PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
Putri Rahayu
222.C.1009
PENDAHULUAN
Ikterus neonatus pada bayi baru lahir merupakan masalah yang sering
muncul pada neonatus. Sekitar 25%-50% bayi baru lahir menderita ikterus pada
penyakit yang disebabkan karena tingginya kadar bilirubin pada darah sehingga
menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning pada kulit dan pada bagian putih
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2018, 4,0 juta (75%
dari semua kematian di bawah lima tahun) terjadi pada tahun pertama kehidupan
(WHO, 2023). Data Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak menunjukkan
jumlah kematian balita di Indonesia pada tahun 2021 sebanyak 27.566 kematian
balita, menurun dibandingkan tahun 2020, yaitu sebanyak 28.158 kematian. Dari
seluruh kematian balita, 73,1% diantaranya terjadi pada masa neonatal (20.154
kematian) (Kemenkes RI, 2021). Menurut Dinkes Provinsi Jawa Barat (2020), dari
kematian bayi di Provinsi Jawa Barat sebesar 3,18/1.000 kelahiran hidup, 76,3%
mencapai usia 1 tahun yang dikelompokkan menjadi bayi lahir mati, kematian 0-28
hari (neonatal) serta kematian 0-11 bulan (bayi). Angka Kematian Bayi (AKB)
atau
1
2
Infant Mortality Rate (IMR) merupakan indikator yang sangat sensitif terhadap
upaya pelayanan kesehatan terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir
Salah satu penyebab jumlah kematian pada bayi baru lahir adalah ikterus
yaitu karena tingginya kadar bilirubin pada darah yang menyebabkan bayi baru
lahir berwarna kuning pada kulit dan pada bagian putih mata. Biasanya mulai
tampak pada kadar bilirubin serum ≥ 5mg/dL, (Mendri dan Prayogi, 2017). Faktor-
faktor yang memengaruhi ikterus neonatus meliputi faktor maternal seperti ras,
jenis persalinan, faktor perinatal seperti infeksi pada bayi baru lahir (asfiksia),
(Madiastuti, 2017).
Ada dua macam ikterus neonatus yaitu ikterus neonatus fisiologis dan
ikterus neonatus patologi. Ikterus neonatus fisiologis adalah warna kuning yang
timbul pada hari kedua atau ketiga dan tampak jelas pada hari kelima sampai
keenam dan menghilang sampai hari kesepuluh. ikterus neonatus fisiologis tidak
mempunyai dasar patologis potensi kern ikterus. Bayi tampak biasa, minum baik,
berat badan naik biasa, kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih
dari 12 mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan akan hilang pada hari keempat belas,
patologis, ikterik timbul dalam 24 jam pertama kehidupan: serum total lebih dari
12mg/dl. Terjadi peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.
Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurang bulan (BBLR)
dan
3
12,5 mg%pada bayi cukup bulan, ikterus yang disertai dengan proses hemolisis.
Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl per-jam
atau lebih 5 mg/dl perhari. Ikterus neunatorum menetap sesudah bayi umur 10 hari
(bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBLR (Ridha, 2014).
kematian bayi yang disebabkan oleh hiperbilirubin dari seluruh kasus perinatal
Indonesia sekitar 50% bayi baru lahir normal mengalami perubahan warna kulit,
mukosa dan wajah mengalami kekuningan (ikterus) dan 80% pada bayi kurang
Salah satu cara untuk menekan angka kematian bayi adalah dengan
memberikan makanan terbaik yaitu Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dapat mengurangi angka kematian pada balita. Air Susu Ibu (ASI)
kandungan berbagai zat gizi dan antibodi yang penting untuk pertumbuhan dan
perkembagan bayi (Kemenkes RI, 2022). ASI (Air Susu Ibu) adalah air susu yang
dihasilkan oleh ibu dan mengandung semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi
Pemberian ASI ekslusif dapat menurunkan angka kematian anak secara global
sebesar 10% setiap tahun. ASI ekslusif adalah upaya intervensi yang efektif untuk
frekuensi pemberian ASI dengan kejadian ikterus (p=0,000). Hasil penelitian Nur
4
penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan
kejadian ikterus neonatorum pada bayi di Ruang Perinatologi Rumah Sakit Mitra
Plumbon Cirebon?”
b. Bagi Penelitian
a. Bagi Responden
b. Bagi Perawat
Adapun beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
hingga Juni 2016, dengan 25 bayi pada kelompok kasus dan 50 bayi pada
7
rendah, dan 56% (42 bayi) sisanya mempunyai berat lahir normal. Analisis
bivariat dengan uji chi-square menunjukkan nilai p value = 0,007 < 0,05
b. Siti Aisyah Heringguhir (2022) dengan judul Hubungan Usia Gestasi Dan
hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara berat
RSD dr. Soebandi Jember. Nilai OR 4,8 artinya bayi baru lahir dengan
berat badan lahir rendah berpeluang 4,8 kali terjadi ikterus neonatorum
dibandingkan dengan bayi lahir dengan berat badan lahir cukup. Bayi berat
darah berlebih.
pendekatan cross
9
Dinkes Provinsi Jawa Barat, 2020. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun
2020.
https://diskes.jabarprov.go.id/assets/unduhan/Profil%20Kesehatan%20Ja
wa%20Barat%20Tahun%202020.pdf.
Efliani, D. 2022. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Keberhasilan Pemberian
Asi Ekslusif. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 11, Nomor 2, Tahun
2022. https://jurnal.stikes-
alinsyirah.ac.id/keperawatan/article/download/2170/361
Fitriani, R. 2020. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti
Lampung, 2020, Vol (VIII), April 2020.
http://ejournal.pancabhakti.ac.id/index.php/jkpbl/article/download/78/64/
Heringguhir, S.A. 2022. Hubungan Usia Gestasi Dan Berat Lahir Neonatus
Dengan Kejadian Ikterus Neonatorum di RSUD DR.M. Haulussy Ambon
Tahun 2018-2020. Jurnal Pameri Volume 4, Nomor 2, Oktober 2022.
https://ojs3.unpatti.ac.id/index.php/pameri/article/view/7617.
Ilawati, S. 2022. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pencegahan
Ikterus Fisiologis Pada Bayi Usia 0-14 Hari Dusun I Desa Sei Mencirim.
Journal of Healtcare Technology and Medicine Vol. 8 No. 2 Oktober
2022. https://jurnal.uui.ac.id/index.php/JHTM/article/view/2426.
Kemenkes RI, 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021.
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/profi
l-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-2021.pdf.
Kemenkes RI, 2022. Pentingnya ASI.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1365/pentingnya-asi.
Madiastuti, M. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Neonatus Hiperbilirubin di RSB Pasutri Bogor Provinsi Jawa Barat.
Jurnal Ilmu dan Budaya Vol. 40 No. 55. http://journal.unas.ac.id/ilmu-
budaya/article/view/413.
Mendri, N. K., & Prayogi, A. S. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Anak Saki dan
Bayi Resko Tinggi. Jakarta: Pustaka Baru Press.
Mufdlilah. 2017. Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program ASI
Eksklusif. Yogyakarta.
Nur, Y.M. 2021. Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu dan Fototerapi terhadap
Ikterus Neonatorum di Ruang Perinatologi RSUD Pasaman Barat. Jurnal
Akademka Baiturrahim Jambi (JABJ) Vol 10, No 1, Maret 2021.
http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/download/291/155.
Rahayuningtyas, Y. 2020. Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum di Ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi Jember. Artikel
Jurnal. http://repository.unmuhjember.ac.id/3548/12/ARTIKEL
%20JURNAL.pd f.
Ridha, N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.
WHO (World Health Organization). 2023. Infant Mortality.
https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/indicator-
groups/indicator-group-details/GHO/infant-mortality.
Wulandari, T. 2020. Hubungan Berat Lahir Dengan Kejadian Ikterus di Rumah
Sakit DR. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Mercusuar Vol 3 No1
April 2020.
http://jurnal.mercubaktijaya.ac.id/index.php/mercusuar/article/view/66
Yusuf, N.Y. 2021. Hubungan Frekuensi Pemberian Asi Dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB. Jurnal Medika
Hutama Vol 02 No 02, Januari 2021.
https://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/169.