BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia sehat 2015 adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
sedangkan angka kematian seluruh dunia setiap tahunya mencapai 4 juta jiwa,
perinatal yang terjadi didunia (Sutrisno, 2008). Kejadian ini pun terjadi di
Indonesia, dimana angka kematian bayi tergolong tinggi yaitu 52 per 1000
dari kelahiran hidup, angka ini jauh dibandingkan sesama negara ASEAN
1
2
Provinsi Lampung 2011 terdapat 266 kematian bayi yang terjadi pada ruang
Sekitar 60% bayi yang lahir normal menjadi ikterik pada minggu pertama
bayi baru lahir dengan ikterik normal, tetapi mereka butuh pengawasan
darah melebihi ambang batas normal. Batas normal bayi baru lahir cukup
bulan adalah 12,5 mg/dl, sedangkan bayi yang baru lahir kurang bulan adalah
3
ABO atau ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi. Kejadian ini
ditemukan pada ibu dengan golongan darah O yang melahirkan bayi dengan
dan bayi yang mengakibatkan zat anti dari serum darah ibu bertemu antigen
dari eritrosit bayi dalam kandungan. Sehingga tidak jarang embrio hilang
pada saat awal secara misterius, sebelum ibu menyadari kalau dia hamil.
Namun bila janin dilahirkan hidup, maka terjadi ikterus yang mengarah pada
(Gomella, 2004).
Adapun data yang didapat dari penelitian lain dari RSIA Siti Fatimah
Makasar tahun 2006 adalah 74 kasus hiperbilirubin dari 1552 pasien, didapat
2010).
RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung pada bulan Januari sampai
tersebut 17 bayi merupakan bayi rujukan atau partus di luar RSUD Dr. A.
berbeda golongan darah bayi dengan ibunya dan 4 bayi (40%) yang sama
dengan ibunya.
B. Rumusan Masalah
1. Rumusan Masalah
2. Permasalahan
2012?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Aplikatif
b. Bagi Bidan
2. Manfaat Teoritik
golongan darah ibu dan Bayi dengan kejadian bayi hiperbilirubinemia pada
ibu dan bayi di ruang perinatologi RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar
Lampung karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan Kota
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Golongan Darah
1. Pengertian
antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai (Walles,
2010).
2010):
O-negatif.
7
8
O-negatif.
2. Pewarisan
Ibu/Ayah O A B AB
O O O,A O,B A,B
A O,A O,A O,A,B,AB A,B,AB
B O,B O,A,B,AB O,B A,B,AB
AB A,B A,B,AB A,B,AB A,B,AB
9
B. Inkompatibilitas ABO
1. Pengertian
darah ibu dan bayi yang mengakibatkan zat anti dari serum darah ibu
tidak jarang embrio hilang pada sangat awal secara misterius, sebelum ibu
maka dapat terjadi ikterus yang dapat mengarah pada ikterus patologis
atau hiperbilirubinemia. Apabila hal ini tidak ditangani secara tepat dapat
2. Kejadian
yang positif) terjadi hanya 3-4%. Gejala penyakit ABO hemolitik terjadi <
1% dari seluruh kelahiran tapi kurang lebih 2 dari 3 kasus yang diamati
3. Patofisiologi
antigen A atau B pada janin (sangat berlawanan pada dewasa) eritrosit dan
lain dapat dijelaskan sebagai proses hemolitik ringan yang sedang terjadi
ABO antara ibu dan bayi baru lahir. Kelainan ini paling sering terjadi pada
golongan darah A dan B pada bayi baru lahir dengan ibu bergolongan
darah O-. Proses hemolitik dimulai dari dalam kandungan dan dari hasil
transport plasenta aktif dari isoantibody ibu hamil, pada ibu dengan
pada ibu dengan golongan darah A atau B tidak dapat bercampur. Gejala-
gejala klinis dari penyakit ini biasanya tidak tampak sampai bayi lahir,
4. Faktor Resiko
terbesar dan termasuk juga dalam resiko terbesar dari gejala penyakit.
b. Peningkatan isohemoglutinin
(Gomella, 2004).
a. Kuning
b. Anemia
selalu dalam batas fisiologis yang normal sebagai tanda bayi sesuai
12
C. Hiperbilirubinemia
1. Pengertian Hiperbilirubinemia
darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi &Yuliani, 2001).
Untuk bayi yang lahir cukup bulan, batas normal bilirubin adalah 12,5
mg/dl. Sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas normal bilirubinnya
terkandung di dalam sel darah merah. Pada keadaan normal, sel darah
merah (eritrosit) memiliki umur tertentu dan sel yang telah tua akan
dalamnya keluar dan terurai menjadi zat yang di sebut heme dan globin.
Bilirubin indirek ini dalam kadar tingi bersifat racun, sukar larut
dalam air tetapi larut dalam lemak, sulit dibuang serta mudah melewati
plasenta maupun membran pelindung otak. Oleh karena itu, organ hati
dalam air dan melalui saluran empedu selanjutnya dibuang melalui usus
besar dan bercampur dengan feses dan kotoran. Tinggi rendahnya kadar
13
berlangsung normal bila organ hatinya sudah matang, yakni sekitar 3-4
hari setelah lahir. Saat itu hati sudah mampu mengubah bilirubin indirek
yang tidak disusui ASI baik. Penyusuan ASI dan asupan kalori yang buruk
2. Patofisiologi
Hemoglobin
Globin Heme
Biliverdin Fe.Co
Indikasi fototerapi
3. Klasifikasi Hiperbilirubin
a. Hiperbilirubin Fisiologis.
Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi lahir dan akan sembuh pada hari ke 7.
b. Hiperbilirubin Patologis
rhesus. Hiperbilirubin ini biasanya disertai suhu badan yang tinggi dan
4. Penyebab Hiperbilirubin
a. Peningkatan Produksi
hepatikus.
sulfadiazine.
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
glukuronidase usus.
5. Manifestasi Klinis
dikelompokkan menjadi :
a. Gejala Akut. Gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada
warna kuning (ikterik) pada kulit, membran mukosa dan bagian putih (sklera)
mata terlihat ikterik saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 μmol/l.
leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima. Cara
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain-lain.
Tabel 2.
Hubungan kadar bilirubin dengan ikterus
6. Komplikasi
yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Pada
kernikterus gejala klinik antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata
7. Pemeriksaan Penunjang
d. Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada saat
kelahiran
8. Penatalaksanaan
Menurut Murniati (2007), jika tiga sampai empat hari kelebihan masih
terjadi, maka bayi harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini
c. Terapi obat-obatan
C. Fototerapi
lebih mudah larut dalam plasma dan lebih mudah dieksresi oleh hati ke dalam
Pada bayi cukup bulan dan lewat bulan, fototerapi secara khas digunakan
di tahun 2004. Pertimbangan petunjuk ini tidak hanya melihat tingkat total
bilirubin serum tetapi juga umur kelahiran bayi, umur bayi pada jam-jam sejak
kelahiran, dan ada atau tidaknya faktor resiko seperti penyakit hemolitik
fototerapi digunakan pada tingkatan yang lebih rendah dari total bilirubin
serum, dan dalam beberapa unit digunakan sebagai profilaksis pada semua
bayi dengan berat kelahiran lebih rendah dari 1000 gram (Maisels &
McDonagh, 2008).
persegi per nanometer dari luas bidang yang sama yang dikirimkan ke area
permukaan tubuh bayi. Hal ini dicapai dengan penggunaan sumber cahaya
yang ditempatkan diatas dan dibawah bayi. Ada suatu hubungan langsung
antara penggunaan pemancaran dan tingkat di mana level total bilirubin serum
Unit fototerapi yang biasa digunakan berisi tabung fluoresent sinar terang,
20
menganjurkan lampu fluoresent biru spesial atau lampu light emiting diode
(LED) yang telah diketahui lebih efektif untuk fototerapi pada studi klinis.
antara lampu dan permukaan kulit yang terkena cahaya, karena itu dibutuhkan
sumber cahaya di bawah bayi pada fototerapi intensif. Walaupun uji coba
semakin berkurang pula jumlah total bilirubin serum, walaupun bayi tetap
signifikan. Kertas alumunium atau kain berwarna putih diletakkan pada mata
fototerapi dan cahayanya dapat menyebabkan efek toksik pada retina yang
Tabel 3.
Fototerapi pada bayi lahir cukup bulan
badan yang optimal berbeda-beda. Pada umumnya cairan yang diberikan pada
pada tabel 4). Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun karena
berat badan tidak lebih dari 10%, lalu berat badan akan kembali naik pada hari
1. Komplikasi Fototerapi
a. Cara kerja terapi sinar adalah dengan mengubah bilirubin indirek menjadi
bentuk yang larut dalam air untuk diekskresikan melalui empedu dan urin.
22
isomerisasi.
pada manusia.
menjadi dipyrole yang dieksresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih
melalui empedu.
g. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa dieksresikan lewat urin.
3. Kriteria Alat
b. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 mwatt/cm2 per nm.
d. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah, terdiri
fluorecent tubes.
23
dengan baik.
Tata cara pemberian terapi sinar menurut Nurlaila (2008) antara lain :
inkubator.
4) Tutupi mata bayi dengan penutup mata, pastikan lubang hidung bayi
menggunakan selotip.
24
setiap 3 jam.
8) Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan
penutup mata.
10) Bila bayi menerima cairan per intra vena (IV) atau ASI yang telah di
pompa (ASI perah), tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10%
11) Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui naso gastrik
12) Perhatikan selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa
14) Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur
15) Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sebentar
bibir biru).
16) Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3
jam. Bila suhu bayi lebih dari 37,5 oC, sesuaikan suhu ruangan atau
25
untuk sementara pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi
17) Ukur kadar bilirubin serum setiap 24 jam, kecuali kasus-kasus khusus.
18) Hentikan terapi sinar bila kadar serum bilirubin <13 mg/dl.
19) Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi tranfusi tukar,
sakit tersier atau pusat untuk tranfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu
dan bayi.
20) Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3
hari.
21) Setelah terapi sinar dihentikan observasi bayi selama 24 jam dan
22) Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin atau bilirubin serum
berada di atas nilai untuk memulai terapi sinar, ulangi terapi sinar
23) Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan
baik dan tidak ada masalah lain selama perawatan, pulangkan bayi.
24) Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa
D. Kerangka Teori
sebagai berikut:
1. Peningkatan Produksi
a. Hemolisis (inkompatibilitas
Rh, ABO)
b. Perdarahan tertutup
c. Ikatan bilirubin dengan protein
terganggu
d. Defisiensi G6PD (Glukosa 6
Phospat Dehidrogenase) Hiperbilirubin
e. Kurangnya enzim glukoronil
transferase
f. Kelainan kongenital
2. Gangguan transportasi.
3. Gangguan fungsi hati.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra
atau ekstra hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi enterohepatik.
E. Kerangka Konsep
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
akan dilakukan. Pada penelitian ini peneliti ingin mengukur hubungan antara
variabel independen dan variabel dependen yang terlihat pada gambar berikut:
Incompatibilitas Hiperbilirubin
golongan darah ibu
dan bayi
27
F. Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
incompatibilitas golongan darah ibu dan bayi sebagai variabel independen dan
G. Definisi Operasional
H. Hipotesa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melihat hubungan antara gejala
satu dengan gejala yang lain, atau variabel satu dengan variabel yang lain.
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada saat itu (point
time approach). Artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja
penelitian.
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
2. Sampel
Kriteria inklusi:
a. Bayi Aterm
Kriteria eksklusi:
29
a. Bayi premature
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Juli tahun 2012 di ruang
D. Pengumpulan Data
ibu dan bayi yang diperoleh langsung dari responden dan melalui catatan
rekam medik.
E. Pengolahan Data
1. Editing
2. Coding
analisa data
3. Proccessing
4. Cleaning
F. Analisa Data
1. Analisa Univariat
dan kadar bilirubin. Data yang terkumpul dalam penelitian ini akan diolah
2. Analisis Bivariat
Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square dengan rumus
Keterangan:( O – E )2
X2 = ∑
E
X 2 : Chi Square
∑ : Jumlah
dependen atau hipotesis (Ha) diterima, dan jika p value > 0.05 maka
(Ha) ditolak.
32
BAB IV
Lampung berdiri pada tanggal 29 April 2010 oleh Walikota Bandar Lampung
berdasarkan surat izin nomor: HK.03.05/I/564/11 yang dikepalai oleh Dr. Hj.
Indrasari Aulia bertempat di Jl. Basuki Rachmad No. 73 Teluk Betung Bandar
Lampung.
3. Menciptakan lingkungan rumah sakit yang bersih, hijau dan bebas dari
polusi.
akuntabel.
33
B. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
a. Hiperbilirubin
Tabel 5.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hiperbilirubin
Di dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2012
Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Incompatibilitas Golongan
Darah Di dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2012
2. Analisa Bivariat
Tabel 7.
Hubungan inkompatibilitas golongan darah Ibu dan Bayi dengan kejadian
bayi hiperbilirubinemia di ruang Perinatologi RSUD Dr. A. Dadi
Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2012
Hiperbilirubin
Incompatibilitas P
Tidak Ya Total OR
Golongan Darah Value
n % n %
Sama 114 87.7 16 12.3 130 0,000 6,801
Berbeda 22 51.2 21 48.8 43 (3,073-
Total 136 78.6 37 21.4 173 15,054)
Hasil uji Chi Square dilaporkan bahwa nilai p value 0,000, artinya
lebih kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,000 < 0,05). Dengan
95%, ada hubungan inkompatibilitas golongan darah Ibu dan Bayi dengan
Sedangkan hasil uji analisis dari OR diperoleh nilai 6,801 (CI 95%
ibu.
35
C. Pembahasan
darah A.
Hasil uji Chi Square dilaporkan bahwa nilai p value 0,000, artinya lebih
kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,000 < 0,05). Dengan demikian dapat
Perbedaan golongan darah antara ibu dengan bayi dapat terjadi karena
Ibu/Ayah O A B AB
O O O,A O,B A,B
A O,A O,A O,A,B,AB A,B,AB
B O,B O,A,B,AB O,B A,B,AB
AB A,B A,B,AB A,B,AB A,B,AB
Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Golongan_darah(2010)
36
tingginya produksi dan rendahnya ekskresi bilirubin selama masa transisi pada
dibanding orang dewasa normal. Hal ini dapat terjadi karena jumlah eritosit
golongan darah A dan B pada bayi baru lahir dengan ibu bergolongan darah
O. Proses hemolitik dimulai dari dalam kandungan dan dari hasil transport
plasenta aktif dari isoantibody ibu hamil, pada ibu dengan golongan darah O.
Isoantibodi adalah sebagian besar dari 7S-IgG (Imunoglobulin G) dan hal ini
Teori ini didukung oleh teori Hafidh, dkk (2010) yang menyatakan
bahwa sensitisasi maternal pada ibu dengan golongan darah O oleh antigen A
dan B janin akan memproduksi anti-A dan anti-B berupa IgG, yang dapat
dengan golongan darah A atau B memiliki anti-A atau anti-B berupa IgM,
bahwa sebagian besar ibu dengan bayi hiperbilirubin memiliki golongan darah
Gejala-gejala klinis dari penyakit ini biasanya tidak tampak sampai bayi
reaksi imun antara antigen A atau B dalam eritrosit janin, dengan karakteristik
pemendekan dari waktu pertukaran sel. Jadi seluruh pemeliharaan dari eritrosit
amino pembentuknya yang kemudian akan digunakan kembali, dan zat besi
dari heme akan memasuki depot zat besi yang juga untuk pemakaian kembali.
Bagian porfirin tanpa besi pada heme juga diuraikan, terutama didalam sel-sel
retikuloendotel hati, limpa dan sumsum tulang. Katabolisme heme dari semua
sebuah sistem enzim yang kompleks yang dinamakan heme oksigenase. Pada
saat heme pada protein heme mencapai sitem heme oksigenase, zat besi
38
Sistem heme oksigenase dapat diinduksi oleh substrak. Sistem ini terletak
sama dekat dengan sistem pengangkutan elektron mikrosum. Besi fero sekali
lagi teroksidasi menjadi bentuk feri. Dengan penambahan lebih lanjut oksigen,
menjadi bilirubin oleh sel retikuloendotel dapat di amati secara in vivo karena
terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi hipoksia dan
merusak sel hati dan sel darah merah seperti infeksi, toksoplasmosis, syphilis.
39
Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik. Peningkatan sirkulasi
bahwa ibu yang banyak anaknya mengalami peningkatan bilirubin adalah ibu
golongan darah antara ibu dengan bayinya terutama pada ibu dengan golongan
bayi.
Selain itu pada ibu yang memiliki golongan darah yang berbeda dengan
bayi, saat setelah bayi lahir hendaknya dilakukan observasi terhadap kenaikan
kolostrum dan diberikan terapi sinar matahari pada bayi hingga kadar
terjadi hiperbilirubin.
40
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
lain-lain.
penelitian.
41