RANGKUMAN
REGULASI TERKAIT SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL
Pengajar :
Penulis :
Dr. May Rabiulyati
2206118625
PENDAHULUAN
Negara menjamin setiap masyarakat atas jaminan sosial untuk memenuhi kebutuhan dasar
dan meningkatkan martabat demi terwujudnya masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan
makmur. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berdasarkan asas kemanusian, manfaat, dan
keadilan bagi seluruh rakyat. SJSN juga berdasarkan prinsip kegotong-royongan, nirlaba,
keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, dimana kepesertaan bersifat wajib, dan dana
amanat, serta hasil pengelolaan dana ini dimanfaatkan seluruhnya bagi pengembangan program
dan kepentingan peserta (1).
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dibentuk berdasarkan Undang-Undang,
meliputi Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK),
Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN),
Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
(ASABRI), dan Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES). Selain
badan penyelenggara, juga Dibentuk Dewan Jaminan Sosial Nasional yang bertanggung jawab
pada Presiden dan bertugas merumuskan kebijakan umum serta sinkronisasi penyelenggaraan
SJSN ini. Dewan ini bertugas membuat kajian dan penelitian tentang penyelenggaraan jaminan
sosial dan mengusulkan kebijakan kepada Pemerintah terkait investasi dana jaminan sosial
nasional, serta mengusulkan besaran anggaran jaminan sosial dan memastikan tersedianya
anggaran operasional. Kewenangannya melakukan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
program ini. Komponen Dewan ini diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2004 pada pasal 8 hingga
12. Adapun jenis program jaminan sosial terdiri atas jaminan kesehatan, kecelakaan kerja, hari tua,
pensiun, dan kematian (1).
PEMBAHASAN
Program Jaminan Sosial
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas. Dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan, baik promotif,
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah fasilitas
kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk
keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk Puskesmas atau yang setara harus memiliki surat izin
operasional; Surat Izin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
bagi Apoteker, dan Surat Izin Praktik atau Surat Izin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
Standar Tarif
Tarif Indonesian-Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-CBG adalah
besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan
prosedur, meliputi seluruh sumber daya rumah sakit yang digunakan dalam pelayanan baik medis
maupun nonmedis (10).
Tarif Non INA-CBG merupakan tarif di luar tarif paket INA-CBG untuk beberapa jenis
pelayanan tertentu dengan proses pengajuan klaim dilakukan secara terpisah dari tarif INA-CBG.
mencakup tarif untuk pelayanan: (10)
a. administrasi pelayanan;
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis dasar di unit gawat darurat;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;
d. tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non-bedah sesuai dengan indikasi medis;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai, termasuk untuk pemberian sekurang-kurangnya 7
(tujuh) hari obat penyakit kronis;
f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
g. rehabilitasi medis; h. rehabilitasi psikososial sesuai indikasi medis dengan terapi medis;
i. pelayanan darah, termasuk kantung darah;
j. pelayanan pemulasaran jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan, tidak
termasuk peti jenazah;
k. pelayanan kontrasepsi meliputi: 1) pelayanan KB pascapersalinan; 2) KB pascakeguguran; 3)
pemasangan/pencabutan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan Implan interval dengan
indikasi medis; 4) tubektomi/Metode Operasi Wanita (MOW) interval dengan indikasi medis; dan
5) penanganan komplikasi penggunaan kontrasepsi;
l. Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), untuk pemasangan pertama;
m. perawatan inap non-intensif; dan
BPJS
BPJS sebagai badan hukum publik menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan
tugasnya dalam bentuk pengelolaan program tahunan kepada Presiden dengan tembusan kepada
DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun berikutnya, khusus untuk BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Periode laporan dimulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Laporan pengelolaan program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dipublikasikan dalam bentuk
ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 (dua) media
massa cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun
berikutnya. dimaksudkan untuk menilai kinerja BPJS, memenuhi prinsip keterbukaan dalam
pengelolaan program jaminan sosial, dan memperbaiki kinerja BPJS. Isi laporan pengelolaan
program paling sedikit memuat pendahuluan, aspek kelembagaan, aspek penyelenggaraan
program, aspek keuangan, laporan tindak lanjut hasil pengawasan, dan penutup (11).
2. Perpres RI Nomor 109 tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan
Nasional.
3. Perpres Nomor 111 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomer 12 tahun
2013 tentang Jaminan Kesehatan.
4. Peraturan Presiden RI Nomor 75 tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
5. Peraturan Presiden RI Nomor 64 tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 82 tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan.
6. Peraturan Presiden RI Nomor 28 tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan
Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan a Peraturan Presiden RI Nomor 64
tahun 2020 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomer 82 tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan.
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 tahun 2021 tentang Perubahan Keempat atas
Permenkes Nomor 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan.
9. Perpres 32 Tahun 2014 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah.
11. Perpres RI Nomor 108 tahun 2013 tentang Bentuk dan Isi Laporan Pengelolaan Program
Jaminan Sosial.
12. Perpres RI Nomor 107 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan
dengan Kegiatan Operasional Kementrian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan
Kepolisian Negara RI.