Anda di halaman 1dari 13

Analisa Undang-Undang BPJS dan Pelayanan BPJS

Disusun Oleh:

Sandi (200313226)

MANAJEMEN D

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG

2022
DAFTAR ISI

Latar Belakang BPJS..............................................................................................................3

Tujuan BPJS...........................................................................................................................5

Gambaran Undang-Undang BPJS..........................................................................................6

Pelayanan BPJS......................................................................................................................8

Pendekatan Teori Sosiologi Ekonomi yang digunakan........................................................10

Analisa Undang-Undang BPJS dan Pelayanan BPJS dengan Teori Sosiologi Ekonomi.....11

Kesimpulan...........................................................................................................................12

Daftar Pustaka......................................................................................................................13
Latar Belakang BPJS
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan
Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan
jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai
Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta
keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

Setiap warga negara wajib mengikuti BPJS sesuai ketentuan Pasal 14 Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Untuk perusahaan
diwajibkan untuk mendaftarkan karyawannya mengikuti BPJS, sedangan untuk orang atau
keluarga yang tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota
keluarganya pada BPJS. Dan untuk warga miskin nantinya BPJS akan ditanggung pemerintah
sebagai Program Bantuan Iuran.

BPJS Kesehatan mulai diberlakukan sejak tahun 2014. Dan diberlakukan sistem
mandiri bagi peserta kategori Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) yang sistem
pembayarannya ditagihkan secara per individu. Namun dengan sistem ini didapati rendahnya
tingkat kepatuhan terutama terjadi pada peserta mandiri mencapai 50 persen lebih dari total
19 juta peserta pada 2015 lalu. Karenanya BPJS Kesehatan membuat sistem baru yakni 1
Virtual Accont untuk meningkatkan tingkat kepatuhan masyarakat untuk aktif sebagai peserta
BPJS Kesehatan dan menekankan sistem gotong royong sebagai peserta BPJS Kesehatan.
Status aktivasi peserta sebelum pembayaran bulan September 2016 akan disesuaikan dengan
status aktivasi pada masing-masing peserta sebelumnya. Sedangkankan status peserta yang
telah membayar iuran pada bulan September 2016 adalah sama aktif untuk seluruh anggota
keluarga.

Sesuai Peraturan Presiden No 19/2016 pasal 17A.1 keterlambatan bayar lebih dari 1
bulan sejak tanggal 10 maka status penjamin peserta BPJS akan dihentikan sementara. Dalam
waktu 45 hari sejak status diaktifkan kembali, peserta wajib membayarkan denda kepada
pihak BPJS untuk setiap pelayanan rawat inap. Besaran denda yang dimaksud adalah sebesar
2,5% dari setiap biaya pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak. Ketentuan ini
berlaku jika peserta menunggak sampai paling banyak 12 bulan dengan besar denda paling
banyak Rp. 30.000.000.

Namun pada kenyataannya banyak ditemukan fakta di lapangan bahwa sistem ini malah
memberatkan masyarakat yang berpenghasilan rendah serta memiliki tanggungan anggota
keluarga yang lebih dari 4 (empat) orang karena tidak bisa lagi melakukan pencicilan dalam
pembayaran BPJS Kesehatan untuk keluarganya sesuai prioritas kebutuhan. Mekanisme
pembayaran iuran BPJS Kesehatan yang baru dianggap tidak fleksibel, walaupun secara
administratif pembayaran kolektif dianggap lebih efisien. potensi penurunan kolektabilitas
iuran sangat tinggi. Ketidakmampuan untuk membayar secara kolektif di kelas yang sama
akan mengakibatkan penundaan atau bahkan gagal bayar seluruh keluarga.
Tujuan BPJS
BPJS Kesehatan adalah badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan sebagaimana  dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Jaminan kesehatan menurut Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional yaitu jaminan yang
diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi  sosial dan prinsip ekuitas,
dengan tujuan menjamin agar seluruh rakyat Indonesia memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan  dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Kehadiran BPJS
Kesehantan memiliki peran sentral dalam mewujudkan sistem jaminan sosial nasional bidang
kesehatan. Hal ini mengingat BPJS Kesehatan, secara mendasar melakukan pembenahan
terhadap sistem pembiayaan kesehatan yang saat ini masih didominasi oleh out of pocket
payment, mengarah kepada sistem pembiayaan yang lebih tertata berbasiskan asuransi
kesehatan sosial. 
Gambaran Undang-Undang BPJS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 24 TAHUN 2011
TENTANG
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial.
2. Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh
rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
3. Dana Jaminan Sosial adalah dana amanat milik seluruh peserta yang merupakan
himpunan iuran beserta hasil pengembangannya yang dikelola oleh BPJS untuk
pembayaran manfaat kepada peserta dan pembiayaan operasional penyelenggaraan
program Jaminan Sosial.
4. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
5. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak peserta dan/atau anggota
keluarganya.
6. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur oleh Peserta, pemberi kerja,
dan/atau Pemerintah.
7. Bantuan Iuran adalah Iuran yang dibayar oleh Pemerintah bagi fakir miskin dan orang
tidak mampu sebagai Peserta program Jaminan Sosial
8. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan
dalam bentuk lain.
9. Pemberi Kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara yang
mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lainnya.
10. Gaji atau Upah adalah hak Pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari Pemberi Kerja kepada Pekerja yang ditetapkan dan dibayar
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan,
termasuk tunjangan bagi Pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa
yang telah atau akan dilakukan.
11. Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya disingkat DJSN adalah dewan yang
berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umum dan
sinkronisasi penyelenggaraan sistem jaminan sosial nasional.
12. Dewan Pengawas adalah organ BPJS yang bertugas melakukan pengawasan atas
pelaksanaan pengurusan BPJS oleh direksi dan memberikan nasihat kepada direksi
dalam penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
13. Direksi adalah organ BPJS yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan BPJS untuk kepentingan BPJS, sesuai dengan asas, tujuan, dan prinsip
BPJS, serta mewakili BPJS, baik di dalam maupun di luar pengadilan, sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ini.
14.Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Pasal 2
BPJS menyelenggarakan sistem jaminan sosial nasional berdasarkan asas:
a. Kemanusiaan;
b. Manfaat; dan
c. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

Pasal 3
BPJS bertujuan untuk mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap Peserta dan/atau anggota keluarganya.
Pelayanan BPJS
Melirik hasil survei yang dilakukan pada pengguna BPJS mengenai analisis pelayanan 
kesehatan, 100% responden mengatakan bahwa BPJS membantu masyarakat dalam
memperoleh  fasilitas dan pelayanan kesehatan. Bahkan, 85% diantaranya mengatakan bahwa
mereka  mendapatkan pelayanan yang baik ketika berobat menggunakan fasilitas BPJS.
Artinya, kehadiran  BPJS telah berpengaruh pada peningkatan kualitas dan kuantitas
pelayanan kesehatan di  Indonesia.

Namun, 15% diantaranya mengaku bahwa mereka mendapatkan layanan yang kurang
baik  ketika berobat dengan BPJS. Ada beberapa yang dikeluhkan oleh responden
diantaranya pasien  BPJS dibedakan dan kurang diprioritaskan, pasien BPJS ditolak pihak
rumah sakit, serta lamanya  penanganan dan administrasi. Pembedaan dan kurangnya
prioritas membuat masyarakat menilai  bahwa pelayanan BPJS belum memenuhi sila kelima
Pancasila, yaitu sila keadilan. Keadilan yang  dimaksud dalam hal ini yaitu kesetaraan
pelayanan kesehatan yang diberikan pada setiap pasien,  baik pengguna BPJS atau pun tidak. 

Jika instansi kesehatan melakukan diskriminasi pada pasien, maka instansi tersebut
telah  melanggar ketentuan Peraturan Kemenkes RI No 28 Tahun 2014 BAB 4 yang
menyatakan bahwa  “Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk
pelayanan kesehatan yang bersifat  menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medis
yang diperlukan”. Pada dasarnya, BPJS  harus diaplikasikan dengan memperhatikan nilai
keadilan sosial agar tidak terjadi ketimpangan  pelayanan kesehatan. Mengenai hal ini, Dirut
BPJS juga sudah menghimbau kepada instansi-instansi rumah sakit agar tidak melakukan
diskriminasi pelayanan kesehatan. 

Kementerian Kesehatan meminta kepada seluruh masyarakat agar lebih bersabar, dan 
menegaskan bahwa pihaknya memerlukan waktu untuk membereskan manajeman fasilitas 
Kesehatan agar dapat memberikan pelayanan terbaik bagi para pengguna BPJS. Kementerian 
Kesehatan juga menghimbau masyarakat agar mengutamakan upaya-upaya pencegahan
penyakit  dan deteksi dini daripada memilih opsi mengobati. 

Pihak BPJS Kesehatan sendiri wajib memberikan informasi selengkap-lengkapnya 


mengenai hak dan kewajiban masyarakat kepada para petugasnya di lapangan, agar mereka
dapat  langsung menanggapi serta memberikan jawaban bila sewaktu-waktu warga datang
untuk  bertanya. Oleh karena itu, BPJS Kesehatan perlu mengembangkan adanya mekanisme
mengenai  penanganan keluhan secara tersistematis dan terstandar. Setelah itu, BPJS
Kesehatan wajib  mensosialisasikan prosedur baru tersebut kepada seluruh petugasnya dan
juga masyarakat dengan  sebaik-baiknya. Dengan mentransparankan prosedur tersebut secara
tidak langsung BPJS  Kesehatan telah mempermudah masyarakat dalam membantu diri
mereka sendiri dalam  menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Pendekatan Teori Sosiologi Ekonomi yang digunakan
Pendekatan teori Sosiologi Ekonomi yang digunakan BPJS Kesehatan adalah Teori
Struktural Fungsional. Teori Struktural Fungsional menjelaskan bagaimana berfungsinya
suatu struktur.
Menurut Ralp Dahrendorf (1986:196) tentang asumsi dasar yang dimiliki oleh teori struktural
fungsional adalah:
A. Setiap masyarakat terdiri dari berbagai elemen yang terstruktur secara relatif mantap
dan stabil.
B. Elemen-elemen terstruktur terstruktur tersebut terintegrasi dengan baik.
C. Setiap elemen dalam struktur memiliki fungsi, yaitu memberikan sumbangan pada
bertahannya struktur itu sebagai suatu sistem
D. Setiap struktur yang fungsional dilandaskan pada suatu konsensus nilai di antarapara
anggotanya.
Analisa Undang-Undang BPJS dan Pelayanan BPJS dengan Teori Sosiologi Ekonomi
Sosiologi ekonomi didefinisikan Durkheim sebagai lembaga-lembaga ekonomi, lembaga-
lembaga yang berkaitan dengan produksi kesejahteraan, lembaga-lembaga yang berkaitan
dengan pertukaran, dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan distribusi. Lembaga-
lembaga inilah yang merupakan subjek kajian dari sosiologi ekonomi

Dalam pandangan Durkheim, institusi atau kelembagaan memungkinkan terjadinya relasi-


relasi sosial dan aktivitas-aktivitas ekonomi. Institusi atau kelembagaan ini tidak semata
mengelola konflik kepentingan, tetapi juga memungkinkan individu untuk menerima dan
mendefinisikan kepentingan individu itu sendiri.

Seperti yang dikatakan Emile Durkhiem bahwa pembagian kerja yang dilakukan akan
menciptakan daya tarik dan solideritas sehingga menciptakan kesejahteraan.
Kesimpulan
BPJS Kesehatan memberikan jaminan kepada pesertanya dalam bentuk pelayanan kesehatan
yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan
standar pelayanan medik. Pada BPJS Kesehatan memiliki dua jenis fasilitas kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan medis.
Daftar Pustaka

BPJS Kesehatan. (2019). Diakses pada 14 Oktober 2022, dari


https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/62

Novitasari, R. (2021). Pelayanan BPJS: Sudahkah Mencerminkan Nilai Keadilan?. Diakses


pada 14 Oktober 2022, dari https://news.unair.ac.id/2021/12/23/pelayanan-bpjs-
sudahkah-mencerminkan-nilai-keadilan/?lang=id

Prof. Dr. Damsar., dan Dr. Indrayani, S.E., M.M. (2009). Pengantar Sosiologi Ekonomi.
Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai