PENDAHULUAN
di Negara maju. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2005
kematian per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar Indonesia 2013, prevalensi ISPA pada anak usia < 1 tahun adalah 22 % dan
menurut hasil Riset Kesehatan Dasar Jawabarat tahun 2007 Prevalensi ISPA di
Jawabarat pada anak usia < 1 tahun adalah 15,9 %. Salah satu Kabupaten di
Puskesmas Jatinangor bulan Januari hingga bulan November tahun 2014, Desa
365. Terjadi peningkatan angka kejadian ISPA di Desa Hegarmanah yang pada
ISPA dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi saluran nafas bagian atas dan
infeksi saluran nafas bagian bawah. Infeksi saluran nafas atas adalah infeksi yang
1
mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit
ini mengenai saluran pernafasan atas dan bawah secara simultan dan berurutan.
Infeksi saluran nafas bagian atas sering dialami oleh anak-anak, walaupun
demikian infeksi saluran pernafasan bagian bawah juga mempunyai andil dalam
Tingginya angka kesakitan dan kematian bayi dan balita di Indonesia terkait
dengan kemampuan seorang ibu dalam pemberian air susu ibu (ASI) yang tidak
memadai kepada bayinya. ASI adalah makanan tunggal yang dapat mencukupi
kebutuhan tumbuh bayi sampai usia enam bulan. World Health Organization dan
enam bulan tanpa makanan dan minuman tambahan, kecuali obat dan vitamin,
dan anak tetap disusui bersama pemberian makanan pendamping ASI yang cukup
payudara akan memproduksi SigA. Kadar Sig A ASI berkisar antar 5 sampai
dengan 7,5 mg/dl. Pada bulan 4 pertama bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
akan mendapat 0,5 gram Sig A perhari, atau sekitar 75 – 100 mg/kg bb/hari.
Angka ini lebih besar dari antibodi Ig G yang diberikan sebagai pencegahan pada
ASI yang tinggi ini dipertahankan sampai tahun ke-2 laktasi. Sig A mengandung
2
oleh vibrio cholera. SIgA beradaptasi untuk bertahan di membran mukosa
mukosa. SigA akan membatasi masuknya bakteri ke aliran darah melalui dinding
mukosa. 10
menyatakan terdapat perbedaan kejadian ISPA antara anak yang pernah mendapat
ASI eksklusif dan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, anak yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif memiliki resiko 1,4 kali lipat lebih sering mengalami
ISPA dari pada anak yang tidak ASI eksklusif. Menurut penelitian oleh Lysa Story
dan Thomas Parish 2008 menyatakan ASI dapat mencegah 2 penyakit yaitu diare
lahir hingga 6 bulan memiliki prevalensi ISPA dan diare lebih sedikit
dilakukan oleh Shatna,S,dkk Durasi pemberian ASI yang singkat dapat menjadi
menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, cakupan
ASI eksklusif bayi 0-6 bulan sebesar 32%, dan terjadi kenaikan yang bermakna
pada tahun 2012 menjadi 42%. Walaupun terjadi peningkatan yang cukup
Jawa Barat adalah 33,7 %. Cakupan ini masih jauh dari pencapaian target yang
ditentukan oleh dinas kesehatan Jawabarat yaitu 75%. Sedangkan cakupan ASI
3
eksklusif di Jatinangor (Bagian dari Kabupaten Sumedang) tahun 2013 sebesar
63 %. 15
diantaranya pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak prasekolah. Pelayanan
kesehatan anak ini meliputi penanganan bayi dan balita sakit sesuai pedoman
memfasilitasi / memberikan bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif.16
Sesuai dengan wewenang bidan, tingginya angka kejadian ISPA dan masih
tertarik untuk melihat perbandingan kejadian ISPA pada bayi yang memiliki
riwayat asi eksklusif dan tidak memiliki riwayat asi eksklusif di Desa
Apakah ada hubungan pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian ISPA pada
1.3 Tujuan
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.2 Untuk mengetahui gambaran kejadian ISPA pada bayi 6-12 bulan
2015
5
menambah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya
ISPA merupakan penyakit saluran pernafasan atas atau bawah, yang biasanya
menular dan dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit, dari penyakit yang
bersifat ringan sampai penyakit yang parah bahkan mematikan, tergantung faktor
faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik terdiri atas faktor biologis, faktor
fisik dan faktor sosial. Faktor biologi berasal dari faktor lingkungan rumah tinggal
yang tidak sehat seperti keadaan ventilasi rumah yang buruk, kamar menyatu
dengan dapur, jenis bahan bakar masak, kepadatan hunian, suhu udara.
Kelembaban dalam rumah serta intensitas cahaya yang masuk. Faktor sosial yang
tentang ISPA. Sedangkan faktor intrinsik meliputi status gizi, pemebrian asi
eksklusif dan umur, kelengkapan imunitas, jenis kelamin dan status kelahiran bayi
dengan BBLR.3
Faktor intrinsik yang diambil dalam penelitian ini adalah pemberian ASI
eksklusif. ASI adalah makanan tunggal yang memenuhi kebutuhan bayi hingga
usia 6 bulan. Pemberian asi eksklusif adalah suatu keadaan dimana bayi hanya
diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang,
bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim kecuali vitamin mineral dan obat.17
6
ASI memiliki komponen bioaktif yang melindungi bayi terhadap infeksi
payudara akan memproduksi sIgA. IgA dilindungi oleh komponen sekret sIgA
dari enzim proteolitik seperti tripsin, pepsin dan PH setempat sehingga tidak
memiliki degradasi. Kadar sIgA ASI berkisar antar 5 sampai dengan 7,5 mg/dl.
Pada bulan 4 pertama bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan mendapat 0,5
gram sIgA perhari, atau sekitar 75 – 100 mg/kg bb/hari. Angka ini lebih besar dari
tinggi ini dipertahankan sampai tahun ke-2 laktasi. SigA mengandung aktifitas
pencernaan. Peran perlindungan ASI ini terdapat pada tingkat mukosa. SigA akan
7
1.6 Metode Penelitian
sekunder.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pemberian asi eksklusif adalah suatu keadaan dimana bayi hanya diberi ASI
selama 6 bulan tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan nasi tim kecuali vitamin mineral dan obat. Menurut WHO
pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi tidak disertai
pemberian makanan dan minuman lain termasuk air putih, kecuali obat-obatan
dan vitamin atau mineral tetes yang dilakukan sampai bayi berusia 6 bulan.17,18
ASI eksklusif dapat memberikan manfaat baik bagi ibu dan bayi. Manfaat bagi
ibu dan bayi yaitu terjalinnya ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi. Manfaat asi
bagi bayi adalah mengurangi risiko infeksi pada periode perinatal terutama infeksi
dan emosional, meningkatkan kesehatan dan kepandaian secara optimal serta ASI
Pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk
kontraksi atau penutupan pembuluh darah, sehingga perdarahan akan lebih cepat
9
terhenti. Selain itu bila ASI diberikan secara eksklusif, ASI dapat menjadi alat
kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil, dan ASI dapat mengurangi
beban kerja ibu karena ASI tersedia kapan dan dimana saja, ekonomis, murah,
a. Kolostrum
material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara
ml/24 jam. Kolostrum mengandung sel hidup yang menyerupai sel darah
merupakan zat pencahar yang ideal untuk membersihkan zat yang tidak
terpakai dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
bayi. 17
b. ASI Peralihan
10 dari masa laktasi. ASI ini keluar setelah kolostrum sampai sebelum
10
menjadi ASI matur. ASI peralihan ini kaya akan karbohidrat dan lemak
c. ASI Matang
ASI matang merupakan ASI yang dikeluarkan pada sekitar hari ke-10
antimicrobial factor antara lain antibodi terhadap bakteri dan virus, sal
hormon. 17
11
2.1.4 Refleks ASI
Refleks Prolaktin
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin
a. Refleks Prolaktin
ini ikut berperan dalam memproduksi kolostrum. Pada akhir masa kehamilan,
kerja hormon ini terhambat oleh tingginya kadar hormon estrogen dan progesteron
luteum, dan dengan adanya isapan bayi merangsang ujung-ujung saraf sensoris
prolaktin. Hormon ini akan merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat ASI. 17
yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofise yang kemudian
dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah hormon ini diangkut menuju uterus
dan mengakibatkan kontraksi uterus, begitu juga dengan oksitosin yang terbawa
aliran darah ke sel-sel alveoli dan hormon ini akan merangsang mioepitelium
12
2.1.3 ASI dan Imunitas Bayi
Tabel 2.2 Ketidakmatangan sistem imun bayi baru lahir dan tahapan
kematangannya19
Sel fagosit matang setelah 6 bulan pertama Jumlah produksi cadangan fagosit yang terbatas
13
Dengan masih terbatasnya kemampuan sistem imun bayi, ASI mengandung
kadar leukosit yang cukup banyak terutama pada kolostrum. Sebagian besar
menurun sepuluh kali lipat pada ASI matur. Pada ASI matur, jumlah sel ini
menurun menjadi 1000 sel per ml yang terdiri dari monosit/makrofag (59-63%),
sel neutrofil (18-23%), dan sel limfosit (7-13%). ASI juga mengandung faktor
pelindung (protektif) yang larut dalam ASI seperti enzim lisozim, laktoferin
(sebagai pengikat zat besi), sitokin (zat yang dihasilkan oleh sel kekebalan untuk
mempengaruhi fungsi sel lain), dan protein yang dapat mengikat vitamin B12,
Laktoferin ++++ +
Lisozim ++++ +
SigA ++++ +
IgG + ++++
Komplemen + ++++
Laktoperoksidase + ++++
14
Tabel 2.4 Komponen ASI dan Kemampuan Imunomodulasinya
Komponen Aktifitas
Protein
Sitokin/kemokin Imunomodulasi
Reseptor terlarut/antagonis
Hormone dan faktor pertumbuhan prolaktin, Menstimulasi fungsi barier, perkembangan usus
immunomodulasi
vitamin B-12
peroxidase
15
Lipida Efek detergent-like dan anti mikroba
acid etc
- Eksosom
Sel
- Stem cell
sistematik
immunity
ASI mengandung sejumlah faktor non spesifik yang bertindak sebagai bagian
dan sistem imun bawaan bayi. Sistem imun non spesifik ini diantaranya :
16
1) Komplemen
atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi
sehingga terjadi lisis bakteri. Disamping itu C3 aktif juga mempunyai sifat
pada mukosa usus yang terikat oleh C3 aktif. Kadar C3 dan C4 pada
Pada laktasi 2 minggu, kadar ini menurun dan kemudian menetap yaitu kadar
2) Laktoferin
dapat mengikat dua molekul besi ferri yang bersaing dengan enterokelin
kuman yang juga dapat mengikat besi. Kuman yang kekurangan besi ini
17
inhibisi ini lebih efektif. Laktoferin bersama-sama dengan SigA secara
3) Lisozim
ASI mengandung 300 kali lebih banyak lisozim per satuan volume.
Lisozim ini dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat pada
selaput lendir saluran cerna. Kadar lisozim dalam ASI adalah 0,1 mg/ml yang
4) Antimikroba Peptida
patogen.10
18
Prebiotik umumnya adalah lactobacillus rhamnosus GG termasuk,
6) Sel Makrofag
monokin seperti IL-1 serta enzim lainnya. Sel makrofag ASI merupakan sel
bakteri patogen pada saluran cerna. Selain sifat pemusnah, sel makrofag juga
Makrofag pada ASI dapat mencegah infeksi saluran cerna melalui enzim
yang diproduksinya.10,20
7) Neutrofil
19
mikroba melalui jalur oksigen independen (lisozim,laktoferin, enzim
yang dianggap sebagai alat transpor IgA dari ibu ke bayi. Peran neutrofil ASI
lebih ditujukan pada pertahanan jaringan payudara ibu agar tidak terjadi
8) Sitokin
meningkatkan sistem imun di dalam ASI. Sitokin ini mencakup IL-1, IL-4,
IL-5, IL-6, IL-8, IL-10, IL-12, IL-13, TNF dan TGF (Transformation Growth
protein 1 dan RANTES. Sumber utama sitokin adalah kelenjar mammae. IL-1
sekretori oleh epitel usus dan TNF-B akan merangsang alih isotip ke IgA
Pada ASI 2 minggu pertama sel darah putih lebih dari 4000 sel per mil.
20
10) Faktor Bifidus
asam laktat dan asam asetat yang berfungsi menciptakan suasana asam
11) Oligosakarida
Limfosit T
Sebagian besar limfosit pada ASI merupakan sel T. Bayi prematur memiliki
Sebaliknya, sel T CD8 lebih tinggi pada usia lebih tua, dengan penurunannya
subpopulasi T unik yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sistem imun lokal.
Sel T ASI juga dapat mentransfer imunitas seluler tubeculin dari ibu ke bayi yang
disusuinya. Hal ini diperkirakan melalui limfokin yang dilepas sel T ASI yang
menstimulasi sistem imun seluler bayi. Sel limfosit T ASI tidak bermigrasi
21
Limfosit B
terhadap agen infeksi yang dapat mengikat pathogen yang potensial dan
mencegah berikatan dengan sel bayi. Sel limfosit B di lamina propia payudara,
atas pengaruh faktor yang ada, terutama akan memproduksi Ig A1 yang disekresi
berupa Sig A1. Komponen sekret pada Sig A berfungsi untuk melindungi molekul
Ig A dari enzim proteolitik seperti tripsin, pepsin dan PH setempat sehingga tidak
mengalami degradasi.
Kadar Sig A ASI berkisar antar 5 sampai dengan 7,5 mg/dl. Pada bulan 4
pertama bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan mendapat 0,5 gram Sig A
perhari, atau sekitar 75 – 100 mg/kg bb/hari. Angka ini lebih besar dari antibodi Ig
(25mg gg/ kg bb / minggu). Konsentrasi SIg A ASI yang tinggi ini dipertahankan
sampai tahun ke -2 laktasi. Kadar Ig G dan Ig M ASI lebih rendah daripada Sig A
ASI, dan pada laktasi 50 hari kedua imunoglobulin ini tidak dapat ditemukan lagi
tidak ada.
Sig A ASI dapat mengandung aktifitas antibodi terhadap virus polio, rotavirus,
kampilobacter dan erterotoksin yang dikeluarkan oleh vibrio colera, ecoli, serta
giardia lamblia juga terhadap protein makanan seperti susu sapi dan kedelai. Oleh
karena itu ASI dapat mengurangi mordiritas infeksi saluran cerna dan saluran
22
Fungsi utama Sig A adalah mencegah melekatnya kuman patogen pada dinding
menetralkan agen infeksi dan pada saat yang bersamaan membatasi kerusakan
imun lokal usus. ASI juga dapat meningkatkna Sig A pada mukosa
traktusrespiratorius dan kelenjar saliva bayi pada 4 hari pertama kehidupan. Ini
kehidupannya.21
23
Tidak teridentifikasi Trypanosoma brucei rhodisiense
Makrofag Entamoeba histolytica
Mycoplasma pneumoniae.
24
opsonin for S. Aureus
Flexneri
IgD E. coli
menghentikan E. Coli
toksin A
Kasein H. influenzae
(serum-sensitive)
E. Coli
Coli
25
Gangliosid GM1 Enterotoksin E. coli, toksin V. cholerae,
E. Coli
terminal)
Lactoferrin**
E. coli, E. coli/CFA1 or S-fimbriae, Candida
Actinobacillus actinomycetemcomitans
26
Menginduksi sitokin: PHA, PMA +
ionomycin Fibronektin membantu asupan
oleh sel fagositik
Musin (muc-1; membran globulin lemak ASI) E. coli (S-fimbrinated)
Fosfatidiletanolamin H. pylori
Soluble bacterial pattern recognition receptor Bakteri (atau LPS) mengaktivasi untuk
induksi molekul respons imun
CD14
dari sel usus
Sulphatide (sulphogalactosylceramide) S. typhimurium
Secretory leukocyte protease inhibitor (protease E. coli, S. aureus, growing C. albicans* dan
A. fumigatus*
antileukosit; SLPI)
27
2.2 ASI non eksklusif
ASI non eksklusif atau PASI adalah makanan bayi yang secara tunggal dapat
bulan.22
Ada beberapa alternatif pilihan untuk pengganti air susu ibu, diantaranya
adalah:
1. Susu Sapi
Susu sapi merupakan susu yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia
terutama dalam bentuk kasein dan protein ini sulit untuk dicerna sehingga
2. Susu Soya
Susu formula soya merupakan susu formula bebas laktosa untuk bayi
dan anak yang mengalami alergi terhadap protein susu sapi. Soya
soya ini memiliki kandungan protein yang tinggi setara dengan susu sapi.
Seperti halnya pada ASI, kalsium dan fosfor susu formula soya memilki
28
kuat. Susu formula ini juga mengangung asam lemak esensial, yaitu
omega 6 dan omega 3 dengan rasio yang tepat sebagai bahan dasar
pembentukan AA dan DHA secara langsung pada formula ini tidak terlalu
sendiri AA dan DHA dari asam lemak esensial lain yang ada dalam
3. Susu Kambing
untuk bayi. Secara umum, komposisi susu kambing dengan susu sapi tidak
terlalu jauh berbeda. Namun, kadar protein, lemak, laktosa dan mineral
vitamin tertentu sangat kecil, seperti asam folat, vitamin B6, B12, C dan
Susu formula ini rasanya memang tidak begitu enak dan relatif lebih
mahal. Protein pada susu ini lebih mudah didenaturasi oleh panas
29
Susu ini tidak direkomendasikan untuk pengobatan atau pengganti susu
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA adalah infeksi yang terutama
mengenai struktur saluran pernafasan diatas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai saluran pernafasan atas dan bawah secara simultan dan berurutan.23,25
ISPA bisa disebabkan oleh virus, bakteri dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dari interaksi bibit penyakit dengan
tubuh pejamu. Respon inflamasi pada lokasi infeksi merupakan hasil mekanisme
30
imun spesifik dan nonspesifik penjamu dalam melawan invasi mikroba dengan
atau reflek oleh laring. Jika reflek tersebut gagal maka akan merusak lapisan epitel
banyak dan dapat menyumbat saluran pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan
Didiognasi ISPA bukan pnemonia ini terjadi bila tidak ditemukan frekuensi
napas cepat dan tidak menimbulkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah
ke arah dalam. Contoh ISPA bukan pnemonia adalah sebagai berikut :24
1. Common cold
dan dapat sembuh sendiri. Common cold adalah suatu infeksi virus pada
selaput hidung, sinus dan saluran udara yang besar. Penyebabnya adalah
31
picornavirus, virus influenza, virus sinsial pernapasan. Ditularkan melalui
atau alat pencernaan. Pada umunya penyakit ini akan sembuh dengan
dan virus para influenza. Tanda utama pilek adalah keluarnya lendir yang
cair, mucoid dan pirulen. Lebih berat akan disertai demam, bila lebih dari
5 hari biasanya ada infeksi bakteri lain, sehingga lndir menjadi kental dan
berwarna kuning. 23
2. Faringitis
dengan rasa sakit pada waktu menelan diikuti demam, kelemahan tubuh
3. Tonsilitis
Biasanya terjasi pada anak-anak yang agak besar, ditandai dengan rasa
sakit waktu menelan diikuti dengan demam dan kelemahan tubuh, disertai
tonsil membesar. 23
32
2.3.4.2 Pnemonia
mempunyai gajala batuk, ronki, infiltrate pada foto rontgen dan sesak napas. Batas
napas cepat pada anak usia 2 bulan samai<1 tahun adalah 50 kali atau lebih per
menit sedangkan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali atau lebih
menyebutkan bahwa pnemonia balita adalah salah satu penyakit infeksi saluran
pernapasan akut, dimana peradangan atau iritasi pada salah satu atau kedua paru,
1. Pneumococcal Pneumonia
dahak kemerahan serta lukositosis. Pada bayi dan anak kecil dapat
2. Mycoplasmal Pneumonia
33
3. Pneumocytis Pneumonia
Adalah penyakit paru mulai dari akut sampai subakut bahkan seringkali
fatal, khususnya menyerang bayi yang kurang gizi, sakit kronis dan
4. Chlamydial Pneumonias
menyrang neonatus yang ibunya menderita infeksi pada cervix uteri. Secra
sampai K. 23
dan suara serak serta demam pada awal serangan, dahak sedikit, beberapa
Pneumonia strai TWAR, nama spesies yang diberikan untuk organisme ini
34
yang berbeda secara morfologis dan serologis dengan C.Psittaci dan
C.Trachomatis. 23
Pneumonia berat
sesak atau tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam (chest indrawing)
pada anak berusia 2 bulan sampai < 5 tahun. Sementara untuk kelompok
usia < 2 bulan klasifikasi pneumonia berat ditandai dengan adanya napas
cepat sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat
bertambah kaku dan timbul tarikan dinding dada bagian bawah kedala.
35
1. Ispa Ringan Bukan Pneumonia
Gejala yang dialami adalah batuk, serak yaitu anak bersuara pada waktu
hidung, demam (suhu badan lebih dari 37 C.), tidak ada napas cepat dan
Gejala yang dialami adalah pernafasan lebih dari 50 kali/menit pada anak
4. Gejala yang dialami pada ISPA berat adalah bibir berwana biru, lubang
mengorok, sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas, nadi cepat
merah.23,24
faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor ekstrinsik terdiri atas faktor biologis, faktor
fisik dan faktor sosial. Faktor biologi berasal dari faktor lingkungan rumah tinggal
yang tidak sehat seperti keadaan ventilasi rumah yang buruk, kamar menyatu
dengan dapur, jenis bahan bakar masak, kepadatan hunian, suhu udara.
36
Kelembaban dalam rumah serta intensitas cahaya yang masuk. Faktor sosial yang
eksklusif dan umur, kelengkapan imunitas, jenis kelamin dan status kelahiran bayi
dengan BBLR.3
1. Faktor Ekstrinsik
Faktor Biologi
Faktor Fisik
mempengaruhi ISPA. Bahan bakar yang digunakan dalam rumah tangga sangat
ISPA terutama bahan bakar kayu yang mengandung gas berbahaya. Bagi
pengguna bahan bakar kayu bakar tersebut sama dengan menghisap 20 batang
Keadaan ini akan semakin buruk, bila keadaan rumah kurang ventilasi udara.3,24
37
Ventilasi Rumah
Ventilasi adalah proses pertukaran udara, dimana udara bersih masuk dan
udara kotor keluar. Ventilasi rumah mempunyai fungsi utama yaitu menjaga
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya O2 didalam rumah dan kadar CO2 yang bersifat racun
meningkat. Selain itu apabila ventilasi kurang hal ini akan menyebabkan
Infeksi saluran pernapasan yang terjadi dikaitkan dengan kondisi rumah yang
penuh sesak sehingga mengurangi oksigen dalam ruangan dan diperburuk dengan
Kelembaban Udara
Kondisi rumah yang lembab akan menjadi akan menjadi tempat pertumbuhan
akan mudah terjadi polusi udara didalam rumah. Debu yang terhidup mudah
kelembaban dengan kejadian ISPA, dimana balita yang berada pada rumah
dengan kelembaban kategori kurang akan mempunyai risiko sebesar 9,42 kali
38
untuk menderita ISPA dibandingkan balita yang berada pada rumah dengan
kategori baik.3,24
Faktor Sosial
berpenghasilan rendah beresiko sakit 43% dan mengakses lebih banyak tempat-
berkaitan dengan kemiskinan, tetapi berkaitan juga dengan status gizi balita.
Balita yang lingkungan rumah miskin 1,73% kali lebih besar menderita
2. Faktor Intrinsik
Faktor Umur
Ispa merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Kelompok umur 6-12
bulan adalah kelompok umur paling rentan terkena ISPA. Dilaporkan insiden
tertinggi kejadian ISPA maupun pneumonia adalah pada bayi usia 6-12 bulan
39
adaptasi imun, perhentian ASI dan permulaan anak ke tempat fasilitas pelayanan
kesehatan 3,24
Jenis Kelamin
bagian bawah meningkat pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. 3,24
Berat badan lahir rendah merupakan berat badan bayi yang lahir kurang dari
2500 gram. Proses maturasi organ-organ dan alat tubuh belum sempurna,
akibatknya bayi yang lahir dengan berat bdan rendah rentan mengalami
pernapasan yang sering dialami oleh bayi lahir rendah adalah penyakit membran
dan apnea yang disebabkan karena belum maturnya pusat pernapasan di medula.
Oleh sebab itu anak yang memiliki berat lahir renndah cenderung sering
Faktor Imunisasi
Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif
dalam upaya penurunan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan
salah satu cara meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif. terhadap
40
suatu antigen, sehingga kelak bila ia terpajan pada antigen serupa tidak terjadi
penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang telah
difteri dan beberapa penyakit lain dapat meningkatkan risiko ISPA, maka
berperan besar dalam upaya pemberantasan penyakit tersebut. Bayi dan balita
perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi lebih berat. Bayi dan balita yang
pernah terserang campak dan selamat, akan mendapat kekebalan alami terhadap
dari jenis ISPA yang berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi seperti difteri, pertusis, campak, maka imunisasi berperan besar dalam
payudara akan memproduksi SigA. IgA dilindungi oleh komponen sekret SigA
dari enzim proteolitik seperti tripsin, pepsin dan PH setempat sehingga tidak
memiliki degradasi. Kadar Sig A ASI berkisar antar 5 sampai dengan 7,5 mg/dl.
Pada bulan 4 pertama bayi yang mendapatkan ASI eksklusif akan mendapat 0,5
41
gram Sig A perhari, atau sekitar 75 – 100 mg/kg bb/hari. Angka ini lebih besar
tinggi ini dipertahankan sampai tahun ke-2 laktasi. Sig A mengandung aktifitas
pencernaan. Peran perlindungan ASI terdapat pada tingkat mukosa. SigA akan
menyatakan terdapat perbedaan kejadian ISPA antara anak yang pernah mendapat
ASI eksklusif dan anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, anak yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif memiliki resiko 1,4 kali lipat lebih sering mengalami
ISPA dari pada anak yang tidak ASI eksklusif. Menurut penelitian oleh Lysa Story
dan Thomas Parish 2008 menyatakan ASI dapat mencegah 2 penyakit yaitu diare
lahir hingga 6 bulan memiliki prevalensi ISPA dan diare lebih sedikit
42
dilakukan oleh Shatna,S,dkk Durasi pemberian ASI yang singkat dapat menjadi
diantaranya pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak prasekolah. Pelayanan
kesehatan anak ini meliputi penanganan bayi dan balita sakit sesuai pedoman
memfasilitasi / memberikan bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
pemberian ASI eksklusif sebagai variabel bebas dan Kejadian ISPA sebagai
3.2.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia 6-12 bulan di
Desa Hegarmanah tahun 2015. Jumlah populasi yang tercatat pada tahun 2015 di
3.2.2 Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu 129 bayi.
1. Kriteria Eksklusi
44
3.3. Variabel Penelitian
Tabel 3.1
Definisi Operasional
1 ASI eksklusif Riwayat ASI eksklusif adalah Kohort 1=ASI eksklusif Nominal
2 Infeksi Saluran Penyakit saluran pernafasan atas atau Diagnosa 1= Sering ISPA Ordinal
Pernafasan Akut bawah yang ditandai salah satu gejala dokter (3-6 kali)
45
3 Bayi Usia 6-12 Anak dengan usia 6 hingga 12 bulan Kohort 1=6-8 bulan Ordinal
3=10-12 bulan
4 Jenis Kelamin Jenis kelamin yang dimiliki anak Kohort 1=Perempuan Nominal
2=Laki-laki
5 Berat Badan Lahir Ukuran berat badan bayi pada waktu lahir Kohort 1=Bukan BBLR Ordinal
2= BBLR bila
<2500 gram
46
6 Riwayat Imunisasi Bayi yang sudah diberikan imunisasi Kohort/ 1=Sesuai jadwal Nominal
DPT dan Campak sesuai umur pemberian yakni DPT1 pada KMS Bayi imunisasi campak
dari hasil pencatatan dan pelaporan di Puskesmas atau tempat praktek kesehatan
lainnya.
Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dengan langkah
data yang masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolahan data
47
2. Melakukan kode
48
3. Entry (pemasukan data komputer)
komputer.
data
Analisis Univariat
P=
Dimana :
N = Jumlah pertanyaan
49
50% = Setengah dari responden
2. Analisis Bivariat
Jika nilai interval kepercayaan odd rasio mencakup angka 1, artinya belum
2. Analisis Bivariat
dan independent. Analisis data menggunakan chi-squer dengan tabel 2x2 dengan
a. Jika nilai p < α maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara variabel
b. Jika nilai p ≥ α maka Ho diterima, berarti tidak ada hubungan antara variabel
50
Rumus Chi-Squer :
Keterangan :
= Chi kuadrat
= Frekuensi observasi
= Frekuensi harapan
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Ribka Rerung Layuk,dkk. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
ISPA Pada Balita di Lembang Batu Sura. FKM Universitas Hasanuddin,
Makassar.
2. Hubungan Pemberian ASI eksklsif dengan kejadian ISPA pada Bayi.
Widarini N.P, Sumasari N.L PS.IKM Universitas Udayana, Puskesmas
Mengwi
3. Musfardi Rustam. Hubungan Pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian
ISPA pada Bayi Usia 6-12 bulan di Kabupaten Kampar Provinsi Riau.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Pasca Sarjana
Epidemiologi Peminatan Epidemiologi Komunitas Depok. Juni 2010
4. Survey Demografi Kesehatan Indonesia 2012
5. Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2013.2013
6. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Provinsi Jawa Barat
Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan RI Tahun 2007
7. Anita Prameswati. Hubungan Pemberian Asi dan Frekuensi Kejadian
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mayong I Kabupaten Jepara Tahun 2013.Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran
2013
8. Ilmu kesehatan Anak Nelson Volume 2 Edisi 15. Behrman ,Kliegman,
Arvin.Penerbit buku kedokteran EGC. 2000. Jakarta
9. Rasmanilah. Infeksi Saluran Pernafasan dan Penanggulangannya.
10. Lily Anggraeni. Hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada anak usia 6-
24 bulan di Kelurahan Kedung Cowek Surabaya. Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah Surabaya. 2012
11. Roziyanti. Perbandingan Kejadian ISPA Pada Anak yang Pernah
Mendapat ASI Eksklusif dan yang Tidak Pernah Mendapat ASI Eksklusif
di Puskesmas Pokelma Darussalam Banda Aceh. Fakultas Kedokteran
Universitas Syah Kuala Darussalam Banda Aceh Tahun 2014.
12. Story.L,Parish T. Breast Feeding Help Two Mayor Infants Illness. The
Internet Journal of Allied Health Science and Practice July 2008. Volume
6 Number 3.
13. Seema Mihshashi,etc.International breast feeding journal 2008.
Association between Infant feeding patterns and diarrhoea and respiratory
illness : a cohort study in Chittagong, Bangladesh. (doi : 10.1186/1746-
4358-3-28)
52
14. Satha.S. Infant Feeding patterns and risk of acute respiratory infections in
Baghdad-Iraq.(IJPH : 2012 :Volume 9, Number 3)
15. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007.2007
16. Permenkes RI NO 1464/ MENKES/ PER/ X/ 2010 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan
17. Hakim Ramla. Faktor-faktor yang behubungan dengan pemberian asi
eksklusif pada bayi 6-12 bulan di wilayah kerja puskesmas nabire
kabupaten nabire tahun 2012. Fakultas kesehatan masyarakat. Universitas
Indonesia. 2012
18. Sari Utami. Studi Deskriptif Pemetaan Faktor Risiko ISPA Pada Balita
Usia 0-5 Tahun yang tinggal di Rumah hunian akibat bencana lahar dingin
merapi di kecamatan Salam Kabupaten Magelang.
19. Susilorini. Tahnik dan Pemberian ASI Sebagai Metode Imunisasi dalam
Perspektif Biomolekuler. Bagian Patologi Anatomi, FK UNISSULA.
Semarang
20. Agusjaya, Komang. Aspek Imunologi Air Susu Ibu. Jurusan Gizi
Poltekkes Denpasar.( Jurnal Ilmu Gizi, Volume 2 Nomor 1, Februari 2011
: 37 - 48)
21. Omar Sazaly Aldy,dkk. Dampak Proteksi Air Susu Ibu Terhadap Infeksi.
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara. (Sari Pediatri 2009;11(3) : 167-73)
22. http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/air-susu-ibu-dan-kekebalan-
tubuh.html. 23 Agustus 2013. Diakses pada tanggal 22/09/2015
23. Roziyanti. Perbandingan Kejadian ISPA Pada Anak yang Pernah
Mendapat ASI Eksklusif dan yang Tidak Pernah Mendapat ASI Eksklusif
di Puskesmas Pokelma Darussalam Banda Aceh. Fakultas Kedokteran
Universitas Syah Kuala Darussalam Banda Aceh Tahun 2014.
24. Hasan Rusdawari, Nani. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
ISPA pada Balita di wilayah kerja UPTD Kesehatan Luwuk Timur
Kabupaten Banggal Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2012. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Depok Tahun 2012.
25. Maryani,R. Diana. Hubungan antara kondisi lingkungan rumah dan
kebiasaan merokok anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada Balita di
kelurahan Bandarharjo kota Semarang. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Fakultas Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. 2012
53
DAFTAR TILIK DATA SEKUNDER
BIODATA
A BIODATA ANAK
1 No Studi
Nama anak
Jenis Kelamin 1. Laki-laki
2. Perempuan
2 Tanggal Lahir ___/___/______
Tidak Sesuai
B BIODATA IBU
1 Nama
2 Alamat
55