Anda di halaman 1dari 11

Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

HUBUNGAN LILITAN TALI PUSAT, PARTUS LAMA DAN PLASENTA PREVIA


DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

Program Study DIV Kebidanan, Universitas Kader Bangsa Palembang1,2


dinaardyana11@gmail.com1
Ermapuspitasari88@gmail.com2

ABSTRAK
Latar belakang: Berdasarkan data World Health Organization (WHO) setiap tahunnya kira-kira
3%(3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami asfiksia,hampir 1 juta bayi ini meninggal. Di
Amerika diperkirakan 12.000 bayi meninggal atau menderita kelainan akibat asfiksia
perinatal.Sebagian kasus Asfiksia Neonatorum pada bayi baru lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia
intrauterin. Maka dari itu,diagnosa dini pada penderita Asfiksia merupakan arti penting dalam
merencanakan resusitasi yang akan dilakukan.Setelah bayi lahir, diagnosa asfiksia dapat dilakukan
dengan menetapkan nilai APGAR. Tujuan: diketahuinya hubungan lilitan tali pusat,partus lama dan
plasenta previa dengan kejadian Asfiksia neonatorum di Rumah Sakit “P” Palembang Tahun 2018.
Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian seluruh ibu bersalin di zal kebidanan di Rumah Sakit “P” Palembang pada
tahun 2018 yang berjumlah 820 orang. Hasil: Hasil analisis univariat diketahui yang mengalami
asfiksia neonatorum sebanyak 20 responden (22,5%),yang mengalami plasenta previa sebanyak 15
responden(16,9%),yang mengalami partus lama sebanyak 20 responden (22,5%) dan yang mengalami
lilitan tali pusat sebanyak 27 responden (30,3%).Sedangkan hasil uji chi square menunjukan ada
hubungan plasenta previa dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,ada hubungan
partus lama dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000,dan ada hubungan lilitan tali
pusat dengan kejadian asfiksia neonatorum dengan p value = 0,000. Saran: kepada Pimpinan Rumah
Sakit untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya mengenai bahaya asfiksia
neonatorum.
Kata kunci : Lilitan Tali Pusat,Partus Lama,Plasenta Previa,Asfiksia Neonatorum

ABSTRACT
Background: Based on The World Health Organization (WHO) data, approximately 3% (3,6 milion)
of the 120 milion newborns experience asphyxia and nearly 1 milion of them die each year. It is
estimated that 12,000 babies die or suffer from abnormalities due to perinatal asphyxia in America.
Some neonatal asphyxia cases in newborns are a continuation of intrauterine asphysia. Therefore, early
diagnosis in patients with asphyxia has an important meaning in planning resuscitation to be carried
out. After the baby is born,a diagnosis of asphyxia can be done by setting the APGAR value. Aims:
This study aimed to find out the relationship among umbilical cord twist, prolonged labor, and
placenta previa and the incidence of neonatal asphyxia in “P” Hospital of Palembang in 2018. Method
: This study used analytical survey method with cross sectional approach. Result: The population in
this study was all mother giving birth (820 people) in midwifery ward of the hospital. The result of the
univariate analysis showed that 20 respondents (22,5%) experienced neonatal asphyxia, 15
respondents (16,9%) placenta previa, 20 respondents (22,5%) placenta previa,and 27 respondents
(30,3%) umbilical cord twist. Chi-square statistical test result showed that there was a relationship
between placenta previa and the incidence of neonatal asphyxia with p value of 0.000; there was a
relationship between prolonged labor and the incidence of neonatal asphyxia with p value of 0.000;
and there was a relationship between umbilical cord twist and incidence of neonatal asphyxia with p
value of 0,000. Suggestion: It is suggested that the head of hospital increase the quality of health
service especially for neonatal asphyxia.

Keywords : Umbilical Cord Twist, Prolonged Labor, Placenta Previa, Neonatal Asphyxia

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 364


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

PENDAHULUAN tersebut cukup memberikan kontribusi


Berdasarkan data angka kematian yang cukup besar terhadap morbiditas dan
bayi menurut laporan World Health mertalitas bayi baru lahir(SDKI,2012).
Statistic (WHO) 2016 pada negara ASEAN Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah
(Association of South East Asia Nations) dan ditangani,namun terkendala oleh akses
seperti di singapura 3 per 1000 kelahiran ke pelayanan kesehatan,kemampuan
hidup,malaysia 5,5 per 1000 kelahiran tenaga kesehatan,keadaan sosial
hidup,Thailand 17 per 1000 kelahiran ekonomi,sistem rujukan yang belum
hidup,Vietnam 18 per 1000 kelahiran berjalan dengan baik,terlambatnya deteksi
hidup,dan Indonesia 27 per 1000 kelahiran dini,dan kesadaran orang tua untuk
hidup (WHO, 2016). mencari pertolongan kesehatan. Capaian
Penyebab utama kematian bayi baru penanganan neonatal dengan komplikasi
lahir atau neonatal di dunia antara lain bayi mengalami penurunan dari tahun 2014
lahir prematur 29%, sepsis dan pneumonia yang sebesar 59,68% menjadi 51,37% pada
25% dan 23% merupakan bayi lahir tahun 2015 (Kesnas Indonesia, 2015).
dengan Asfiksia dan trauma. Asfiksia lahir Berdasarkan laporan program
menempati penyebab kematian bayi ke 3 kesehatan keluarga, jumlah kematian bayi
di dunia dalam periode awal kehidupan periode tahun 2016 terlaporkan 776 kasus.
(WHO, 2016). Berdasarkan Angka Kesakitan bahwa
Salah satu target indikator SDGs ditemukan pada tahun 2016 jumlah
adalah Angka Kematian Neonatus (AKN) penemuan kasus Pneumonia Balita pada
yang merupakan indikator dari tujuan program P2 ISPA Provinsi Sumatera
SDGs yang ke tiga yaitu penurunan Angka Selatan adalah 17.254 kasus atau sebesar
kematian Neonatus menjadi 12 per 1000 (59,4%) dari target dimana target
kelahiran di tahun 2030,dimana konsep penemuan penderita sebanyak 29,047
SDGS tersebut melanjutkan konsep balita. Pada kasus pneumonia golongan
pembangunan Millenium Development umur < 1 tahun sebanyak 5.821 kasus
Goals(MDGS) yang telah berakhir pada (34,71%) dan untuk golongan umur 1-5
tahun 2015 dengan salah satu targetnya tahun sebanyak 10.949 kasus (65,29%)
yaitu menurunkan AKB menjadi 23/1000 dari seluruh kasus pneumonia. Pada
kelahiran hidup (Kemenkes 2015). Pneumonia berat untuk golongan umur <1
Penyebab utama kematian neonatal tahun sebanyak 209 kasus (43,18%) dan
dini di Indonesia adalah BBLR (35%), pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak
asfiksia (33,6%),tetanus (31,4%).Angka 275 kasus(56,82%) dari seluruh kasus

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 365


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

Pneumonia Berat. (Dinkes Provinsi dari 820 keseluruhan bayi lahir atau sekitar
Sumsel, 2016). 4,26%.
Untuk Kota Palembang berdasarkan Asfiksia neonatorum adalah
laporan program anak, jumlah kematian kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
bayi di tahun 2016 sebanyak 8 kematian pernapasan secara spontan dan teratur pada
dari 29.011 atau 0,28 per 1000 kelahiran saat bayi baru lahir atau beberapa saat
hidup (Profil Seksi Pelayanan Kesehatan sesudah lahir.Bayi mungkin lahir dalam
Dasar,2016). Melalui pengamatan Dinkes keadaan asfiksia(asfiksia primer) atau
Kota Palembang terhadap Angka mungkin dapat bernapas tetapi mengalami
Kesakitan dari tahun ke tahun pada tahun asfiksia beberapa saat setelah lahir(Sukarni
2016 dapat diketahui bahwa, penyakit dkk, 2014).
DBD sebanyak 979 kasus atau sekitar Dampak dari asfiksia neonatorum ini
0,20%, penyakit TB Paru sebanyak 1.305 akan berpengaruh pada tingginya angka
kasus atau sekitar 2,5%, penyakit ISPA kematian bayi, untuk dapat mencapai
sebanyak 5.724 kasus atau sekitar tingkatan yang diharapkan maka perlu
107,38%, penyakit Diare sebanyak 38,721 dilakukan usaha menghilangkan faktor
kasus atau sekitar 114,48%,serta penyakit resiko pada kehamilan sehingga
Kusta sebanyak 57 kasus atau sekitar 0,36 memperkecil kejadian asfiksia neonatorum
per 100.000 penduduk(Profil Kesehatan (Manuaba dkk, 2012).
Kota Palembang, 2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi
Berdasarkan dari data Rekam Medik Asfiksia Neonatorum adalah faktor ibu
di Rumah Sakit “P” Palembang diperoleh yaitu umur ibu, kehamilan lewat waktu,
bahwa jumlah kasus asfiksia neonatorum preeklamsia, plasenta previa, partus lama.
pada tahun 2015 sebanyak 25 kasus dari Faktor tali pusat yaitu lilitan tali pusat,tali
957 keseluruhan bayi lahir atau sekitar pusat pendek,simpul tali pusat. Faktor bayi
2,61%, pada tahun 2016 jumlah kasus yaitu bayi premature, persalinan dengan
asfiksia neonatorum sebanyak 8 kasus dari tindakan, kelainan bawaan (Wiknjosastro,
835 keseluruhan bayi lahir atau sekitar 2012).
0,95%,serta pada tahun 2017 jumlah kasus Lilitan tali pusat dapt menimbulkan
asfiksia neonatorum sebanyak 35 kasus bradikardia dan hipoksia janin,dan bila
dari 795 keseluruhan bayi lahir atau sekitar jumlah lilitan lebih dari sekali akan
4,40% dan tahun 2018 jumlah kasus meningkatkan mortalitas perinatal. Lilitan
asfiksia neonatorum sebanyak 35 kasus tali pusat yang erat menyebabkan
gangguan(kompresi) pada pembuluh darah

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 366


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

umbilical,dan bila berlangsung lama akan Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
menyebabkan hipoksia janin 0,0005 yang berarti bahwa ada hubungan
(Prawirohardjo, 2011). yang bermakna antara proporsi bayi yang
Partus lama adalah persalinan yang mengalami Asfiksia Neonatorum pada ibu
berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, yang mengalami Plasenta Previa pada saat
dan lebih dari 18 jam pada multi.Partus hamil dibandingkan dengan ibu yang tidak
lama adalah persalinan telah berlangsung mengalami Plasenta Previa saat hamil
12 jam atau lebih,bayi belum lahir.Dilatasi (Herawati, 2013).
serviks dikanan garis waspada persalinan Berdasarkan data dan permasalahan
aktif (Saifudin, 2012). Faktor persalinan diatas,maka penulis tertarik untuk
memberikan kontribusi yang besar melakukan penelitian mengenai”Hubungan
terhadap kejadian asfiksia Neonatorum. Lilitan Tali Pusat, Partus Lama dan
Hal ini disebabkan karena faktor persalinan Plasenta Previa dengan Kejadian Asfiksia
(partus lama) termasuk dalam risiko tinggi Neonatorum pada Bayi Baru Lahir di
maka besar kemungkinan bayinya akan Rumah Sakit “P” Palembang tahun 2018”.
terkena asfiksia neonatorum dan ibu yang
mengalami partus lama berisiko 3,41 kali METODE PENELITIAN
melahirkan bayi asfiksia neonatorum Desain Penelitian ini menggunakan
dibandingkan dengan ibu yang tidak survey analitik dengan menggunakan
mengalami partus lama, dengan nilai p pendekatan cross sectional, dimana
value 0,010 < α 0,05 (Tahir, 2012). variabel dependen (Asfiksia Neonatorum)
Plasenta previa adalah plasenta yang dan variabel independen (lilitan tali pusat,
letaknya abnormal,yaitu pada segmen partus lama dan plasenta previa)
bawah uterus sehingga dapat menutupi dikumpulkan dalam waktu yang
sebagian atau seluruh pembukaan jalan bersamaan. Waktu penelitian dari proposal
lahir. Pada keadaan normal plasenta sampai selesai Mei-Juni 2019.
terletak dibagian atas uterus. Komplikasi Pengambilan sampel terpenuhi tanggal 25
pada plasenta previa seperti pada ibu dapat April – 2 Mei 2019 dan dilaksanakan di
terjadi perdarahan yang menimbulkan syok Rumah Sakit “P” Palembang tahun 2019.
sehingga ibu mengalami syok itu dapat Populasi dalam penelitian ini adalah
mengganggu proses pertukaran O2 seluruh bayi yang dilahirkan di Rumah
danCO2 antara ibu dan janin yang Sakit “P” Palembang tahun 2018, yang
mengakibatkan janin mengalami hipoksia berjumlah 820 orang. Sampel penelitian ini
(Manuaba, 2010). adalah sebagian dari populasi yang dapat

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 367


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

mewakili dari keseluruhan objek. contohnya 1-9-18,27… dan seterusnya


Pengambilan sampel ini menggunakan sampai sampel berjumlah 89.
teknik Random Sampling. Dengan Analisa data yang disajikan
menggunakan rumus: didistribusikan melalui Analisa Univariat,
analisa ini digunakan untuk memperoleh
distribusi frekuansi dan presentasi dari
semua variabel independen (lilitan tali
pusat, partus lama dan plasenta previa)
maupun variabel dependen (Asfiksia
Neonatorum). Uji Statistik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji Chi-Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan untuk
Jadi besar sampel dalam penelitian mengetahui distribusi frekuensi dan
ini berjumlah 89 responden. Cara persentase dari variabel dependen
pengambilan sampel: jumlah populasi (Asfiksia Neonatorum) dan variabel
(820) dibagi sampel (89) = 9,2. Berarti independen (lilitan tali pusat, partus lama
setiap kelipatan 9 diambil sebagai sampel dan plasenta previa).
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Asfiksia Neonatorum,
Lilitan Tali Pusat, Partus Lama dan Plasenta Previa
No Variabel Frekuensi Persentase (%)
1. Asfiksia Neonatorum
- Ya 20 22,5
- Tidak 69 77,5
2. Lilitan Tali pusat
- Ya 27 30,3
- Tidak 62 69,7
3. Partus Lama
- Ya 20 22,5
- Tidak 69 77,5
4. Plasenta previa
- Ya 15 16,9
- Tidak 74 83,1

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 368


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

Berdasarkan tabel diatas dapat tidak mengalami partus lama sebanyak 69


diketahui bahwa dari 89 responden, bayi responden (77,5%).Variabel plasenta previa
yang mengalami asfiksia neonatorum ,ibu bersalin yang mengalami plasenta previa
sebanyak 20 responden (22,5%) sedangkan lebih sedikit yaitu 15 responden(16,9%)
bayi yang tidak mengalami asfiksia dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak
neonatorum sebanyak 69(77,5%).Terdapat mengalami plasenta previa 74 orang(83,1%).
27 bayi (30,3%) yang mengalami lilitan tali Analisa Bivariat
pusat lebih kecil dibandingkan dengan bayi Hubungan Lilitan Tali Pusat dengan
kejadian Asfiksia Neonatorum
yang tidak mengalami lilitan tali pusat
Berdasarkan hasil analisis bivariat
sebanyak 62 responden(69,7%).Variabel
antara variabel Lilitan tali pusat dengan
partus lama, ibu yang mengalami partus lama
kejadian Asfiksia Neonatorum dapat dilihat
yaitu 20 responden(22,5%)dan ibu yang
pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2.
Hubungan Lilitan Tali Pusat dengan Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum OR
Lilitan Jumlah P.
No Ya Tidak 95%
Tali Pusat Value
n % n % N % CI
1 Ya 16 59,3 11 40,7 27 100
2 Tidak 4 6,5 58 93,5 62 100 5,916 0,000
Total 20 69 89

Dari hasil chi-square diperoleh p value neonatorum dibandingkan dengan ibu yang
0,000 < @ 0,05 yang artinya ada hubungan tidak mengalami lilitan tali pusat.
antara lilitan tali pusat secara parsial dengan Hubungan Partus Lama dengan kejadian
kejadian neonatorum. Dari hasil nilai OR Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan hasil analisis bivariat
=5,916 yang artinya ibu hamil dengan lilitan
antara variabel partus lama dengan kejadian
tali pusat pada bayi mempunyai resiko 5 kali
asfiksia neonatorum, dapat dilihat pada tabel
akan melahirkan bayi dengan asfiksia
sebagai berikut:

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 369


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

Tabel 3.
Hubungan Partus Lama dan Kejadian Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum OR
Jumlah P.
No Partus Lama Ya Tidak 95%
Value
n % n % N % CI
1 Ya 12 60,0 8 40,0 20 100
2 Tidak 8 11,6 61 88,4 69 100 3,589 0,000
Total 20 69 89

Dari hasil chi-square diperoleh p value dibandingkan dengan ibu bersalin tidak
0,000 ≤ α 0,05 yang artinya ada hubungan dengan partus lama.
antara partus lama secara parsial dengan Hubungan Plasenta Previa dengan
kejadian asfiksia neonatorum. Dari hasil nilai kejadian Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan hasil analisis bivariat
OR = 3,589 yang artinya ibu dengan partus
antara variabel plasenta previa dengan
lama mempunyai resiko 3 kali akan
kejadian asfiksia neonatorum,dapat dilihat
melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum
pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.
Hubungan Plasenta Previa dan Kejadian Asfiksia Neonatorum
Asfiksia Neonatorum OR
Plasenta Jumlah P.
No Ya Tidak 95%
Previa Value
n % n % N % CI
1 Ya 11 73,3 4 26,7 15 100
2 Tidak 9 12,2 65 87,8 74 100 5,201 0,000
Total 20 69 89

Dari hasil uji chi- square diperoleh p asfiksia neonatorum dibandingkan dengan
value 0,000 ≤ α 0,05 artinya ada hubungan ibu bersalin tidak dengan plasenta previa.
antara plasenta previa secara parsial dengan
kejadian asfiksia neonatorum. PEMBAHASAN
Dari hasil OR = 5,201 artinya ibu Analisis Univariat
Diketahui bahwa dari 89 responden,
bersalin dengan plasenta previa mempunyai
bayi yang mengalami asfiksia neonatorum
resiko 5 kali akan melahirkan bayi dengan
sebanyak 20 responden (22,5%) sedangkan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 370


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

bayi yang tidak mengalami asfiksia pembuluh darah umbilical, dan bila
neonatorum sebanyak 69(77,5%).Terdapat berlangsung lama akan menyebabkan
27 bayi (30,3%) yang mengalami lilitan tali hipoksia janin (Prawirohardjo,2011).
pusat lebih kecil dibandingkan dengan bayi Penelitian Katiandagho (2012). Ada
yang tidak mengalami lilitan tali pusat hubungan antara lilitan tali pusat dengan
sebanyak 62 responden(69,7%).Variabe kejadian asfiksia neonatorum, dengan p
partus lama, ibu yang mengalami partus lama value 0,024 < α 0,05
yaitu 20 responden(22,5%)dan ibu yang Peneliti menyimpulkan setelah
tidak mengalami partus lama sebanyak 69 melakukan penelitian di Rumah Sakit “P”
responden(77,5%).Variabel plasenta previa Palembang tahun 2018 ditemukan bahwa ibu
ibu bersalin yang mengalami plasenta previa hamil dengan lilitan tali pusat pada bayi
lebih sedikit yaitu 15 responden(16,9%) mempunyai resiko 5 kali akan melahirkan
dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak bayi dengan asfiksia neonatorum
mengalami plasenta previa 74 orang(83,1%). dibandingkan dengan ibu yang tidak
Analisis Bivariat mengalami lilitan tali pusat.
Hubungan Lilitan Tali Pusat dengan Hubungan Partus Lama dengan Asfiksia
Kejadian Asfiksia Neonatorum Neonatorum
Dari uji chi-square diperoleh p.value Hasil uji Chi-square diperoleh p value
0,000 ≤ α 0,05 yang artinya ada hubungan 0,000 ≤ α 0,05, artinya ada hubungan antara
antara lilitan tali pusat secara parsial dengan partus lama secara parsial dengan kejadian
kejadian asfiksia neonatorum. asfiksia neonatorum.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Rumah Sakit “P” Palembang diperoleh nilai Rumah Sakit “P” Palembang diperoleh nilai
OR=5,916 yang artinya ibu hamil dengan OR= 3,589 artinya ibu dengan partus lama
neonatorum dibandingkan dengan ibu yang mempunyai resiko 3 kali akan melahirkan
tidak mengalami lilitan tali pusat. Lilitan tali bayi dengan asfiksia neonatorum
pusat pada bayi mempunyai resiko 5 kali dibandingkan dengan ibu bersalin tidak
akan melahirkan bayi dengan asfiksia. dengan partus lama.
Hasil penelitian sejalan dengan teori Faktor persalinan memberikan
bahwa lilitan tali pusat dapat menimbulkan kontribusi yang besar terhadap kejadian
bradikardi dan hipoksia janin,dan bila jumlah asfiksia neonatorum. Hal ini disebabkan
lilitan lebih dari sekali akan meningkatkan karena faktor persalinan(partus lama)
mortalitas perinatal.Lilitan tali pusat yang termasuk dalam resiko tinggi maka besar
erat menyebabkan gangguan (kompresi) pada kemugkinan bayinya akan terkena asfiksia

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 371


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

neonatorum. Dampak yang ditimbulkan dari neonatorum dibandingkan dengan ibu


asfiksia neonatorum sangat banyak selain bersalin tidak dengan partus lama.
terjadinya kematian neonatal, asfiksia Hubungan Plasenta Previa dengan
neonatorum juga memberikan dampak Kejadian Asfiksia Neonatorum
Hasil uji Chi-Square diperoleh p value
berupa kelainan neorologis dalam bentuk
0,000 ≤ α 0,05 artinya ada hubungan antara
serebral palsi atau retardasi mental.Selain itu
plasenta previa secara parsial dengan
asfiksia neonatorum merupakan salah satu
kejadian asfiksia neonatorum.
penyebab kegagalan sirkulasi dan gagal
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
jantung pada neonatus cukup bulan,kejang
Rumah Sakit “P” Palembang diperoleh nilai
pada neonatal,dan juga dapat menyebabkan
OR=5,201 artinya ibu bersalin dengan
terjadinya gagal ginjal (Tahir, 2012).
plasenta previa mempunyai resiko 5 kali
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
akan melahirkan bayi dengan asfiksia
yang berjudul “Resiko faktor Persalinan
neonatorum dibandingkan dengan ibu
dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di
bersalin tidak dengan plasenta previa.
Rumah Sakit umum Daerah Sawerigading
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori
kota Palopo”menjelaskan bahwa ibu yang
bahwa plasenta yang letaknya
mengalami partus lama beresiko 3,41 kali
abnormal,yaitu pada segmen bawah uterus
melahirkan bayi dengan asfiksia neonatorum
sehingga dapat menutupi sebagian atau
dibandingkan dengan ibu yang tidak
seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
mengalami partus lama,dengan nilai p
normal plasenta terletak di bagian atas
Peneliti menyimpulkan setelah melakukan
uterus. Komplikasi pada plasenta previa
penelitian di Rumah Sakit “P” Palembang tahun
seperti pada ibu dapat terjadi perdarahan
2018 ditemukan bahwa ibu hamil dengan
yang menimbulkan syok sehingga ibu yang
lilitan tali pusat pada bayi mempunyai resiko
mengalami syok itu dapat mengganggu
5 kali akan melahirkan bayi dengan asfiksia
proses pertukaran O2 dan CO2 antara ibu
neonatorum dibandingkan dengan ibu yang
dan janin yang dapat mengakibatkan janin
tidak mengalami lilitan tali pusat.value 0,010
mengalami hipoksia (Prawiroharjo,2010).
< α 0,05 (Tahir, 2012).
Hasil penelitian Gilang dkk. (2012)
Peneliti menyimpulkan setelah
Ada hubungan antara perdarahan antepartum
melakukan penelitian di Rumah Sakit “P”
p value sebesar 0,010(<0,05).
Palembang tahun 2018 ditemukan bahwa ibu
Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
dengan partus lama mempunyai resiko 3 kali
0,0005 yang berarti bahwa ada hubungan
akan melahirkan bayi dengan asfiksia
yang bermakna antara proporsi bayi yang

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 372


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

mengalami Asfiksia Neonatorum pada ibu mengalami partus lama sebanyak 69


yang mengalami Plasenta Previa pada saat responden(77,5%).Variabel plasenta
hamil dibandingkan dengan ibu yang tidak previa ,ibu bersalin yang mengalami
mengalami Plasenta Previa saat plasenta previa lebih sedikit yaitu 15
hamil.(Herawati. 2013). responden(16,9%) dibandingkan dengan
Berdasarkan asumsi peneliti terdapat ibu bersalin yang tidak mengalami
hubungan antara plasenta previa secara plasenta previa 74 orang(83,1%).
parsial dengan kejadian asfiksia neonatorum, 2. Dari uji chi-square diperoleh p.value
hal ini karena Komplikasi pada plasenta 0,000 ≤ α 0,05 yang artinya ada
previa seperti pada ibu dapat terjadi hubungan antara lilitan tali pusat secara
perdarahan yang menimbulkan syok parsial dengan kejadian asfiksia
sehingga ibu yang mengalami syok itu dapat neonatorum.
mengganggu proses pertukaran O2 dan CO2 3. Hasil uji Chi-square diperoleh p value
antara ibu dan janin yang dapat 0,000 ≤ α 0,05, artinya ada hubungan
mengakibatkan janin mengalami hipoksia. antara partus lama secara parsial dengan
kejadian asfiksia neonatorum.
KESIMPULAN DAN SARAN 4. Hasil uji Chi-Square diperoleh p value
Kesimpulan 0,000 ≤ α 0,05 artinya ada hubungan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di antara plasenta previa secara parsial
Rumah Sakit “P” Palembang tahun 2018 dengan kejadian asfiksia neonatorum.
dapat disimpulkan bahwa: Saran
1. Dari analisis Univariat Diketahui bahwa 1. Kepada Direktur Rumah Sakit “P”
dari 89 responden, bayi yang mengalami Palembang
asfiksia neonatorum sebanyak 20 Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
responden (22,5%) sedangkan bayi yang pertimbangan dalam pengambilan
tidak mengalami asfiksia neonatorum keputusan, dapat meningkatkan mutu
sebanyak 69(77,5%). Terdapat 27 bayi pelayanan dan penyuluhan khususnya
(30,3%) yang mengalami lilitan tali pusat tentang Asfiksia Neonatorum.
lebih kecil dibandingkan dengan bayi 2. Bagi Rektor Universitas Kader Bangsa
yang tidak mengalami lilitan tali pusat Palembang
sebanyak 62 responden (69,7%). Diharapkan agar dapat di jadikan bahan
Variabel partus lama, ibu yang referensi dalam perkuliahan dan
mengalami partus lama yaitu 20 informasi yang bermanfaat untuk
responden (22,5%)dan ibu yang tidak menambah daftar pustaka dan wawasan

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 373


Volume 4, Nomor 3, Agustus 2019 Dina Ardyana1, Erma Puspita Sari2

mahasiswa Kebidanan Universitas Kader objektifitas dari suatu teori Dapat


Bangsa. dipahami sesuai dengan kemampuan
3. Bagi Peneliti Yang Akan Datang peneliti tersebut.
Diharapkan agar dapat meneliti variabel
lainnya sehingga penalaran dan

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Selatan. 2015. Data kejadian Asfiksia pada Bayi Baru
lahir. Sumatra Selatan.
Dinas Kesehatan Kota Palembang.2016. Data Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir.
Prabumulih
Leonardo. 2008. Asfiksia Neonatorum. (online)
(http://www.pewarta.kabarindonesia.blogspot.com/) . di akses tanggal 7 April 2019.
Manuaba,2010.Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan Keluarga Berencana. Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
______,2008. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Buku Kedokteran
EGC.Jakarta.
,2002. Pengertian dan Penanganan Asfiksia pada Bayi Baru Lahir. (online)
(http://ummukautsar.wordpress..com/). Di akses tanggal 10 April 2019
Mochtar, R.2012. Sinopsis Obstetri. Jilid Edisi 3. Jakarta;EGC.
Notoatmodjo, S.2012. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Nugroho,Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetri Untuk Mahasiswa Kebidanan. Nuha Medika.
Yogyakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta.
_________,2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Tridasa Printer. Jakarta.
Provera, Atikah. 2010. Berat Badan Lahir Rendah.Nuha Medika. Yogyakarta.
Rahayu, Sri Dedeh.2009. Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Salemba Medika.
Jakarta.
Syaifuddin. 2012. Asuhan maternal dan Neonatal. Jakarta: Salemba Medika.
Tahir, 2012. Resiko Faktor Persalinan dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di Rumah
Sakit Umum Daerah Werigading Kota Palopo. repository.unhas.ac.id di akses tanggal
12 April 2019 WHO.2016.World Health Statistics 2016. Geneva:WHO Press
Winkjosastro. 2012. Asuhan Persalinan Normal. USAID. Jakarta.
_________.2011. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR. Jakarta.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 374

Anda mungkin juga menyukai