SKRIPSI
Oleh :
Nama : Khusnul Chotimah
NPM : 13410041 P
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh kegiatan sehari-hari tentunya akan berjalan baik jika diiringi dengan
kondisi fisik yang prima. Bahkan, lebih banyak manusia yang rela
hal yang kecil, ketika tubuh atau kondisi fisik tidak prima maka akan sangat
memang ditakdirkan sakit maka tidak dapat di tolak. Keadaaan seperti inilah
terkecuali. Dengan kata lain, Asuransi secara universal yang dimaksud ialah
mau tidak mau harus memilikinya , karena seluruh pekerja di Indonesia juga
wajib memiliki BPJS ini. Pada kenyataannya, masih banyak pelayanan BPJS
pendapatan dan struktur sistem kesehatan yang sangat tinggi. Pada negara-
2
negara dengan tingkat pengeluaran pribadi yang sangat tinggi, para pembuat
mereka dan mengatur sektor ini dengan tepat sehingga mendukung tujuan
eskalasi biaya Namun, ketika diatur dengan baik, asuransi kesehatan swasta
(Sekhri, 2014).
of Benefit (COB).
3
Indonesia adalah 400 perusahaan, terdiri atas 140 perusahaan asuransi dan
9,76% dari angka tahun sebelumnya Rp 175,89 triliun. Datam lima tahun
kesehatan penduduk Indonesia baik rawat jalan maupun rawat inap masih
didominasi oleh biaya sendiri (out of pocket) mencapai 67,9 persen untuk
rawat jalan dan 53,5 persen untuk rawat inap (Kemenkes, 2013).
Adanya program JKN pada Januari 2014, disambut baik oleh peserta yang
belum memiliki jaminan kesehatan. Namun demikian, bagi peserta yang telah
komersial), kehadiran program JKN yang wajib dapat memaksa peserta dan
terbiasa menikmati paket manfaat dan pelayanan yang lebih baik. Untuk
sosial) dan asuransi komersial berbeda, keduanya dapat tetap saling bersinergi
diantara dua atau lebih asuradur yang menjamin orang yang sama dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya pembayaran yang berlebih dari biaya yang
Skema COB semakin diminati oleh perusahaan asuransi swasta. Hal ini karena
Jumlah peserta JKN sampai dengan Februari 2017 yaitu 174.757.722 orang
baik produk individu dan grup tahun 2014 sebanyak 7.659.139 orang atau 3%
dari total populasi (OJK 2014). Jumlah peserta AKT yang telah terdaftar
Implementasi program JKN hingga saat ini telah memasuki tahun keempat,
tentunya sudah cukup banyak peserta JKN yang memiliki AKT melakukan
program COB.
permintaan sendiri. Dari 142 pasien terbagi menjadi 80% pasien naik ke kelas
VIP dan 20% naik ke kelas utama. Praktik COB selain dilakukan oleh peserta
BPJS juga dilakukan oleh peserta AKT yang memiliki dua atau lebih produk
AKT. Saat ini banyak keluarga yang memiliki cakupan ganda jaminan
kesehatan. Tentunya hal tersebut menjadi masalah yang cukup serius di dalam
yang tidak dijamin oleh asuradur pertama (pembayar primer). Namun pada
(Pamjaki, 2005)
Sebagai studi pendahuluan dilakukan analisa data klaim COB pada 5 AKT
yang bekerjasama dengan salah satu TPA di Jakarta periode 2014 sampai
dengan 2016. Diketahui sebanyak 36% adalah COB dari BPJS Kesehatan.
6
Dari jumlah tersebut sebanyak 24% merupakan klaim COB dari rumah sakit
pemerintah, 48% dari rumah sakit swasta, sementara sisanya sebesar 26%
tanpa keterangan. Produk AKT yang menjadi pambayar kedua pun bervariatif,
cash plan.
Implementasi konsep COB (BPJS Kesehatan dengan AKT atau AKT dengan
mengajukan klaim COB yang sebelumnya telah dijamin penuh oleh asuradur
pertama. Hal ini tentunya dapat menyebabkan over insurance dan pada
Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
Kesehatan.
2. Manfaat Teoritis
E. Ruang Lingkup
penelitian ini adalah HRD Badan udaha yang double cover health insurance
antara BPJS dan AKT. Peneliti akan melakukan penelitian pada Oktober 2018.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang merupakan
hasil dari wawancara mendalam. Analisa data yang dilakukan peneliti dengan
data, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Coordination Of Benefit
dimana dua atau lebih penanggung (payer) yang menanggung orang yang
sama untuk benefit asuransi kesehatan yang sama, membatasi total benefit
yang dibiayakan.
program asuransi yang dia pilih. Namun bukan berarti CoB merupakan
usaha nasabah untuk cari untung dengan klaim dobel, sama sekali bukan
klaim dari peserta, BPJS akan membayar klaim sampai dengan besaran
yang dicakup oleh BPJS dan asuransi swasta akan menutup sisanya sesuai
(JKN). Kerjasama CoB adalah suatu proses dimana dua atau lebih
UU NO 40 TAHUN 2004
Pasal 23
(3) Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas kesehatan yang
memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medik sejumlah peserta,
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memberikan kompensasi.
(4) Dalam hal peserta membutuhkan rawat inap di rumah sakit, maka kelas
pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan kelas standar.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Presiden.
Pasal 24
Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada
haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan
tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh
BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat peningkatan
kelas perawatan.
KOORDINASI MANFAAT
Pasal 27
Pasal 21
(1) Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari
pada haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang
dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat
peningkatan kelas perawatan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan tidak diperkenankan
memilih kelas yang lebih tinggi dari haknya.
B. BPJS Kesehatan
menurut data dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia Tahun 2015, Maka di
asuransi yang saat ini punya dua produk asuransi, yaitu BPJS Kesehatan dan
asuransi swasta. Nasabah yang ikut dua program asuransi, maka untuk klaim
medis menjadi tanggungan BPJS Kesehatan, namun jika melebihi plafon yang
ditentukan maka biaya akan ditanggung oleh asuransi swasta lainnya yang dia
ikuti. Hanya satu asuransi swasta aja yang diperkenankan, walaupun saat ini
ada begitu banyak asuransi swasta yang sudah bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
masyarakat makin sadar bahwa BPJS Kesehatan bisa jadi belum mencukupi
kebutuhan mereka sehingga bagi yang punya dana lebih bisa ikut tambahan
asuransi swasta. Skema CoB ini akan membuat mereka makin nyaman dalam
tambahan juga akan punya nilai tambah di mata karyawannya, proses saat ini
juga mudah, cukup satu pintu melalui pembayaran dan proses di BPJS
tersebut.
bagi peserta untuk mendapatkan manfaat lebih (khususnya dalam hal manfaat
14
Pasal 28 Peraturan Presiden No 111 Tahun 2013, skema COB ini diharapkan
atau lebih asuradur yang menjamin orang yang sama, tujuannya untuk
yang diperoleh peserta BPJS Kesehatan tidak melebihi total jumlah biaya
(Samosir, 2014).
pada pasal 24 dimana peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih
antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya atas kelas yang
lebih tinggi dari haknya dapat dibayar oleh peserta yang bersangkutan ,
Direksi BPJS nomor 04 tahun 2014 pada pasal 1 ayat 2 bahwa BPJS
3. Jika perusahaan atau badan usaha memiliki lebih dari satu asuransi
4. COB JKN-KIS dapat menggunakan rujukan yang berasal dari FKTP non
BPJS Kesehatan yang bermitra dengan perusahaan AKT. Jadi, Anda dapat
spesialistik.
pelayanan kesehatan yang diberikan tanpa indikasi medis adalah salah satu
pertama tersebut akan merujuk ke rnmah sakit yang dituju dengan jenjang
peserta koordinasi manfaat tidak bisa memilih rumah sakit sesuai dengan
double cost yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan dimana perusahaan harus
manfaat yang diperoleh peserta tidak melebihi total jumlah biaya pelayana
17
kesehatannya artinya jika jumlah biaya perawatan yang diklaim rumah sakit
Iebih besar dari tarif Indonesia Case Based Groups (Ina CBG's), asuransi
tambahan yang akan membayar selisihnya namun jika tidak melebihi dari tarif
Ina CBG maka tidak akan ada pembayaran dari asuransi tambahan sebagai
penjamin kedua.
Pertama, peserta BPJS Kesehatan tidak bisa langsung ke RS, tetapi harus
Kesehatan. Artinya, sebagai pasien Anda tidak bisa meminta rujukan dari
sangat rumit. Hal ini tidak berlaku bagi peserta asuransi biasa. Mereka bisa
dan seterusnya. Bagi sebagian orang, kepraktisan seperti ini sangat penting
meski membayar asuransi swasta dengan premi yang lebih mahal untk
mendapatkannya.
Kedua, dalam prakteknya saat ini, ternyata tidak semua obat dan layanan
pasien harus membeli obat-obat tertentu yang tidak ditanggung oleh BPJS
tidak memiliki persediaan uang pada saat itu, maka akibatnya bisa fatal.
yang lebih tinggi, misalnya VIP atau VVIP, maka selisih biaya menjadi
Karena itu bagi Anda yang telah menjadi peserta BPJS Kesehatan,
tidak hanya di rumah sakit, tetapi juga perawatan lanjutan baik di rumah
maupun berobat jalan yang juga terkadang memerlukan biaya yng tidak
cincin untuk jantung) yang lebih berkualitas. Biaya yang diperlukan akan
salah satu penyakit kritis yang disepakati dalam polis. Uang tunai pastinya
menjamin pelayanan kesehatan pada FKTP yang non Faskes atau tidak
tertutup (khusus bagi peserta tertentu). Hal itu bisa dilakukan dengan
perawatan yang lebih tinggi yakni kelas perawatan rawat inap yang
21
lebih tinggi dari kelas yang menjadi hak peserta. Saat ini,
namun bisa melayani COB atau non faskes COB. Tapi, itu hanya
rujukan atas indikasi medis ke non faskes COB. Peserta COB yang
perawtan sesuai atau di atas hak kelas BPJS Kesehatan. Jika peserta
BPJS, namun ada kelebihan dan keuntungan yang tidak atau belum
Kesehatan.
harus dibayar sendiri oleh pasien atau jika ada, asuransi swasta
harga itu yang harus dibayarkan oleh pasien.” jelas Mahlil Ruby
yang berlaku. Melalui mekanisme ini, peserta asuransi bisa naik kelas
JKN, serta mendapatkan perawatan lanjutan yang ekslusif dan bisa berobat
menjamin biaya sesuai tarif yang berlaku pada program JKN, sedangkan
6. Proses Klaim
Proses klaim juga semakin mudah, artinya jika peserta program BPJS
Kesehatan punya CoB dengan asuransi swasta maka saat dia sakit bisa
berobat di rumah sakit yang dia pilih dengan memilih rujukan dari rumah
sakit yang kerjasama dengan asuransi swasta tersebut. Selama ini kendala
kesehatan yang dia inginkan sesuai dengan rujukan sakit yang dia
dapatkan.
Dengan adanya skema CoB antara BPJS dan asuransi swasta, nasabah kini
tak perlu ragu lagi dengan kendala yang ada di lapangan karena secara
27
biaya sesuai tarif dan jika biaya melebihi plafon maka asuransi swasta
Rumah Sakit. Nasabah tidak dapat menggunakan dua kartu askes pada
saat bersamaan.
berlaku COB.
d. Penanggung kedua ini pun hanya dapat membayar sesuai limit manfaat
kesehatan yang dia ambil. Dengan kata lain, nasabah tidak bisa cari
ini disertakan juga salinan seluruh dokumen klaim yang telah disetujui
e. Kuitansi asli selisih biaya (ekses klaim) yang dibayar oleh nasabah
ke asuransi kedua.
29
a. Koordinasi Benefit
pelayanan kesehatan.
Syarat yang harus dipenuhi agar Anda bisa mendapatkan fasilitas CoB
sebagai berikut:
penjamin pertama,
2) salinan hasil resume medis yang berisi diagnosis medis dari rumah
b. Double Claim
Sementara itu, proses double claim dapat dilakukan bila kita memiliki
rincian biaya rumah sakit yang telah dilegalisir oleh Rumah Sakit,
hari dari tanggal kwitansi dari rumah sakit. Oleh sebab itu, persyaratan
yang harus dilengkapi harus dapat segera disiapkan agar klaim pada
C. Kepuasan
1. Pengertian Kepuasan
jasa oleh pihak penyedia jasa bias terancam gagal kalau berbagai
pelayanan kesehatan.
depan seperti perawat, bidan, dan dokter umum di sebuah rumah sakit
pelayanan tersebut.
Harapan pengguna jasa sangat dipengaruhi oleh cara staf dan manajemen
diharapkan.
34
a. Expected Service
b. Perceived Service
(Parasuraman et al 1988).
skor gap atau selisih antara nilai perceived service dan expected
pelayanan yang sama untuk semua pasien tanpa kesalahan, sikap yang
D. Kerangka Pikir
sebagai berikut:
DIMENSI MUTU
PELAYANAN
1. Tangibles KEPUASAN
2. Reliability
3. Responsiveness
4. Assurance
5. Empathy
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
C. Rancangan Penelitian
tindakan dan gagasan masing-masing individu dan diterima secara benar ingin
39
40
D. Subjek Penelitian
Sampel dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga jenis yaitu: Purposive
kepada sumber data yang ada, tersedianya waktu penelitian, serta bergantung
dari tujuan penelitian. Jumlah sampel juga ditentukan oleh teori saturation
yaitu berhenti mengumpulkan data jika tidak ada lagi informasi yang baru
(Martha & Kresno, 2017). Adapun sampel dalam penelitian ini adalah HRD
dari Badan udaha yang double cover health insurance antara BPJS dan AKT,
yaitu:
2. Bank Permata
3. Wijaya Karya
4. Pegadaian
5. Indosat
6. Telkomse
7. Bank BNI
41
E. Definisi Istilah
F. Pengumpulan Data
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
dalam kehidupan social yang relatif lama (Saryono & Anggraeni, 2013).
double cover health insurance antara BPJS dan AKT. Waktu wawancara
kebosanan. Jika dalam waktu yang maksimal tersebut data dirasa belum
sumber data.
tidak.
G. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan baik dari informan maupun dari data
lapangan.
dilakukan meliputi metode, sumber data dan analisis data. Metode yang
check dan juga penelitian data sekunder. Analisis data membandingkan hasil
Menurut Saryono & Anggraini (2013), uji keabsahan data dalam penelitian
tetapi keabsahan data dalam penelitian ini hanya akan melakukan uji
1. Uji Kredibilitas
dipercaya oleh semua pembaca secara kritis dan dari responden sebagai
informan.
2. Transferabilitas (transferability)
dan dialihkan pada keadaan atau konteks lain atau kelompok atau
3. Dependabilitas (dependability)
4. Konfirmabilitas (conformability)
kuantitaitif, namun tidak persis sama arti dari keduanya. Yaitu kesediaan
penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam
penelitian.
46
H. Analisis Data
yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang
hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari