Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”


Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN


ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2016

Nasrawati1), Elisa Erma Wati2)


1),2)
Politeknik Kesehatan Kendari

ABSTRACT

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan berat bayi lahir rendah (BBLR) dengan kejadian asfiksia
neonatorum di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian Case
Control. Populasi adalah semua bayi lahir di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2016 yang berjumlah 1480 kelahiran, kemudian mengumpulkan data dengan teknik
purposive sampling dan teknik sistematik random sampling sehingga didapatkan jumlah sampel yang
mewakili populasi. Sampel adalah bayi lahir yang mengalami asfiksia dan yang tidak mengalami
asfiksia yang berjumlah 294 bayi. Perbandingan sampel kasus control 1:1 (147:147). Analisis data
yang digunakan adalah univariabel dalam bentuk deskripsi dan bivariabel dengan rumus chi square
(X²) dan uji odds ratio (OR).
Berdasarkan analisis data yang diperoleh hasil, yaitu Hasil uji Chi-Square, X2Hit = 14,70 dan
X2Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan Ho ditolak dengan taraf hubungan signifikan α = 0,05. Ada
hubungan antara berat bayi lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSU Dewi Sartika
Sulawesi Tenggara Tahun 2016. Saran : Karena tingginya angka kejadian asfiksia, petugas kesehatan
khususnya bidan sebaiknya melakukan deteksi sedini mungkin komplikasi kehamilan dan persalinan
yang merupakan faktor predisposisi asfiksia pada bayi baru lahir,dengan lebih meningkatkan skill dan
kemampuan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada kliennya.

Keywords: Berat Bayi Lahir Rendah, Asfiksia Neonatorum

PENDAHULUAN per 1.000 kelahiran hidup, Di kawasan


Asfiksia neonatorum merupakan salah satu Asia tenggara, AKB 24 per 1.000 kelahiran
penyebab mortalitas dan morbiditas bayi hidup (WHO, 2016).
baru lahir dan akan membawa beberapa Laporan WHO menyebutkan bahwa setiap
dampak pada periode neonatal baik di tahunnya sekitar 3% (3,6 juta) dari 120 juta
negara berkembang maupun Negara maju. bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1
Asfiksia neonatorum menurut IDAI (Ikatan juta bayi ini kemudian meninggal. AKB
Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan akibat asfiksia di kawasan Asia Tenggara
napas secara spontan dan teratur pada saat menurut WHO merupakan kedua yang
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang paling tinggi yaitu sebesar 142 per 1.000
ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, setelah Afrika. Indonesia merupakan
dan asidosis (Saputra, 2014). Menurut Negara dengan AKB akibat asfiksia
World Health Organization (WHO), pada tertinggi kelima untuk Negara ASEAN
tahun 2013 Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup, dimana
di dunia 34 per 1.000 kelahiran hidup dan Myanmar 48 per 1.000, Laos dan Timor
mengalami peningkatan pada tahun 2015 Leste 46 per 1.000 kelahiran hidup,
dengan Angka Kematian Bayi (AKB) 43

261
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

kamboja 36 per 1.000 kelahiran hidup (15%) dari 404 kelahiran, pada tahun 2015
(Syaiful & Umi, 2016). dari 771 kelahiran terdapat 115 kasus
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan asfiksia neonatorum (14,9%) dan pada
salah satu indikator penting dalam tahun 2016 dari 1480 kelahiran terdapat
menentukan tingkat kesehatan masyarakat. asfiksia neonatorum 147 kasus (9,9%)
Berdasar survey Demografi Kesehatan (Buku Register Rumah Sakit Umum Dewi
Indonesia masih jauh dari target MDGs Sartika, 2016).
yaitu AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000
kelahiran hidup. Hasil Survei Demografi METODE
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada Jenis penelitian yang digunakan adalah
tahun 2007 diperoleh estimasi Angka metode analitik observasional dengan
Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 rancangan penelitian Case Control yang
kelahiran hidup dan menjadi 32 per 1000 digunakan untuk mengetahui penyebab
kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI penyakit dengan menginvestigasi
2012). hubungan antara faktor resiko dengan
Data program kesehatan anak kejadian penyakit. Penelitian ini
kabupaten/kota tahun 2015 di Provinsi dilaksanakan di RSU Dewi Sartika Kota
Sulawesi Tenggara, jumlah kematian Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
neonatal adalah 406 kasus dengan Sampel yaitu bayi lahir yang mengalami
penyebab kematian diantaranya BBLR 125 asfiksia sebagai kasus dan bayi lahir yang
kasus (31%), asfiksia 85 kasus (21%), tidak mengalami asfiksia sebanyak 294
kelainan congenital 47 kasus (12%), sepsis bayi. Hasil analisis data ditampilkan dalam
6 kasus (1%), ikterus 5 kasus (1%) dan bentuk tabel disertai penjelasan.
lain-lain 138 kasus (34%) (Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, HASIL DAN PEMBAHASAN
2016). Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa
Berat badan lahir merupakan salah satu jumlah responden dalam penelitian ini
faktor risiko yang menjadi penyebab utama adalah 1480 orang, dimana jumlah bayi
untuk terjadinya asfiksia neonatorum. Hal lahir yang mengalami asfiksia sebanyak
ini terlihat dari penelitian yang dilakukan 147 bayi (9,93%) dan bayi yang tidak
oleh Desfauza dari Universitas Sumatera mengalami asfiksia sebanyak 1333 bayi
Utara pada tahun 2008, menyatakan bahwa (90,06%).
berat badan lahir merupakan salah satu
faktor risiko yang berhubungan secara Tabel 1 Distribusi kejadian Asfiksia pada Bayi
signifikan dan sangat dominan pada Baru Lahir
kejadian asfiksia neonatorum di RSU DR. Jumlah Presentase
Asfiksia
Pirngadi Medan. Bayi yang lahir dengan Respon (%)
berat badan kurang memiliki risiko terjadi Ya (< 7) 147 9,93 %
Tidak (≥ 7) 1333 90,06 %
asfiksia sebesar 79,5%, sedangkan bayi
dengan berat badan normal berisiko
sebesar 20,5%. Asfiksia pada bayi baru lahir adalah suatu
Di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika data keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas
tahun 2014 dari 404 kelahiran terdapat 33 secara spontan dan teratur segera setelah
kasus BBLR (8,1%), tahun 2015 lahir. Hal ini disebabkan oleh karena
meningkat dari 771 kelahiran terdapat 103 hipoksia (kekurangan oksigen) janin
kasus BBLR (13,3%) dan pada tahun 2016 dalam kandungan yang terjadi pada saat
terdapat BBLR sebesar 139 kasus (9,3%) kehamilan, persalinan atau segera setelah
dari 1480 kelahiran. Sedangkan untuk bayi lahir. Hipoksia dapat menghambat
kasus asfiksia pada tahun 2014, kasus adaptasi bayi baru lahir terhadap
asfiksia neonatorum sebesar 61 kasus kehidupan diluar rahim ibu (Maryunani &
Nurhayati, 2008).

262
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa
merupakan kelanjutan dari hasil uji Chi-Square, X2Hit = 14,70 dan
anoksia/hipoksia janin. Tiga hal perlu X2Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan Ho
mendapat perhatian yaitu: Denyut jantung ditolak dengan taraf hubungan signifikan α
janin, Mekonium pada air ketuban, = 0,05 (nilai X2Hit > X2Tabel) . Ini berarti ada
Pemeriksaan PH darah janin. Penyebab hubungan yang signifikan antara berat bayi
asfiksia neonatorum mempunyai dimensi lahir rendah dengan kejadian asfiksia
multifaktor. Ada beberapa faktor neonatorum
terjadinya asfiksia neonatorum salah
satunya adalah berat bayi lahir rendah Tabel 3 Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR) (Rukiyah & Lia, 2013) dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum pada
Bayi Baru Lahir
Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa Tidak X2Tab
dari 294 Ibu yang melahirkan diperoleh ibu Berat Bayi Asfiksia X2Hit OR
Asfiksia el
Lahir
yang melahirkan dengan berat bayi lahir f % f %
Berat Bayi
normal berjumlah 224 orang (76,19 %) dan Lahir Rendah
49 33,3 201 14,2
bayi lahir dengan berat bayi lahir rendah 14,7 3.84 3
Berat Bayi
98 66,6 126 85,7
berjumlah 70 orang (23,80%). Lahir Normal
Jumlah 147 100 147 100

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berat Bayi Lahir


Rendah
Jumlah SIMPULAN DAN SARAN
Berat Bayi Lahir Presentase Simpulan
responden
Berat Bayi Lahir Hasil uji Chi-Square, X2Hit = 14,70 dan
224 76,19 %
Normal X2Tabel = 3,841 maka Ha diterima dan Ho
Berat Bayi Lahir ditolak dengan taraf hubungan signifikan α
70 23,80 %
Rendah = 0,05 (nilai X2Hit > X2Tabel) . Ini berarti ada
hubungan yang signifikan antara berat bayi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) lahir rendah dengan kejadian asfiksia
adalah bayi yang lahir dengan berat badan neonatorum di RSU Dewi Sartika Sulawesi
kurang dari 2.500 gram tanpa Tenggara Tahun 2016. Ibu yang
memperhatikan usia gestasi (Saputra, melahirkan dengan berat bayi lahir rendah
2014). Berdasarkan distribusi BBLR memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk
paling banyak ibu melahirkan bayi dengan mengalami asfiksia pada bayinya
berat badan kurang dari 2500 gram. Bayi dibanding dengan ibu yang melahirkan
berat lahir rendah mempunyai masalah dengan berat bayi lahir normal
antara lain : pusat pengaturan pernapasan Saran
dan alat pencernaannya belum sempurna, Sebaiknya pihak rumah sakit
kemampuan metabolisme panas masih meningkatkan pelayanan yang lebih
rendah sehingga dapat berakibat terjadinya bermutu baik dari sumber daya
asfiksia, asidosis dan dan mudah terjdi manusianya maupun dari sarana dan
infeksi. Bayi yang dilahirkan BBLR prasarananya untuk menciptakan
umumnya kurang mampu meredam pelayanan yang bermutu serta terjangkau
tekanan lingkungan yang baru, sehingga khususnya pada pelayanan kehamilan dan
berakibat pada terhambatnya pertumbuhan persalinan.
dan perkembangan, bahkan dapat Karena tingginya angka kejadian asfiksia,
mengganggu kelangsungan hidupnya, petugas kesehatan khususnya bidan
selain itu juga akan meningkatkan resiko sebaiknya melakukan deteksi sedini
kesakitan dan kematian bayi karena rentan mungkin komplikasi kehamilan dan
terhadap infeksi saluran pernapasan bagian persalinan yang merupakan faktor
bawah (Katiandagho & Kusmiyati, 2015). predisposisi asfiksia pada bayi baru

263
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

lahir,dengan lebih meningkatkan skill dan Volume 3, Nomor 2, Juli-Desember


kemampuan dalam memberikan pelayanan 2015.
kebidanan kepada kliennya. 10. Maharyati, Ni komang Arya. (2013)
Yang ingin melakukan penelitian serupa, Hubungan Berat Bayi Lahir Rendah
disarankan untuk meneliti lebih dalam Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
mengenai faktor-faktor yang berhubungan Di Rumah Sakit Umum Daerah
dengan asfiksia neonatorum.. Abunawas Kota Kendari Tahun 2013.
Skripsi. Poltekkes Kemenkes Kendari.
DAFTAR PUSTAKA 11. Maryunani, Anik & Nurhayati. (2008)
1. Badan Pusat Statistik. (2013). Survey Asuhan Bayi Baru Lahir Normal.
Demografi dan Kesehatan Indonesia Jakarta: Trans Info Media.
(SDKI) 2012. Jakarta: Badan Pusat 12. Pantiawati, Ika. (2010) Bayi dengan
Statistik. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah).
2. Departeman Kesehatan RI.(2008) Yogyakarta : Nuha Medika.
Pencegahan dan Penatalaksanaan 13. RSU Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Tenggara. (2017) Data Bulanan RSU
Departemen Kesehatan. Dewi Sartika Bulan Januari-Desember
3. Departeman Kesehatan RI.(2011) 2016.
Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir 14. Rukiyah, Ai Yeyeh,. dan Lia Yulianti.
untuk Bidan. Jakarta: Departemen (2013) Asuhan Neonatus Bayi dan
Kesehatan. Anak Balita (Ed. Revisi, Cetakan
4. Desfauza E. (2007) Faktor-Faktor yang Ketiga). Jakarta: Trans Info Medika.
Mempengaruhi Asphyxia Neonatorum 15. Saputra, Lyndon. (2014) Asuhan
pada Bayi Baru Lahir Di RSU Pirngadi Neonatus Bayi Dan Balita. Tanggerang:
Medan. Tesis. Sekolah Pascasarjana Bina Aksara.
Universitas Sumatra Utara Medan. 16. Siswanto,. Susila,. & Suyanto (2015)
5. Dewi, Vivin Nanny Lia. (2011) Asuhan Metodologi Penelitian Kesehatan dan
Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Kedokteran. Yogyakarta: Bursa Ilmu.
Jakarta: Salemba Medika. 17. Suyanto dan Ummi Salamah. (2008)
6. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Riset Kebidanan : Metodologi &
Tenggara. (2016) Profil Kesehatan Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Selawesi Tenggara Tahun 2015. Dari Press.
http://dinkes.sultraprov.go.id/ Diakses 18. Swarjana, I Ketut. (2015) Metodologi
tanggal 13 Oktober 2016. Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi):
7. Fajarwati, Novia. (2015) Hubungan Tuntutan Praktis Pembuatan Proposal
Antara Berat Badan Lahir dan Kejadian Penelitian untuk Mahasiswa
Asfiksia Neonatorum di RSUD Ulin Keperawatan, Kebidanan, dan Profesi
Banjarmasin. Jurnal Berkala Bidang Kesehatan Lainnya.
Kedokteran; Volume 12, Nomor 1, Yogyakarta: ANDI.
Februari 2016: Hal. 33-39. 19. Syaiful, Yuanita,. & Umi Khudzalifah.
8. Hidayat, Aziz Alimul. (2008). (2016). Faktor yang Berhubungan
Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum
Pendidikan Kebidanan. Jakarta: di RS Muhammadiyah Gresik. Jurnal
Salemba Medika. of Ners Community; Volume 07,
9. Katiandagho, Novisye,. Dan Kusmiyati. Nomor 01, Juni 2016: Hal.55-60.
(2015) Faktor Faktor Yang 20. Walyani, Elisabeth S,. & Th. Endang P.
Berhubungan Dengan Kejadian (2015) Asuhan Kebidanan Persalinan
Asfiksia Neonatorum di RSUD Liun & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
kendage Tahuna. Jurnal Ilmiah Bidan; Pustaka Baru Press.

264
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

World Health Organization (WHO). (2016).


Children: mortality reducing. Dari
http://www.who.int/mediacentre/factssh
eets/fs178/en/. Diakses tanggal 05
Oktober 2016.

265

Anda mungkin juga menyukai