Anda di halaman 1dari 9

Manfaat BPJS Ketenagakerjaan tentu beragam.

Namun, sebelum membahas lebih jauh tentang


manfaat hingga cara pembayaran BPJS Ketenagakerjaan, mari kenali dulu apa itu BPJS
Ketenagakerjaan.

BPJS Ketenagakerjaan atau biasa disebut juga BP Jamsostek ini merupakan transformasi dari PT
Jamsostek (Persero) yang merupakan badan hukum yang disediakan untuk masyarakat dengan
tujuan memberikan perlindungan sosial kepada seluruh tenaga kerja di Indonesia dari risiko
sosial ekonomi tertentu. Mekanisme dari penyelenggaraan BP Jamsostek ini pun menggunakan
mekanisme asuransi sosial. 

BP Jamsostek telah berjalan secara aktif sejak 1 Juli 2015. Fokus dari program ini adalah para
tenaga kerja atau pegawai, baik sipil maupun swasta. Maka, sebagai salah satu program
pemerintah, setiap perusahaan diimbau untuk mendaftarkan pegawainya ke program BPJS
Ketenagakerjaan. Sehingga setiap tenaga kerja dapat jaminan sosial yang mereka butuhkan. 

Secara sederhana manfaat dari BPJS Ketenagakerjaan ini adalah untuk memberikan
perlindungan terhadap tenaga kerja Indonesia, baik yang bekerja secara formal maupun
nonformal. Di dalamnya terdapat jenis-jenis program seperti:

 Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)


 Program Jaminan Hari Tua (JHT)
 Program Jaminan Pensiun (JP)
 Program Jaminan Kematian (JKM)

Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)


Info Lengkap Tentang Program Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Aturan pokok Jaminan Sosial di Indonesia yakni Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional mengenal 5 (lima) jenis program jaminan sosial meliputi: jaminan kesehatan,
jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian. Jaminan
Kecelakaan Kerja merupakan perlindungan yang sangat penting dimiliki khususnya pada saat
pekerja/buruh mengalami kecelakaan kerja, kondisi yang tidak diinginkan oleh siapapun? Berikut
ulasannya.

1. Apa yang dimaksud dengan Jaminan Kecelakaan Kerja?


2. Apa saja lingkup kecelakaan kerja?
3. Siapa saja yang dapat menjadi peserta program Jaminan Kecelakaan Kerja?
4. Apakah perusahaan wajib mendaftarkan pekerja dalam program Jaminan Kecelakaan
Kerja?
5. Apa saja manfaat yang bisa didapat oleh peserta penerima upah dari Jaminan Kecelakaan
Kerja?
6. Bagaimana ketentuan pendaftaran, besarnya iuran, serta tata cara pembayaran iuran bagi
peserta Jaminan Kecelakaan Kerja? Apakah ada perbedaan antara Penerima Upah, Bukan
Penerima Upah, dan Pekerja Migran Indonesia?
7. Kapan kecelakaan kerja harus dilaporkan/diklaim kepada pihak BPJS Ketenagakerjaan? 
Apakah ada masa klaim kadaluarsa?
8. Bagaimana tata cara pengajuan Jaminan Kecelakaan Kerja? 
9. Bagaimana apabila perusahaan tidak mendaftarkan pekerja  dalam program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK)? Apa yang dapat dilakukan oleh pekerja?

APA YANG DIMAKSUD DENGAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA?

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian (PP 44/2015), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) adalah manfaat
berupa uang tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang diberikan pada saat peserta mengalami
kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja.

Pada prinsipnya jaminan ini melindungi agar pekerja yang tidak mampu bekerja akibat kecelakaan kerja,
menjadi disabilitas, atau mengalami sakit akibat kerja tetap dijamin kehidupannya dan memperoleh hak-
haknya sebagai pekerja seperti sebelum terjadi kecelakaan kerja atau mengalami sakit akibat kerja.

APA SAJA LINGKUP KECELAKAAN KERJA?

Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja, termasuk kecelakaan yang
terjadi dalam perjalanan dari rumah menuju tempat kerja atau sebaliknya dan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.

SIAPA SAJA YANG DAPAT MENJADI PESERTA PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA?

Pasal 5 PP 44/2015 mengatur, peserta program JKK terdiri dari:

1) Peserta penerima Upah yang bekerja pada Pemberi Kerja selain penyelenggara negara, meliputi:

a. Pekerja pada perusahaan

b. Pekerja pada orang perseorangan, dan

c. Orang asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.

2) Peserta bukan penerima Upah, meliputi:

a. Pemberi Kerja

b. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri, dan

c. Pekerja bukan penerima upah selain pekerja di luar hubungan kerja/mandiri


APAKAH PERUSAHAAN WAJIB MENDAFTARKAN PEKERJA DALAM
PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA?

Ya. Setiap perusahaan wajib mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta dalam program JKK pada
BPJS Ketenagakerjaan. Baik perusahaan skala usaha besar, menengah, kecil dan mikro yang
bergerak dibidang usaha jasa konstruksi yang mempekerjakan pekerja harian lepas, borongan,
dan perjanjian kerja waktu tertentu.

APA SAJA MANFAAT YANG BISA DIDAPAT OLEH PESERTA PENERIMA


UPAH DARI JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK)?

Manfaat program JKK  menjadi semakin baik  karena adanya perubahan  peningkatan manfaat
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 82 Tahun 2019 tentang perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian (PP 82/2019). Manfaat yang diberikan, antara lain;

1. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan sesuai kebutuhan medis yang meliputi :

a. Pemeriksaan dasar dan penunjang.

b. Perawatan tingkat pertama dan lanjutan.

c. Rawat inap kelas I Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Pemerintah Daerah, atau Rumah
Sakit swasta yang setara.

d. Perawatan intensif

e. Penunjang diagnostik

f. Penanganan, termasuk komorbiditas dan komplikasi yang berhubungan dengan kecelakaan


kerja dan penyakit akibat kerja;

g. Pelayanan khusus;

h. Alat kesehatan dan implant;

i. Jasa dokter / medis;

j. Operasi;

k. Pelayanan darah;

l. Rehabilitasi medik;
m. Perawatan di rumah (homecare) diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Diberikan kepada peserta yang tidak memungkinkan melanjutkan pengobatan ke rumah sakit
karena keterbatasan fisik dan/atau kondisi geografis;

2) Diberikan berdasarkan rekomendasi dokter;

3) Dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan;

4) Diberikan maksimal 1 (satu) tahun dengan batasan biaya paling banyak sebesar Rp.
20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

n. Pemeriksaan diagnostik dalam penyelesaian kasus penyakit akibat kerja.

2. Santunan berupa uang meliputi:

a. Penggantian biaya transportasi dengan rincian:

1) Transportasi darat, sungai atau danau maksimal sebesar Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah);

2) Transportasi laut maksimal sebesar Rp. 2.000.000,00 (dua juta rupiah);

3) Transportasi udara maksimal sebesar Rp. 10.000.000,00; dan

4) Jika menggunakan lebih dari 1 (satu) angkutan maka berhak atas biaya paling banyak dari
masing-masing angkutan yang digunakan.

b. Santunan sementara tidak mampu bekerja (STMB) dengan rincian sebagai berikut:

1) 6 (enam) bulan pertama diberikan sebesar 100% (seratus persen) dari upah;

2) 6 (enam) bulan kedua diberikan sebesar 100% (seratus persen) dari upah;

3) 6 (enam) bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari upah.

c. Santunan Cacat, meliputi:

1) Cacat sebagian anatomis sebesar % sesuai tabel cacat x 80 x upah sebulan;

2) Cacat sebagian fungsi sebesar % berkurangnya fungsi x % sesuai tabel cacat x 80 x upah
sebulan;

3) Cacat total tetap sebesar 70% x 80 x upah sebulan.

d. Santunan kematian sebesar 60% x 80 x upah sebulan, paling sedikit sebesar santunan kematian
JKM.
e. Biaya pemakaman sebesar Rp. 10.000.000,00.

f. Santunan berkala diberikan jika peserta mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia
akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja dan dibayarkan sekaligus sebesar Rp.
12.000.000 (dua belas juta rupiah).

g. Rehabilitasi berupa alat bantu (orthose) dan/atau alat ganti (prothese) bagi peserta yang
anggota badannya hilang atau tidak berfungsi akibat Kecelakaan Kerja untuk setiap kasus dengan
patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah ditambah
40% (empat puluh persen) dari harga tersebut serta biaya rehabilitas medik.

h. Penggantian biaya gigi tiruan maksimal Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah).

i. Penggantian alat bantu dengar maksimal Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah).

j. Penggantian biaya kacamata maksimal Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

k. Beasiswa untuk paling banyak 2 (dua) orang anak peserta dan diberikan jika peserta
mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Diberikan berkala setiap tahun sesuai dengan tingkat pendidikan anak dengan rincian sebagai
berikut:

a) Pendidikan TK sebesar Rp. 1.500.000,00/orang/tahun, maksimal 2 (dua) tahun;

b) Pendidikan SD/sederajat sebesar Rp. 1.500.000,00/orang/tahun, maksimal 6 (enam) tahun;

c) Pendidikan SMP/sederajat sebesar Rp. 2.000.000,00/orang/tahun, maksimal 3 (tiga) tahun;

d) Pendidikan SMA/sederajat sebesar Rp. 3.000.000,00/orang/tahun, maksimal 3 (tiga) tahun;

e) Pendidikan tinggi maksimal Strata 1 (S1) atau pelatihan sebesar Rp.


12.000.000,00/orang/tahun, maksimal 5 (lima) tahun.

2) Pengajuan klaim beasiswa dilakukan setiap tahun.

3) Bagi anak dari peserta yang belum memasuki usia sekolah sampai dengan sekolah di tingkat
dasar pada saat peserta meninggal dunia atau mengalami cacat total tetap, beasiswa diberikan
pada saat anak memasuki usia sekolah.

4) Beasiswa berakhir pada saat anak peserta mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun atau
menikah atau bekerja.
3. Program Kembali Kerja (Return To Work)

Program Return To Work (RTW) merupakan pemberian manfaat program Jaminan Kecelakaan
Kerja (JKK) secara menyeluruh, mulai dari pelayanan Kesehatan, rehabilitasi dan pelatihan kerja
agar peserta dapat bekerja Kembali dan diberikan dengan ketentuan:

a. Diberikan bagi peserta yang mengalami kecacatan akibat kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja.

b. Pemberi Kerja tertib membayar iuran.

c. Ada rekomendasi dari Dokter Penasehat bahwa peserta perlu difasilitasi dalam Program
Kembali Kerja (Return To Work)

c. Pemberi Kerja dan Peserta bersedia menandatangani surat persetujuan mengikuti Program
Kembali Kerja.

BAGAIMANA KETENTUAN PENDAFTARAN, BESARNYA IURAN, SERTA


TATA CARA PEMBAYARAN IURAN BAGI PESERTA JAMINAN
KECELAKAAN KERJA? APAKAH ADA PERBEDAAN ANTARA
PENERIMA UPAH, BUKAN PENERIMA UPAH, DAN PEKERJA MIGRAN
INDONESIA? 

Ketentuan pendaftaran, besarnya iuran, serta tata cara pembayaran iuran bagi peserta penerima
upah, bukan penerima upah, dan pekerja migran Indonesia, berbeda-beda. Perbedaannya dapat
dilihat dalam tabel berikut: 

Pekerja Migran
Keterangan Penerima Upah Bukan Penerima Upah
Indonesia
Manfaat berupa uang
tunai dan/atau pelayanan
Manfaat yang diterima oleh Kesehatan yang
peserta adalah pelayanan diberikan pada saat
kesehatan (perawatan dan peserta Pekerja Migran
Manfaat yang diterima oleh
pengobatan) sesuai Indonesia (PMI)
peserta adalah pelayanan
kebutuhan medis, santunan mengalami kecelakaan
Bentuk kesehatan (perawatan dan
berupa uang dan Program pada saat sebelum
Manfaat pengobatan) sesuai
Kembali Bekerja (Return to bekerja, selama bekerja
kebutuhan medis, dan
work). dan setelah bekerja,
santunan berupa uang.
termasuk kecelakaan
yang terjadi dalam
perjalanan dari rumah
menuju tempat kerja atau
sebaliknya.
Pihak yang Perusahaan Dapat dilakukan secara Perusahaan Penempatan
perorangan atau melalui
Pekerja Migran
Melakukan wadah, atau kelompok
Indonesia (P3MI) atau
Pendaftaran tertentu yang dibentuk oleh
PMI yang bersangkutan
peserta
Pihak yang
Dapat dilakukan secara
Melakukan Perusahaan Penempatan
perorangan atau melalui
Pelaporan Pekerja Migran
Perusahaan wadah, atau kelompok
adanya Indonesia (P3MI) atau
tertentu yang dibentuk oleh
Perubahan PMI yang bersangkutan
peserta
Data
Dikelompokkan dalam 5
 Calon pekerja
(lima) kelompok tingkat
migran (CPMI)
risiko lingkungan kerja:
melalui
perusahaan,
 Kelompok  I (tingkat
membayar Rp.
resiko sangat
370.000 sebelum
rendah) 0,24% x
berangkat ke
upah kerja sebulan
negara tujuan,
 Kelompok II
untuk 31 bulan
(tingkat resiko Besar iuran disesuaikan
perlindungan
rendah) 0,54% x dengan penghasilan peserta
Jaminan
upah kerja sebulan masing-masing, dengan
Kecelakaan Kerja
 Kelompok III perhitungan iuran antara
Besar Iuran dan Jaminan
(tingkat resiko yang paling rendah sebesar
Kematian.
sedang) 0,89% x Rp. 10.000 hingga yang
upah kerja sebulan paling tinggi sebesar Rp.
 Kelompok IV 207.000/bulan
(tingkat resiko
 CPMI
tinggi)1,27% x upah
Perseorangan
kerja sebulan
sebesar Rp.
 Kelompok V
332.500 dibayar
(tingkat resiko
sekaligus
sangat tinggi) 1,74%
sebelum
x upah kerja
berangkat.
sebulan.

Upah yang  Upah sebulan, yaitu - -


dijadikan terdiri atas upah
dasar pokok dan tunjangan
menghitung tetap
iuran  Untuk upah harian,
upah sebulan
dihitung dari upah
sehari dikalikan 25
 Untuk upah
borongan dihitung
dari upah rata-rata 3
bulan atau 12 bulan
terakhir

 Dibayarkan oleh
peserta yang
bersangkutan atau
 Dibayarkan oleh melalui wadah, atau
perusahaan paling kelompok tertentu
lambat tanggal 15 yang dibentuk oleh
Pembayaran iuran
bulan peserta, paling
Cara program JKK
 Bila tanggal tersebut lambat tanggal 15
Pembayaran dibayarkan sebelum
jatuh pada hari libur, bulan
Iuran keberangkatan ke negara
iuran dibayarkan  Bila tanggal
tujuan.
pada hari kerja tersebut jatuh pada
berikutnya. hari libur, iuran
dibayarkan pada
hari kerja
berikutnya.

Perusahaan dikenakan Tidak ada denda namun Tidak ada denda namun
Terlambat
denda sebesar 2% dari iuran ada manfaat JKK yang ada manfaat JKK yang
Mengiur
yang harus dibayarkan tidak dapat diberikan tidak dapat diberikan

KAPAN KECELAKAAN KERJA HARUS DILAPORKAN/DIKLAIM


KEPADA PIHAK BPJS KETENAGAKERJAAN? APAKAH ADA MASA
KLAIM KADALUARSA?

Ada. Pasal 26 PP 82/2019 mengatur hak untuk menuntut manfaat JKK akan gugur atau hilang
apabila telah melewati waktu 5 (lima) tahun sejak kecelakaan kerja terjadi atau sejak penyakit
akibat kerja didiagnosis. Sebelumnya melalui PP 44/2015 dibatasi hanya 2 (dua) tahun. Aturan 5
tahun dianggap lebih melindungi mengingat dampak penyakit akibat kerja yang biasanya baru
diketahui atau dirasakan dalam jangka panjang.

BAGAIMANA TATA CARA PENGAJUAN JAMINAN KECELAKAAN


KERJA?

Apabila terjadi kecelakaan kerja pengusaha wajib melakukan hal-hal berikut: 

1. Mengisi form BPJS Ketenagakerjaan 3 (laporan kecelakaan tahap I) dan mengirimkan


kepada BPJS Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 Jam terhitung sejak terjadinya
kecelakaan.
2. Setelah tenaga kerja dinyatakan sembuh/meninggal dunia oleh dokter yang merawat,
pengusaha wajib mengisi form 3a (laporan kecelakaan tahap II) dan dikirim kepada BPJS
Ketenagakerjaan tidak lebih dari 2 x 24 jam sejak tenaga kerja dinyatakan
sembuh/meninggal. Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan akan menghitung dan membayar
santunan dan ganti rugi kecelakaan kerja yang menjadi hak tenaga kerja/ahli waris.
3. Form BPJS Ketenagakerjaan 3a berfungsi sebagai pengajuan permintaan pembayaran
jaminan disertai bukti-bukti:

a. Fotokopi kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan

b. Surat keterangan dokter yang merawat dalam bentuk form BPJS Ketenagakerjaan 3b atau 3c

c. Kwitansi biaya pengobatan dan perawatan serta kwitansi pengangkutan

BAGAIMANA APABILA PERUSAHAAN TIDAK MENDAFTARKAN


PEKERJA  DALAM PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA (JKK)?
APA YANG DAPAT DILAKUKAN OLEH PEKERJA?

Dalam hal perusahaan tidak mendaftarkan pekerja dalam program JKK, pekerja dapat
melaporkan perusahaan kepada BPJS Ketenagakerjaan. Selanjutnya BPJS Ketenagakerjaan akan
melakukan pengawasan dan perusahaan akan dikenakan kewajiban membayar kekurangan
pembayaran sesuai manfaat JKK. Selain itu perusahaan juga dapat dikenai sanksi administratif,
berupa: 

1. Teguran tertulis
2. Denda, dan/atau
3. Tidak mendapat pelayanan publik tertentu, meliputi

a. Pelayanan perizinan terkait usaha

b. Izin yang diperlukan dalam mengikuti tender proyek

c. Izin mempekerjakan tenaga kerja asing

d. Izin perusahaan penyedia jasa pekerja atau buruh,  atau

e. Izin mendirikan bangunan 

Sanksi administratif tersebut di atas, juga dikenakan pada perusahaan yang tidak melaporkan
perubahan data pekerjanya (bila ada), terjadi kekurangan pembayaran iuran JKK karena
perusahaan melaporkan upah tidak sesuai dengan upah yang diterima pekerja, tidak
membayarkan iuran JKK sama sekali, atau tidak melaporkan terjadinya kecelakaan kerja kepada
BPJS Ketenagakerjaan (pasal 59 PP 44/2015)

Anda mungkin juga menyukai