ABSTRAK
Ikterus ialah gambaran klinis pada mukosa dan kulit yang berwarna dikarenakan adanya deposisi
produk akhir katabolisme heme yakni bilirubin. Penanganan primer ikterus yang
direkomendasikan salah satunya adalah inisiasi menyusu dini (IMD). Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan inisiasi menyusu dini (IMD) dengan kejadian ikterus neonatorum fisiologis
di RSUD Brigjend H. Hassan Basry Kandangan. Penelitian observasional analitik dengan
menggunakan desain pendekatan kohort prospektif. Pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling berjumlah 30 orang. Hasil penelitian menunjukkan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) yang diberikan IMD sebanyak 18 orang (60%). Kejadian ikterus neonatorum fisiologis
yang tidak mengalami ikterus neonatorum fisiologis sebanyak 18 orang (70%). Analisis data
memakai uji fisher’s exact test diperoleh nilai p value 0,002 (p˂0,05), terdapat hubungan inisiasi
menyusu dini (IMD) dengan kejadian ikterus neonatorum fisiologis di RSUD Brigjend H. Hassan
Basry Kandangan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) mempengaruhi terhadap kejadian ikterus
neonatorum fisiologis.
Kata-kata kunci: bayi baru lahir, ikterus neonatorum fisiologis, inisiasi menyusu dini (IMD).
ABSTRACT
Jaundice is a clinical picture of the mucosa and colored skin due to the deposition of the final
product of heme catabolism, bilirubin. The primary treatment for jaundice recommended is one
of initiation of early breastfeeding (IMD). The purpose of this study was to determine the
relationship of early breastfeeding initiation (IMD) with the incidence of physiological neonatal
jaundice in the RSUD Brigjend H. Hassan Basry Kandangan. Observational analytic study used
a prospective cohort approach design. Sampling used accidental sampling technique amounted to
30 people. The results showed that Early Breastfeeding Initiation (IMD) given IMD was 18
people (60%). The incidence of physiological neonatal jaundice that had no physiological
neonatal jaundice was 18 people (70%). Data analysis used the fisher's exact test was obtained p
value 0.002 (p˂0.05), there was a relationship between early breastfeeding initiation (IMD) and
the incidence of physiological neonatal jaundice in the RSUD Brigjend H. Hassan Basry
Kandangan. Early Breastfeeding Initiation (IMD) affects the incidence of physiological neonatal
jaundice.
Keywords: newborn baby, physiological neonatal jaundice, early breastfeeding initiation (IMD).
59
PENDAHULUAN jumlah bayi dengan kasus ikterus
neonatorum sebesar 79,6% (6) .
Salah satu destinasi pengembangan Di Indonesia, melaporkan statistik
kesehatan di Indonesia ialah pada tahun kejadian ikterus neonatorum dari
20015 tergapainya Millennium sejumlah rumah sakit, antara lain Rumah
Development Goals (MDG’s) yakni, Sakit Dr. Sardjito memperoleh sebesar
menurunya angka kematian bayi menjadi 85% bayi yang lahir sehat dan cukup
23/1000 KH (1). Angka Kematian Bayi bulan memiliki kadar bilirubin lebih dari
(AKB) merupakan indeks yang penting sama dengan 5 mg/dl dan kadar bilirubin
dalam menetapkan jenjang kesehatan ≥13 mg/dl sebesar 23,8%. Pengecekkan
masyarakat. Usaha dalam menurunkan dilakukan pada hari pertama lahir, hari ke
angka kematian bayi baru lahir (0 sampai 3, dan hari ke 5 dengan pengecekkan
28 hari) menjadi penting sebab kematian kadar bilirubin dilakukan tiap hari,
bayi baru lahir menjadi penyumbang dari ditemukan hiperbilirubinemia dan ikterus
59% kematian bayi (2). terjadi pada 18,6% dan 82% bayi yang
Berdasarkan riset Survei Demografi lahir cukup bulan (5). Rumah Sakit Cipto
dan Kesehatan lndonesia (SDKI) tahun Mangunkusumo dengan kadar bilirubin
2017, yang dilakukan sejak tahun 2013 ≥5 mg/dl sebesar 58% untuk dan 29,3%
sampai 2017. Angka Kematian Neonatus pada kadar bilirubin lebih dari sama
(AKN) sebesar 15/1.000 dari kelahiran dengan 12 mg/dl di minggu pertama
yang hidup, Angka Kematian Bayi kelahiran terhadap prevelensi ikterus
(AKB) 24/1.000 dari kelahiran bayi yang kepada neonatal tahun 2013 (7).
hidup dan Angka Kematian Balita Ikterus ialah gambaran klinis pada
(AKABA) 32/1.000 dari kelahiran yang mukosa dan kulit bayi yang berwarna
hidup. Angka kematian ibu tahun 2015 kuning dikarenakan adanya deposisi hasil
sebanyak 4.999 kasus dan mengalami terakhir katabolisme heme yakni
penurunan di tahun 2016 sebanyak 4.912 bilirubin. Ikterus pada bayi baru lahir
kasus, di tahun 2017 semester 1 sebanyak akan timbul bila konsentrasi bilirubin
1.712 kasus (1). Angka Kematian serum melebihi 5 mg/dl dilihat secara
Neonatus (AKN) tahun 2017 di klinis. Hiperbilirubinemia ialah
Kalimantan Selatan sebanyak 386 konsentrasi kadar bilirubin di dalam darah
kelahiran dan angka kematian neonatus di kurang dari 13 mg/dl di minggu pertama
Kabupaten Hulu Sungai 38 kelahiran (3). kelahiran yang ditandai adanya ikterus,
Pencetus utama kematian perinatal kondisi tersebut kepada neonatus disebut
di minggu pertama kehidupan yaitu ikterus neonatorum yang sifatnya
komplikasi kehamilan dan persaIinan patologis yang menggambarkan suatu
antara lain sepsis, asfiksia, ikterus kondisi terdapatnya kadar bilirubin yang
neonatorum dan berat lahir rendah (4,5). meningkat di dalam jaringan ekstra
World Health Organization (WHO), vaskuler yang menyebabkan kulit,
secara dunia pada tahun 2013 jumlah mukosa, dan konjungtiva menjadi warna
bayi yang meninggal sebesar 6,6 juta, kuning (8).
yang dikarenakan oleh ikterus Penanganan primer ikterus yang
neonatorum. Tahun 2014, kematian bayi direkomendasikan salah satunya ialah
yang baru lahir di seluruh dunia sebesar inisiasi menyusu dini (IMD) atau
73% yang terjadi dalam tujuh harisetelah pemberian air susu ibu secara dini.
kelahiran, salah satunya penyebabnya Pemberian Air Susu Ibu (ASI) yang
adalah adanya produksi bilirubin yang sedini mungkin setelah lahir atau IMD
berlebih atau disebut dngan ikterus, dan pemberian ASI Eksklusif adalah
sedangkan pada tahun 2015 ditemukan
salah satu tindakan yang mudah
Nerspedia, April 2019; 2(1): 59-68
dilakukan pemerintah dalam ruang nifas RSUD Brigjend H. Hassan
meningkatkan kesehatan dan Basry Kandangan adalah ibu melahirkan
kontinuitas kehidupan bayi yang baru bayi di ruang bersalin, jika ibu
lahir. Sebanyak 10 juta kematian anak melahirkan secara normal bayi ditimbang
balita di dunia per tahunnya dan dan langsung diIakukan lMD seIama satu
30.000 ditemukan adanya kematian jam, tetapi jika ibu melahirkan secara
bayi di Indonesia, bisa dicegah dengan caesar, bayi lahir kemudian bayi dibawa
dilakukannya pemberian ASI secara ke ruang resusitasi dan dilakukan
eksklusif selama 6 bulan dimulai dari tindakan pada bayi seperti resusitasi, BB
tanggal kelahiran bayi, tanpa diberikan ditimbang, pengukuran dan dibersihkan,
makanan dan minuman jika kondisi bayi baik dan APGAR score
tambahan/pendamping pada bayi, hal dalam batas normal, bayi langsung
tersebut didukung oleh United Nations dibawa kembali ke ruang operasi untuk
Childrens Fund (UNICEF) (9). diIakukan IMD.
Hasil penelitian Pohlman, Nursanti Pada tahun 2017, jumlah ikterus
dan Anto (2015) menunjukkan bahwa neonatorum di ruang bayi dan ruang nifas
adanya hubungan inisiasi menyusu dini RSUD Brigjend H. Hassan Basry
terhadap kejadian ikterus neonatorum Kandangan sebanyak 56 bayi, sedangkan
(10). IMD merupakan bayi yang mulai pada bulan Januari sampai Maret 2018
melakukan menyusu sendiri sedini didapatkan 24 bayi yang mengalami
mungkin setelah lahir (11). Bayi yang ikterus neonatorum. Observasi dilakukan
baru lahir dilakukan metode IMD di usia pada tanggal 12-14 April 2018
50 menit dari kelahirannya bisa menyusu didapatkan 8 ibu postpartum dengan
lebih baik, dari pada bayi yang tidak kelahiran normal dan 2 ibu postpartum
melakukan metode IMD di usia 50 menit dengan caecar, sedangkan yang
setelah kelahirannya, sehingga ditemukan melakukan inisiasi menyusui dini hanya 6
bayi tidak bisa menyusu dengan baik ibu postpartum. Waktu IMD dari 6 ibu
sebesar 50%. Di usia bayi 6 bulan dan 1 postpartum, 4 ibu meIakukan lMD
tahun, bayi yang memperoleh dengan waktu satu jam dan 2 ibu hanya
kesempatan untuk menyusu dini, tiga puluh menit karena proses
didapatkan 59 persen dan 38 persen yang persalinannya dengan caesar dan
masih disusui, sedangkan bayi yang tidak didapatkan 6 mengalami ikterus
mendapatkan giliran menyusu dini di usia neonatorum. Penelitian ini bertujuan
yang sama tinggal 29 persen dan 8 persen untuk mengetahui hubungan inisiasi
yang masih disusui (12). Hasil penelitian menyusu dini (IMD) dengan kejadian
Levene, Tudehope dan Sinha (2008) ikterus neonatorum fisiologis di RSUD
menyatakan bahwa IMD berpengaruh Brigjend H. Hassan Basry Kandangan.
terhadap pengeluaran mekonium,
sehingga bayi-bayi yang terlambat METODE PENELITIAN
mengeluarkan mekonium lebih mungkin Penelitian menggunakan
mengaIami sakit kuning fisiologi (13). observasional anaIitik dengan desain
Berdasarkan studi pendahuluan di pendekatan kohort prospektif. Populasi
ruang bayi dan ruang nifas Brigjend H. dalam penelitian ini bayi baru Iahir di
Hassan Basry Kandangan, didapatkan ruang bayi dan ruang nifas RSUD
total data bayi pada tahun 2017 sebanyak Brigjend H. Hassan Basry Kandangan.
1178 bayi dan 56 bayi (4,75%) Teknik sampling penelitian ini
mengalami ikterus. Pelaksanaan inisiasi menggunakan accidental sampling
menyusu dini di ruang bersalin sebesar dengan sampel 30 bayi. Instrumennya
65-85%. Hasil wawancara yang adalah karakteristik responden dan
dilakukan peneliti didapatkan proses lembar observasi inisiasi menyusui dini
pelaksanaan IMD di ruang bayi dan
61
(lMD) dan kejadian ikterus neonatorum sebanyak 8 orang (26,7%). Pekerjaan
fisioIogis. Penelitian ini telah yang terbanyak yaitu ibu rumah tangga
mendapatkan surat kelaikan etik dari IRB sebanyak 20 orang (66,7%). Jenis
(Institutional Review Board) Fakultas keIamin bayi yang terbanyak perempuan
Kedokteran Universitas Lambung sebanyak 20 orang (66,7%). Paritas yang
Mangkurat dengan nomer surat sebagai terbanyak muItigravida sebanyak 21
berikut No. 850/KEKP-FK orang (70%). Jenis persalinan yang
UNLAM/EC/VIII/2018. terbanyak persalinan spontan sebanyak
21 orang (70%).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2. Distribusi Frekuensi lnisiasi
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Menyusu Dini (lMD) (n = 30)
(n = 30)
Inisiasi Menyusu Dini
Karakteristik f % f %
(IMD)
Responden karakteristik responden berdasarkan usia
yang terbanyak umur 20-35 tahun sebanyak
Usia 27 orang (90%). Pendidikan terakhir yang
terbanyak SMP/Sederajat
<20 tahun 1 3,3
20-35 tahun 27 90
>35 tahun 2 6,7
Pendidikan
Tidak sekolah 0 0
SD/Sederajat 4 13,3
SMP/Sederajat 8 26,7
SMA/Sederajat 8 26,7
Diploma III/ Diploma 3 10
IV
Sarjana 7 23,3
Pekerjaan
Tidak bekerja 0 0
Petani/ Buruh 0 0
Swasta 3 10
PNS/TNI/POLRI 3 10
Pelajar/Mahasiswa 0 0
Ibu Rumah Tangga 20 66,7
Lain-lain 4 13,3
Jenis kelamin bayi
Laki-laki 10 33,3
Perempuan 20 66,7
Paritas
Primigravida
9 30
MuItigravida 21 70
Jenis persalinan
Spontan 21 70
Operasi SC 9 30
Total 30 100
Tabel 1. Memperlihatkan
dan SMA/Sederajat masing- Penelitian Suryandari dan Agustina
masing Tidak diberikan IMD 12 (2013) yang menemukan jumlah bayi
40 baru Iahir yang tidak mendapat kolostrum
Diberikan IMD 18 60 secara dini adaIah 30 bayi baru lahir dari
Total 30 100 60 bayi yang baru lahir (14). Saputra dan
Lasmini (2015) didapatkan 21 bayi yang
Tabel 2. Memperlihatkan mendapatkan IMD dari 42 bayi (15).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di Pohlman, Nursanti & Anto (2015)
RSUD Brigjend didapatkan 27 bayi yang mendapatkan
H. Hassan Basry Kandangan yang lIMD dari 65 bayi yang baru lahir (10).
diberikan IMD sebanyak 18 orang Tabel 2 menunjukkan bahwa
(60%). Hal ini dikarenakan kondisi Inisiasi Menyusu Dini (IMD) di RSUD
ibu yang baik, rata-rata yang Brigjend H. Hassan Basry Kandangan
memberikan IMD melakukan yang tidak diberikan sebanyak 12 orang
persalinan yang normal, 2 orang ibu (40%). Hal ini dikarenakan karena 9 ibu
dapat memberikan IMD walaupun melahirkan dengan operasi caesar, 4 ibu
dengan persalinan caesar dan rata- yang melahirkan dengan operasi caesar
rata semua prosedur IMD telah disuntikkan dengan bius total atau
dilakukan. anastesi umum, sehingga ibu tidak sadar
Atau mengalami penurunan kesadaran IMD merupakan bayi mulai menyusu
pada saat prosedur operasi mulai sendiri segera lahir. Metode bayi
berlangsung dan akan sadar kembali pada melakukan IMD disebut the breast crawl
saat dibawa ke ruang nifas dan 5 ibu yang atau metode merangkak sambil mencari
diberikan anastesi tidak total/sebagian payudara. Neonatal yang diberi keleluasaan
menyebabkan ibu tidak bisa menyusu sesegera mungkin, dengan
mempersiapkan diri untuk berpuasa meletakkan neonatal sampai terjadi
sebeIum dilakukan tindakan operasi persentuhan antar kulit bayi ke kulit ibu
caesar elektif, adanya pemberian injeksi seminimal mungkin selama 1 (satu) jam
anastesi yang berdampak timbulnya mual, meningkatkan keberhasilan menyusu secara
yang menyebabkan pada saat dilakukan eksklusif. Inisiasi menyusu dini memiliki
IMD ibu mengalami muntah dan manfaat penting untuk bayi diantaranya
merasakan mual yang mengakibatkan adalah di saat neonatal dapat menyusu dini
IMD tidak bisa dilanjutkan sampai 2 jam. setelah lahir, sehingga kolostrum semakin
Hasil analisis juga didapatkan 3 ibu yang cepat keluar dan neonatal akan lebih cepat
melahirkan spontan tapi tidak memberikan memperoIeh kolostrum, kolostrum ialah
IMD dikarenakan ibu mengalami cairan pertama yang keluar dari payudara
komplikasi seperti perdarahan postpartum ibu yang kaya akan kekebalan tubuh dan
primer dan ibu yang kelelahan seteIah sangat berguna bagi pelindung/kekebalan
melahirkan.
Penelitian Suryandari dan Agustina
(2013) yang menemukan jumlah bayi
baru lahir yang tidak mendapat kolostrum
secara dini adalah 30 bayi baru lahir (14).
Saputra dan Lasmini (2015) didapatkan
21 bayi yang tidak mendapatkan IMD
dari 42 bayi (15). Pohlman, Nursanti &
Anto (2015) didapatkan 38 bayi yang
tidak mendapatkan IMD dari 65 bayi
yang baru lahir (10).
akan adanya infeksi, penting untuk bahwa operasi caesar ialah salah satu
pertumbuhan, bahkan kontinuitas hidup
bayi (11).
Manfaat dilakukannya IMD ialah
seminimal mungkin terjadinya
persentuhan antar kulit bayi dan ibu (16).
Manfaat persentuhan kulit pada saat
diIakukannya metode IMD terhadap bayi,
antara lain memaksimalkan kondisi
hormonal neonatal dan ibu, mendukung
keterampilan neonatal untuk menyusu
yang lebih efektif dan cepat, tidak sering
menangis selama satu jam pertama dari
kelahiran, meningkatkan ikatan ibu dan
bayi, menjaga migrasi kuman yang aman
dari ibu di dalam perut bayi, sehingga
memperoleh perlindungan terhadap
munculnya infeksi, bilirubin akan
semakin cepat mengalami kenormalan
dan cepatnya pengeluaran mekonium
sehingga terjadi penurunan kejadian
ikterus pada bayi yang baru lahir (16).
Proses persalinan yang sering
dijumpai yaitu persalinan spontan dan
persalinan dengan operasi SC. Metode
persalinan yang dipilih ibu bisa
memengaruhi pada keadaan bayi dan ibu
setelah persalinan. Contohnya, disaat
terjadiya prosedur persalinan yang
spontan, ibu lebih merasakan kelelahan
dikarenakan harus melewati prosedur
kontraksi yang cukup panjang dan sangat
melelahkan. Pada prosedur persalinan
operasi caesar yang dijalani ibu
mengalami penurunan kesadaran akibat
dampak dari anastesi yang diberikan, dan
ada pula ibu yang dilakukan pembiusan
total (tidak sadarkan diri saat prosedur
operasi berjalan). Keadaan ibu yang
dilakukan pembiusan dalam prosedur
persalinan mempengaruhi terhadap bayi
setelah dilahirkan, salah satunya bayi
akan menjadi lebih pasif dan mengaIami
kantuk (16).
PeneIitian Indamukti, dkk (2013),
ditemukan keberhasilan IMD pada
persalinan yang spontan lebih signifikan
positif dari pada persalinan dengan
tindakan (17). Penelitian menunjukkan
dari 577 ibu di Turki juga mendapatkan
hambatan terbesar dalam prosedur IMD, mengalami ikterus neonatorum termasuk
Hal ini berkorelasi dengan anastesi, dalam derajat 1 berdasarkan dengan
ketidaknyamanan ibu, dan belum penilaian ikterus neonatorum menurut
keluarnya ASI setelah operasi (18). Kremer. Ikterus neonatorum derajat 1
dikarenakan muncul pada bagian kepala
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kejadian dan leher saja.
Ikterus Neonatorum FisioIogis
Penelitian ini sesuai dengan
(n = 30)
penelitian yang dilakukan Pohlman,
Kejadian lkterus f % Nursanti dan Anto (2015) menunjukkan
Neonatorum juga
Tidak ikterus 18 60
Ikterus 12 40
Total 30 100
Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Kejadian Ikterus
Neonatorum Fisiologis.
Kejadian Ikterus Neonatorum Fisiologis
Total
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Tidak Ikterus Ikterus
f % f % f %
Tidak diberikan IMD 3 10 9 30 12 40
Diberikan IMD 15 50 3 10 18 60
Total 18 60 12 40 30 100
Uji statistik fisher’s exact test p=0,002 α=0,05