Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit

yang memiliki resiko kematian pada bayi maupun balita. Kejadian ISPA

terbanyak terjadi di India 43 juta, China 21 juta, Pakistan 10 juta, dan

Bangladesh, Indonesia, dengan masing-masing 6 juta episode. Total semua

kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan

tindakan perawatan di rumah sakit. ISPA merupakan salah satu penyebab

utama kunjungan pasien di Puskesmas sebesar 40%-60% dan rumah sakit

sebesar 15%-30%, (Ditjen P2PL, 2013;5).

Berdasarkan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013:86:89) Period

prevalence ISPA Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh

berbeda pada tahun 2007 (25,5%). Provinsi Jawa Tengah memiliki angka

kejadian ISPA dengan umur < 1 tahun yang telah di diagnosa oleh tenaga

medis sebesar 26,6%. Magelang termasuk lima kabupaten/kota dengan

penemuan kejadian ISPA tertinggi yaitu sebesar 33,0%, Tegal (40,1%), Jepara

(36,2%), Banjarnegara (34,0%), dan Grobogan (33,7%). Kelompok umur yang

sering terjadi yaitu umur 1 - 4 tahun sebesar 31,5%.

Pada tahun 2017 di Kabupaten Magelang terdapat 3 puskesmas dengan

rujukan ISPA terbanyak yaitu Puskesmas Sawangan II sebesar 26%,

Puskesmas Tempuran sebesar 22%, dan Puskesmas Kaliangkrik sebesar 13%.

Hal ini menunjukkan bahwa Puskesmas Sawangan II memiliki rujukan ISPA

1
2

terbanyak di Kabupaten Magelang. (Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang,

2017).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas

Sawangan II dari data buku registrasi mulai bulan Januari 2018 hingga

Oktober 2018 terdapat 172 bayi yang mengalami ISPA dari 289 jumlah bayi

yang ada. Menurut hasil wawancara dengan Bidan yang ada di Puskesmas

Sawangan II bahwa ISPA merupakan penyakit dengan penderita paling

banyak tiap bulan. ISPA terdiri dari dua bagian yaitu ISPA atas dan ISPA

bawah. Berdasarkan data rekam medik pada tahun 2018, jumlah anak yang

terdiagnosa pada ISPA bagian atas yaitu Common cold sebanyak 196 anak,

Faringitis sebanyak 47 anak, Otitis sebanyak 3 anak, dan ISPA bagian atas

yang tidak spesifik sebanyak 2 anak. Sedangkan pada jenis ISPA bagian

bawah yaitu Pneumonia sebesar 6 anak, Bronkhitis sebanyak 9 anak, dan

Broncopneumonia sebanyak 1 anak.

Menurut Kartasasmita dalam Fibrila (2015;11), beberapa penelitian

menunjukkan bahwa insiden ISPA paling tinggi terjadi pada bayi di bawah

satu tahun, dan insiden menurun dengan bertambahnya umur. Kondisi ini

dimungkinkan karena pada 10 tahun pertama kehidupan manusia, sistem

pernafasan masih terus berkembang untuk mencapai fungsi yang sempurna,

terutama dalam perbentukan alveoli, selain itu hal tersebut menunjukkan usia

yang lebih muda rentan terkena infeksi.

Bakteri penyebab ISPA pada umumnya adalah Streptococcus pneumonia

dan Haemophilus influenza tipe B (Hib), Staphylococcus aereus (S.aureus).


3

Diperkirakan sebanyak 75% balita di Indonesia disebabkan oleh bakteri

Streptococcus pneumonia dan Haemophilus influenza tipe B (Hib).

(Misnadiarly, 2008;27).

ISPA dapat menimbulkan terjadinya Pneumonia yang merupakan

penyebab utama kematian balita di dunia. Penyakit ini menyumbang 16% dari

seluruh kematian anak di bawah 5 tahun (Kemenkes RI, 2017;170).

Pencegahan kematian pada bayi yang disebabkan karena Pneumonia dapat

dicegah dengan cara mendeteksi awal kejadian ISPA yang terjadi pada bayi.

Sesuai dengan target SDGs pada tahun 2030 yaitu dapat mencegah kematian

yang dapat menyerang bayi baru lahir dan anak-anak di bawah usia lima

tahun, dengan mengurangi kematian neonatal hingga 12 per 1000 kelahiran

hidup dan kematian di bawah lima tahun paling sedikit 25 per 1000 kelahiran

hidup. (United Nation, 2015).

Episode batuk-pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per

tahun. Faktor risiko yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA yaitu faktor

lingkungan (asap rokok, ventilasi rumah, kepadatan isi rumah, perubahan

musim), faktor individu anak (umur anak, berat badan lahir, status gizi,

vitamin A, status imunisasi, ASI Eksklusif), faktor perilaku maksudnya

perilaku yang dilakukan oleh ibu atau anggota keluarga lainnya, faktor

pendidikan orang tua, status sosial ekonomi, dan penggunaan fasilitas

kesehatan. (Maryunani, 2010;11).

Faktor risiko yang berperan dengan timbulnya ISPA, salah satunya

kurangnya pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif (WHO dalam
4

Ditjen P2PL, 2013;5). Berdasarkan data di Puskesmas Sawangan II, cakupan

ASI eksklusif pada bulan Mei (28,14%), Juni (10,09%), dan Juli (11,4%).

Sedangkan target yang ditetapkan Puskesmas sebesar 50%. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif pada wilayah kerja Puskesmas

Sawangan II masih rendah.

Pemberian ASI terutama ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi anak untuk

mencegah penyakit infeksi karena ASI memiliki zat protektif atau zat imun.

Zat imun yang terdapat pada immunoglobulin dan laktoferin dapat

memperkuat sistem pertahanan tubuh anak. Immunoglobulin yang sangat

berperan dalam melindungi tubuh dari penyakit ISPA adalah IgA. IgA banyak

ditemukan pada bagian sekresi tubuh, salah satunya yaitu ASI yang akan

dikeluarkan sebagai sIgA. Sehingga sIgA berperan sebagai antibodi dari

mikroorganisme patogen penyebab ISPA. (Nirwana, 2014;111).

ASI mengandung kolostrum yang tinggi akan antibodi karena

mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam

jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko

kematian pada bayi. Kolostrum yang berwarna kekuningan akan dihasilkan

pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh

ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit

dibandingkan kolostrum. (Kemenkes RI 2017;146)

Berdasarkan penelitian terdahulu Koekoeh Hardjito (2011;260),

peningkatan sistem imunitas pada bayi dapat dilihat dari frekuensi bayi yang

mengalami sakit. Bayi yang mengalami sakit dapat diketahui pada saat bayi
5

lahir sampai usia enam bulan telah diberikan ASI atau tidak. Dikarenakan

ASI memiliki berbagai jenis antibodi seperti IgA, IgM, dan IgD yang

melindungi tubuh dari berbagai serangan kuman penyebab infeksi.

Banyak penelitian yang menilai pengaruh dari pemberian ASI secara

eksklusif terhadap kesehatan bayi dan anak. Menyusui eksklusif selama enam

bulan terbukti memberikan risiko yang lebih kecil terhadap berbagai penyakit

infeksi, seperti infeksi saluran pernapasan. Inilah, alasan ASI dianjurkan

sebagai sumber makanan utama selama enam bulan pertama kehidupan bayi.

Asumsi dari hubungan pemberian ASI dan kejadian ISPA adalah pemberian

ASI merupakan salah satu faktor yang dapat mencegah terjadinya ISPA pada

bayi dan anak. Bayi yang mendapatkan ASI sejak lahir akan lebih jarang

mengalami ISPA karena mukosa bayi dapat mengadakan ikatan dengan IgA

dan IgM dari kolostrum dan ASI sehingga dapat melindungi dari masuknya

bakteri menuju sirkulasi umum (Manuaba, 2007;380).

Sebelum virus atau bakteri yang menyebabkan ISPA mengalami

perlekatan sel bakteri pada permukaan epitel maka berikan ASI yang kaya

akan IgA pada anak. ASI mengandung zat protektif yang dapat melindungi

bayi dari berbagai penyakit salah satunya yaitu imunoglobulin A (IgA). IgA

memiliki fungsi mencegah melekatnya kuman patogen yang dapat

menimbulkan penyakit. IgA yang terdapat di dalam ASI memiliki aktivitas

antibodi terhadap virus salah satunya virus Haemophilus influenza dan bakteri

Streptococcus pneumonia. Perlekatan IgA dengan permukaan bakteri atau

virus akan mengurangi pergerakan bakteri dan mencegah perlekatannya


6

kepada epitel mukosa. Oleh karena itu, ASI dapat mengurangi angka kesakitan

saluran pernapasan bagian atas Menyusui dapat mencegah 1/3 kejadian ISPA.

(IDAI, 2013).

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif

terhadap Kejadian ISPA pada Bayi Usia 6-12 Bulan”.

B. Rumusan Masalah

Adakah hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada bayi

usia 6-12 bulan?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA

pada bayi usia 6-12 bulan.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari rumusan masalah tersebut yaitu:

a. Mengidentifikasi pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan.

b. Mengidentifikasi kejadian ISPA pada bayi usia 6-12 bulan.

c. Mengidentifikasi hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian

ISPA pada bayi usia 6-12 bulan.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan bagi bidan dan petugas kesehatan lain yang praktik di Puskesmas

Sawangan II Kabupaten Magelang terkait dalam pelayanan kesehatan

secara komprehensif.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan studi

literatur bagi program D-IV Kebidanan khususnya Poltekkes Kemenkes

Jurusan Kebidanan Magelang dalam bidang pengembangan studi kasus

serta diharapkan dapat mengembangkan cara berfikir ilmiah.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian lainnya

terutama untuk menambah wawasan tentang penyakit ISPA dengan ASI

Eksklusif dan menjadi sumber acuan untuk melakukan penelitian

selanjutnya.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan mengenai penyakit ISPA dan pentingnya ASI Eksklusif.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membahas tentang Hubungan

Pemberian ASI Eksklusif terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut

pada bayi usia 6-12 bulan di Puskesmas Sawangan II sejak bulan Agustus
8

2018 sampai dengan bulan Mei 2019. Jenis penelitian ini adalah studi

hubungan (Corelative). Penelitian ini menggunakan pendekatan retrospektif.

Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan kuesioner.

Sedangkan instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner. Populasi yang

diambil yaitu semua bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas

Sawangan II, sedangkan sampel yang digunakan yaitu bayi usia 6-12 bulan

dengan menderita ISPA di wilayah kerja Puskesmas Sawangan II.

F. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti dan Jenis, Desain, Variabel Hasil


Judul Penelitian Penelitian, dan Teknik Sampling
1. Filia Sofiani Ikasari, Jenis: Analitik Bayi
Endang Pertiwiwati, yang tidak ASI
Kurnia Rachmawati, Desain: Kasus control, eksklusif memiliki
2015, Pemberian ASI Retrospektif Rasio Odds 0,454 kali
Eksklusif terhadap (95% CI: 0,238 - 0,865)
Kejadian Ispa pada Vbebas : untuk mengalami
Bayi Usia 6-12 Bulan Asi Eksklusif kejadian ISPA
Vterikat : Kejadian ISPA dibandingkan bayi yang
diberi ASI eksklusif,
Teknik sampling : total dengan nilai p=0,024.
sampling populasi

Sampel : simple random


sampling

2. Arum Laksmita Dewi, Jenis: Berdasarkan hasil uji


2017, Perbedaan Angka Survey observasional analitik Chi Square untuk
Kejadian Infeksi mengetahui perbedaan
Saluran Pernapasan Desain: angka kejadian ISPA
Akut (ISPA) antara Cross Sectional antara anak yang diberi
Anak ASI eksklusif
yang Diberi ASI Teknik Sampel: Cluster dengan yang diberi
Eksklusif Random Sampling PASI pada usia 7-24
dengan yang Diberi bulan, didapatkan
Pengganti ASI (PASI) p<0,05.Angka
pada Usia 7-24 kejadian ISPA
9

Bulan pada lebih rendah pada anak


usia 7-24 bulan yang
diberi ASI eksklusif
daripada yang diberi
PASI.

3. Pujiati Abbas, Aprillia Jenis: Uji Chi-Square Test


Sri Haryati 2011, Survey analitik observasional menunjukkan ada
Hubungan Pemberian hubungan yang
Asi Eksklusif dengan Desain: bermakna antara
Kejadian Infeksi Cross Sectional pemberian ASI
Saluran Pernapasan eksklusif terhadap
Akut (ISPA) pada Bayi Sampel: sampel 120 anak yang kejadian infeksi
didapatkan saluran pernapasan akut
dari perhitungan menggunakan pada anak 12 bulan p =
rumus dari Sastroasmoro 0,000 (p < 0,05).

4. Meudy Riensy Pangesti, Jenis: Hasil uji Kendall-tau


2019, Hubungan Survey Analitik dengan studi menunjukkan tidak ada
Pemberian ASI Corelative hubungan antara
Eksklusif terhadap pemberian ASI
Kejadian Infeksi Desain: Eksklusif terhadap
Saluran Pernapasan Retrospektif kejadian ISPA pada
Akut pada Bayi Usia 6- bayi uasia 6-12 bulan,
12 Bulan Variabel bebas : ASI Eksklusif dengan hasil p value
Variabel terikat : Kejadian ISPA 0,496 (p > 0,05)

Tenik Sampling :
Purposive Sampling

Peneliti mengambil judul Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap

Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Bayi usia 6-12 bulan.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam pemilihan desain

penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif survey

analitik dengan pendekatan Retrospektif. Variabel bebas yang peneliti

gunakan yaitu ASI Eksklusif. Sedangkan variabel terikat yaitu Kejadian

ISPA. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Populasi

yang diambil yaitu semua bayi usia 6-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas
10

Sawangan II, sedangkan teknik sampel yang digunakan yaitu purposive

sampling dengan kriteria yang diinginkan peneliti.

Anda mungkin juga menyukai