Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PARITAS DAN PERSALINAN PRETERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA

PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL

Siti Rochwati, Awalina Rizqy N

ABSTRAK

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur, yang
merupakan penyebab kedua kematian bayi baru lahir. Di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal masih terdapat kasus
asfiksia yang dipengaruhi oleh faktor paritas mencapai 51% dari primipara, serta persalinan preterm tercatat 75
kasus (36,1%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui paritas, persalinan preterm, kejadian asfiksia, serta
hubungan antara paritas dan persalinan preterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal.
Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan case control. Populasinya yaitu semua ibu
bersalin spontan di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal sebanyak 1.248 orang. Sampel kasus dalam penelitian ini yaitu
ibu bersalin spontan dan bayi baru lahir dengan asfiksia sebanyak 208 orang, dan sampel kontrolnya adalah ibu
bersalin spontan dan bayi baru lahir yang tidak mengalami asfiksia sejumlah 208 orang. Teknik pengambilan sampel
pada sampel kasus adalah sampling jenuh, sedangkan pada sampel kontrol menggunakan sampling kuota. Analisa
penelitian menggunakan uji Chi Square.
Analisa hasil penelitian dari 416 responden, mayoritas termasuk multipara 203 orang (48,7%) dengan bayi
yang mengalami asfiksia mencapai 93 (44,7%), bukan persalinan preterm tercatat 303 orang (72,8%) dengan bayi
asfiksia sebanyak 133 bayi (63,9%), dan terdapat 208 (50,0%) bayi baru lahir yang mengalami asfiksia. Tidak ada
hubungan antara paritas dengan kejadian asfiksia (p=0,100>α=0,05) dan ada hubungan antara persalinan preterm
dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal (p=0,0001<α=0,05). Disarankan
agar ibu hamil supaya rutin memeriksakan diri, menjaga kesehatan selama hamil, dan merencanakan persalinan
yang aman di tempat pelayanan kesehatan agar terjamin keselamatannya apabila terjadi kegawatdaruratan.

Kata Kunci : Paritas, Persalinan preterm, Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

PENDAHULUAN adalah bayi berat lahir rendah (29%), asfiksia (27%),


Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan
merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. kelainan kongenital (Wiknjosastro, 2008; h. 709).
Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi Menurut data Survei Demografi dan
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang Kesehatan Indonesia (SDKI), angka kematian bayi
diberikan kepada ibu hamil (Surasmi, 2011; h.9). pada tahun 2012 adalah 32 kematian per 1000
Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak
neonatal merupakan periode yang paling kritis, juga 47% terjadi pada masa neonatal, setiap lima menit
merupakan awal kehidupan yang tidak terdapat satu neonatus yang meninggal (Anonim,
menyenangkan bagi bayi. Hal ini disebabkan oleh 2014).
lingkungan kehidupan sebelumnya (intrauterine), Angka Kematian Bayi (AKB) di provinsi
dimana janin tumbuh dengan segala kenyamanan Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 10,75 per 1000
tanpa upaya dari dirinya sendiri. Sedangkan kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan
lingkungan setelah bayi dilahirkan (ekstrauterine) tahun 2011 sebesar 10,34/1.000 kelahiran hidup.
menuntut bayi untuk hidup dengan upayanya Dibandingkan dengan target Millenium Development
sendiri.Hal inilah yang menyebabkan banyak sekali Goals (MDGs) ke-4 tahun 2015 sebesar 17/1.000
masalah yang dialami bayi baru lahir sehingga dapat kelahiran hidup maka AKB di Provinsi Jawa Tengah
menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Surasmi, tahun 2012 sudah cukup baik karena telah melampaui
2011; h. 1). target (Anonim, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) Angka kematian bayi tertinggi adalah
setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta Kabupaten Banjarnegara sebesar 18,16/1.000
bayi baru lahir mengalami asfiksia. Di Indonesia, dari kelahiran hidup, sedangkan terendah adalah Kota
seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal. Surakarta sebesar 5,33/1.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia Sedangkan Angka Kematian Bayi di Kabupaten

Hubungan Paritas dan Persalinan Preterm Dengan Kejadian ….(Siti Rochwati, Awalina) 1
Kendal pada tahun 2012 mencapai 9,59/1000 (lengkap) untuk kelangsungan hidupnya. Tindakan
kelahiran hidup (Anonim, 2014). resusitasi yang dilakukan dalam beberapa tahap
Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di merupakan langkah awal dalam penanganan asfiksia
Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27% pada bayi baru lahir (Purnamaningrum, 2010; h. 67).
yang merupakan penyebab ke-2 kematian bayi baru Dari survey awal yang dilaksanakan di RSUD
lahir setelah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Dr. H. Soewondo Kendal pada hari Senin, 1
(Depkes RI, 2008). Desember 2014 mencatat angka persalinan dari bulan
Asfiksia berarti terjadi hipoksia (kekurangan Januari - Juni 2014 sebanyak 1.248 ibu bersalin,
oksigen) yang menimbulkan metabolisme anaerob terdapat 208 bayi dengan asfiksia. Tercatat 75
sehingga terjadi penimbunan karbondioksida, persalinan preterm yang menyebabkan bayi lahir
asidosis darah, dan cairan tubuh. Situasi yang dengan asfiksia, sementara bila dilihat dari
berlangsung terus tanpa diselingi tambahan oksigen paritasnya, dari 208 bayi yang lahir dengan asfiksia
akan menimbulkan keadaan yang lebih berbahaya tersebut, 51% dilahirkan oleh ibu primipara
yaitu gangguan metabolisme pada organ sehingga sedangkan sisanya yaitu 49% dilahirkan oleh ibu
fungsinya mengalami gangguan sebagai kompensasi multipara dan grandemultipara.
kekurangan oksigen. Akibatnya, pernafasan semakin Penelitian ini akan menganalisis hubungan
cepat dan frekuensi jantung meningkat (Manuaba, paritas dan persalinan preterm dengan kejadian
2009; h. 132). asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. H.
Salah satu faktor resiko terjadinya asfiksia Soewondo Kendal.
yaitu usia kehamilan. Masa gestasi sangat
berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkan, faktor METODE PENELITIAN
bayi prematur sebelum 37 minggu kehamilan dan Kerangka Konsep Penelitian
faktor ibu yaitu kehamilan post term atau kehamilan
melebihi 42 minggu (DepKes RI, 2008). Variabel Independent Variabel Dependen
Bayi prematur sebelum 37 minggu kehamilan Paritas
merupakan salah satu faktor resiko terjadinya asfiksia
Kejadian Asfiksia
pada bayi baru lahir. Bayi prematur mempunyai
karakteristik yang berbeda secara anatomi maupun Persalinan Preterm
fisiologi jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Pranikah
Salah satu karakteristik bayi preterm ialah pernafasan
tidak teratur dan dapat terjadi gagal nafas karena
organ-organ bayi belum terbentuk secara sempurna. Desain Penelitian
Kegagalan bernafas pada bayi prematur berkaitan Desain penelitian ini menggunakan metode
dengan defisiensi kematangan surfaktan pada paru- survei analitik, dengan pendekatan case control
paru bayi (Purnamaningrum, 2010; h. 60-61). untuk mengetahui hubungan paritas dan persalinan
Faktor lain yang secara tidak langsung preterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir
menyebabkan asfiksia adalah paritas. Paritas adalah di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal
jumlah kehamilan yang memperoleh janin yang
dilahirkan. Paritas yang tinggi memungkinkan Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
terjadinya penyulit kehamilan dan persalinan yang 1. Populasi
dapat menyebabkan terganggunya transport O2 dari Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu
ibu ke janin yang akan menyebabkan asfiksia yang bersalin spontan di RSUD Dr. H. Soewondo
dapat dinilai dari Apgar Score menit pertama setelah Kendal pada bulan Januari-Juni 2014 yaitu
lahir (Purnamaningrum, 2010; h. 63).
sejumlah 1.248 orang dengan bayi baru lahir
Depresi pernafasan bayi baru lahir
dikarenakan faktor kehamilan dan faktor persalinan. yang mengalami asfiksia sebanyak 208 dan bayi
Faktor kehamilan dari sebab maternal salah satunya baru lahir yang tidak mengalami asfiksia
adalah grande multipara. Untuk paritas tiga atau lebih sejumlah 1.040.
dapat meningkatkan resiko persalinan dengan 2. Sampel
tindakan. Selain faktor kehamilan dan persalinan, Sampel dalam penelitian ini adalah sampel kasus
depresi pernafasan bayi juga disebabkan oleh faktor dan sampel kontrol. Sampel kasus dalam
antepartum dan intrapartum (Purnamaningrum, 2010;
h. 60). penelitian ini adalah ibu bersalin spontan dan
Kira – kira 10% bayi baru lahir memerlukan bayi baru lahir dengan asfiksia di RSUD Dr. H.
bantuan untuk memulai pernafasan saat lahir dan Soewondo Kendal selama bulan Januari-Juni
kurang dari 1 % memerlukan resusitasi ekstensif 2014 sebanyak 208 orang

2 J. Ilmu Kesh. Vol.5 No.2, Januari 2015


Sampel kontrol dalam penelitian ini adalah ibu Berdasarkan data pada tabel 2, dari 416
bersalin spontan danbayi baru lahir yang tidak responden dapat dilihat bahwa mayoritas ibu
mengalami asfiksia di RSUD Dr. H. melahirkan dengan umur kehamilan cukup bulan
Soewondo Kendal selama bulan Januari-Juni (bukan persalinan preterm) yaitu sebanyak 303
yaitu sebanyak 208 orang orang (72,8%), dan minoritas merupakan ibu yang
melahirkan dengan persalinan preterm sejumlah
Jenis dan Cara Pengumpulan Data 113 orang (27,2%).
Data primer dalam penelitian ini dikaji
dengan menggunakan instrumen penelitian berupa 3. Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir
kuesioner untuk menggali data tentang paritas, Tabel 3 Distribusi Frekuensi Asfiksia pada Bayi
persalinan preterm dan kejadian asfiksia pada bayi Baru Lahir di RSUD Dr. H. Soewondo
baru lahir. Kendal Bulan Januari – Juni 2014

Pengolahan dan Analisa Data Asfiksia Frekuensi Persentase


Teknik pengolahan data dilakukan melalui Asfiksia (Kasus) 208 50,0
empat tahapan yaitu : editing, coding, data entry dan Tidak Asfiksia (Kontrol) 208 50,0
melakukan teknik analisis. Data yang telah diolah Total 416 100,0
kemudian dilakukan analisis secara kuantitatif.
Analisis yang digunakan adalah analisis Berdasarkan data pada tabel 3, dari 416
univariat untuk memperoleh gambaran tentang responden pada kelompok kasus dan kontrol
frekuensi dari tiap variabel baik variabel dependen menunjukkan jumlah yang sama karena
maupun variabel independen, serta analisis bivariat menggunakan perbandingan 1 : 1, yaitu sebanyak
untuk mengetahui hubungan variabel dependen 208 bayi (50,0%) mengalami asfiksia dan bayi
maupun variabel independen, dengan menggunakan yang tidak mengalami asfiksia juga berjumlah
uji korelasi Chi Square 208 bayi (50,0%)

HASIL PENELITIAN 4. Hubungan Paritas dengan Asfiksia pada Bayi


Baru Lahir
1. Paritas Ibu Bersalin Tabel 4 Distribusi Frekuensi Hubungan Paritas
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Bersalin dengan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di
di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal RSUD Dr. H. Soewondo Kendal Bulan
bulan Januari – Juni 2014 Januari – Juni 2014
Paritas Frekuensi Persentase Kejadian Asfiksia
Primipara 199 47,8 Tidak Total
Paritas Asfiksia
Multipara 203 48,7 asfiksia
Grande multipara 14 3,4 f % F % f %
Total 416 100,0 Primipara 105 50,5 94 45,2 199 47,8
Multipara 93 44,7 110 52,9 203 48,7
Grande 10 4,8 4 1,9 14 3,4
Berdasarkan data pada tabel 1, dapat dilihat
multipara
bahwa dari 416 responden, mayoritas termasuk
Total 208 100,0 208 100,0 416 100,0
dalam kategori multipara sebanyak 203 orang
p Value 0,100
(48,7%). Selanjutnya adalah ibu bersalin yang
termasuk dalam kelompok primipara yaitu
sejumlah 199 orang (47,8%) dan minoritas adalah Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa
kategori grandemultipara sebanyak 14 orang dari 416 responden, ibu yang baru pertama kali
(3,4%). melahirkan (primipara) mayoritas melahirkan
bayi dengan kejadian asfiksia sebanyak 105 orang
2. Persalinan Preterm (50,5%). Sementara ibu dengan kategori
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Persalinan Preterm multipara melahirkan bayi asfiksia sejumlah 93
di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal bayi (44,7%), dan minoritas grandemultipara
Bulan Januari – Juni 2014 melahirkan 10 bayi (4,8%) dengan kejadian
Persalinan Frekuensi Persentase asfiksia. Sementara pada kelompok kontrol, ibu
dengan status primipara melahirkan bayi yang
Preterm 113 27,2
tidak mengalami asfiksia sebanyak 94 bayi
Bukan Preterm 303 72,8
(45,2%). Dari ibu yang termasuk dalam kelompok
Total 416 100,0 multipara, mayoritas bayi tidak mengalami
asfiksia sejumlah 110 bayi (52,9%), sedangkan

Hubungan Paritas dan Persalinan Preterm Dengan Kejadian ….(Siti Rochwati, Awalina) 3
ibu dalam kategori grandemultipara minoritas Hasil penelitian menunjukkan bahwa
melahirkan bayi yang tidak mengalami asfiksia mayoritas responden merupakan ibu yang sudah
sebanyak 4 bayi (1,9%). 2-4 kali melahirkan (multipara) yaitu sejumlah
Dari hasil uji statistik diperoleh p value 203 orang (48,7%), ibu dalam kelompok
0,100 lebih besar dari taraf signifikan 5% primipara sebanyak 199 orang (47,8%) dan
(p>0,05) maka Ha ditolak yang artinya tidak ada minoritas adalah grandemultipara sejumlah 14
hubungan yang signifikan antara paritas ibu orang (3,4%).
bersalin dengan kejadian asfiksia pada bayi baru Paritas adalah jumlah janin dengan berat
lahir di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. badan lebih dari 500 gram yang pernah
dilahirkan, hidup maupun mati, bila berat badan
5. Hubungan Persalinan Preterm dengan tidak diketahui, maka dipakai umur kehamilan 24
Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir minggu (Sumarah, dkk. 2006; h. 1-2).
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Hubungan Menurut Friedman (2005) dalam Anonim
Persalinan Preterm dengan Asfiksia (2014) menyebutkan bahwa paritas dapat
pada Bayi Baru Lahir di RSUD Dr. H. dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya
Soewondo Kendal Bulan Januari – Juni adalah pendidikan, pekerjaan, keadaan ekonomi,
2014 pengetahuan dan latar belakang budaya.
Perilaku Seksual Pranikah Menurut Purwaningsih dan Fatmawati
Tidak Total (2010; h. 168), paritas diklasifikasikan menjadi
Sikap Beresiko
Beresiko tiga, yaitu primipara, multipara dan
f % f % f % grandemultipara. Menurut Varney (2006) dalam
Preterm 75 36,1 38 18,3 113 27,2 Anonim (2014) primipara adalah wanita yang
Bukan preterm 133 63,9 170 81,7 303 72,8
telah melahirkan seorang anak yang cukup besar
Total 208 100,0 208 100,0 416 100,0
untuk hidup di dunia luar. Multipara adalah
p Value 0,0001 dengan OR 2,523
seorang wanita yang telah melahirkan sebanyak
2-5 kali (Purwaningsih & Fatmawati, 2010; h.
Berdasarkan data pada tabel 4.5 168). Sedangkan grandemultipara menurut
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dengan Manuaba (2008) dalam Anonim (2014) adalah
kasus persalinan preterm (umur kehamilan antara wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau
20-37 minggu) mayoritas melahirkan bayi dengan lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam
asfiksia sebanyak 75 orang (36,1%), sedangkan kehamilan dan persalinan.
ibu yang melahirkan dengan umur kehamilan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cukup bulan (bukan persalinan preterm), primiparity atau paritas 1 merupakan faktor risiko
melahirkan bayi dengan kejadian asfiksia yang mempunyai hubungan yang kuat terhadap
sebanyak 133 bayi (63,9%). Pada kelompok mortalitas asfiksia. Sedangkan paritas diatas 4 dan
kontrol, dari ibu yang mengalami persalinan umur tua (>35 tahun), secara fisik ibu mengalami
preterm tercatat 38 bayi (18,3%) yang lahir tidak kemunduran untuk menjalani kehamilan dan
mengalami asfiksia. Sementara ibu yang beresiko tinggi melahirkan dengan tindakan
melahirkan dengan umur kehamilan cukup bulan (Purnamaningrum, 2010; h. 63).
mayoritas melahirkan bayi tanpa mengalami Menurut pendapat peneliti, hubungan
kejadian asfiksia yaitu sebanyak 170 bayi antara teori dengan hasil penelitian pada saat ini
(81,7%). menunjukkan bahwa pola pikir dan pengetahuan
Dari hasil uji statistik diperoleh p value masyarakat mengenai jumlah anak sudah
0,0001 lebih kecil dari taraf signifikan 5% mengalami kemajuan, terlihat dari mayoritas ibu
(p<0,05), maka Ha diterima sehingga ada termasuk kelompok multipara yaitu ibu yang
hubungan yang signifikan antara persalinan pernah melahirkan 2-4 kali saja. Sedangkan ibu
preterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru yang termasuk grandemultipara atau ibu yang
lahir di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal dengan melahirkan lebih dari 4 kali jumlahnya sangat
Odds Ratio 2,523 yang berarti bahwa pada kasus sedikit, menunjukkan bahwa masyarakat sedikit
persalinan preterm berpotensi melahirkan bayi banyak sudah mengetahui bahwa melahirkan
dengan resiko asfiksia sebesar 2,5 kali lebih tinggi terlalu banyak anak dapat menimbulkan resiko
daripada ibu yang melahirkan dengan umur yang dapat mengancam keselamatan ibu dan bayi.
kehamilan cukup bulan.
2. Persalinan Preterm
BAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Paritas sebagian besar responden merupakan ibu yang

4 J. Ilmu Kesh. Vol.5 No.2, Januari 2015


melahirkan dengan umur kehamilan cukup bulan kehamilannya. Hal ini sedikit banyak memberi
(bukan persalinan preterm) yaitu sebanyak 303 pengaruh baik pada keadaan intrauterine ibu dan
orang (72,8%) dan minoritas adalah ibu yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya
mengalami persalinan preterm sebanyak 113 resiko-resiko dalam kehamilan, salah satunya
orang (27,2%) dari 416 responden. persalinan preterm.
Persalinan preterm atau partus prematur 3. Asfiksia pada Bayi Baru Lahir
adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 50%
kurang dari 37 minggu (antara 20-37 minggu) responden bayi baru lahir mengalami asfiksia
atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram yaitu sebanyak 208 bayi dan yang tidak
(Manuaba, 1998; h.221) dalam Sujiatini, dkk mengalami asfiksia juga sebanyak 208 bayi (50%)
(2009; h. 38). dari 416 responden.
Menurut Sujiyatini, dkk (2009;h. 38), Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi
berbagai sebab dan faktor demografik diduga yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sebagai penyebab persalinan preterm, seperti : sehingga dapat menurunkan O2 dan makin
solutio plasenta, kehamilan ganda, kelainan meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
uterus, polyhidramnion, kelainan konginetal buruk dalam kehidupan lebih lanjut
janin, ketuban pecah dini, dan lain-lain. (Purnamaningrum, 2010; h. 57).
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan Menurut Purnamaningrum (2010; h. 59)
diagnosis ancaman persalinan preterm. Tidak asfiksia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan yaitu faktor langsung dan tidak langsung. Yang
tidak benar-benar merupakan ancaman persalinan termasuk dalam faktor langsung adalah faktor ibu,
preterm. Menurut Sujiyatini dkk (2009; h. 43), faktor tali pusat dan faktor bayi. Sedangkan faktor
beberapa kriteria yang digunakan sebagai tidak langsung yang mempengaruhi asfiksia
diagnosis ancaman persalinan preterm (usia diantaranya adalah status ekonomi keluarga,
kehamilan antara 20 dan 37 minggu lengkap atau pendidikan ibu, perawatan masa hamil, paritas,
antara 140 dan 259 hari) antara lain kontraksi jarak kelahiran, faktor 3 T, dan tempat pelayanan
uterus atau his teratur (sedikitnya setiap 7-8 menit persalinan.
sekali atau dua sampai tiga kali dalam waktu 10 Proses terjadinya asfiksia berawal dari
menit). Pastikan dengan pemeriksaan inspekulo reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa
adanya pembukaan dan servisitis. Pemeriksaan transisi normal. Bayi baru lahir akan melakukan
dalam menunjukkan bahwa serviks telah usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-
mendatar 50-80% atau sedikitnya 2 cm dan parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar
selaput ketuban seringkali telah pecah. Merasakan dari alveoli ke jaringan insterstitial di paru
gejala seperti rasa kaku di perut menyerupai kaku sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol
menstruasi, rasa tekanan intra pelvik dan nyeri pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi.
bagian belakang dan juga mengeluarkan lendir Jika keadaan ini terganggu maka arteriol
pervagina yang mungkin bercampur darah juga pulmonal akan tetap konstriksi, alveoli tetap terisi
merupakan tanda-tanda untuk menegakkan cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak
diagnosis dari persalinan preterm (Sujiyatini dkk, mendapat oksigen (Maryunani dkk, 2013; h. 209).
2009; h. 43). Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan
Menurut Sujiyatini, dkk (2009; h. 46) pada terjadi konstriksi arteriol pada organ seperti usus,
ibu yang habis mengalami persalinan preterm, ginjal, otot, dan kulit, namun demikian aliran
infeksi endometrium lebih sering terjadi yang darah ke jantung dan otak tetap stabil atau
akan mengakibatkan sepsis dan lambatnya proses meningkat untuk mempertahankan pasokan
penyembuhan luka episiotomi. oksigen. Penyesuaian distribusi aliran darah akan
Hubungan antara teori dengan hasil menolong kelangsungan fungsi organ-organ vital.
penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak ibu Walaupun demikian jika kekurangan oksigen
bersalin yang melahirkan dengan umur kehamilan berlangsung terus maka terjadi kegagalan fungsi
cukup bulan (bukan persalinan preterm). Menurut miokardium dan kegagalan peningkatan curah
pendapat peneliti, fakta yang terjadi di lapangan jantung, penurunan tekanan darah, yang
menandakan bahwa masyarakat khususnya ibu mengakibatkan aliran darah ke seluruh organ akan
hamil, telah mempunyai kesadaran diri yang berkurang. Sebagai akibat dari kekurangan perfusi
cukup untuk menjaga kehamilannya seperti oksigen dan oksigenisasi jaringan, akan
dengan rutin melakukan kunjungan ke tenaga menimbulkan kerusakan jaringan otak yang
kesehatan serta memenuhi asupan gizi yang irreversibel, kerusakan organ tubuh lain atau
optimal dan selalu menjaga kesehatan selama kematian (Maryunani dkk, 2013; h. 209).

Hubungan Paritas dan Persalinan Preterm Dengan Kejadian ….(Siti Rochwati, Awalina) 5
Keadaan bayi yang membahayakan akan kehamilannya dengan cara menjaga kesehatan diri
memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis, serta janinnya sebaik mungkin untuk menghindari
seperti tonus otot buruk karena kekurangan resiko-resiko yang dapat terjadi selama kehamilan
oksigen pada otak, otot dan organ lain; depresi ataupun setelah melahirkan.
pernafasan karena otak kekurangan oksigen,
bradikardia (penurunan frekuensi jantung) karena 4. Hubungan Paritas dengan Kejadian Asfiksia
kekurangan oksigen pada otot jantung atau sel pada Bayi Baru Lahir
otak, tekanan darah rendah karena kekurangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau ada hubungan antara paritas dengan kejadian
kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. H.
sebelum dan selama proses persalinan. Takipnu Soewondo Kendal (p value 0, 100 > 0,05).
(pernafasan cepat) karena kegagalan absorpsi Menurut Lee (2006) dan Depkes RI (2004)
cairan paru-paru dan sianosis karena kekurangan dalam Purnamaningrum (2010; h. 63),
oksigen di dalam darah. menyatakan bahwa paritas 1 dan umur muda (<20
Resiko yang dapat terjadi apabila proses tahun) beresiko asfiksia pada bayi baru lahir
ini berlangsung terlalu jauh yaitu dapat karena ibu belum siap secara medis (organ
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian reproduksi) maupun secara mental. Hasil
pada bayi. Asfiksia juga dapat mempengaruhi penelitian menunjukkan bahwa primiparity
fungsi organ vital lainnya (Maryunani dkk, 2013; merupakan faktor risiko yang mempunyai
h. 300). hubungan yang kuat terhadap mortalitas asfiksia.
Menurut Katwinkel, 2006 dalam Sedangkan paritas diatas 4 dan umur tua (>35
Purnamaningrum (2010; h. 66), asfiksia tahun), secara fisik ibu mengalami kemunduran
diklasifikasikan menjadi 3 berdasarkan nilai untuk menjalani kehamilan dan beresiko tinggi
Apgar, yaitu asfiksia berat dengan Apgar Score 0- melahirkan dengan tindakan. Keadaan tersebut
3, nilai 4-6 termasuk asfiksia sedang dan nilai 7- juga memberikan predisposisi untuk terjadi
10 adalah bayi normal. Nilai Apgar dapat perdarahan, plasenta previa, ruptur uteri, solutio
diperoleh dari frekuensi jantung bayi, nilai 0 jika plasenta yang dapat berakhir dengan terjadinya
tidak ada, nilai 1 apabila kurang dari 100 kali per asfiksia bayi baru lahir. Faktor predisposisi
menit, dan nilai 2 jika frekuensi jantung lebih dari tersebut menyebabkan asfiksia pada bayi baru
100 kali per menit. Kemudian dilihat dari lahir karena banyaknya darah yang keluar
pernafasan bayi, nilai 0 apabila tidak bernafas, membuat pasokan oksigen dari ibu ke janin
nilai 1 bila bayi hanya menangis lemah, dan nilai berkurang.
2 jika bayi menangis kuat dan pernafasan baik. Selain itu, ada pula faktor langsung yang
Penilaian ketiga adalah refleks rangsangan bayi, menyebabkan terjadinya asfiksia pada bayi baru
nilai 0 jika tidak ada respon, nilai 1 jika bayi lahir antara lain meliputi faktor ibu, seperti
hanya bisa sedikit merespon, dan nilai 2 apabila preeklampsia dan eklampsia, perdarahan
bayi menangis atau aktif. Selanjutnya adalah abnormal (plasenta previa atau solutio plasenta),
tonus otot bayi, nilai 0 jika bayi lemas, nilai 1 partus lama atau partus macet, demam selama
apabila sedikit fleksi, dan nilai 2 bila bayi persalinan, infeksi berat, (malaria, sifilis, TBC,
bergerak aktif. Hal lain yang bisa dilihat untuk HIV) dan kehamilan post matur (sesudah 42
melakukan penilaian adalah warna kulit, nilai 0 minggu kehamilan). Keadaan tersebut
apabila kulit bayi biru pucat, nilai 1 jika tubuh menyebabkan aliran darah ibu melalui plasenta
bayi merah sementara ekstremitasnya biru, dan berkurang, akibatnya terjadi gawat janin dan
nilai 2 apabila seluruh tubuh bayi kemerahan menyebabkan asfiksia.
(Purnamaningrum, 2010; h. 66). Faktor tali pusat yang mengakibatkan
Menurut pendapat peneliti, bayi baru lahir penurunan aliran darah dan oksigen ke bayi
dapat mengalami asfiksia karena berbagai faktor, seperti lilitan tali pusat, tali pusat pendek, simpul
baik faktor ibu maupun faktor janin. Dalam hal tali pusat dan prolapsus tali pusat juga
ini, jika dibandingkan dengan bayi baru lahir yang menyebabkan bayi lahir dengan asfiksia
mengalami asfiksia, maka dapat diketahui bahwa (Purnamaningrum, 2010; h. 59).
bayi baru lahir yang tidak mengalami asfiksia Menurut pendapat peneliti, tidak adanya
sebagian besar dilahirkan dari ibu yang tidak hubungan antara paritas dengan kejadian asfiksia
memiliki faktor resiko melahirkan bayi dengan pada bayi baru lahir dalam penelitian ini bisa
asfiksia. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar disebabkan karena paritas bukan satu-satunya
masyarakat terutama pada ibu hamil, sudah faktor yang menyebabkan terjadinya asfiksia,
memiliki kesadaran untuk bertanggungjawab atas namun ada beberapa faktor lain yang mungkin

6 J. Ilmu Kesh. Vol.5 No.2, Januari 2015


lebih dominan mempengaruhi kelahiran bayi pada bayi prematur berkaitan dengan defisiensi
dengan kejadian asfiksia.Dalam jurnal penelitian, kematangan surfaktan pada paru-paru bayi
dari hasil penelitian Katriningsih tahun 2009 (Purnamaningrum, 2010; h. 60)
menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang Bayi prematur mempunyai karakteristik
bermakna antara paritas dengan asfiksia yang berbeda secara anatomi maupun fisiologi
neonatorum dengan signifikasi (p) = 0,100> α= jika dibandingkan dengan bayi cukup bulan.
0,05. Karakteristik tersebut adalah kekurangan
Selain itu jika dilihat dari teori yang ada, surfaktan pada paru-paru sehingga menimbulkan
paritas merupakan salah satu faktor yang tidak kesulitan pada saat ventilasi, perkembangan otak
langsung menyebabkan asfiksia. Pada ibu yang imatur sehingga kurang kemampuan
primipara, ketidaksiapan secara medis seperti memicu pernafasan, otot yang lemah sehingga
organ reproduksi dan mental dapat menyebabkan sulit bernafas spontan kulit yang tipis dan
ibu mengalami hal-hal patologis yang permukaan kulit yang luas serta kurangnya
berpengaruh pada kesejahteraan janin. Sementara jaringan lemak kulit yang memudahkan bayi
pada grandemultipara, fisik ibu telah mengalami kehilangan panas. Selain itu, bayi seringkali lahir
kemunduran serta beresiko melahirkan dengan disertai infeksi dan pembuluh darah otak sangat
tindakan. Keadaan ini dapat menyebabkan rapuh sehingga mudah menyebabkan perdarahan
perdarahan pada ibu sehingga bayi yang pada keadaan stress. Volume darah yang kurang
dilahirkan mengalami asfiksia. Jadi, paritas ibu makin rentan terhadap kehilangan darah, juga
hanyalah sebagai faktor perantara yang secara jaringan imatur yang mudah rusak akibat
tidak langsung mempengaruhi terjadinya asfiksia kekurangan oksigen (Katwinkel, 2006) dalam
pada bayi baru lahir. Dibalik paritas ibu tersebut Purnamaningrum (2010; h. 60).
ada proses yang terjadi sedemikian rupa sehingga Dalam jurnal penelitian, dari hasil
dapat menyebabkan bayi lahir dengan ataupun penelitian Katriningsih tahun 2009 menyatakan
tanpa mengalami asfiksia. bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor
kehamilan yaitu usia kehamilan dengan asfikisa
5. Hubungan Persalinan Preterm dengan neonatorum dengan signifikasi (p) = 0,003, pada
Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir α < 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada Menurut pendapat peneliti, adanya
hubungan antara persalinan preterm dengan hubungan antara persalinan preterm dengan
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD asfiksia pada bayi baru lahir sama prosesnya
Dr. H. Soewondo Kendal (p value 0,0001<0,05). dengan teori yang menyatakan adanya hubungan
Menurut WHO (1975) dalam Chapman antara kedua hal tersebut. Sebagian besar ibu
(2006; h.184), persalinan preterm didefinisikan yang melahirkan dengan umur kehamilan kurang
sebagai munculnya aktivitas uterus reguler yang bulan (preterm), melahirkan bayi dengan asfiksia,
menghasilkan pendataran maupun dilatasi karena bayi prematur lebih beresiko kekurangan
sebelum kehamilan 37 minggu selesai. Istilah surfaktan pada paru-paru sehingga menimbulkan
persalinan preterm terancam sering digunakan kesulitan pada saat ventilasi. Selain itu, bayi
untuk menerangkan kehamilan disertai aktivitas prematur biasanya lahir dengan berat badan yang
uterus yang secara klinis bermakna namun tanpa kurang sehingga meningkatkan resiko dan
perubahan serviks. komplikasi yang dapat terjadi pada bayi baru
Menurut Purnamaningrum (2010; h. 59) lahir.
asfiksia dapat dipengaruhi oleh faktor langsung, Hasil penelitian juga diperoleh nilai OR
salah satunya adalah faktor bayi. Keadaan bayi sebesar 2,523, yang dapat diartikan bahwa ibu
mungkin mengalami asfiksia walaupun tanpa yang mengalami persalinan preterm berpeluang
didahului tanda gawat janin, misalnya persalinan 2,5 kali lebih besar melahirkan bayi dengan
sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, asfiksia. Hal ini dapat dilihat dari fakta yang
ekstraksi vakum, forsep), kelainan konginetal, air terjadi di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal, bahwa
ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan) dari 113 ibu yang mengalami persalinan preterm,
dan bayi prematur (sebelum 37 minggu sebanyak 75 ibu melahirkan bayi dengan asfiksia,
kehamilan) (Purnamaningrum, 2010; h. 60). dan hanya 38 ibu saja yang bayinya tidak
Bayi prematur (<37 minggu) lebih mengalami asfiksia. Ini menunjukkan bahwa bayi
beresiko untuk meninggal karena asfiksia (Lee, yang mengalami asfiksia karena persalinan
2006). Umumnya gangguan telah dimulai sejak di preterm dua kali lebih banyak dibandingkan bayi
kandungan, misalnya gawat janin atau stres janin yang tidak mengalami asfiksia. Dari kasus ini bisa
saat proses kelahirannya. Kegagalan pernafasan disimpulkan bahwa persalinan preterm

Hubungan Paritas dan Persalinan Preterm Dengan Kejadian ….(Siti Rochwati, Awalina) 7
merupakan salah satu faktor resiko yang cukup selama kehamilan, dan merencanakan persalinan
tinggi yang dapat menyebabkan terjadinya yang aman yaitu di tempat pelayanan kesehatan
asfiksia pada bayi baru lahir yang memadai agar ibu dan bayi terjamin
keamanan dan keselamatannya apabila terjadi
kegawatdaruratan seperti kejadian asfiksia dan
PENUTUP sebagainya.
Simpulan 2. Bagi Bidan
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan Agar meningkatkan pelayanan Antenatal
terhadap 416 ibu bersalin dengan melihat catatan Care (ANC) yang benar sesuai standar untuk
rekam medik responden mengenai hubungan meminimalisir terjadinya persalinan preterm,
paritas dan persalinan preterm dengan kejadian serta memberikan penyuluhan tentang jumlah
asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Dr. H. persalinan yang aman dan mampu melakukan
Soewondo Kendal, maka dapat diambil penanganan asfiksia pada bayi baru lahir sehingga
kesimpulan sebagai berikut : dapat mengurangi angka kejadian asfiksia yang
2. Paritas ibu bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo disebabkan oleh kedua faktor tersebut.
Kendal menunjukkan bahwa dari 416 responden, 3. Bagi Rumah Sakit
mayoritas responden termasuk dalam kelompok Disarankan agar rumah sakit
multipara yaitu sebanyak 203 orang (48,7%) dan meningkatkan dan memberikan pelayanan yang
minoritas adalah kategori grandemultipara optimal dalam bidang kesehatan maternal
sejumlah 14 orang (3,4%). neonatal khususnya pada kasus persalinan
3. Kejadian persalinan preterm di RSUD Dr. H. preterm, sehingga dapat menekan angka kematian
Soewondo Kendal menunjukkan bahwa dari 416 ibu serta mengurangi angka kejadian asfiksia pada
responden, mayoritas responden melahirkan bayi baru lahir.
dengan umur kehamilan cukup bulan (bukan 4. Bagi Institusi Akbid Uniska Kendal
persalinan preterm) yaitu sebanyak 303 orang Agar dapat digunakan sebagai tambahan
(72,8%) dan minoritas adalah ibu dengan referensi tentang hubungan paritas dan persalinan
persalinan preterm sejumlah 113 orang (27,2%). preterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru
4. Kejadian asfiksia di RSUD Dr. H. Soewondo lahir, juga sebagai sumber bagi peneliti
Kendal dapat dilihat bahwa dari 416 responden, selanjutnya.
sebanyak 208 (50,0%) bayi baru lahir mengalami 5. Bagi Peneliti Selanjutnya
asfiksia dan bayi yang tidak mengalami asfiksia Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
juga sebanyak 208 bayi (50,0%). bahan acuan dan masukan untuk penelitian
5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara selanjutnya dengan menggunakan variabel yang
paritas dengan kejadian asfiksia pada bayi baru berbeda dan diharapkan adanya tindak lanjut dari
lahir di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal dengan penelitian selanjutnya mengenai hubungan paritas
nilai p value 0,100 (p>0,05). dan persalinan preterm dengan kejadian asfiksia
6. Ada hubungan yang signifikan antara persalinan pada bayi baru lahir.
preterm dengan kejadian asfiksia pada bayi baru
lahir di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal dengan
nilai p value 0,0001 (p<0,05) dan Odds Ratio DAFTAR PUSTAKA
2,523 yang berarti bahwa ibu yang mengalami
persalinan preterm beresiko 2,5 kali lebih tinggi Anonim, 2009. Hubungan Paritas dengan Asfiksia
melahirkan bayi dengan asfiksia Neonatorum.
https://skripsistikes.wordpress.com/2009/05/0
Saran 3/ikpiii21/ diakses tanggal 17 Februari 2015
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan pukul 05.47 WIB
adanya hubungan antara persalinan preterm dengan
Anonim, 2014. Teori Perbandingan Sampel Kasus
kejadian asfiksia pada bayi baru lahir, maka dapat
dan Sampel Kontrol.
dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
http://searches.omigaplus.com/search/web?fc
1. Bagi Masyarakat
oid=417&fcop=topnav&fpid=2&q=teori+per
Dari hasil penelitian yang menunjukkan
bandingan+sampel+kasus+dan+sampel+kont
adanya hubungan antara persalinan preterm
rol+1%3A1. diakses tanggal 17 Februari 2015
dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir ini,
pukul 06.20 WIB
diharapkan bagi masyarakat khususnya pada ibu
hamil agar bersedia secara rutin memeriksakan
kehamilannya, menjaga kesehatan secara optimal

8 J. Ilmu Kesh. Vol.5 No.2, Januari 2015


Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Suparyanto, 2014. Paritas
Pendekatan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta. h. Adalah.http://searches.omiga-plus.com/
184-185 search/web?type=sc&channel=ild&q=paritas
%20adalah. diakses tanggal 6 November 2014
Chapman, V. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan
pukul 11.50 WIB
dan Kelahiran. Jakarta; EGC. h. 184
Surasmi, dkk. 2008. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Hidayat, A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan
Jakarta; EGC. h. 1, 9
dan Teknik Analisis. Jakarta; Salemba Medika.
h. 121-122 Suyanto, dkk. 2009. Riset Kebidanan, Metodologi
dan Aplikasi, Yogyakarta. Mitra Cendekia. h.
Holmes, D dan Baker, P. 2011. Buku Ajar Ilmu
105
Kebidanan. Jakarta; EGC. h. 155-162
Turah, S. 2010. Karakteristik Ibu Bersalin Prematur
Imron, M, dkk. 2012. Metodologi Penelitian Bidang
di RSUD Dr. Arifin Achmad Pekanbaru
Kesehatan. Jakarta; Agung Seto, h. 137
Tahun 2009 (KTI). http://dc227.4shared.com/
img/micgLVn0/preview.htmldiakses tanggal 4
November 2014
Manuaba, I. 2006. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta; EGC. h. 270, Varney, H, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
273 Volume 1. Edisi 4. Jakarta, EGC. h. 623, 635-
636, 645
Manuaba, I, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri.
Jakarta; EGC. h. 272, 283-285, 296-307, 530
Manuaba, I. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC. h. 275
Maryunani, A. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal dan Neonatal. Yogyakarta;
Fitramaya. h.296, 300-302
Muslihatun, W.N. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan
Balita. Yogyakarta; Fitramaya. h. 185
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta; Rineka Cipta. h. 26, 83,
130, 182-183, 203-204
Purnamaningrum, Y.E. 2010. Penyakit pada
Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta;
Fitramaya. h. 57-68
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian
Kesehatan, Yogyakarta; Nuha Medika. h. 82,
90
Saryono. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan
Penuntun Praktis bagi Pemula. Jogjakarta;
Mitra Cendekia. h. 67, 77-78
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.
Bandung; Alfabeta. h. 61-62, 107
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi.
Bandung; Alfabeta. h. 148
Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan,
Yogyakarta; Nuha Medika. h. 38, 42
Sumarah, dkk. 2008. Perawatan Ibu Bersalin.
Yogyakarta; Fitramaya. h. 1-2

Hubungan Paritas dan Persalinan Preterm Dengan Kejadian ….(Siti Rochwati, Awalina) 9

Anda mungkin juga menyukai