Anda di halaman 1dari 16

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI KESEHATAN :

RANGKUMAN
REGULASI TERKAIT SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

Pengajar :

Prof. Dr. drg. Mardiati Nadjib, M.Sc


Dr. Atik Nurwahyuni, SKM, MKM

Penulis :
Dr. May Rabiulyati
2206118625

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINSTRASI RUMAH SAKIT
DEPOK
MEI 2023

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


RANGKUMAN
REGULASI TERKAIT SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

PENDAHULUAN
Negara menjamin setiap masyarakat atas jaminan sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar
dan meningkatkan martabat demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan
makmur. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berdasarkan asas kemanusian, manfaat, dan
keadilan bagi seluruh rakyat. SJSN juga berdasarkan prinsip kegotong-royongan, nirlaba,
keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, dimana kepesertaan bersifat wajib, dan dana
amanat, serta hasil pengelolaan dana ini dimanfaatkan seluruhnya bagi pengembangan program
dan kepentingan peserta (1).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dibentuk berdasarkan Undang-Undang,
meliputi Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK),
Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN),
Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ASABRI), dan Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES). Selain
badan penyelenggara, juga Dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional yang bertanggung jawab
pada Presiden dan bertugas merumuskan kebijakan umum serta sinkronisasi penyelenggaraan
SJSN ini. Dewan ini bertugas membuat kajian dan penelitian tentang penyelenggaraan jaminan
sosial dan mengusulkan kebijakan kepada Pemerintah terkait investasi dana jaminan sosial
nasional, serta mengusulkan besaran anggaran jaminan sosial dan memastikan tersedianya
anggaran operasional. Kewenangannya melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
program ini. Komponen Dewan ini diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 pada pasal 8 hingga
12. Adapun jenis program jaminan sosial terdiri atas jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, hari tua,
pensiun, dan kematian (1).

PEMBAHASAN
Program Jaminan Sosial
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas. Dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, baik promotif,

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial. Tujuannya menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pelayanan kesehatan dan santunan uang tunai apabila seorang pekerja mengalami
kecelakaan kerja atau menderita penyakit akibat kerja. Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap
di rumah sakit, maka kelas pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar (1).
Besarnya pembayaran kepada fasilitas kesehatan untuk setiap wilayah ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara BPJS dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut.
Pembayaran ke fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15
(lima belas) hari sejak permintaan pembayaran diterima. Sehingga BPJS perlu mengembangkan
sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas jaminan kesehatan(1).
Jaminan hari tua diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau
tabungan wajib. Penyelenggaraan bertujuan menjamin peserta menerima uang tunai apabila
memasuki masa pensiun, mengalami cacat total tetap, atau meninggal dunia. Besarnya manfaat
jaminan hari tua ditentukan berdasarkan seluruh akumulasi iuran yang telah disetorkan ditambah
hasil pengembangannya dan pembayaran manfaat jaminan hari tua dapat diberikan sebagian
sampai batas tertentu setelah kepesertaan mencapai minimal 10 (sepuluh) tahun. Apabila peserta
meninggal dunia, ahli warisnya yang sah berhak menerima manfaat jaminan hari tua tersebut (1).
Jaminan pensiun diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial atau
tabungan wajib. Bertujuan mempertahankan derajat kehidupan yang layak saat peserta kehilangan
atau berkurang penghasilannya karena memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.
Jaminan ini diselenggarakan berdasarkan manfaat pasti, berwujud uang tunai yang diterima setiap
bulan sampai peserta meninggal dunia; atau menikah lagi untuk janda/duda; atau sampai anak
sebagai ahli waris peserta mencapai usia 23 (dua puluh tiga) tahun, bekerja, atau menikah; atau
sesuai peraturan perundang-undangan untuk orang tua peserta (1).
Jaminan kematian diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.
Diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan santunan kematian yang dibayarkan kepada
ahli waris peserta yang meninggal dunia, paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah klaim diterima
dan disetujui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (1).

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


Kepesertaan dan iuran
Peserta program jaminan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) terdiri atas
peserta penerima upah, baik yang bekerja pada pemberi kerja penyelenggara negara maupun
selainnya; dan peserta bukan penerima upah. Pemberi kerja penyelenggara negara wajib
mendaftarkan pekerjanya dalam program jaminan kecelakaan kerja, program jaminan hari tua,
program jaminan pensiun, dan program jaminan kematian secara bertahap kepada BPJS
Ketenagakerjaan, untuk program jaminan kecelakaan kerja dan jaminan kematian paling lambat
tanggal 1 Juli 2015, dan untuk program jaminan hari tua dan program jaminan pensiun paling
lambat tahun 2029 (2).
Penahapan kepesertaan untuk pekerja yang bekerja pada pemberi kerja selain
penyelenggara negara yaitu berdasarkan skala usaha yang terdiri atas usaha besar, usaha
menengah, usaha kecil, dan usaha mikro mulai tanggal 1 Juli 2015 juga wajib mendaftarkan
pekerjanya kepada BPJS Ketenagakerjaan untuk mengikuti program jaminan kecelakaan kerja,
program jaminan hari tua, program jaminan pensiun, dan program jaminan kematian secara
bertahap (2).
Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran, yaitu orang fakir
miskin dan tidak mampu, begitu juga para pemberi kerja mendaftarkan dirinya dan pekerjanya
dengan membayar iuran. Jika pemberi Kerja secara nyata tidak mendaftarkan pekerjanya kepada
BPJS Kesehatan, pekerja yang bersangkutan berhak mendaftarkan dirinya. Penduduk yang belum
termasuk sebagai Peserta Jaminan Kesehatan dapat diikutsertakan dalam program BPJS Kesehatan
oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah daerah kabupaten/kota (3).
Setiap Pekerja Bukan Penerima Upah wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya
secara sendiri-sendiri atau berkelompok sebagai Peserta Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan
dengan membayar iuran. Pekerja yang belum terdaftar pada BPJS Kesehatan, Pemberi Kerja wajib
bertanggung jawab pada saat Pekerjanya membutuhkan pelayanan kesehatan sesuai dengan
Manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan (3).
Setiap peserta akan mendapat nomor identitas tunggal bagi dirinya maupun keluarganya.
Peserta diberikan manfaat dan informasi tentang program jaminan sosial ini dan berkewajiban
membayar iuran rutin yang besarnya berdasarkan persentase dari upah atau jumlah nominal
tertentu. Besarnya iuran ditetapkan untuk setiap jenis secara berkala. Iuran Jaminan Kesehatan
bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dibayar oleh Pemerintah. Bagi penduduk yang didaftarkan

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


oleh Pemerintah Daerah, iuran sebesar Rp 19.225,00 ( sembilan belas ribu dua ratus dua puluh
lima rupiah) per orang per bulan, yang dibayar oleh Pemerintah Daerah. Peserta Pekerja Penerima
Upah iuran sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan, 3% (tiga persen) dibayar oleh
Pemberi Kerja dan 2% (dua persen) oleh Pekerja yang terdiri atas Pegawai Negeri Sipil, Anggota
TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri dan bagi
Peserta Pekerja Selain pekerja tersebut, ketentuanya 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi
Kerja; dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta. Bagi bukan Penerima Upah dan Peserta bukan
Pekerja, iuran dibayarkan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan. Besaran Iuran Jaminan
Kesehatan tersebut ditinjau paling lama 2 (dua) tahun sekali yang ditetapkan dengan Peraturan
Presiden (3).
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 20l8 tentang Jaminan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 165) diubah, missal terkait
iuran bagi peserta PBI Jaminan Kesehatan dan penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah
yaitu sebesar Rp42.000,00 (empat puluh dua ribu rupiah) per orang per bulan, mulai berlaku pada
tanggal 1 Agustus 2019. Iuran bagi Peserta PPU yang terdiri atas Pejabat Negara, pimpinan dan
anggota Dewan Perwakilan Ralryat Daerah, PNS, Prajurit, Anggota Polri, kepala desa dan
perangkat desa, dan Pekerja/pegawai menjadi sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per
bulan dibayar dengan ketentuan 4% (ernpat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1% (satu
persen) dibayar oleh Peserta (4).
Iuran dibayarkan secara langsung oleh Pemberi Kerja kepada BPJS Kesehatan melalui kas
negara kecuali bagi kepala desa dan perangkat desa. Batas paling tinggi Gaji atau Upah per bulan
yang digunakan sebagai dasar perhitungan besaran Iuran bagi Peserta PPU sebesar
Rp12.000.000,00 (dua belas juta rupiah). Batas paling rendah Gaji atau Upah per bulan yang
digunakan sebagai dasar perhitungan besaran Iuran bagi Peserta PPU untuk pegawai swasta
sebesar upah minimum kabupaten/kota. Jika Pemerintah Daerah tidak menetapkan upah minimum
kabupaten/ kota, maka yang menjadi dasar perhitungan besaran Iuran yaitu sebesar upah minimum
provinsi (4).
Iuran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Peserta Bukan Pekerja (BP)
sebesar Rp42.000,00 (empat puluh dua ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan
di ruang perawatan Kelas III. Iuran Rp110.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah) per orang per bulan
dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II. Iuran Rp 160.000,00 (seratus enam puluh

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


ribu rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I. Besaran
Iuran tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2020. Pemerintah Pusat memberikan bantuan
pendanaan Iuran kepada Pemerintah Daerah sebesar Rp19.000,00 (sembilan belas ribu rupiah) per
orang per bulan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sejak bulan Agustus
sampai dengan bulan Desember 2019 (4).
Iuran bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dibayar oleh Pemerintah Pusat. Pemerintah
Daerah berkontribusi dalam membayar luran bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan untuk menjamin
keberlangsungan dan kesehatan keuangan Jaminan Kesehatan. Besaran Iuran bagi Pescrta PBPU
dan BP dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III yaitu sama dengan besaran Iuran
bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan di mana untuk tahun 2020 sebesar Rp25.500,00 (dua puluh
lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dibayar Peserta PBPU dan Peserta BP atau pihak
lain atas nama peserta. Iuran sebesar Rp16.500,00 (enam belas ribu lima ratus rupiatr) per orang
per bulan dibayar oleh Pemerintah Pusat sebagai bantuan iuran kepada Peserta PBPU dan Peserta
BP. Iuran bagian Peserta PBPU dan Peserta BP atau pihak lain atas nama Peserta sebesar
Rp25.500,00 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan yang sebelumnya
dibayarkan oleh Pemerintah Daerah sebagai bagian dari penduduk yang didaftarkan oleh
Pemerintah Daerah, berdasarkan Peraturan Presiden ini dibayarkan oleh Pemerintah Daerah (5).
Mulai tahun 202l dan tahun berikutnya sebesar Rp35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah)
per orang per bulan dibayar oleh Peserta PBPU dan Peserta BP atau pihak lain atas nama Peserta
dan sebesar Rp7.000,00 (tujuh ribu rupiah) per orang per bulan dibayar oleh Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah sebagai bantuan Iuran kepada Peserta PBPU dan Peserta BP, dan iuran Peserta
PBPU dan Peserta BP atau pihak lain atas nama Peserta sebesar Rp35.000,00 (tiga puluh lima ribu
rupiah) per orang per bulan tersebut, dapat dibayarkan oleh Pemerintah Daerah sebagian atau
seluruhnya (5).
Iuran bagi Peserta PBPU dan Peserta BP dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan
Kelas II sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) dan perawatan Kelas I yaitu sebesar
Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) per orang per bulan dibayar oleh Peserta PBPU dan
Peserta BP atau pihak lain atas nama peserta, mulai tanggal 1 Juli 2020. Iuran bagi bayi baru lahir
dibayarkan oleh peserta atau pihak lain atas nama peserta paling lama 28 (dua puluh delapan) hari
sejak dilahirkan (5).

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


Peserta warga negara Indonesia yang tinggal di luar negeri sekurang-kurangnya selama 6
(enam) bulan berturut-turut dapat menghentikan kepesertaannya sementara, tetapi yang
bersangkutan tidak mendapatkan Manfaat. Saat kembali ke Indonesia wajib melapor ke BPJS
Kesehatan dan membayar Iuran paling lambat 1 (satu) bulan setelah kembali serta berhak
mendapat Manfaat(5).
Selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya atas kelas yang lebih
tinggi dari haknya dapat dibayar oleh (6):
a. Peserta yang bersangkutan;
b. Pemberi Kerja; atau
c. asuransi kesehatan tambahan. dikecualikan bagi:
a. PBI Jaminan Kesehatan; dan
b. Peserta yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah
Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan oleh Pemberi Kerja selain
penyelenggara negara, dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total
iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, yang dibayarkan bersamaan
dengan total iuran yang tertunggak oleh Pemberi Kerja. Jika lebih dari 3 (tiga) bulan, penjaminan
dapat diberhentikan sementara. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan
Pekerja, keterlambatan dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua persen) per bulan dari
total iuran yang tertunggak paling banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang dibayarkan bersamaan
dengan total iuran yang tertunggak. Jika lebih dari 6 (enam) bulan, penjaminan dapat diberhentikan
sementara (3).
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan Iuran Jaminan Kesehatan sesuai
dengan besar Gaji atau Upah Pekerja pada daftar, dan kelebihan atau kekurangan pembayaran
iuran tersebut, diberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat
14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran dan diperhitungkan dengan pembayaran iuran
bulan berikutnya (3). Dana Jaminan Sosial yang terkumpul wajib dikelola dan dikembangkan oleh
BPJS secara optimal dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian,
keamanan dana, dan hasil yang memadai. Tidak diperkenankan subsidi silang antarprogram,
seperti membayarkan manfaat suatu program dari dana program lain. Pemerintah dapat melakukan
tindakan khusus guna menjamin terpeliharanya tingkat kesehatan keuangan BPJS (1).

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


Instruksi Presiden Pada Jajarannya
Berdasarkan Instruksi Presiden RI Nomor 1 Tahun 2022 dalam rangka optimalisasi
pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional, peningkatan akses pelayanan kesehatan yang
berkualitas, dan untuk menjamin keberlangsungan program Jaminan Kesehatan Nasional, Presiden
mengintruksikan Menteri Kesehatan melakukan evaluasi, pengkajian, dan penyempurnaan
regulasi terkait pelayanan kesehatan dalam program Jaminan Kesehatan, mempercepat
penyelesaian standardisasi pelayanan melalui Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran;
memastikan tenaga kesehatan yang menjalankan praktik atau yang ditugaskan pada program
pemerintah merupakan peserta aktif dalam program Jaminan Kesehatan Nasional; menjamin
ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional dengan
mengacu pada formularium nasional dan kompendium alat kesehatan bersama Pemerintah Daerah;
menjamin ketersediaan sarana dan prasarana pada fasilitas pelayanan kesehatan serta sumber daya
manusia di bidang kesehatan bersama Pemerintah Daerah; menyempurnakan sistem tarif
pelayanan kesehatan sesuai prinsip kendali mutu dan kendali biaya dalam program Jaminan
Kesehatan Nasional; melakukan interoperabilitas sistem secara penuh antar sistem informasi
program Jaminan Kesehatan Nasional pada Kementerian Kesehatan dan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
memprioritaskan pelayanan promotif dan preventif perorangan dalam manfaat program Jaminan
Kesehatan Nasional; dan meningkatkan implementasi koordinasi antar- penyelenggara jaminan
untuk mengoptimalkan peran asuransi Badan Usaha Milik Negara/swasta (7).
Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan diintruksikan untuk memastikan
Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional mendapatkan akses pelayanan 8 esehatan yang
berkualitas melalui pemberian identitas Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional;
meningkatkan advokasi, kampanye, dan sosialisasi (public education) program Jaminan Kesehatan
Nasional, termasuk hak-hak Peserta: meningkatkan kerja sama dengan pemangku kepentingan
dalam rangka meningkatkan pelayanan pendaftaran, mengembangkan kemudahan pendaftaran dan
pembayaran iuran program Jaminan Kesehatan Nasional; meningkatkan upaya penegakan
kepatuhan pendaftaran dan penyampaian data Peserta, serta upaya penagihan dan kepatuhan
pembayaran iuran program Jaminan Kesehatan Nasional); meningkatkan kerja sama dengan
pemangku kepentingan dalam rangka penegakan sanksi pelayanan kesehatan dan terlaksananya
program Jaminan Kesehatan Nasional yang optimal; meningkatkan perluasan kerja sama dengan

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


fasilitas pelayanan kesehatan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; melakukan pengkajian dan evaluasi regulasi serta pengembangan inovasi
untuk perbaikan implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional guna menjamin
keberlangsungan dan peningkatan kualitas program Jaminan Kesehatan Nasional: melaksanakan
pemadanan data kepesertaan dengan Kementerian/Lembaga penyedia data Peserta dalam rangka
meningkatkan akurasi dan validitas data Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional: dan
melakukan kerja sama dengan Kementerian Keuangan dalam penagihan piutang iuran Peserta
program Jaminan Kesehatan Nasional setelah dilakukan upaya penagihan optimal oleh BPJS
Kesehatan, melakukan interoperabilitas kesehatan secara penuh antar program Jaminan Kesehatan
Nasional pada Kementerian Kesehatan dan BPJS, serta menyediakan data dan informasi melalui
akses kesehatan informasi program Jaminan Kesehatan Nasional kepada Dinas Kesehatan dalam
rangka pengambilan kebijakan di bidang kesehatan di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; mengoptimalkan jaminan yang memprioritaskan pelayanan kesehatan dan
preventif perorangan dalam manfaat program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan
kebijakan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan, dan meningkatkan implementasi
koordinasi antar- penyelenggara jaminan untuk mengoptimalkan peran asuransi Badan Usaha
Milik Negara/swasta (7).
Para Gubernur juga mendapatkan instruksi untuk kesehatan dan menetapkan regulasi serta
mengalokasikan anggaran untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional
di wilayahnya, memastikan seluruh Pelayanan Terpadu Satu Pintu mensyaratkan kepesertaan aktif
program Jaminan Kesehatan Nasional sebagai salah satu kelengkapan dokumen pengurusan
perizinan berusaha dan pelayanan kesehatan, memastikan setiap penduduk yang berada di
wilayahnya terdaftar sebagai Peserta aktif program Jaminan Kesehatan Nasional), mendorong
Peserta Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara di lingkungan instansi Pemerintah Daerah
Provinsi untuk mendaftarkan anggota keluarga yang lain menjadi Peserta aktif dalam program
Jaminan Kesehatan Nasional dalam segmen Pekerja Penerima Upah Penyelenggara Negara,
memastikan seluruh pekerja termasuk pegawai pemerintah dengan status non-Aparatur Sipil
Negara di wilayahnya merupakan Peserta aktif dalam program Jaminan Kesehatan Nasional,
memastikan Bupati/Wali Kota mendaftarkan Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai Peserta
aktif dalam program Jaminan Kesehatan Nasional, memastikan perencanaan, penganggaran dan
pembayaran kontribusi iuran Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan sesuai kapasitas

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


kesehatan daerah, melakukan pengalokasian anggaran dan pembayaran iuran dan bantuan iuran
penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi sebagai Peserta Pekerja Bukan
Penerima Upah dan Bukan Pekerja dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 3, serta
pengalokasian anggaran dan pembayaran bantuan iuran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Bukan Pekerja dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 3, memastikan
Bupati/Wali Kota mengalokasikan anggaran dan membayar iuran dan bantuan iuran bagi
penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sebagai Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 3,
serta mengalokasikan anggaran dan membayar bantuan iuran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Bukan Pekerja dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas 3, memastikan
anggota dewan komisaris/dewan pengawas, anggota direksi, dan karyawan beserta anggota
keluarga dari Badan Usaha Milik Daerah beserta anak perusahaannya merupakan Peserta aktif
dalam program Jaminan Kesehatan Nasional, menjamin ketersediaan obat dan alat kesehatan bagi
Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional di wilayahnya dengan mengacu pada formularium
nasional dan alat Kesehatan. Kementerian Kesehatan menjamin ketersediaan sarana dan prasarana
pada fasilitas pelayanan kesehatan serta sumber daya di bidang kesehatan di wilayahnya.
Kementerian Kesehatan, melaksanakan pengenaan sanksi administratif tidak mendapatkan
pelayanan publik tertentu kepada Pemberi Kerja selain Penyelenggara Negara dan setiap orang
selain Pemberi Kerja, pekerja dan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang tidak
memenuhi kewajibannya dalam program Jaminan Kesehatan Nasional sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang- undangan, dan meningkatkan pembinaan dan pengawasan kepada
Bupati/Wali Kota dalam rangka pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (7).

Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah fasilitas
kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk
keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk Puskesmas atau yang setara harus memiliki surat izin
operasional; Surat Izin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
bagi Apoteker, dan Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; surat pernyataan kesediaan mematuhi
ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional; dan sertifikat akreditasi (8).
Persyaratan kerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan untuk
rumah sakit kelas D pratama atau yang setara harus memiliki surat izin operasional, Surat Izin
Praktik (SIP) bagi dokter/dokter, gigi dan Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja (SIP/SIK) bagi
tenaga kesehatan lain, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan, perjanjian kerja sama dengan
jejaring (jika diperlukan), surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan
Jaminan Kesehatan Nasional, dan sertifikat akreditasi (4).
Kepala FKTP menyampaikan rencana pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN tahun
berjalan kepada Kepala SKPD Dinas Kesehatan, mengacu pada jumlah peserta yang terdaftar di
FKTP dan besaran kapitasi JKN, sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Kepala Daerah menetapkan Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP atas usul Kepala SKPD
Dinas Kesehatan melalui PPKD. Bendahara membuka Rekening Dana Kapitasi JKN yang
ditetapkan oleh Kepala Daerah. BPJS Kesehatan melakukan pembayaran dana kapitasi kepada
FKTP milik Pemerintah Daerah didasarkan pada jumlah peserta yang terdaftar di FKTP sesuai data
dari BPJS Kesehatan. Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN pada FKTP milik
Pemerintah Daerah yang belum menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD. Kepala FKTP
menyampaikan laporan realisasi pendapatan dan belanja kepada Kepala SKPD Dinas Kesehatan
dengan melampirkan surat pernyataan tanggung jawab. PPKD selaku BUD menerbitkan Surat
Pengesahan Pendapatan dan Belanja (SP2B) FKTP. PPK-SKPD dan PPKD melakukan
pembukuan atas pendapatan dan belanja FKTP berdasarkan SP2B. Kepala FKTP bertanggung
jawab secara formal dan material atas pendapatan dan belanja dana kapitasi JKN, dan disajikan
dalam Laporan Keuangan SKPD dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Kepala SKPD Dinas
Kesehatan dan Kepala FKTP melakukan pengawasan secara berjenjang terhadap penerimaan dan
pemanfaatan dana kapitasi oleh Bendahara Dana Kapitasi JKN pada FKTP. Dana kapitasi JKN di
FKTP dimanfaatkan seluruhnya untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan. ditetapkan sekurang-kurangnya 60% (enam puluh persen) dari total
penerimaan dana kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya operasional
pelayanan Kesehatan (9).
Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai untuk Peserta Jaminan
Kesehatan pada fasilitas Kksehatan berpedoman pada daftar dan harga obat, alat kesehatan, dan

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


bahan medis habis pakai yang disusun secara transparan dan akuntabel oleh komite nasional yang
terdiri atas unsur Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPJS Kesehatan,
asosiasi profesi, perguruan tinggi dan tenaga ahli. Dan ditetapkan oleh Menteri dituangkan dalam
Formularium Nasional dan Kompendium Alat Kesehatan (1).

Standar Tarif
Tarif Indonesian-Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG adalah
besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan
prosedur, meliputi seluruh sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis
maupun nonmedis (10).
Tarif Non INA-CBG merupakan tarif di luar tarif paket INA-CBG untuk beberapa jenis
pelayanan tertentu dengan proses pengajuan klaim dilakukan secara terpisah dari tarif INA-CBG.
mencakup tarif untuk pelayanan: (10)
a. administrasi pelayanan;
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis dasar di unit gawat darurat;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;
d. tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non-bedah sesuai dengan indikasi medis;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk untuk pemberian sekurang-kurangnya 7
(tujuh) hari obat penyakit kronis;
f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
g. rehabilitasi medis; h. rehabilitasi psikososial sesuai indikasi medis dengan terapi medis;
i. pelayanan darah, termasuk kantung darah;
j. pelayanan pemulasaran jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan, tidak
termasuk peti jenazah;
k. pelayanan kontrasepsi meliputi: 1) pelayanan KB pascapersalinan; 2) KB pascakeguguran; 3)
pemasangan/pencabutan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Implan interval dengan
indikasi medis; 4) tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW) interval dengan indikasi medis; dan
5) penanganan komplikasi penggunaan kontrasepsi;
l. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), untuk pemasangan pertama;
m. perawatan inap non-intensif; dan

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


n. perawatan inap di ruang intensif. tidak termasuk pelayanan yang telah dibiayai oleh pemerintah
pusat.
Tarif INA-CBG terdiri atas tarif rawat jalan dan tarif rawat inap, dengan 5 (lima)
kelompok tarif yaitu: (10)
1. Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit
Khusus yang terdiri atas Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Rumah
Sakit Kanker Dharmais, Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita, dan Rumah Sakit
Pusat Otak Nasional Prof Dr.dr. Mahar Mardjono.
2. Rumah sakit pemerintah dan swasta kelas A;
3. Rumah sakit pemerintah dan swasta kelas B;
4. Rumah sakit pemerintah dan swasta kelas C; dan
5. Rumah sakit pemerintah dan swasta kelas D.
Tarif INA- CBG terdiri dari 5 (lima) regional yaitu: (10)
1. Regional 1 meliputi Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan DKI.
2. Regional 2 meliputi Nusa Tenggara Barat, Bengkulu, Sulawesi Tengah, Kalimantan Barat,
Lampung, Banten, Sumatera Barat, Bali, dan Sumatera Utara;
3. Regional 3 meliputi Sulawesi Tenggara, Jambi, Sulawesi Barat, dan Gorontalo;
4. Regional 4 meliputi Kalimantan Selatan, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, dan Sumatera Selatan; dan
5. Regional 5 meliputi Sulawesi Selatan, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua
Pegunungan, Papua, Papua Barat Daya, Aceh, Kepulauan Bangka Belitung, Sulawesi
Utara, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Maluku Utara.
Penentuan kelompok Tarif INA-CBG pelayanan sesuai kekhususan pada rumah sakit
khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 didasarkan pada sumber daya manusia, disiplin
ilmu, golongan umur, organ, atau jenis penyakit. Pada pasal 31 (1) Tarif rawat jalan pada FKRTL
berupa klinik utama atau yang setara, berlaku kelompok tarif rumah sakit kelas D. Tarif rawat inap
di FKRTL berupa klinik utama atau yang setara, diberlakukan tarif sebesar 70% (tujuh puluh
persen) sampai dengan 100% (seratus persen) dari standar tarif INA-CBG untuk kelompok rumah
sakit kelas D, yang besarannya sesuai kesepakatan antara BPJS Kesehatan bersama dengan
Asosiasi Fasilitas Kesehatan (10).

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


Tarif Non INA-CBG merupakan tarif untuk beberapa pelayanan tertentu meliputi: a.
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD); b. pelayanan imunohistokimia untuk kanker
payudara dan limfoma non hodgkin; c. pemeriksaan Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR)
untuk kanker paru; d. obat penyakit kronis; e. PET scan; f. obat kemoterapi; g. obat alteplase;
jdih.kemkes.go.id -21- h. kantong darah; i. ambulans; dan j. alat bantu Kesehatan (10).
BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan atas
pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
diterima lengkap dan wajib membayar ganti rugi kepada Fasilitas Kesehatan sebesar 1% (satu
persen) dari jumlah yang harus dibayarkan untuk setiap 1 (satu) bulan keterlambatan (10).

BPJS
BPJS sebagai badan hukum publik menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugasnya dalam bentuk pengelolaan program tahunan kepada Presiden dengan tembusan kepada
DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya, khusus untuk BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Periode laporan dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Laporan pengelolaan program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dipublikasikan dalam bentuk
ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media
massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun
berikutnya. dimaksudkan untuk menilai kinerja BPJS, memenuhi prinsip keterbukaan dalam
pengelolaan program jaminan sosial, dan memperbaiki kinerja BPJS. Isi laporan pengelolaan
program paling sedikit memuat pendahuluan, aspek kelembagaan, aspek penyelenggaraan
program, aspek keuangan, laporan tindak lanjut hasil pengawasan, dan penutup (11).

Monitoring dan Evaluasi


Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri bertanggung jawab dalam
penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment), pertimbangan klinis (clinical
advisory), penghitungan standar tarif, dan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan Jaminan Kesehatan (3).

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


Pelayanan Kesehatan Tertentu
Pelayanan Kesehatan Tertentu adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dalam
rangka memberikan dukungan kesehatan untuk kegiatan operasional dan tugas pokok dan fungsi
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
yang tidak dijamin oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan kepada Anggota TNI,
PNS Kemhan, dan Pegawai Negeri pada Polri diberikan pelayanan 15 esehatan tertentu dan
dukungan kesehatan untuk kegiatan operasional Kemhan, TNI, dan Polri yang tidak dijamin oleh
BPJS Kesehatan (12).
Pelayanan kesehatan tertentu untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Kemhan meliputi
pelayanan kesehatan preventif, pelayanan pemeriksaan kesehatan berkala anggota TNI dan PNS
Kemhan, pelayanan pemeriksaan kesehatan calon peserta rehabilitasi terpadu penyandang cacat
personel Kemhan dan TNI, pelayanan kesehatan rehabilitasi kecacatan personel Kemhan dan TNI,
pelayanan pemeriksaan kesehatan calon PNS Kemhan, dan pelayanan pemeriksaan kesehatan
pengembangan PNS Kemhan (12).
Pelayanan kesehatan tertentu TNI meliputi pelayanan kesehatan anggota TNI yang
berkaitan dengan kegiatan operasional, dan pemberian dukungan kesehatan TNI, pemberian
dukungan kesehatan operasi TNI, pemeriksaan kesehatan anggota TNI, pelayanan kesehatan
akibat kegiatan kesehat dan operasi TNI, dan kegiatan kesehatan, preventif, dan Kesehatan active
Kesehatan (12).
Pelayanan kesehatan untuk mendukung tugas pokok dan fungsi TNI meliputi pembinaan
kemampuan satuan kesehatan lapangan dan rumah sakit sandaran Operasi dan Latihan TNI yaitu
peningkatan kemampuan sumber daya manusia serta keilmuan kesehatan matra yang meliputi
kesehatan lapangan, kesehatan kelautan, dan kesehatan kedirgantaraan.; dan pembinaan
kemampuan Lembaga kesehatan TNI dan penelitian dan pengembangan kesehatan TNI yaitu
pemeriksaaan, identifikasi, dan pembuatan database odontogram anggota TNI, memproduksi obat-
obatan dan materiil kesehatan untuk pemenuhan kebutuhan kegiatan operasi dan latihan TNI, dan
peningkatan kualitas dukungan kesehatan dalam rangka kegiatan operasi dan latihan melalui
penelitian dan pengembangan kesehatan TNI (12)

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

2. Perpres RI Nomor 109 tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan
Nasional.

3. Perpres Nomor 111 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomer 12 tahun
2013 tentang Jaminan Kesehatan.

4. Peraturan Presiden RI Nomor 75 tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.

5. Peraturan Presiden RI Nomor 64 tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.

6. Peraturan Presiden RI Nomor 28 tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan a Peraturan Presiden RI Nomor 64
tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomer 82 tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan.

7. Instruksi Presiden RI Nomor 1 tahun 2022 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program


Jaminan Kesehatan Nasional a Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2018
tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta; 2022.

8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 tahun 2021 tentang Perubahan Keempat atas
Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan.

9. Perpres 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah.

10. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3


TAHUN 2023 TENTANG STANDAR TARIF PELAYANAN KESEHATAN DALAM
PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN [Internet]. Tersedia pada:
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/lain/PERMENKES-NO-3-
TAHUN-2023-TTG-STANDAR-TARIF-PELAYANAN-KESEHATAN-DALAM-
PENYELENGGARAAN-JAMINAN-KESEHATAN-1.pdf

11. Perpres RI Nomor 108 tahun 2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan Pengelolaan Program
Jaminan Sosial.

12. Perpres RI Nomor 107 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan
dengan Kegiatan Operasional Kementrian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan
Kepolisian Negara RI.

[Type here] [Type here] dr. May Rabiulya3/2206118625

Anda mungkin juga menyukai