dan praktiknya


masih banyak terjadi kendala-kendala teknis di lapangan yang
menyebabkan keengganan sebagian masyarakat untuk
berpartisipasi dalam JKN, sehingga diharapkan proses perbaikan-
perbaikan terus dilakukan dan untuk inilah dibutuhkan
pemahaman akan JKN dan peran aktif masyarakat untuk
memberikan masukan serta mengawasi proses proses yang ada di
lapangan.

Harapan ke depan adalah terciptanya masyarakat Indonesia yang


mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau dapat terwujud.

34
09
REFERENSI
Referensi
Suprianto, Arip, and Dyah Mutiarin. "Evaluasi Pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional." Journal of Governance and Public
Policy 4.1 (2017): 71-107.
Khariza, Hubaib Alif. Program Jaminan Kesehatan Nasional
(Studi Deskriptif Tentang Faktor-Faktor Yang Dapat
Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Program Jaminan
Kesehatan Nasional Di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya). Diss.
UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015.
Hadiyati, I., Sekarwana, N., Sunjaya, D. K., & Setiawati, E. P. (2017).
Konsep kualitas pelayanan kesehatan berdasar atas ekspektasi
peserta jaminan kesehatan nasional. Majalah Kedokteran
Bandung, 49(2), 102-109.
Figueras J, McKee M, penyunting. Health system, health, wealth
and societal wellbeing. New York: McGraw-Hill; 2012
Omachonu VK, Einspruch NG. Innovation in healthcare delivery
systems: a conceptual framework. Public Sector Innovation J.
2010;15(1):2–16.
https://bit.ly/3JRnBjA
https://bit.ly/3lkvp47
https://bit.ly/3JvT9tS
https://bit.ly/3LRfogX

36

Anda mungkin juga menyukai