Anda di halaman 1dari 49

PEMBIAYAAN KESEHATAN

Oleh :
dr. Aida Nurwidya, MMR

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR


MENGAPA PERLU JAMINAN KESEHATAN NASIONAL?

Perawatan dan pelayanan kesehatan yang


memadai, terjangkau, kapan saja, dan di mana
saja

Asuransi kesehatan mengurangi risiko


masyarakat menanggung biaya kesehatan dari
kantong sendiri, dalam jumlah yang sulit
diprediksi dan kadang-kadang memerlukan
biaya yang sangat besar

Tapi premi asuransi komersial relatif tinggi


sehingga tidak terjangkau bagi sebagian besar
masyarakat dan manfaat yang ditawarkan
umumnya terbatas

Asuransi kesehatan saja tidak cukup.


Diperlukan Asuransi Kesehatan Sosial atau
Jaminan Kesehatan Sosial (JKN)
PERBANDINGAN ASURANSI SOSIAL
DENGAN ASURANSI KOMERSIAL
PENGERTIAN ASURANSI KESEHATAN SOSIAL
(JAMINAN KESEHATAN NASIONAL-JKN)

1. Asuransi sosial merupakan mekanisme


pengumpulan iuran yang bersifat wajib
Jaminan Kesehatan
dari peserta, guna memberikan
Nasional (JKN)
perlindungan kepada peserta atas risiko
merupakan bagian
sosial ekonomi yang menimpa mereka dan
dari Sistem Jaminan
atau anggota keluarganya (UU SJSN No.40
Sosial Nasional
tahun 2004),
(SJSN).
2. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah
Sistem Jaminan
tata cara penyelenggaraan program
Sosial Nasional ini
Jaminan Sosial oleh Badan
diselenggarakan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
melalui mekanisme
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan,
Asuransi Kesehatan
3. Jaminan Sosial adalah bentuk
Sosial yang bersifat
perlindungan sosial untuk menjamin
wajib
seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
PENGERTIAN

• Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah


suatu tata cara penyelenggaraan program
SJSN jaminan sosial oleh beberapa badan
penyelenggara jaminan sosial.

• Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


adalah badan hukum publik yang dibentuk
BPJS untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial. BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan.

• Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)


Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk
BPJS Kesehatan
untuk menyelenggarakan program jaminan
kesehatan.
TUJUAN ASURANSI KESEHATAN SOSIAL
(JAMINAN KESEHATAN NASIONAL-JKN)

 Semua penduduk Indonesia terlindungi


dalam sistem asuransi, sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak.
KEUNTUNGAN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
• Memberikan manfaat yang
1 komprehensif dengan premi
terjangkau

• Menerapkan prinsip kendali biaya


2 dan mutu

• Menjamin sustainabilitas (kepastian


3 pembiayaan pelayanan kesehatan
yang berkelanjutan)

• Memiliki portabilitas, sehingga dapat


4 digunakan di seluruh wilayah
Indonesia
PRINSIP-PRINSIP
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (1)

Prinsip • Peserta yang mampu membantu peserta yang


kurang mampu, peserta yang sehat membantu
kegotong- yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan
royongan peserta yang sehat membantu yang sakit.

• Pengelolaan dana amanat oleh Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah
Prinsip nirlaba nirlaba bukan untuk mencari laba
• Hasil pengembangannya, akan di manfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

Prinsip
keterbukaan, • Prinsip-prinsip manajemen ini mendasari
kehati-hatian, seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
akuntabilitas, berasal dari iuran peserta dan hasil
efisiensi, dan pengembangannya.
efektivitas
PRINSIP-PRINSIP
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (2)

• Memberikan jaminan yang berkelanjutan


Prinsip kepada peserta sekalipun mereka berpindah
portabilitas pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

• Dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi


Prinsip peserta sehingga dapat terlindungi.
kepesertaan • Penerapannya tetap disesuaikan dengan
bersifat wajib kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah
serta kelayakan penyelenggaraan program.
PRINSIP-PRINSIP
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (3)

• Dana yang terkumpul dari iuran peserta


Prinsip dana merupakan dana titipan kepada badan-badan
penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
amanat dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut
untuk kesejahteraan peserta.

Prinsip hasil
pengelolaan • Dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-
Dana Jaminan besar kepentingan peserta.
Sosial
PENYELENGGARAAN
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

 KEPESERTAAN
 PEMBIAYAAN
 PELAYANAN
 MANFAAT JAMINAN KESEHATAN
NASIONAL
 PENGORGANISASIAN
 PENANGANAN KELUHAN
KEPESERTAAN

Peserta Pekerja Pemberi Kerja

adalah setiap orang, adalah setiap orang adalah orang


termasuk orang asing yang bekerja dengan perseorangan,
yang bekerja paling menerima gaji, upah, pengusaha, badan
singkat 6 (enam) bulan atau imbalan dalam hukum, atau badan
di Indonesia, yang bentuk lain. lainnya yang
telah membayar Iuran. mempekerjakan
tenaga kerja, atau
penyelenggara negara
yang mempekerjakan
pegawai negeri
dengan membayar
gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk
lainnya.
PESERTA BPJS KESEHATAN
ada 2 kelompok, yaitu :

Penerima Bantuan Iuran


(PBI) jaminan kesehatan. Bukan PBI jaminan kesehatan.

 Meliputi orang yang  Tidak tergolong fakir miskin dan


tergolong fakir orang tidak mampu yang terdiri atas:
miskin dan orang 1) Pekerja Penerima Upah dan
tidak mampu. anggota keluarganya
2) Pekerja Bukan Penerima Upah
dan anggota keluarganya
3) Bukan Pekerja dan anggota
keluarganya
4) Penerima pensiun
Keterangan (1)
1) Pekerja Penerima Upah dan 2) Pekerja Bukan Penerima
anggota keluarganya, yaitu: Upah dan anggota
 Pegawai Negeri Sipil;
keluarganya, yaitu:
 Pekerja di luar hubungan
 Anggota TNI;
kerja atau Pekerja mandiri
 Anggota Polri;
dan
 Pejabat Negara;
 Pekerja yang tidak
 Pegawai Pemerintah Non termasuk huruf a yang
Pegawai Negeri; bukan penerima Upah.
 Pegawai Swasta; dan  Pekerja sebagaimana

 Pekerja yang tidak termasuk


dimaksud huruf a dan
huruf a sampai dengan huruf f huruf b, termasuk warga
yang menerima Upah. negara asing yang bekerja
di Indonesia paling singkat
6 (enam) bulan.
Keterangan (2)
3) Bukan Pekerja dan anggota 4) Penerima pensiun terdiri atas:
keluarganya terdiri atas:  Pegawai Negeri Sipil yang
 Investor; berhenti dengan hak pensiun;
 Pemberi Kerja;  Anggota TNI dan Anggota

 Penerima Pensiun;
Polri yang berhenti dengan
hak pensiun;
 Veteran;
 Pejabat Negara yang berhenti
 Perintis Kemerdekaan; dan dengan hak pensiun;
 Bukan Pekerja yang tidak  Penerima Pensiun selain
termasuk huruf a sampai huruf a, huruf b, dan huruf c;
dengan huruf e yang mampu dan
membayar Iuran.
 Janda, duda, atau anak yatim
piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada
huruf a sampai dengan huruf
d yang mendapat hak
pensiun.
Keterangan (3)
Anggota keluarga bagi pekerja
penerima upah meliputi:
 a. Istri atau suami yang sah
dari Peserta; dan
 b. Anak kandung, anak tiri
dan/atau anak angkat yang
sah dari Peserta, dengan
kriteria: tidak atau belum
pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan
sendiri; dan belum berusia 21
(dua puluh satu) tahun atau
belum berusia 25 (duapuluh
lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan
formal.
PROSEDUR PENDAFTARAN PESERTA

 Pemerintah  Pemberi Kerja


mendaftarkan mendaftarkan Bukan pekerja dan
PBI JKN pekerjanya atau peserta lainnya
sebagai Peserta pekerja dapat wajib
kepada BPJS mendaftarkan diri mendaftarkan diri
Kesehatan. sebagai Peserta dan keluarganya
kepada BPJS sebagai Peserta
Kesehatan. kepada BPJS
Kesehatan.
HAK DAN KEWAJIBAN
PESERTA
Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan
berhak mendapatkan
 a) identitas Peserta dan

 b) manfaat pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang


bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.

Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan


berkewajiban untuk:
 a. membayar iuran dan

 b. melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan


dengan menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah
domisili dan atau pindah kerja.
MASA BERLAKU
KEPESERTAAN

 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional


berlaku selama yang bersangkutan membayar
Iuran sesuai dengan kelompok peserta.
 Status kepesertaan akan hilang bila Peserta
tidak membayar Iuran atau meninggal dunia.
 Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut
diatas, akan diatur oleh Peraturan BPJS.
KEPESERTAAN TAHAP 1
Mulai 1 Januari 2014, KEPERSERTAAN TAHAP 2
kepesertaannya paling sedikit
meliputi:
1) PBI Jaminan Kesehatan;
2) Anggota TNI/PNS di
lingkungan Kementerian
Pertahanan dan anggota
keluarganya;
Meliputi seluruh penduduk yang
3) Anggota Polri/PNS di
belum masuk sebagai Peserta
lingkungan Polri dan anggota
BPJS Kesehatan paling lambat
keluarganya; 4) Peserta asuransi
pada tanggal 1 Januari 2019.
kesehatan PT Askes (Persero)
beserta anggota keluarganya,
serta
4) Peserta jaminan pemeliharaan
kesehatan Jamsostek dan
anggota keluarganya
PEMBIAYAAN
 Iuran
 Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah
uang yang dibayarkan secara teratur oleh
Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah
untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16,
Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan
Kesehatan).
PEMBAYAR IURAN

Peserta Pekerja
Peserta PBI Penerima Upah Peserta Pekerja Bukan
Penerima Upah dan
Peserta Bukan Pekerja

 Iuran dibayar oleh


 Iuran Iuran dibayar oleh Peserta
dibayar oleh Pemberi Kerja dan
yang bersangkutan.
Pemerintah. Pekerja.

Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan


Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan
sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang layak.
PEMBAYARAN IURAN
Peserta Pekerja
Bukan Penerima
Upah dan
Peserta Peserta bukan
Pemberi Kerja
Pekerja

wajib membayar wajib memungut iuran dari


 wajib membayar
iuran yang
besarnya pekerjanya, menambahkan iuran iuran JKN pada
ditetapkan peserta yang menjadi tanggung setiap bulan yang
berdasarkan jawabnya, dan membayarkan iuran dibayarkan paling
persentase dari tersebut setiap bulan kepada BPJS lambat tanggal 10
upah (untuk Kesehatan secara berkala (paling (sepuluh) setiap
pekerja lambat tanggal 10 setiap bulan).
penerima upah)
bulan kepada
atau suatu Keterlambatan pembayaran iuran BPJS Kesehatan.
jumlah nominal JKN dikenakan denda administratif Pembayaran
tertentu (bukan sebesar 2% (dua persen) perbulan iuran JKN dapat
penerima upah dari total iuran yang tertunggak dan dilakukan diawal.
dan PBI) dibayar oleh Pemberi Kerja.
CARA PEMBAYARAN
FASILITAS KESEHATAN (1)
 BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama dengan Kapitasi.
 Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
BPJS Kesehatan membayar dengan sistem paket INA
CBG’s.
 Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua
Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau dengan mudah.
Maka, jika di suatu daerah tidak memungkinkan
pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan
diberi wewenang untuk melakukan pembayaran
dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna.
CARA PEMBAYARAN
FASILITAS KESEHATAN (2)
 Semua Fasilitas Kesehatan meskipun tidak
menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan
wajib melayani pasien dalam keadaan gawat
darurat, setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka
fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
 BPJS Kesehatan akan membayar kepada fasilitas
kesehatan yang tidak menjalin kerjasama setelah
memberikan pelayanan gawat darurat setara
dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.
Pertanggungjawaban
BPJS Kesehatan (1)
 BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas
Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada
Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak
dokumen klaim diterima lengkap.
 Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS
Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di
wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
 Dalam hal tidak ada kesepakatan atas besaran
pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan
besaran pembayaran atas program JKN yang
diberikan.
Pertanggungjawaban
BPJS Kesehatan (2)
 Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat
tambahan berupa manfaat yang bersifat non
medis berupa akomodasi. Misalnya: Peserta yang
menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi
daripada haknya, dapat meningkatkan haknya
dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan,
atau membayar sendiri selisih antara biaya yang
dijamin oleh BPJS Kesehatan dan biaya yang
harus dibayar akibat peningkatan kelas
perawatan, yang disebut dengan iur biaya
(additional charge). Ketentuan tersebut tidak
berlaku bagi peserta PBI.
Pertanggungjawaban
BPJS Kesehatan (2)
 Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas
pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan wajib
menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk
laporan pengelolaan program dan laporan keuangan
tahunan (periode 1 Januari sampai dengan 31
Desember). Laporan yang telah diaudit oleh akuntan
publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan
kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun
berikutnya.
 Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk
ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik
dan melalui paling sedikit 2 (dua) media massa cetak
yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling
lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.
PELAYANAN

 Jenis Pelayanan
 Prosedur Pelayanan
 Kompensasi Pelayanan
 Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
JENIS
PELAYANAN

Akomodasi dan
Pelayanan
ambulans
kesehatan
(manfaat non
(manfaat medis)
medis)
PROSEDUR PELAYANAN

Bila Peserta memerlukan


Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal
pertama-tama harus itu harus dilakukan melalui
memperoleh pelayanan rujukan oleh Fasilitas
kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama,
Kesehatan tingkat pertama kecuali dalam keadaan
kegawatdaruratanmedis.
KOMPENSASI PELAYANAN

Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas


Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah
Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan
kompensasi, yang dapat berupa:
 Penggantian uang tunai (Penggantian uang
tunai hanya digunakan untuk biaya
pelayanan kesehatan dan transportasi),
 Pengiriman tenaga kesehatan atau

 Penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.


PENYELENGGARA
PELAYANAN KESEHATAN
 Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi
semua Fasilitas Kesehatan yang menjalin
kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik
fasilitas kesehatan milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan swasta yang
memenuhi persyaratan
MANFAAT
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
manfaat medis berupa pelayanan kesehatan manfaat non
medis meliputi
 Mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan akomodasi dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis ambulans.
pakai sesuai dengan kebutuhan medis.
 Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi:
Ambulans
a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit hanya
penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit diberikan
dan perilaku hidup bersih dan sehat. untuk
pasien
b. Imunisasi dasar: Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri rujukan dari
Pertusis Tetanus & HepatitisB (DPTHB), Polio & Campak. Fasilitas
c. Keluarga berencana: konseling, kontrasepsi dasar, Kesehatan
vasektomi, dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga dengan
yang membidangi keluarga berencana. kondisi
tertentu
d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang yang
ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah ditetapkan
dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu. oleh BPJS
Kesehatan.
PELAYANAN KESEHATAN
YANG DIJAMIN
Pelayanan kesehatan tingkat
pertama, yaitu pelayanan Pelayanan kesehatan rujukan tingkat
kesehatan non spesialistik lanjutan
mencakup:

 1) Administrasi pelayanan 1) Rawat jalan yang meliputi: Administrasi pelayanan


 Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik
 2) Pelayanan promotif dan preventif oleh dokter spesialis dan subspesialis
 3) Pemeriksaan, pengobatan, dan  Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi
konsultasi medis medis
 Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
 4) Tindakan medis non spesialistik,
baik operatif maupun non operatif  Pelayanan alat kesehatan implant
 Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai
 5) Pelayanan obat dan bahan medis dengan indikasi medis
habis pakai  Rehabilitasi medis
 6) Transfusi darah sesuai dengan  Pelayanan darah
kebutuhan medis  Pelayanan kedokteran forensik
 7) Pemeriksaan penunjang diagnostik  Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
laboratorium tingkat pratama dan
 8) Rawat inap tingkat pertama sesuai 2) Rawat inap yang meliputi: Perawatan inap non intensif
dengan indikasi.  Perawatan inap di ruang intensif.
 Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh Menteri.
PELAYANAN KESEHATAN
YANG TIDAK DIJAMIN
 Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat
komprehensif, masih ada manfaat yang tidak dijamin
meliputi:
 a. Tidak sesuai prosedur;
 b. Pelayanan di luar Fasilitas Kesehatan yang
bekerja sama dengan BPJS;
 c. Pelayanan bertujuan kosmetik;
 d. General checkup, pengobatan alternatif;
 e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan,
pengobatan impotensi;
 f. Pelayanan kesehatan pada saat bencana ; dan
 g. Pasien Bunuh Diri /Penyakit yang timbul akibat
kesengajaan untuk menyiksa diri sendiri/ Bunuh
Diri/Narkoba.
KELAS PERAWATAN YANG DITANGGUNG
KETIKA HARUS RAWAT INAP (1)

1. Di ruang perawatan kelas III bagi:


 a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan

 b. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan

Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk


Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
III.
KELAS PERAWATAN YANG DITANGGUNG
KETIKA HARUS RAWAT INAP (2)

2. Di ruang Perawatan kelas II bagi:


 a. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota keluarganya.
 b. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya.
 c. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya.
 d. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya.
 e. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan sampai dengan 2 (dua) kali
penghasilan tidak kena pajak dengan status kawin dengan 1 (satu)
anak, beserta anggota keluarganya.
 f. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
dengan iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II.
KELAS PERAWATAN YANG DITANGGUNG
KETIKA HARUS RAWAT INAP (3)

3. Di ruang perawatan kelas I bagi:


 a. Pejabat Negara dan anggota keluarganya.

 b. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil


Golongan III dan Golongan IV beserta anggota keluarganya.
 c. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara Pegawai
Negeri Sipil Golongan III dan Golongan IV beserta anggota keluarganya.
 d. Anggota POLRI dan penerima pensiun Anggota POLRI yang setara
Pegawai Negeri Sipil Golongan III dan Golongan IV beserta anggota
keluarganya.
 e. Pegawai pemerintah non pegawai negeri yang setara Pegawai Negeri
Sipil Golongan III dan Golongan IV dan anggota keluarganya.
 f. Veteran dan perintis kemerdekaan beserta anggota keluarganya.

 g. Peserta pekerja penerima upah bulanan lebih dari 2 (dua) kali PTKP
dengan status kawin dengan 2 (dua) anak dan anggota keluarganya.
 h. Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
dengan iuran untuk manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.
PENGORGANISASIAN (1)
 Lembaga Penyelenggara Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
JKN diselenggarakan oleh BPJS yang
merupakan badan hukum publik milik Negara
yang bersifat non profit dan bertanggung
jawab kepada Presiden. BPJS terdiri atas
Dewan Pengawas dan Direksi.
PENGORGANISASIAN (2)
Monitoring dan Evaluasi
 Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan

Jaminan Kesehatan Nasional merupakan


bagian dari sistem kendali mutu dan biaya.
Kegiatan ini merupakan tanggung jawab
Menteri Kesehatan yang dalam
pelaksanaannya berkoordinasi dengan Dewan
Jaminan Kesehatan Nasional.
PENGAWASAN

Pengawasan Pengawasan
internal eksternal

a. Dewan pengawas; a. DJSN; dan


dan
b. Lembaga
b. Satuan pengawas pengawas
internal independen
PENANGANAN KELUHAN
 Keluhan adalah ungkapan ketidakpuasan
peserta terhadap pelayanan yang telah
diberikan dalam hal ini penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan Nasional.
 Penanganan keluhan adalah upaya atau
proses untuk mengetahui suatu
permasalahan dengan jelas, menilai, dan
menyelesaikan permasalahan tersebut.
PRINSIP
PENANGANAN KELUHAN (1)
 a. Obyektif: penanganan keluhan masyarakat harus
berdasarkan fakta atau bukti yang dapat dinilai berdasarkan
kriteria tertentu yang ditetapkan.
 b. Responsif (cepat dan akurat): setiap pengaduan dan
permasalahan perlu ditangani/ditanggapi secara cepat
dan tepat. Untuk itu penanganan dan penyelesaian
pengaduan diselesaikan pada tingkat yang terdekat
dengan lokasi timbulnya masalah.
 c. Koordinatif: penanganan keluhan masyarakat harus
dilaksanakan dengan kerja sama yang baik di antara
pejabat yang berwenang dan terkait, berdasarkan
mekanisme, tata kerja, dan prosedur yang berlaku,
sehingga permasalahan dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya.
PRINSIP
PENANGANAN KELUHAN (2)
 d. Efektif dan efisien: penanganan keluhan masyarakat
harus dilaksanakan secara tepat sasaran, hemat tenaga,
waktu, dan biaya.
 e. Akuntabel: proses penanganan keluhan masyarakat
dan tindak lanjutnya harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
prosedur yang berlaku.
 f. Transparan: penanganan keluhan masyarakat
dilakukan berdasarkan mekanisme dan prosedur yang
jelas dan terbuka, sehingga masyarakat yang
berkepentingan dapat mengetahui perkembangan tindak
lanjutnya.
MEKANISME
PENANGANAN KELUHAN (1)
 Penanganan keluhan merupakan salah satu
komponen untuk menyelesaikan masalah
pelayanan kesehatan, baik yang bersifat
administratif maupun bersifat medis.
Permasalahan bisa terjadi antara Peserta dan
Fasilitas Kesehatan; antara Peserta dan BPJS
Kesehatan; antara BPJS Kesehatan dan
Fasilitas Kesehatan; atau antara BPJS
Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan.
MEKANISME
PENANGANAN KELUHAN (2)
 Mekanisme yang dapat ditempuh untuk
menyelesaikan ketidakpuasan para pihak tersebut
adalah:
 1) Jika Peserta tidak puas terhadap pelayanan yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, Peserta dapat mengajukan
pengaduan kepada Fasilitas Kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS dan atau BPJS Kesehatan.
 2) Jika Peserta dan/atau fasilitas kesehatan tidak
mendapatkan pelayanan yang baik dari BPJS
Kesehatan maka dapat menyampaikan pengaduan
kepada Menteri Kesehatan.
MEKANISME
PENANGANAN KELUHAN (3)
 Jika terjadi sengketa antara Peserta dengan
fasilitas kesehatan, Peserta dengan BPJS
kesehatan, BPS Kesehatan dengan Fasilitas
Kesehatan atau BPJS Kesehatan dengan
asosiasi Fasilitas Kesehatan maka sebaiknya
diselesaikan secara musyawarah oleh para pihak
yang bersengketa.
 Jika tidak dapat diselesaikan secara musyawarah
sengketa diselesaikan dengan cara mediasi atau
pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Anda mungkin juga menyukai