2
4
6
7
operasi 7-10 hari
17. Masa Pemulihan 4-6 hari
18. Hasil Dubius ad bonam
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik. Untuk kasus kronis dilakukan irigasi tiap 1 minggu.
23. Tingkat Evidens 1b dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis 1. Pada keadaan akut: tidak ada peradangan atau infeksi.
2. Pada kasus kronis: tidak terdapat sumbatan duktus nasolakrimal
25. Edukasi 1. Minum obat sesuai anjuran.
2. Kemungkinan adanya penyulit, serta kemungkinan diperlukan
tindakan operasi.
3. Tujuan operasi, prognosis.
26. Kepustakaan American Academy of Ophthalmology Staff. Abnormalities of the
Lacrimal Secretory and Drainage Systems. In: Orbit, Eyelid S, and
Lacrimal System. Basic and Clinical Science Course. Section 7.
California: American Academy of Ophthalmology 2011;p. 274-76.
8
9
13. Penyulit 1. Glaukoma sekunder
2. Ambliopia
3. Ablasio retina
4. Eso / eksodeviasi
14. Informed Consent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar DPJP Refraksi, DPJP Bedah Refraktif, DPJP Vitreoretina, Residen
madya-chief
16. Lama Perawatan 1-3 hari jika perlu operasi
17. Masa Pemulihan 1-3 bulan untuk pemulihan post operasi
18. Hasil Dubius ad bonam bila tanpa penyulit
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam bila tanpa penyulit
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik tiap 3-6 bulan
23. Tingkat Evidens 1b dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Penglihatan optimal dengan kacamata
25. Edukasi Penggunaan kacamata, kontrol ukuran kacamata tiap 6 bulan. Untuk
penggunaan lensa kontak, memperhatikan higienitas lensa kontak,
segera kontrol bila ada keluhan. Miopia post operasi atau laser, kontrol
sesuai anjuran atau bilaada keluhan
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. Optics of The Human
Eye. In: Clinical Optics. Basic and Clinical Science Course. Section
3. California: American Academy of Ophthalmology 2011;p. 118
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012.
10
11
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Kontrol bila ada keluhan
23. Tingkat Evidens 1b dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Penglihatan optimal dengan kacamata
25. Edukasi Kacamata diperlukan untuk penglihatan dekat, kontrol kembali apabila
kacamata dirasakan tidak nyaman
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. Optics of The Human
Eye. In: Clinical Optics. Basic and Clinical Science Course. Section
3. California: American Academy of Ophthalmology 2011;p. 118
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012
12
13
preretina dan / atau perdarahan vitreous (VH), traction retinal
detachment (TRD), rubeosis iridis, dan glaucoma neovascular.
3. Edema macula dapat ditemukan pada setiap tahap diatas
7. Diagnosis Banding 1. Retinopati hipertensi
2. Oklusi vena retina
8. Pemeriksaan 1. Foto Fundus
Penunjang 2. Fundus Flourescein Angiography (FFA)
3. Optical coherence tomography (OCT) terutama untuk edema macula
diabetik
4. Ultrasonografi bila ada perdarahan vitreus, elektroretinografi bila
perlu
9. Konsultasi Dokter Spesialis Penyakit Dalam
10. Perawatan Tidak perlu
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Skrining retinopati diabetik dilakukan segera setelah diagnosis DM
(ICD 9-CM) ditegakkan pada tipe II DM dan 5 tahun setelah diagnosis DM
ditegakkan pada tipe I DM
2. Manajemen faktor risiko sistemik, bekerja sama dengan ahli
penyakit dalam / endokrin
3. Fotokoagulasi laser fokal / grid diindikasikan pada edema macula
diabetik
4. Fotokoagulasi laser panretina diindikasikan pada NPDR berat dan
PDR
5. Fotokoagulasi laser dapat dipertimbangkan pada penderita NPDR
dan edema macula dengan katarak, penderita dengan kontrol
diabetes yang tidak baik, NPDR yang pada mata satunya mengalami
progresivitas, adanya komplikasi lain termasuk gagal ginjal,
penderita berkediaman jauh atau penderita tak disiplin
6. Anti VEGF dapat diindikasikan pada edema macula diabetik
12. Tempat Poliklinik
Pelayanan
13. Penyulit 1. Perdarahan retina, ablasio retina
2. Oklusi vena retina sentral atau cabang
3. Proliferatif vitreus retinopati
14. Informed Consent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar DPJP, residen madya-chief
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan -
18. Hasil Progresifitas tergantung kontrol gula darah
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius, tergantung terkontrolnya gula darah, konstan, HT
22. Tindak Lanjut Vitrektomi diindikasikan pada PDR dengan perdarahan vitreus non-
clearing (setelah 1-6 bulan), perdarahan pre-retina masif, tractional
retinal detachment, epiretinal membrane macula dan ploriferasi
fibrovaskular berat yang tidak responsif tehadap tindakan laser.
14
23. Tingkat Evidens 1a dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh
25. Edukasi Menjaga kadar gula darah, gaya hidup, diet dan exercise.
26. Kepustakaan 1. Kepustakaan: American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-
2012. Retinal vascular disease: Diabetic Retinopathy. In: Retina dan
vitreus. United State of America: American Academy of
Ophthalmology. p. 109-131
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012
15
16
mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak.
7. Diagnosis Banding Kekeruhan badan kaca, endoftalmitis, ablasio retina
8. Pemeriksaan 1. USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata selain
Penunjang katarak
2. Laboratorium sesuai kondisi penyakit dalam.
9. Konsultasi Geriatri / penyakit dalam sesuai kondisi
10. Perawatan Bila ada indikasi penyakit dalam / geriatri 2 – 4 hari.
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama dengan
(ICD 9-CM) 6/12 yaitu pemberian kacamata dengan koreksi terbaik
2. Jika visus masih lebih baik dari 6/12 tetapi sudah mengganggu
aktivitas berkaitan dengan pekerjaan pasien atau ada indikasi medis
lain, pasien dapat dilakukan operasi katarak
3. Tata laksana pasien katarak dengan visus terbaik kurang dari 6/12
adalah operasi katarak berupa EKEK+IOL atau Sics + IOL atau
fakoemulsifikasi+IOL dengan mempertimbangkan ketersediaan alat,
derajat kekeruhan katarak dan tingkat kemampuan ahli bedah.
4. Operasi katarak dilakukan menggunakan mikroskop operasi dan
peralatan bedah mikro, dimana pasien dipersiapkan untuk implantasi
IOL
5. Ukuran IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta pengukuran
Biometri A-scan
6. Apabila tidak tersedia peralatan keratometri dan dan biometri,
ukuran IOL dapat ditentukan berdasarkan anamnesis ukuran
kacamata yang selama ini dipakai pasien. IOL standar power 20.00
dioptri. Jika pasien menggunakan kacamata, power IOL standar
dikurangi ukuran kacamata
7. Operasi katarak bilateral sangat tidak dianjurkan berkaitan dengan
risiko pasca operasi yang berdampak kebutaan, tetapi dapat
dipertimbangkan jika ada keadaan khusus.
12. Tempat Poliklinik, Ruang Operasi (jika dilakukan tindakan), Ruang rawat inap
Pelayanan
13. Penyulit Jika ada komplikasi pasca operasi harus diperhatikan: luka yang tidak
sempurna menutup, edema kornea, inflamasi dan uveitis, atonik pupil,
papillary captured, masalah berkaitan dengan IOL, kekeruhan kapsul
posterior, TASS (Toxic Anterior Segment Syndrome), capsular bag
distention syndrome, sisa massa lensa / korteks, cystoids macular edema,
choroidal detachment, ablasio retina dan endoftalmitis
14. Informed Consent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar DPJP, residen madya-chief
16. Lama Perawatan 2-4 hari jika dilakukan tindakan
17. Masa Pemulihan 2-3 minggu post operasi
18. Hasil Baik
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Jika ada tindakan operasi:
17
1. Frekuensi pemeriksaan pasca bedah ditentukan berdasarkan tingkat
pencapaian visus optimal yang diharapkan.
2. Pada pasien dengan risiko tinggi, seperti pada pasien dengan satu
mata, mengalami komplikasi intraoperasi dan riwayat penyakit mata
lain sebelumnya, pemeriksaan harus dilakukan satu hari setelah
operasi.
3. Pada pasien yang dianggap tidak bermasalah serta diduga tidak akan
mengalami komplikasi, maka mengikuti petunjuk pemeriksaan
lanjutan sebagai berikut:
a. Kunjungan pertama: dalam kurun waktu 48 jam setelah operasi
(mendeteksi dan mengatasi komplikasi dini seperti kebocoran
luka, hipotonus, peningkatan tekanan intraokuler, edema kornea
atau tanda-tanda peradangan)
b. Kunjungan kedua: hari 4-7 setelah operasi jika tidak dijumpai
masalah pada kunjungan pertama (mendeteksi dan mengatasi
kemungkinan endoftalmitis)
c. Kunjungan ketiga: dijadwalkan sesuai kebutuhan pasien dimana
bertujuan untuk memberikan kacamata sesuai dengan refraksi
terbaik
4. Obat-obatan yang digunakan pasien pasca operasi bergantung pada
kondisi mata serta disesuaikan dengan kebutuhan. Tetapi
penggunaan tetes mata kombinasi antibiotic dan steroid harus
diberikan pada pasien dan digunakan setiap hari paling tidak selama
minimal 4 minggu pasca operasi
23. Tingkat Evidens 1b dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Penglihatan pulih kembali
25. Edukasi Pasien mendapat penjelasan mengenai penyebab dan tata laksana
katarak. Selanjutnya dijelaskan juga mengenai indikasi operasi dan
perawatan operasi.
26. Kepustakaan 1. Kepustakaan: American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-
2012. Lens and Cataract. United State of America: American
Academy of Ophthalmology. p. 43-196
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012
18
20
22
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-2012. Glaucoma.
Section 10. United State of America: American Academy of
Ophthalmology.
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2012
23
24
antibiotika intravitreal, kemudian segera dirujuk. Pilihan pertama
adalah vancomycin 1 mg/0,1 mL dan ceftazidime intravitreal 2,25
mg/0,1 mL. Bisa dilakukan reinjeksi jika 48-72 jam pasien
mengalami perburukan. (Pilihan lain sefazolin 2,25 mg/0,1 mL
dikombinasikan tobramisin 0,1-0,2 mg/0,1 mL)
4. Apabila dicurigai endoftalmitis jamur, berikan injeksi intravitreal
voriconazole 50-100 µg/0,1 mL.
5. Vitreous tap harus dilakukan sebelum dilakukan injeksi intravitreal
6. Bila perlu diberikan antibiotika topikal golongan Quinolon
(levofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin) per jam
7. Steroid oral (prednisone / metilprednisolon) 0,5-1 mg/kgBB/hari
kemudian diturunkan bertahap sesuai kondisi klinis
8. Steroid tetes diberikan bila kornea intak
9. Tetes mata sikloplegik
10. Obat anti laukoma bila TIO tinggi
12. Tempat Poli Mata, Ruang rawat inap dan kamar operasi
Pelayanan
13. Penyulit Ablasio retina, panoftalmitis
14. Informed Consent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar DPJP, residen junior – chief
16. Lama Perawatan Tanpa tindakan operasi : 3 hari, dengan tindakan operasi : 5 hari
17. Masa Pemulihan 2 minggu
18. Hasil 1. Tidak mengembalikan visus
2. Mencegah perluasan infeksi
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad visam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
22. Tindak Lanjut Vitrektomi
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Berkurangnya tanda infeksi intraokuli, dan visus tidak semakin buruk
25. Edukasi 1. Progresifitas dan prognosis penyakit
2. Komplikasi
3. Kemungkinan tindakan selanjutnya
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. Endopthalmitis. In:
Intraocular Inflammation dan Uveitis. Basic and Clinical Science
Course 9. California: American Academy of Ophthalmology 2011;
p. 269-80
2. Panduan Praktik Klinik (PPK) RSUPN. Cipto Mangunkusumo-
Kirana 2012.
25
26
Penunjang 2. Tes zat warna rose Bengal
3. Schirmer test
4. Ferning test
5. Uji sensibilitas kornea
6. Pemeriksaan laboratorium jika dicurigai adanya penyakit autoimun
9. Konsultasi Dokter spesialis penyakit dalam
10. Perawatan Tidak perlu
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Air mata buatan (tetes / salep / gel)
(ICD 9-CM) 2. Tetes mata steroid / sodium hyaluronat / siklosporin (pada dry eye
sedang dan berat)
3. Lensa kontak pada dry eye berat
4. Bila terdapat blefaritis anterior:
a. Kompres hangat dan pembersihan kelopak
b. Antibiotika topikal (Asam fusidat, bacitracin, bacitracin-
polymixin B, chlorampenicol, eritromisin, neomisin atau
azitromisin, tetrasiklin salep)
c. Antibiotika sistemik
d. Kortikosteroid topikal (tetes mata fluorometholon 0,1%,
deksametason salep mata)
5. Bila terdapat blefaritis posterior:
a. Kompres hangat dan pembersihan kelopak
b. Doxycycline dengan dosis inisial 2x100 mg/hari selama 3-4
minggu, dilanjutkan dengan dosis rumatan 50-100 mg/hari
c. Suplemen omega-3
6. Oklusi pungtum lakrimal dipikirkan pada dry eye derajat berat
12. Tempat Poli mata
Pelayanan
13. Penyulit Keratitis, konjungtivitis, blefaritis
14. Informed Consent Lisan
15. Tenaga Standar DPJP, residen junior – chief
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan -
18. Hasil Terkontrol dengan obat
19. Patologi Tidak ada
20. Otopsi Tidak ada
21. Prognosis Ad vitam : bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
22. Tindak Lanjut Tidak ada
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Keluhan berkurang disertai perbaikan pada hasil Schirmer test setelah
terapi
27
25. Edukasi 1. Progresi penyakit
2. Komplikasi yang dapat terjadi
3. Pengobatan dan tindakan yang mungkin diperlukan
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. Section 8. External
disease and cornea. San Fransisco: American Academy of
Ophthalmology; 2011-2012
2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: A systematic
Approach. Seventh edition. Edinburgh: Elsevier Saunders. 2011.
3. Pedoman Penggunaan Antibiotik Departemen Mata. RSCM-Kirana
(unpublished)
4. Panduan Praktik Klinik RSCM-Kirana 2012.
28
30
4. Cyclosporin : 2,5-5 mg/kgBB/hari (dosis awal 2,5 mg/kgBB/hari).
Evaluasi : TD, LFT, RFT
Pada behcet disease, agen imunosupresif (cyclosporine,
azathioprine) lebih dianjurkan daripada steroid oral
5. Pada VKH dan SO dibutuhkan pemberian steroid sistemik dengan
tapered dose atau agen imunosupresif minimal selama 9 bulan,
bahkan 1 tahun / lebih.
12. Tempat Pelayanan Poli mata, ruang rawat inap
13. Penyulit Glaukoma, katarak, sikatrik kornea
14. Informed Consent Lisan
15. Tenaga Standar DPJP, residen junior-chief
16. Lama Perawatan Menggunakan imunosupresan intravena : 3 hari
17. Masa Pemulihan 3 bulan – 1 tahun
18. Hasil Stabil bila tidak ada peradangan
19. Patologi Tidak ada
20. Otopsi Tidak ada
21. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam/malam
Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad functionam : dubia ad bonam/malam
22. Tindak Lanjut Operasi bila terjadi penyulit
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Keluhan membaik, tanpa penyulit
25. Edukasi 1. KIE prognosis visus baik jika pengobatan dimulai secara dini dan
dosis memadai
2. KIE untuk evaluasi berkala, karena rekuken cukup tinggi
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. Endopthalmitis. In:
Intraocular Inflammation dan Uveitis. Basic and Clinical Science
Course 9. California: American Academy of Ophthalmology 2011-
2012; p. 82-83, 172-196
2. Kanski J. Clinical Ophthalmology A systematic Approach. Seventh
edition. Elsevier Saunders. 2011, p.422-436
31
33
34
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut -
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Perbaikan penglihatan
25. Edukasi Dijelaskan mengenai penyebab, work-up, keadaan mata, terapi dan
follow up
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-2012. Neuro-
Ophthamology. United State of America: American Academy of
Ophthalmology.127-129.
2. Panduan Praktek Klinik RSCM Kirana. 2012
35
37
38
17. Masa Pemulihan -
18. Hasil Baik
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius ad malam
22. Tindak Lanjut -
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Pengurangan mata menonjol
25. Edukasi Dijelaskan mengenai penyebab, work-up, keadaan mata, terapi dan
follow up
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-2012. Neuro-
Ophthamology. United State of America: American Academy of
Ophthalmology.331-334.
2. Panduan Praktek Klinik RSCM Kirana. 2012
39
40
13. Penyulit 1. Odem Makula permanen
2. Glaukoma sekunder
14. Informed Consent Ya
15. Tenaga Standar Dokter Spesialis Mata
16. Lama Perawatan -
17. Masa Pemulihan 1 -2 bulan
18. Hasil Baik jika penanganan lebih awal, dan faktor risiko diketahui
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Baik jika penanganan lebih awal, dan faktor risiko diketahui
22. Tindak Lanjut Poliklinik
23. Tingkat Evidens II/III
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Membatasi perdarahan pada retina
25. Edukasi Menjaga faktor risiko seperti: hipertensi, diabetis, dan kolesterol
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology. Basic nd Clinical science
course . Section 12: Retina and vitreous. San fransisco.2009-2010
2. Ryan Sj editor. Retina-3rd edition.St Louis; Mosby: 2001
3. Charles S, Katz A.Vitreous microsurgery. Philadepphia; Lippincott
Wiliam and Wilkins: 2002
4. Bhavsar AR. Retina and vitreous Surgery. China; Saunders: 2009
41
43
44
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Mencegah kekambuhan
25. Edukasi Bila terjadi pertumbuhan kembali massa tumor, segera datang ke
pelayanan kesehatan mata
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology Staff. 2011-2012. Opthalmic
Pathology and Intra Ocular Tumor. San Fransisco : American
Academy of Ophthalmology p215-219.
2. Rosner.M.2007.Squamous Cell Carcinoma In Clinical Opthalmic
Oncology.Ed Singh A.Philadelphia : Sauders Elsevier.P.81-83.
45
47
49
50
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut -
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh
25. Edukasi Kontrol bila ada keluhan
26. Kepustakaan 1. Staff, AAO. Enteropin. Orbit, Eyelid S, and Lacrimal System, 2005
– 2006, 12:201-207
2. Collin, JRO.A Manual Systemtic Eyelid Surgery, Churcill
Livingstone, 2007: 29-56.
3. RSCM Kirana/SMF Mata FK Universitas Indonesia, Jakarta; 2012
51
52
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut -
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh
25. Edukasi Kontrol bila ada keluhan
26. Kepustakaan 1. Staff, AAO. Enteropin. Orbit, Eyelid S, and Lacrimal System, 2005
– 2006, 12:201-207
2. Collin, JRO.A Manual Systemtic Eyelid Surgery, Churcill
Livingstone, 2007: 29-56.
3. RSCM Kirana/SMF Mata FK Universitas Indonesia, Jakarta; 2012
53
54
ambliopia
26. Kepustakaan 1. American Academy of OphthalmologyStaff. 2011-2012.
ChildhoodCataractsandOtherPediatricLensDisorders. In :
PediatricOphthalmologyandStrabismus. United State of America:
American Academy of Ophthalmology. p. 245-260
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2011
55
57
4. Selanjutnya tiap tahun
23. Tingkat Evidens Ib dan A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Membaik, regresi tumor
25. Edukasi 1. Selalu waspada bila menjumpai anak dengan gambaran white pupil /
mata kucing
2. Bersedia dilakukan rangkaian pemeriksaan sampai dibuktikan bukan
suatu retinoblastoma
3. Retinoblastoma stadium dini masih mungkin disembuhkan.
26. Kepustakaan 1. American Academy of OphthalmologyStaff. 2011-2012. Ocular And
PeriocularTumors In Childhood. In :
PediatricOphthalmologyandStrabismus. United State of America:
American Academy of Ophthalmology. p. 354-361
2. Panduan Praktik Klinik RSCM Kirana. 2011
58
60
62
63
25. Edukasi Higiene, sanitasi, dan pemakaian obat sesuai petunjuk
26. Kepustakaan 1. American Academy of Ophthalmology. 2011-2012. External Disease
And Cornea. Basic And Clinical Science Course. Section 8. San
Fransisco: AAO, p. 373-375
2. Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI, p. 275-276.
64
65
22. Tindak Lanjut Kontrol poli mata
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Mencegah sikatrik kornea
25. Edukasi 1. Bandage lensa kontak selama 3 hari
2. MRS bila trauma akibat kimia basa pada 1 mata atau trauma akibat
kimia asam pada kedua mata.
26. Kepustakaan Standar Pelayanan Medis Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP
Sanglah Denpasar tahun 2009.
66
67
a. Paracentesa hifema
b. Katarak ekstraksi dengan implantasi IOL
c. Repair laserasi
d. Vitrektomi.
12. Tempat IGD, kamar operasi IGD RSUD Kabupaten Klungkung.
Pelayanan
13. Penyulit Endoftalmitis, simpatik oftalmia, ptisis bulbi
14. Informed Consent Tertulis
15. Tenaga Standar Dokter umum, dokter spesialis mata
16. Lama Perawatan 5-8 hari
17. Masa Pemulihan 7-14 hari
18. Hasil Sembuh sempurna / sembuh parsial / buta
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik mata
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Mencegah endoftalmitis
25. Edukasi Bed rest
26. Kepustakaan 1. Kuhn, Ocular Traumatology, 2008
2. Protap SMF Ilmu Kesehatan Mata FK UNUD/RSUP Sanglah
Denpasar
68
69
c. Repair ruptur
12. Tempat IGD, kamar operasi IGD RSUD Kabupaten Klungkung.
Pelayanan
13. Penyulit Endoftalmitis, ptisis bulbi, glaukoma sekunder, glaukoma absolut
14. Informed Consent Tertulis
15. Tenaga Standar Dokter umum, Dokter Spesialis Mata
16. Lama Perawatan 5-8 hari
17. Masa Pemulihan 7-14 hari
18. Hasil Sembuh sempurna / sembuh parsial / buta
19. Patologi Tidak
20. Otopsi Tidak
21. Prognosis Baik / dubius
22. Tindak Lanjut Kontrol poliklinik mata
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Mempertahankan rigiditas bola mata
25. Edukasi Bed rest
26. Kepustakaan 1. Kuhn, Ocular Traumatology, 2008
2. Protap SMF IK Mata FK UNUD / RSUP Sanglah Denpasar.
70