Anda di halaman 1dari 23

PEMANFAATAN POSYANDU SEBAGAI SENTRA INFORMASI TENTANG

KONDISI KESEHATAN DI WILAYAH RAWAN MASALAH KESEHATAN


KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

DISUSUN OLEH
SRI WAHYUNININGSIH, Amd.Keb, SE, M.Kes
NIP. 19690412 198903 2 003

DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KB


KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Posyandu sudah dikenal sejak lama sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar

bagi ibu dan balita. Kini, Posyandu dituntut untuk mampu menyediakan

informasi kesehatan secara lengkap dan mutahir sehingga menjadi sentra

kegiatan kesehatan masyarakat. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelanggarakan

pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan

kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan

dasar/sosial dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu dan

Bayi ( Departemen Kesehatan RI. 2006).

Dengan demikian Posyandu merupakan kegiatan kesehatan dasar yang

diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dibantu oleh

petugas kesehatan. Berdasrkan hal tersebut, tujuan didirikannya Posyandu

adalah untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka

kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, Pos pelayanan

terpadu (Posyandu) ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan

professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam

menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya

penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran. Oleh karena itu,

Posyandu merupakan wadah untuk mendapatkan pelayanan dasar terutama

1
dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana yang dikelola oleh

masyarakat. Program ini dilaksanakan oleh kader yang telah dilatih di bidang

kesehatan dan Kelarga berencana. Anggota Posyandu berasal dari anggota

PKK, tokoh masyarakat dan para kader masyarakat.

Posyandu mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya

manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dapat meningkatkan

mutu manusia di masa yang akan datang. Pembinaan pertumbuhan dan

perkembangan manusia terutama: a). Pembinaan kelangsungan hidup anak

(Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak

sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita; b). Pembinaan

perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina

tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga

siap menjadi tenaga kerja tangguh; c). Pembinaan kemampuan kerja

(Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan

berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara.

Berdasakan pada hasil surey awal menggambarkan bahwa masih banyak para

ibu rumah tangga produktif (usia subur) masih kurang memahami mengenai

kesehahatan Ibu dan anak. Posyandu yang selama ini menjadi ujung tombak

bagi pengembangan kesehatan ibu dan anak masih belum bisa memenuhi

kebuthan seluruh masyarakat. Hal ini karena keterbatasan jumlah kader yang

ada. Program posyandu yang berjalan selama ini masih terbatan pada

penimbangan balita yang terjadwal satu bulan sekali. Sedangakan mengenai

2
penyulusan program kesehatan Ibu dan Anak belum dilaksanakan secara

oftimal. Padahal tujuan program kesehatan Ibu dan Anak yaitu (1) tercapainya

kemampuan hidup sehat melalui Peningkatan derajat kesehatan yang optimal,

bagi ibu dan keluarganya untuk Menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera (NKKBS). (2) meningkatnya derajat kesehatan anak untuk

menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi

peningkatan kualitas manusia seutuhnya. Untuk membantu ketercapaian

tujuan program kesehatan ibu dan anak ini perlu kesadaran dari semua pihak.

Dalam hal ini harus ada kerjasama yang harmonis antara pemerintahan desa

dan masyarakat.

Pada dasarnya program kesehatan ibu dan anak merupakan program

pengembangan kesehatan ibu/ perempuan. Perempuan adalah tulang

punggung sebuah negara terlebih lagi seorang ibu, apabila tulang punggung

negara itu rapuh maka tidak akan bisa menopang keberlangsungan hidup

sebuah negara. Hal ini berarti kesehatan sebuah negara tergantung kepada

seberapa sehatnya para ibu. Karena para ibu yang menyiapkan generasi di

masa yang akan datang. Sejahteranya sebuah bangsa tergantung sebarapa

kuatnya kondisi perekonomian seorang ibu. Karena ibu yang mengatur dan

menata ekonomi keluarga yang merupakan miniatur sebuah Negara. Namun,

hal tersebut sulit untuk tercapai karena perhatian terhadap kesehatan ibu dan

anak belum menjadi hal prioritas. Hal ini terbukti dengan masih cukup

tingginya angka kematian ibu (AKI). Pada hal untuk bisa menciptakan

sumberdaya manusia unggul di negeri ini harus di mulai dengan menyiapkan

para ibu-ibu yang sehat dan kompetitif. Ada beberapa faktor yang

3
menyebabkan kurang terperhatikannya kondisi ibu-ibu. (1) rendahnya

pengetahuan yang di miliki oleh para ibu. Hal ini di sebabkan oleh kondisi

kultur yang memaksa para ibu untuk berkonsentrasi mengerjakan perkerjaan

rumah, sehingga kurang memprioritaskan masalah pendidikan. Selain itu,

banyak jargon dan mitos yang memarginalkan hal-hak perempuan untuk

mendapatkan pendidikan yang layak, (2) lemahnya kesadaran akan pentingnya

kesehatan fisik bagi seorang ibu. Rendahnya kesadaran akan pentingnya

pertolongan medis menjadi salah satu penyebab terbesar akan kematian ibu

melahirkan, (3) lemahnya kemampuan mengakses layanan kesehatan.

Berangkat dari rendahnya pengetahuan serta lingkungan yang tidak

memungkinkan para ibu untuk mendapatkan informasi layanan kesehatan

yang di sediakan pemerintah menjadi penyebab buruknya kondisi kesehatan

para ibu, dan (4) lemahnya kondisi ekonomi para ibu.

B. Tujuan

Untuk mendekatkan akses pelayanan dan mempercepat informasi sehingga

kejadian luar biasa di masyarakat dapat segera tertangani.

4
BAB II

VISI, MISI DAN RENCANA STRATEGI DAN PROGRAM OPD/JPTP

A. Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Lampung Tengah

1. Visi

Berdasarkan modal dasar yang ada di Kabupaten Lampung Tengah,

tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun ke depan, dan mengacu

pada visi pembangunan jangka panjang Indonesia Tahun 2005-2025 serta

visi pembangunan jangka panjang Provinsi Lampung Tahun 2005-2025,

dan visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Lampung Tahun 2005-

2025, maka visi dalam RPJMD yang merupakan Visi Pembangunan

Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2016-2021 yaitu:

“LAMPUNG TENGAH SEBAGAI LUMBUNG PANGAN YANG

AMAN, MAJU, SEJAHTERA, DAN BERKEADILAN”

2. Misi

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten

Lampung Tengah Tahun 2016-2021, dirumuskan 6 (enam) Misi sebagai

berikut:

a. Meningkatkan keamanan, ketertiban, dan ketenteraman warga dalam

kehidupan sosial yang berlandaskan demokrasi, keadilan, dan

keberagaman budaya.

b. Membangun dan meningkatkan infrastruktur strategis berbasis

pengembangan wilayah yang terpadu.

5
c. Membangun ekonomi kerakyatan berbasis agribisnis dan ekonomi

kreatif dengan melibatkan partisipasi industri.

d. Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan sesuai potensi dan

kearifan lokal.

e. Mengelola fungsi sumberdaya alam dan lingkungan berbasis pertanian

berkelanjutan.

f. Menyelenggarakan tatakelola pemerintahan yang baik dan prorakyat.

Dari uraian misi Bupati Kabupaten Lampung Tengah, terlihat bahwa

Dinas Kesehatan diberi amanat untuk melaksanakan misi ke-4 yaitu

meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan potensi dan kearifan

lokal.

B. Penerapan Semangat Gotong Royong yang digariskan Bupati

Sesuai dengan moto Bupati, Satu Niat, Satu Langkah, Satu Suara dan Satu

Tujuan, yang dibingkai dengan gotong royong kita maju bersama demi

kemajuan Lampung Tengah tanpa batasan yang membeda-bedakan suku,

agama untuk kejayaan.

C. Penerapan Keserasian dalam pelaksanaan tugas, kerjasama yang akan

dilaksanakan, keperdulian, keteladanan/disiplin dalam pelaksanaan

tugas

Dalam pelaksanana tugas diperlukan kerjasama yang baik, keperdulian

terhadap staf, keperdulian terhadap lingkungan sekitar, serta sebagai kepala

dinas harus berlaku disiplin sesuai peraturan yang berlaku, dan menjaga

6
hubungan baik antara pimpinan dengan bawahan maupun antara sesama

pemimpin.

D. Program prioritas baik jangka pendek dan jangka panjang

Program dan kegiatan pembangunan di bidang kesehatan pada tahun 2017

diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai

dengan usia harapan hidup 69.15 tahun (2016). Pada tahun 2017 angka

kematian ibu mengalami penurunan yaitu sebanyak 12 ksus, sedangkan

kematian bayi pada tahun 2017 sebanyak 63 kasus (2,78 per 1.000 kelahiran

hidup), dan kematian balita sebanyak 69 kasus (3,04 per 1.000 kelahiran

hidup). Adapun program yang dilaksanakan meliputi:

1. Program pelayanan Adminitrasi Perkantoran

a. Kegiatan Pelayanan Adminitasi Perkantoran

2. Program Peningkatan sarana dan prasarana aparatur

a. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor

b. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional

c. Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan Kantor

3. Program peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

a. Apresiasi Pemilihan Tenaga Kesehatan Teladan

b. Penataan Jabatan Fungsional Kesehatan

4. Program Peningkatan pengembangan Sistem pelaporan Capaian Kinerja

dan Keuangan

a. Perencanaan, Penganggaran dan Evaluasi Kinerja Program Kesehatan

5. Program Obat dan perbekalan Kesehatan

a. Pengadaan obat dan pengelolaan perbekalan kesehatan

7
b. Pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan

c. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit

d. Perencanaan dan evaluasi kebutuhan obat terpadu

e. Pemeliharaan alat kesehatan

f. Kalibrasi alkes dan akreditasi

6. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

a. Pelayanan Kesehatan Hari Raya dan Hari Besar

b. Pembinaan Pelayanan Kesehatan di FKTP dan FKTL

c. Pembinaan Kesehatan Kerja Masyarakat sektor informal

d. Pelayanan kesehatan tradisional

e. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan terintegritasi

f. Pelayanan ambulance mobile

7. Program Pengawasan Obat dan Makanan

a. Peningkatan pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya

8. Program Perbaikan gizi masyarakat

a. Sistem kewaspadaan pangan dan pemantauan status gizi masyarakat

9. Program pengembangan lingkungan sehat

a. Peningkatan program lingkungan sehat dalam rangka mencapai

kesehatan masyarakat

10. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular

a. Pelayanan vaksin bagi balita dan anak sekolah

b. Peningkatan epidemiologi dan penanggulangan KLB / Wabah

c. Pengendalian, penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular

d. Pengamatan penyakit karantina haji

8
e. Pelaksanaan surveilans penyakit tidak menular

11. Program standarisasi pelayanan kesehatan

a. Pelayanan laboratorium kesehatan daerah

b. Penyusunan profil kesehatan dan proposal

c. Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)

12. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin

a. Pelayanan kesehatan akibat gizi buruk/busung lapar

b. Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM)

c. Peningkatan kapasitas bidan desa penanganan gizi buruk

d. Workshop IMD dan ASI eksklusif di Rumah sakit

13. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan

a. Kemitraan Asuransi dan Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat

14. Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan Anak

a. Pelayanan kesehatan ibu dan anak

b. Pelatihan dan pendidikan perawatan kesehatan usila

c. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja

15. Program Promosi Kesehatan dan pemberdayaan masayarakat

a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat

b. Penyuluhan dan pembinaan masyarakat pola hidup bersih dan sehat

c. Peringatan hari kesehatan dan Sakha Bhakti Husada

16. Program peningkatan Sarana Kesehatan dan Obat-obatan (DAK)

a. Pelayanan Kesehatan Dasar (DAK +Pendamping)

b. Kegiatan pelayanan Kefarmasian (DAK +Pendamping)

c. Biaya Operasional Kesehatan (BOK) DAK Non Fisik

9
d. Jaminan Persalinan (Jampersal) DAK Non fisik

e. Akreditasi Puskesmas DAK Non Fisik

10
BAB III

PERAN JPTP DAN OPD

A. Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi JPTP/OPD Dinas

Kesehatan Lampung Tengah

1. Struktur Organisasi JPTP/OPD Dinas Kesehatan Lampung Tengah

Untuk melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsi tersebut, Dinas Kesehatan

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang secara hukum berada di bawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Bupati Lampung Tengah.

Sedangkan untuk kelancaran pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Dinas

Kesehatan, maka Kepala Dinas dibantu oleh seorang Sekretaris sebagai

fungsi staf dan 4 (empat) orang Kepala Bidang sebagai fungsi lini.

Susunan Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Tengah Tahun

2017, adalah sebagai berikut:

a. Kepala Dinas

b. Sekretariat, terdiri dari:

1. Sub Bagian Perencanaan dan infokes

2. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

3. Sub Bagian Umum dan kepegawaian

c. Bidang Pelayanan Kesehatan, terdiri dari:

2. Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

3. Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Peningkatan Mutu

Fasyankes

4. Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional

11
d. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, terdiri dari:

1. Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

2. Seksi Surveilans dan Imunisasi

3. Seksi Pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular dan

Keswa

e. Bidan Kesehatan Masyarakat, teridiri dari:

1. Seksi Kesehatan Lingkungan dan kesehatan olah raga

2. Seksi keluarga dan Gizi

3. Seksi Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat

f. Bidang Sumber Daya Kesehatan, teridir dari:

1. Seksi alat kesehatan dan sarana prasarana

2. Seksi kefarmasian

3. Seksi SDM kesehatan dan perizinan

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas

1. Puskesmas

2. Labkesda

h. Kelompok Jabatan Fungsional

5. Tugas Pokok dan Fungsi JPTP/OPD Dinas Kesehatan Lampung

Tengah

Berdasarkan Peraturan Bupati lampung Tengah Nomor 34 Tahun 2016

Tentang Kependudukan, Susunan Organisasi, Tugas Pokok, Fungsi dan

Tata Kerja Dinas Kesehatan adalah membantu Bupati melaksanakan

Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dan tugas

12
pembantuan di bidang kesehatan. Sedangkan fungsi Dinas kesehatan

adalah menyelenggarakan kegiatan, dalam bidang sebagai berikut:

a. Perumusan kebijakan bidang kesehatan

b. Pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan

c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang kesehatan

d. Pembinaan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan

e. Pelaksanaan adminitrasi dinas kesehatan

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh bupati terkait dengan

tugas dan fungsinya.

B. Isu dan Permasalah OPD

Berdasarkan telaah Renstra Kementerian Kesehatan, RPJMD Provinsi,

RPJMD Kabupaten, telaah lingkungan strategis dan telaah RTRW Kabupaten

Lampung Tengah, dapat dirumuskan beberapa isu-isu strategis pembangunan

kesehatan Kabupaten Lampung Tengah, yaitu:

1. Terbatasnya sarana/prasarana kesehatan, seperti peralatan

medis/kedokteran baik di Puskesmas maupun Rumah sakit. Demikian pula

peralatan medis untuk kesehatan masyarakat dalam mendukung program

pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak

menular, seprti sarana mobile untuk penanggulangan penyakit demam

berdasarh dengue (DBD) dan peralatan untuk deteksi dini kanker pada

perempuan.

2. Keterbatasan tenaga kesehatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas

sangat berpengaruh pada pelayanan yang diberikan kepada masyarakat,

13
sehingga perlu diupayakan rekruitmen dan peningkatan kapasitas dan

kompetensi tenaga kesehatan

3. Meningkatkan kampanye hidup sehat melalui Gerakan Masyarakat Hidup

Sehat (GERMAS) dengan tujuan, antara lain: menurunkan beban penyakit

menular dan penyakit tidak menular, menghindarkan terjadinya penurunan

produktivitas penduduk, dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan

kesehatan karena meningkatnya penyakit.

4. Penguatan peran puskesmas dalam rangka menurunkan AKI/AKB dengan

mendekatkan Akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang

komprehensif melalui program keluarga sehat, upaya yang dilakukan

dengan mengintegrasikan UKM dan UKP dengan lebih mengedepankan

pendekatan continum of care dan siklus kehidupan atau life cycle

approach.

5. Meningkatkan kualitas lingkungan melalui pendekatan Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) di Kabupaten Lampung Tengah

6. Meningkatkan sistem pembiayaan kesehatan, sehingga masyarakat dapat

mengakses pelayanan kesehatan secara paripurna.

7. Meningkatkan sisterm informasi kesehatan dan sistem surveilans sehingga

permasalahan-permasalahan kesehatan dapat ditangani sedini mungkin.

8. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui

akreditasi fasilitas pelayanan primer dan rujukan.

14
C. Kegiatan Prioritas

Penguatan peran puskesmas dalam rangka menurunkan AKI/AKB dengan

mendekatkan Akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang

komprehensif melalui program keluarga sehat, upaya yang dilakukan dengan

mengintegrasikan UKM dan UKP dengan lebih mengedepankan pendekatan

continum of care dan siklus kehidupan atau life cycle approach, melalui

kegiatan Posyandu.

D. Perbaikan Mutu Pelayanan Publik

Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kualitas pelayanan

publik, diantaranya adalah:

1) Revitalisasi, restrukturisasi, dan deregulasi di bidang pelayanan publik;

2) Peningkatan prefesionalisme pejabat pelayan publik;

3) Korporatisasi unit pelayanan publik;

4) Pengembangan dan pemanfaatan Electronic-Government (E-Government) bagi

instansi pelayanan publik;

5) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik;

6) Pemberian penghargaan dan sanksi kepada unit pelayanan masyarakat.

Sebagai langkah awal dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik adalah

melalui revitalisasi, restrukturisasi, dan deregulasi di bidang pelayanan publik.

Dilakukan dengan mengubah posisi dan peran (revitalisasi) birokrasi dalam

memberikan layanan kepada publik. Dari yang suka mengatur dan memerintah,

merubah menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan

kekuasaan, berubah menjadi suka menolong menuju kearah yang fleksibel

kolaboratis, dan dari cara-cara sloganis menuju cara-cara kerja yang realistis.

15
Birokrasi publik jangan mengedepankan wewenang, namun yang perlu didahulukan

adalah peranan selaku pelayan publik. Aspek lainnya yang penting dalam

peningkatan kualitas pelayanan publik adalah melakukan restrukturisasi kelembagaan

dengan membentuk organisasi yang tepat. Bentuk organisasi yang tepat (rightsizing)

dapat diartikan sebagai upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah yang diarahkan

untuk mengembangkan organisasi yang lebih proposional, datar (flat), transparan,

hieraki yang pendek dan terdesentralisasi kewenangannya. Postur organisasi

pelayanan publik nantinya akan lebih proporsional, efektif dan efesien serta didukung

oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini bisa terjadi apabila pejabat

publik mempunyai komitmen terhadap empat prinsip kualitas pelayanan, yaitu

reliability, surprise, recovery dan fairness. Reabilitas menyangkut keandalan dan

keakuratan dari jasa pelayanan. Hal ini menyangkut pemenuhan akan janji. Kualitas

jasa pelayanan akan sangat tergantung dan biasanya diukur atas prinsip TERRA yang

merupakan singkatan dari elemen kualitas jasa yang meliputi: Tangibles, Empaty,

Reliability, Responsiveness dan Assurance.

E. JPTP Sebagai Pengguna Anggaran (PA)

Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan

anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang

dipimpinnya. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat

SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna

anggaran/pengguna barang sesuai dengan Peraturan Meteri Dalam Negeri

Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 10, Pejabat Pengguna Anggaran (PA) dapat

diterangkan sebagai berikut:

Kepala SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/pengguna barang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf c mempunyai tugas:

16
1. Menyusun RKA-SKPD;

2. Menyusun DPA-SKPD;

3. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban

anggaran belanja;

4. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

5. Melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran;

6. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;

7. Mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak lain dalam batas

anggaran yang telah ditetapkan;

8. Menandatangani SPM;

9. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang

dipimpinnya;

10. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi tanggung

jawab SKPD yang dipimpinnya;

11. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang

dipimpinnya;

12. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

13. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang lainnya

berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah; dan

14. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah

melalui sekretaris daerah.

Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk

melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan

17
sebagian tugas dan fungsi SKPD, sesuai PMDN 13/2006 Pasal 11 tentang

Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran, disebutkan bahwa:

1. Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang dalam melaksanakan tugas-

tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat melimpahkan sebagian

kewenangannya kepada kepala unit kerja pada SKPD selaku kuasa

pengguna anggaran/kuasa pengguna barang.

2. Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana tersebut pada ayat (1)

berdasarkan pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran

jumlah uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau

rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

3. Pelimpahan sebagian kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan oleh kepala daerah atas usul kepala SKPD.

4. Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

pengguna anggaran/ pengguna barang.

F. Upaya Peningkatan Kompetensi ASN dalam OPD

Salah satu bentuk program pengembangan pegawai dilakukan melalui

program pendidikan dan pelatihan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan

pegawai memberi kontrbusi pada peningkatan produktivitas, efektitas dan

efisiensi organ- isasi.Pendidikan dan pelatihan bagi pegawai harus diberikan

secara berkala agar setiap pegawaiterpelihara kompetensinya untuk

peningkatan kinerja organisasi. Oleh karena ini program pelatihan harus

18
mendapat perhatian melalui perencanaan kebutuhan diklat bagi pegawai

setiap pegawai.

Melalui pelatihan dilakukan segenap upaya dalam rangka meningkatkan

kinerja pegawai pada pekerjaaan yang didudukinya sekarang. Pelatihan

diarahkan untuk meningkatkan kompetensi pegawai dalam melaksanakan

tugas mereka saat ini secara lebih baik. Untuk pemilihan pegawai yang

diikutsertakan dalam diklat didasarkan pada kebutuhan organisasi, alasan

peningkatan kinerja, kemampuan dan keterampilan pegawai, kepangkatan.

Pelatihan dimaksudkan untuk menghilangkan kekurangan baik yang ada

sekarang maupun yang akan datang yang meyebabkan pegawai bekerja

dibawah standar yang diinginkan. Pendidikan dan pelatihan mempunyai fokus

peningkatan kompetensi pegawai berupa keahlian yang bakal memberikan

manfaat bagi organisasi secara cepat. Manfaat-manfaat pendidikan dan

pelatihan bagi organisasi pada umumnya dapat dirasakan dengan segera

setelah pegawai terbut kembali bertugas.

Pelatihan efektif bukan sekedar mengatakan atau menunjukkan kepada

seseorang bagaimana melakukan sebuah tugas tetapi upaya untuk mentransfer

keterampilan dan pengetahuan sehingga peserta pelatihan menerima dan

melakukan latihan tersebut pada saat melakukan pekerjaannya. Pelatihan harus

mempelajari keterampilan atau teknik-teknik khusus yang dapat

didemonstrasikan dan diobservasi di tempat tugasnya.Penekanan pelatihan

adalah pada peningkatan kemampuan dalam melaksanakan tugas saat ini.

Tanggung jawab pendidikan dan pelatihan dalam organisasi berada pada

19
seluruh komponen organisasi pimpinan organisasi memiliki tanggung jawab

atas penyampaian-penyampaian kebijakan umum dan prosedur-prosedur yang

dibutuhkan dalam menerapkan program-program pelatihan, melakukan

pengendalian administrative terhadap pelaksanaan program pelatihan. Bagian

kepegawaian atau personalia pada intinya memberikan dukungan staf. Bagian

ini membantu manajemen lini dalam pelatihan dan pengembangan dengan

menyediakan sumber daya dalam program pelatihan.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

mengatur tentang pengembangan kompetensi pegawai melalui pendidikan dan

pelatihan. Pada Pasal 70 disebutkan bahwa setiap pegawai Aparatur Sipil

Negara (ASN) memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan

kompetensi. Pengembangan kompetensi tersebut diantaranya melalui

pendidikan dan pelatihan. Pada masa orientasi atau percobaan Pegawai negeri

Sipil, proses pendidikan dan pelatihan terintegrasi untuk membangun

integritas moral dan kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan

kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab dan

memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Untuk mengembangan

kompetensi ASN setiap instansi pemerintah wajib menyusun rencana

pengembangan kompetensi dalam rencana kerja anggaran tahunan dalam

rangka pengembangan karir khususnya PNS. Pengembangan karier PNS

nantinya harus mempertimbangkan kompetensi:

1. Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan,

pelatihan teknis fungsional dan pengalaman bekerja sebcara teknis.

20
2. Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan

structural atau manajemen, dan pengalaman kepemimpianan.

3. Kompetensi social cultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan

dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya

sehingga memiliki wawasan kebangsaan.

Dalam pelaksanaan pengembangan kompetensi tersebut ASN dapat dilakukan

dengan off the job training maupun dapat dilakukan dengan on the job

training, dengan melakukan pembimbingan, praktek kerja di intansi lain atau

melalui pertukaran antara PNS dan pegawai swasta

21
BAB IV

PENUTUP

Posyandu memiliki peranan penting dalam meningkatan kualitas kesehatan ibu

dan anak melalui proses pelayanan kesehatan. Peran posyandu sebagai agen

perubahan sosial. Perubahan sosial tersebut berupa perubahan cara pandang

masyarakat mengenai kesehatan, terutama kesehatan ibu dan anak, pemantauan

tumbuh kembang anak, deteksi penyakit sejak dini, dan masuh banyak

keuntungan lain yang menimnulkan perubahan cara pandang masyarakat terhadap

kesehatan. Salah satu peubahan yang paling besar adalah perubahan cara pandang

pengobatan dan kesehatan yang tadinya berifat alternative berubah ke pengobatan

dan kesehatan medis.

22

Anda mungkin juga menyukai