Anda di halaman 1dari 3

Dosis obat pada angina pectoris yang disertai dengan aterosklerosis, antara lain:

a. Nitrat

1. Untuk serangan, baik digunakan sediaan sublingual: isosorbit dinitrat 30%: 2,5 10
mg dan nitrogliserin 38%: 0,15 0,6 mg
2. Untuk pencegahan digunakan sediaan per oral: kadar puncak 60 90 menit, lama kerja
3 6 jam
3. Parenteral (IV) baik digunakan untuk vasospasme koroner dan angina pectoris tidak
stabil, angina akut dan gagal jantung kongestif
4. Salep untuk profilaksis: puncak 60 menit, lama kerja 4 8 jam

b. Beta Blocker
1. Propanolol: tab 10 dan 40 mg, kapsul lepas lambat 160 mg
2. Alprenolol: tab 50 mg
3. Oksprenolol: tab 40 mg, 80 mg, tab lepas lambat 80 mg
4. Metoprolol: tab 50 dan 100 mg, tab lepas lambat 100 mg
5. Bisoprolol: tab 5 mg
6. Asebutolol: kap 200 mg dan tab 400 mg
7. Pindolol: tab 5 dan 10 mg
8. Nadolol: tab 40 dan 80 mg
9. Atenolol: tab 50 dan 100 mg

c. Calcium Antagonis
1. Nifedipin (3x10-20mg),
2. Verapamil (3x80-120mg) dan
3. Diltiazem (3-4x60mg)

Toksisitas obat pada angina pectoris yang disertai dengan aterosklerosis, antara lain:

1. a) Nitrat
Secara umum, efek samping yang timbul akibat penggunaan obat golongan nitrat
untuk antiangina yang disertai aterosklerosis adalah : dilatasi arteri akibat nitrat
menyebabkan sakit kepala (30-60% dari pasien yang menerima terapi nitrat), sehingga
seringkali dosisnya dibatasi. Efek samping yang lebih serius adalah hipotensi dan
syncop(pingsan). Refleks takikardia seringkali terjadi. Dosis tinggi yang diberikanjangka
panjang bisa menyebabkan methemoglobinemia sebagai akibat oksidasi dari hemoglobin.
Sesekali juga dapat menyebabkan rash yaitu lesi kemerahan pada kulit. Penggunaan
nitrat yang berkelanjutan dapat menyebabkan terjadi toleransi (efek terapi berkurang)`,
bukan saja pada efek samping, tapi juga pada efek antiangina dari nitrat kerja lama.
Ketergantungan pada nitrat terjadi pada pemberian nitrat kerja lama (oral maupun
topikal). Penghentian terapi kronik harus dilakukan secara bertahap untuk menghindari
timbulnya fenomena rebound berupa vasospasme yang berlebihan dengan akibat
memburuknya angina sampai terjadinya infark miokard dan kematian mendadak. Edema
perifer juga kadang-kadang terjadi pada pemberian nitrat kerja lama. Nitrat yang
diberikan secara oral dapat menimbulkan terjadinya dermatitis kontak.
- Isosorbid mononitrat, efek sampingnya berupa sakit kepala berdenyut, muka merah,
pusing hipotensi postural, dan takikardi.
- Isosorbid dinitrat, efek sampingnya berupa sakit kepala berdenyut, muka merah,
pusing hipotensi postural, dan takikardi.
- Gliseril trinitrat, efek sampingnya berupa sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing
hipotensi postural, dan takikardi.
b) Nitrit
Sama halnya dengan obat-obatan lain, nitrit juga berpotensi menyebabkan efek
samping, antara lain:
- Pusing
- Hipotensi
- Mual
- Muntah
- Wajah Memerah
- Takikardia
-
2. -Blockers
Efek samping dari -blocker adalah memperlambat denyut jantung dan dapat
menyebabkan depresi miokard. -blocker dapat mencetuskan asma, karena itu, harus
dihindarkan pemberiannya pada pasien dengan dengan riwayat asma atau bronkospasme.
-blocker juga dapat menyebabkan efek lalah, rasa dingin di kaki dan tangan serta
gangguan tidur dengan mimpi buruk. Beriku adalah contoh obat golongan -blocker dan
efek sampingnya:
a) Non selektif -blocker
- Propanolol, memiliki efek samping : bradikardi, gagal jantung, gangguan konduksi,
bronkospasme, vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur,
jarang ruam kulit dan mata kering
- Asebutolol, memiliki efek samping : bradikardi, gagal jantung, gangguan konduksi,
bronkospasme, vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur.
b) Cardioselektif -blocker
- Metoprolol, memiliki efek samping : bradikardi, gagal jantung, gangguan konduksi,
bronkospasme, vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur.
- Atenolol, memiliki efek samping : bradikardi, gagal jantung, gangguan konduksi,
bronkospasme, vasokontriksi perifer, gangguan saluran cerna, fatigue, gangguan tidur.

Referensi :
1) Neal, M.J., 2006, At a Galance Farmakologi Medis, Edisi V, 38-39, Erlangga, Jakarta
2) Setiawati, A, dan Suyatna, F.D., 2001, Farmakologi dan Terapi: Obat Antiangina,
Edisi IV, 343-363, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai