PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang memiliki resiko kematian pada bayi maupun balita. Kejadian ISPA
berbeda pada tahun 2007 (25,5%). Provinsi Jawa Tengah memiliki angka
kejadian ISPA dengan umur < 1 tahun yang telah di diagnosa oleh tenaga
penemuan kejadian ISPA tertinggi yaitu sebesar 33,0%, Tegal (40,1%), Jepara
1
2
2017).
Sawangan II dari data buku registrasi mulai bulan Januari 2018 hingga
Oktober 2018 terdapat 172 bayi yang mengalami ISPA dari 289 jumlah bayi
yang ada. Menurut hasil wawancara dengan Bidan yang ada di Puskesmas
banyak tiap bulan. ISPA terdiri dari dua bagian yaitu ISPA atas dan ISPA
bawah. Berdasarkan data rekam medik pada tahun 2018, jumlah anak yang
terdiagnosa pada ISPA bagian atas yaitu Common cold sebanyak 196 anak,
Faringitis sebanyak 47 anak, Otitis sebanyak 3 anak, dan ISPA bagian atas
yang tidak spesifik sebanyak 2 anak. Sedangkan pada jenis ISPA bagian
menunjukkan bahwa insiden ISPA paling tinggi terjadi pada bayi di bawah
satu tahun, dan insiden menurun dengan bertambahnya umur. Kondisi ini
terutama dalam perbentukan alveoli, selain itu hal tersebut menunjukkan usia
(Misnadiarly, 2008;27).
penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini menyumbang 16% dari
dicegah dengan cara mendeteksi awal kejadian ISPA yang terjadi pada bayi.
Sesuai dengan target SDGs pada tahun 2030 yaitu dapat mencegah kematian
yang dapat menyerang bayi baru lahir dan anak-anak di bawah usia lima
hidup dan kematian di bawah lima tahun paling sedikit 25 per 1000 kelahiran
tahun. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA yaitu faktor
musim), faktor individu anak (umur anak, berat badan lahir, status gizi,
perilaku yang dilakukan oleh ibu atau anggota keluarga lainnya, faktor
kurangnya pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif (WHO dalam
4
ASI eksklusif pada bulan Mei (28,14%), Juni (10,09%), dan Juli (11,4%).
Pemberian ASI terutama ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi anak untuk
mencegah penyakit infeksi karena ASI memiliki zat protektif atau zat imun.
berperan dalam melindungi tubuh dari penyakit ISPA adalah IgA. IgA banyak
ditemukan pada bagian sekresi tubuh, salah satunya yaitu ASI yang akan
mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam
pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh
peningkatan sistem imunitas pada bayi dapat dilihat dari frekuensi bayi yang
mengalami sakit. Bayi yang mengalami sakit dapat diketahui pada saat bayi
5
lahir sampai usia enam bulan telah diberikan ASI atau tidak. Dikarenakan
ASI memiliki berbagai jenis antibodi seperti IgA, IgM, dan IgD yang
eksklusif terhadap kesehatan bayi dan anak. Menyusui eksklusif selama enam
bulan terbukti memberikan risiko yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit
sebagai sumber makanan utama selama enam bulan pertama kehidupan bayi.
Asumsi dari hubungan pemberian ASI dan kejadian ISPA adalah pemberian
ASI merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya ISPA pada
bayi dan anak. Bayi yang mendapatkan ASI sejak lahir akan lebih jarang
mengalami ISPA karena mukosa bayi dapat mengadakan ikatan dengan IgA
dan IgM dari kolostrum dan ASI sehingga dapat melindungi dari masuknya
perlekatan sel bakteri pada permukaan epitel maka berikan ASI yang kaya
akan IgA pada anak. ASI mengandung zat protektif yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit salah satunya yaitu imunoglobulin A (IgA). IgA
antibodi terhadap virus salah satunya virus Haemophilus influenza dan bakteri
kepada epitel mukosa. Oleh karena itu, ASI dapat mengurangi angka kesakitan
saluran pernapasan bagian atas Menyusui dapat mencegah 1/3 kejadian ISPA.
(IDAI, 2013).
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
masukan bagi bidan dan petugas kesehatan lain yang praktik di Puskesmas
secara komprehensif.
selanjutnya.
4. Bagi Masyarakat
pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Sawangan II sejak bulan Agustus
8
2018 sampai dengan bulan Mei 2019. Jenis penelitian ini adalah studi
Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik
diambil yaitu semua bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas
Sawangan II, sedangkan sampel yang digunakan yaitu bayi usia 6-12 bulan
F. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
Tenik Sampling :
Purposive Sampling
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Bayi usia 6-12 bulan.
ISPA. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Populasi
yang diambil yaitu semua bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas
10