BAB. I
DEFINISI
Prinsip Portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan jaminan yang
berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
A. Dasar Hukum :
1. UU nomor 40 Tahun 2004 : SJSN
2. UU nomor 24 Tahun 2011 : BPJS
3. PP No. 101 Tahun 2012 : Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan
4. PERPRES RI No. 12 Tahun 2013 : Jaminan Kesehatan
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan
dan rawat inap, yang mencakup :
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi
medis;
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
f. Pelayanan darah;
g. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal setelah dirawat inap di fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan bpjs kesehatan, berupa pemulasaran jenazah
tidak termasuk peti mati dan mobil jenazah;
h. Perawatan inap non intensif; dan
i. Perawatan inap di ruang intensif.
3. Persalinan.
Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
maupun Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan anak ketiga, tanpa melihat
anak hidup/meninggal kecuali peserta PBI
4. Ambulan.
Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas Kesehatan satu ke fasilitas
kesehatan lainnya, dengan tujuan menyelamatkan nyawa pasien.
Ruang Perawatan :
1. Pada saat melapor ke dokter ingatkan bahwa pasien peserta BPJS.
2. Semua obat berpedoman pada FORNAS/DPHO 2013.
3. Dalam 24 jam pertama diharapkan DPJP sudah menegakkan diagnosa kerja.
4. Diagnosa tersebut segera dilaporkan kepada Koder untuk mendapatkan plafon
paket INA CBG’s.
5. Verifikator akan mengontrol biaya dan bila biaya sudah mendekati plafon paket
INA-CBG’s maka perawat/PJ/Kepala ruangan memberitahukan dokter DPJP
6. Kasus yg tidak dapat di tangani (level 3) segera dirujuk ke RS type A/B
7. Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak peserta penuh, peserta dapat dirawat
dikelas perawatan 1 tingkat dari hak kelasnya paling lama 3 hari, bila kamar yang
menjadi haknya tetap penuh maka dirujuk ke RS lain, bila menolak maka pasien
BPJS membayar selisih biaya dan membuat surat pernyataan yang ditulis tangan
(informed consent)
8. Apabila kelas sesuai hak peserta penuh dan kelas 1 tingkat diatasnya penuh, peserta
dirawat 1 tingkat lebih rendah paling lama 3 hari bila setelah 3 hari kamar tetap
penuh maka dirujuk ke RS atau tetap di kelas tersebut dan jaminan sesuai kelas
tersebut.
Instalasi Farmasi :
1. Jika dokter tetap meminta obat tersebut, dokter mengisi form pemintaan obat di luar
FORNAS yang disetujui oleh Panitia Farmasi dan Terapi dan Direktur, biaya
menjadi tanggungan RS.
2. Pelayanan obat kronis bisa di berikan 1 bln, 7 hr masuk dalam paket INA-CBG’s
dan 23 harinya dapat di tagihkan tersendiri ke BPJS sesuai pemakaian.
Dengan menggunakan aplikasi BPJS Apotek online.
3. Permintaan alkes (di luar paket INA-CBG’s ) dibuat form keterangan dari dokter
rangkap 2 dan ada tanda tangan pasien.
Verifikator RS :
Self correction klaim pasien JKN, a.l:
1. Melakukan verifikasi administrasi dan pelayanan kesehatan sesuai juknis verifikasi
klaim BPJS Kesehatan 2020, kebijakan internal RSIA Santo Yusuf dan peraturan
perundangan terkait yang berlaku.
2. Melakukan koreksi bila terjadi kekeliruan prosedur administrasi atau pelayanan.
3. Mendampingi Coder dalam koding diagnosis primer, sekunder dan tindakan /
prosedur agar nilai klaim benar dan tepat.
4. Kontrol biaya yang timbul setiap hari.
5. Memberitahukan kepada ruangan jumlah biaya yang sudah terpakai
Koder :
1. Menerima berkas tagihan beserta rincian RS yang sudah lengkap dengan diagnose.
2. Entri semua data ke program INA-CBG’s dan di print kemudian semua berkas
ditagihkan.
3. Pengelolaan rekam medis yang lengkap, baik dan benar agar memperlancar klaim.
4. Pengelolaan koding dan koordinasi semua coder untuk menjamin klaim yang benar
dan tepat serta terhindar dari tuntutan hukum.
PASIEN
- Ambil Nomor Antrian
- Menunggu Panggilan
PETUGAS PENDAFTARAN
- Verifikasi Jaminan ( Surat
Rujukan)
- Registrasi Sistem &
Cetak SEP
NURSE STATION
POLIKLINIK
TIDAK PELAYANAN
RAWAT PENUNJANG
Petugas Pendaftaran INAP -Form Permintaan +
membuat Rujukan Hasil
Online
KASIR
- ttd Billing
- persyaratan BPJS( surat
kontrol, surat rujukan asli )
PELAYANAN
FARMASI
PASIEN
PULANG
PETUGAS PENDAFTARAN
- Kartu BPJS Pasien
- Mencetak SEP
PEMERIKSAAN
PELAYANAN IGD
PENUNJANG
PELAYANAN
FARMASI
(Pasien Pulang
dengan Obat 1
hari )
PASIEN PULANG
PASIEN
PETUGAS PENDAFTARAN
- Ketersediaan Tempat Tidur
- Cetak Sep Ranap
PASIEN MENDAPATKAN
TEMPAT DAN DIANTAR
PERAWAT MENUJU RUANG
RAWAT
PROSES PELAYANAN DI
RAWAT INAP
MENINGGAL
BELUM SEMBUH SEMBUH
(Pasien di ruang
MIKAEL)
DIPERBOLEHKAN
PULANG OLEH DOKTER
DIRUJUK APS
KASIR
PULANG
RAWAT INAP
KELENGKAPAN BERKAS
- SPRI
- SEP
-Hasil Pemeriksaan Penunjang
PJ RANAP
(Melengkapi berkas RM sebelum
dikembalikan ke Ruangan Rekam medis)
REKAM MEDIS
- Mengecek kembali kelengkapan Berkas RM
- Menyerahkan berkas RM ke Ruang Casemix
CODER RANAP
- Melengkapi Berkas RM sesuai SEP dan Billing
- Copy resume dan Pemeriksaan Penunjang
- Klaim Ina-Cbgs
CASE MANAGER
Berkas diverifikasi oleh PJ Casemix (
Verifikator Internal RS)
CODER
- Scan Berkas klaim
- membuat persuratan klaim
- mengirim TXT ke aplikasi V-Claim
KLAIM KE BPJS
Unit IGD
1. Pasien dengan diagnosa Mioma uteri/KET/laparatomi/operasi besar lain nya yang masih
rujukan/tidak emergensi (datang ke IGD) dapat ditolak oleh SPGDT karena akan high
cost. kecuali pasien emergensi yang langsung datang, maka ditangani keadaan
emergensinya
2. Pasien dengan diagnosa Ruptur perineum yang bukan partus spontan di RSIA St Yusuf,
maka dapat ditolak oleh SPGDT dikarenakan high cost.
3. Apabila pasien hendak rawat inap namun belum ada 30 hari dari rawat inap sebelumnya
dan dengan diagnosa yang sama, maka tidak dapat tercover karena dianggap sebagai 1
periode berobat, sehingga disarankan untuk pribadi/asuransi/rujuk
4. Pemberian obat-obatan (termasuk obat emergensi) hanya untuk 1 hari saja
5. Untuk pasien dengan diagnosa Demam Tifoid : Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No HK.02.02/MENKES/514/2015 : dikatakan positif demam tifoid
apabila titer agglutinin O minimal 1/320 atau terdapat kenaikan titer hingga 4x lipat
pada pemeriksaan ulang dengan interval 5-7 hari
6. Untuk pasien dengan Diagnosa DBD : Diagnosa DBD ditegakkan berdasarkan kriteria
klinis dan laboratorium (WHO 1997), terdapat dilampiran:
- Kriteria klinis :
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus
selama 3-7 hari
Terdapat manifestasi perdarahan : uji bendung positif, petekie, ekimosis, epistaksis,
dll
Syok : nadi cepat dan lemah, serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan
tangan dingin, kulit lembab dan pasien gelisah
- Kriteria Laboratorium :
Trombositopenia (100.000/µl atau kurang)
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% menurut standar umur
dan jenis kelamin
NO BAGIAN DIAGNOSA
I. ANAK 1 Anemia sedang /berat
2 Apnea/gasping
3 Bayi ikterus, anak ikterus
4 Bayi kecil/premature
5 Cardiac arrest /payah jantung
6 Cyanotic Spell(penyakit jantung)
7 Diare profus (>10x/hari) disertai dehidrasi
8 Difteri
ataupun tidak
9 Ditemukan bising jantung, aritmia
10 Edema/bengkak seluruh badan
11 Epitaksis, tanda pendarahan lain disertai febris
12 Gagal ginjal akut
13 Gangguan kesadaran,fungsi vital masih baik
14 Hematuri
15 Hipertensi Berat
16 Hipotensi /syok ringan s/d sedang
17 Intoksikasi (minyak tanah, baygon) keadaan umum masih
baik
18 Intoksikasi disertai gangguan fungsi vital
19 Kejang disertai penurunan kesadaran
20 (minyak tanah,baygon)
Muntah profis (>6hari) disertai dehidrasi atau tidak
21 Panas tinggi > 400C
22 Sangat sesak, gelisah, kesadaran menurun, sianosis ada
retraksi hebat (penggunaan otot pernafasan sekunder)
23 Sesak tapi kesadaran dan keadaan umum masih
24 Shock berat (profound) : nadi tidak teraba, tekanan darah
baik
tak terukur termasuk DSS.
25 Tetanus
26 Tidak kencing >8 jam
27 Tifus abdominalis dengan komplikasi
IV Kebidanan 1 Abortus
2 Distosia
3 Eklampsia
4 Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
5 Perdarahan Antepartum
6 Perdarahan Postpartum
7 Inversio Uteri
8 Febris Puerperalis
9 Hyperemesis gravidarum dengan dehidrasi
10 Persalinan kehamilan risiko tinggi dan atau persalinan
dengan penyulit
IX Syaraf 1 Kejang
2 Stroke
3 Meningo enchepalitis
Permenkes No. 5 tahun 2014 yg dijadikan acuan berjudul Panduan Praktik Klinik di Faskes
Tingkat Pertama, dimana di dalamnya tertera panduan diagnostik dan penatalaksanaan penyakit,
yang di dalamnya terdapat aturan kapan harus dirujuk ke tingkat lanjutan. Jadi bukan berarti
semua penyakit tersebut nonspesialistik, harus ditangani di FKTP dan tidak boleh dirujuk.
1. Pertanyaan :
Beberapa Jenis Pemeriksaan penunjang yang bisa TOP-UP ?
Jawab :
Jenis
No PROSEDUR Jenis Penyakit
Perawatan
Tumor Pineal - 0713 : Biopsi of pituitary gland transfrontal
1 R Inap
Endoskopy approach
0714 : Biopsi of pituitary gland
transsphenoidal approach
0715 : Biopsi of pituitary gland unspecified
approach
0717 : Biopsi of pituitary gland
Hip
2 replacement/knee 8151 : Total Hip replacement R Inap
replacement
8152 : Partial Hip replacement
8153 : Revision of Hip replacement
8154 : Total knee replacement
8155 : Revision of knee replacement
3606 : Insertion of non-drug-eluting coronary
3 PCI
artery stent R Inap
3607 : Insertion of drug-eluting coronary
artery stent
3609 : Other removal of coronary artery
obstruction
4 Keratoplasty 1160 : Corneal transplant R Inap
1161 : Lamellar keratoplasty with autograf
2. Pertanyaan :
Kamar Penuh: Misal Hak Pasien Kelas 1. Bagaimana cara menempatkan pasien tersebut :
Jawab : Harus sesuai dengan regulasi Perpres No. 28 Tahun 2015
˗ Boleh naik 1 tingkat dari hak kelasnya selama maksimal 3 hari, bila kamar
yang menjadi haknya tetap penuh maka dirujuk ke RS lain, bila menolak maka pasien
BPJS membayar selisih biaya dan membuat surat pernyataan yang ditulis tangan
(informed consent)
˗ Turun 1 tingkat lebih rendah maksimal 3 hari bila setelah 3 hari kamar tetap penuh
maka dirujuk ke RS atau tetap di kelas tersebut dan jaminan sesuai kelas tersebut.
˗ Bila hanya ada kamar VIP, pasien menolak untuk dirujuk maka pasien diinformasikan
untuk membayar selisih biaya yaitu 75% dari biaya paket kelas 1 INA-CBG’s
4. Pertanyaan :
Apabila pasien BPJS datang ke IGD tidak membawa bukti kartu sebagai peserta BPJS, apa
yang harus dilakukan ?
Jawab :
Pasien dilayani sebagai peserta BPJS dengan catatan sebagai berikut : pasien BPJS
membayar pribadi sebagai uang jaminan dan diberikan waktu sapai 1x 24 jam apabila pasien
tersebut tidak menunjukkan kartunya maka dianggap sebagai pasien umum dan uang
jaminan hilang
5. Pertanyaan :
Pasien datang berobat di IGD sudah ditanya tentang kepesertaan sebagai pasien BPJS dan
pasien sudah menanda tangani formulir Informed consent sebagai pasien umum, Apakah
pasien bisa berubah sebagai pasien BPJS ditengah perawatan yang sudah diterima ?
Jawab :
Tidak bisa, kecuali ada kesalahan dalam menentukan kriteria pasien gawar darurat 144 + life
saving.
6. Pertanyaan :
Apakah pasien BPJS boleh iur biaya?
Jawab :
Boleh, tergantung kasusnya
7. Pertanyaan :
Bila terjadi kecelakaan pasien JKN apa yg harus dilakukan ?
Jawab :
Bila itu karyawan suatu perusahaan yang ikut dalam BPJS Ketenagakerjaan maka akan
diproses sebagai BPJS Ketenagakerjaan, tetapi bila tidak maka dijamin sebagai BPJS
kesehatan dengan peraturan yang berlaku; misalnya kronologis bagaimana terjadinya
kecelakaan tsb.
Bila tidak dalam keadaan bekerja maka
a. Menulis kronologis kejadian dan ditanda tangani oleh Ketua RW/RT setempat,
b. bila kecelakaan lalulintas dijalan apakah kejadiannya tunggal atau ganda.
c. Bila tunggal dijamin BPJS kesehatan
d. Bila ganda ditanggung Jasa raharja 10 juta dan sisanya oleh BPJS kesehatan
Contoh C :
Pasien C (pasien lama) datang ke rumah sakit pada tanggal 9 Februari 2016 untuk
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pada tanggal 10 Februari 2016 pasien datang
kembali untuk konsultasi ke dokter. Maka episode pelayanan pasien C adalah satu
episode yaitu tanggal 10 Februari 2016 yang terdiri dari pemeriksaan penunjang
dan konsultasi dokter