Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN

IKTERUS NEONATORUM PADA BAYI DI RUANG


PERINATOLOGI RUMAH SAKIT MITRA PLUMBON
CIREBON

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:
Putri Rahayu
222.C.1009

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
CIREBON
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikterus neonatus pada bayi baru lahir merupakan masalah yang sering

muncul pada neonatus. Sekitar 25%-50% bayi baru lahir menderita ikterus pada

minggu pertama kehidupannya. Ikterus neonatus atau penyakit kuning adalah

penyakit yang disebabkan karena tingginya kadar bilirubin pada darah sehingga

menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning pada kulit dan pada bagian putih

mata (Mendri dan Prayogi, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, 4,0 juta (75%

dari semua kematian di bawah lima tahun) terjadi pada tahun pertama kehidupan

(WHO, 2023). Data Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak menunjukkan

jumlah kematian balita di Indonesia pada tahun 2021 sebanyak 27.566 kematian

balita, menurun dibandingkan tahun 2020, yaitu sebanyak 28.158 kematian. Dari

seluruh kematian balita, 73,1% diantaranya terjadi pada masa neonatal (20.154

kematian) (Kemenkes RI, 2021). Menurut Dinkes Provinsi Jawa Barat (2020), dari

kematian bayi di Provinsi Jawa Barat sebesar 3,18/1.000 kelahiran hidup, 76,3%

terjadi pada saat neonatal (0-28 hari).

Kasus kematian bayi merupakan penduduk yang meninggal sebelum

mencapai usia 1 tahun yang dikelompokkan menjadi bayi lahir mati, kematian 0-28

hari (neonatal) serta kematian 0-11 bulan (bayi). Angka Kematian Bayi (AKB)

atau

1
2

Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang sangat sensitif terhadap

upaya pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir

perinatal dan neonatal (Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2020).

Salah satu penyebab jumlah kematian pada bayi baru lahir adalah ikterus

yaitu karena tingginya kadar bilirubin pada darah yang menyebabkan bayi baru

lahir berwarna kuning pada kulit dan pada bagian putih mata. Biasanya mulai

tampak pada kadar bilirubin serum ≥ 5mg/dL, (Mendri dan Prayogi, 2017). Faktor-

faktor yang memengaruhi ikterus neonatus meliputi faktor maternal seperti ras,

usia gestasi, komplikasi kehamilan, penggunaan infus oksitosin, preterem, aterem,

jenis persalinan, faktor perinatal seperti infeksi pada bayi baru lahir (asfiksia),

trauma lahir (cepalhematom), faktor neonatus seperti prematuritas, rendah

asupan ASI), hipoglikemia, berat badan lahir rendah, penggunaan obatobatan

(Madiastuti, 2017).

Ada dua macam ikterus neonatus yaitu ikterus neonatus fisiologis dan

ikterus neonatus patologi. Ikterus neonatus fisiologis adalah warna kuning yang

timbul pada hari kedua atau ketiga dan tampak jelas pada hari kelima sampai

keenam dan menghilang sampai hari kesepuluh. ikterus neonatus fisiologis tidak

mempunyai dasar patologis potensi kern ikterus. Bayi tampak biasa, minum baik,

berat badan naik biasa, kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih

dari 12 mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari keempat belas,

kecepatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% perhari, sedangkan ikterus neonatus

patologis, ikterik timbul dalam 24 jam pertama kehidupan: serum total lebih dari

12mg/dl. Terjadi peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.

Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR)

dan
3

12,5 mg%pada bayi cukup bulan, ikterus yang disertai dengan proses hemolisis.

Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl per-jam

atau lebih 5 mg/dl perhari. Ikterus neunatorum menetap sesudah bayi umur 10 hari

(bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBLR (Ridha, 2014).

Menurut United Nations Childrens Fund (UNICEF) terdapat 1,8%

kematian bayi yang disebabkan oleh hiperbilirubin dari seluruh kasus perinatal

yang terjadi di dunia. Kejadian ikterus neonatorum di Negara berkembang seperti

Indonesia sekitar 50% bayi baru lahir normal mengalami perubahan warna kulit,

mukosa dan wajah mengalami kekuningan (ikterus) dan 80% pada bayi kurang

bulan (prematur) (Ilawati, 2022).

Salah satu cara untuk menekan angka kematian bayi adalah dengan

memberikan makanan terbaik yaitu Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan dapat mengurangi angka kematian pada balita. Air Susu Ibu (ASI)

merupakan sumber makanan paling sempurna untuk bayi karena memiliki

kandungan berbagai zat gizi dan antibodi yang penting untuk pertumbuhan dan

perkembagan bayi (Kemenkes RI, 2022). ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang

dihasilkan oleh ibu dan mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi

untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan bayi (Mufdlilah, 2017).

Pemberian ASI ekslusif dapat menurunkan angka kematian anak secara global

sebesar 10% setiap tahun. ASI ekslusif adalah upaya intervensi yang efektif untuk

mengurangi kematian (Efliani, 2022).

Hasil penelitian Yusuf (2021) menunjukkan bahwa ada hubungan antara

frekuensi pemberian ASI dengan kejadian ikterus (p=0,000). Hasil penelitian Nur
4

(2021) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ASI dan fototerapi

terhadap kejadian ikterus neonatorum (p=0,049). Hasil penelitian Fitriani (2020)

menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI dengankejadian

ikterus neonatorum pada BBL (p=0,000).

Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pemberian ASI

Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum Pada Bayi di Ruang Perrinatologi Rumah

Sakit Mitra Plumbon Cirebon”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan

kejadian ikterus neonatorum pada bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Mitra

Plumbon Cirebon?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemberian ASI dengan kejadian

ikterus neonatorum pada bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit

Mitra Plumbon Cirebon.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pemberian ASI pada bayi di Ruang

Perinatologi Rumah Sakit Mitra Plumbon Cirebon.


5

b. Untuk mengetahui kejadian ikterus neonatorum pada bayi di

Ruang Perinatologi Rumah Sakit Mitra Plumbon Cirebon.

c. Untuk mengetahui Hubungan Pemberian ASI Dengan Kejadian

Ikterus Neonatorum Pada Bayi di Ruang Perinatologi Rumah

Sakit Mitra Plumbon Cirebon.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan

bahan pertimbangan bagi ilmu keperawatan komunitas untuk

pengembangan pembelajaran mengenai hubungan pemberian ASI

dengan kejadian ikterus neonatorum pada bayi.

b. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk

penelitian selanjutnya dengan metode yang berbeda sehingga

diperoleh hasil yang lebih mendalam mengenai hubungan

pemberian ASI dengan kejadian ikterus neonatorum pada bayi.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan

informasi mengenai hubungan pemberian ASI dengan kejadian

ikterus neonatorum pada bayi.


6

b. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan

informasi bagi perawat mengenai hubungan pemberian ASI

dengan kejadian ikterus neonatorum pada bayi.

c. Bagi RS Mitra Plumbon Cirebon

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pembendaharaan ilmu pengetahuan dalam keperawatan terutama

tentang hubungan pemberian ASI dengan kejadian ikterus

neonatorum pada bayi.

d. Bagi ITEKES Mahardika Cirebon

Sebagai bahan informasi dan referensi dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan keperawatan maternitas di

bidang kesehatan yang berkaitan dengan hubungan pemberian ASI

dengan kejadian ikterus neonatorum pada bayi.

1.5 Keaslian Penelitian

Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Tria Wulandari (2020) dengan judul Hubungan Berat Lahir Dengan

Kejadian Ikterus di Rumah Sakit DR. M. Djamil Padang. Jenis penelitian

adalah survei analitik dengan desain case-control. Sampel penelitian

berjumlah 75 bayi yang dirawat di ruangan perinatologi pada bulan Januari

hingga Juni 2016, dengan 25 bayi pada kelompok kasus dan 50 bayi pada
7

kelompok kontrol. Jenis data yaitu data sekunder. Hasil penelitian

mengungkapkan 44% (33 bayi) dari responden mempunyai berat lahir

rendah, dan 56% (42 bayi) sisanya mempunyai berat lahir normal. Analisis

bivariat dengan uji chi-square menunjukkan nilai p value = 0,007 < 0,05

berarti ada hubungan berat badan lahir dengan kejadian ikterus.

Kesamaan penelitian yaitu pada variabel dependen yaitu kejadian ikterus

neonatorum dan analisis data yaitu uji chi square. Sedangkan

perbedaannya yaitu jenis penelitian deskriptif retrospektif dengan

pendekatan cross sectional, variabel independen yaitu pemberian ASI dan

teknik sampling yaitu purposive sampling.

b. Siti Aisyah Heringguhir (2022) dengan judul Hubungan Usia Gestasi Dan

Berat Lahir Neonatus Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD

DR.M. Haulussy Ambon Tahun 2018-2020. Penelitian ini merupakan

penelitian yang menggunakan desain case control, data yang diperoleh

merupakan data sekunder dari rekam medik pasien di RSUD dr. M.

Haulussy Ambon didapatkan 154 sampel. Data yang diperoleh dianalisis

menggunakan Statistical Package for the Social Science (SPSS) 26.

Berdasarkan hasil uji chi-square terdapat hubungan yang signifikan antara

usia gestasi (p=0,025) dengan kejadian ikterus noenatorum, begitu juga

dengan berat lahir neonatus (p=<0,001) didapatkan hubungan yang

signifikan terhadap kejadian ikterus neonatorum di RSUD dr. M. Haulussy

Ambon tahun 2018-2020.


8

Kesamaan penelitian yaitu pada variabel dependen yaitu kejadian ikterus

neonatorum dan analisis data yaitu uji chi square. Sedangkan

perbedaannya yaitu jenis penelitian deskriptif retrospektif dengan

pendekatan cross sectional, variabel independen yaitu pemberian ASI dan

teknik sampling yaitu purposive sampling.

c. Yayuk Rahayuningtyas (2020) dengan judul Hubungan Berat Badan Lahir

Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSD dr.

Soebandi Jember. Desain penelitian korelasional dengan pendekatan

crossectional Populasinya adalah bayi baru lahir yang dirawat di ruang

Perinatologi RSD dr. Soebandi Jember sejumlah 92 bayi yang diambil

dengan menggunakan simple random sampling. Analisis data

menggunakan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh p value = 0,001

hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara berat

badan lahir dengan kejadian ikterus neonatorum di ruang perinatologi

RSD dr. Soebandi Jember. Nilai OR 4,8 artinya bayi baru lahir dengan

berat badan lahir rendah berpeluang 4,8 kali terjadi ikterus neonatorum

dibandingkan dengan bayi lahir dengan berat badan lahir cukup. Bayi berat

badan lahir rendah cenderung mengalami gangguan tranportasi bilirubin

oleh karena rendahnya kadar albumin yang mengakibatkan bilirubin dalam

darah berlebih.

Kesamaan penelitian yaitu pada variabel dependen yaitu kejadian ikterus

neonatorum dan analisis data yaitu uji chi square. Sedangkan

perbedaannya yaitu jenis penelitian deskriptif retrospektif dengan

pendekatan cross
9

sectional, variabel independen yaitu pemberian ASI dan teknik sampling

yaitu purposive sampling.


DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2020. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2020.
https://diskes.jabarprov.go.id/assets/unduhan/Profil%20Kesehatan%20Ja
wa%20Barat%20Tahun%202020.pdf.
Efliani, D. 2022. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Keberhasilan Pemberian
Asi Ekslusif. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 11, Nomor 2, Tahun
2022. https://jurnal.stikes-
alinsyirah.ac.id/keperawatan/article/download/2170/361
Fitriani, R. 2020. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti
Lampung, 2020, Vol (VIII), April 2020.
http://ejournal.pancabhakti.ac.id/index.php/jkpbl/article/download/78/64/
Heringguhir, S.A. 2022. Hubungan Usia Gestasi Dan Berat Lahir Neonatus
Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD DR.M. Haulussy Ambon
Tahun 2018-2020. Jurnal Pameri Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022.
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/article/view/7617.
Ilawati, S. 2022. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pencegahan
Ikterus Fisiologis Pada Bayi Usia 0-14 Hari Dusun I Desa Sei Mencirim.
Journal of Healtcare Technology and Medicine Vol. 8 No. 2 Oktober
2022. https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/2426.
Kemenkes RI, 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021.
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profi
l-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-2021.pdf.
Kemenkes RI, 2022. Pentingnya ASI.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1365/pentingnya-asi.
Madiastuti, M. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Neonatus Hiperbilirubin di RSB Pasutri Bogor Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Ilmu dan Budaya Vol. 40 No. 55. http://journal.unas.ac.id/ilmu-
budaya/article/view/413.
Mendri, N. K., & Prayogi, A. S. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak Saki dan
Bayi Resko Tinggi. Jakarta: Pustaka Baru Press.
Mufdlilah. 2017. Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program ASI
Eksklusif. Yogyakarta.
Nur, Y.M. 2021. Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu dan Fototerapi terhadap
Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Pasaman Barat. Jurnal
Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021.
http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/download/291/155.
Rahayuningtyas, Y. 2020. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum di Ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi Jember. Artikel
Jurnal. http://repository.unmuhjember.ac.id/3548/12/ARTIKEL
%20JURNAL.pd f.
Ridha, N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.
WHO (World Health Organization). 2023. Infant Mortality.
https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/indicator-
groups/indicator-group-details/GHO/infant-mortality.
Wulandari, T. 2020. Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterus di Rumah
Sakit DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Mercusuar Vol 3 No1
April 2020.
http://jurnal.mercubaktijaya.ac.id/index.php/mercusuar/article/view/66
Yusuf, N.Y. 2021. Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB. Jurnal Medika
Hutama Vol 02 No 02, Januari 2021.
https://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/169.

Anda mungkin juga menyukai