PENDAHULUAN
Banyak manfaat yang sudah didapatkan dari tindakan minimal invasif pada
operasi ginekologi, termasuk rasa nyeri yang ringan, pemulihan yang lebih cepat dan
perbaikan dari segi kosmetik yang lebih baik. Tindakan laparotomi yang standar
yang fleksibel dan instrumen yang jelas. Seorang ahli bedah dapat menyelesaikan
gastrostomi, biopsi paru dengan torakoskopi dan usus buntu . Dalam operasi
Setidaknya dua studi terbaru menyimpulkan bahwa SPLS adalah cara yang
dapat diterima untuk mengobati banyak kondisi ginekologi jinak maupun ganas
menggunakan Yoon’s ring melalui insisi tunggal umbulikus. Selain itu pada tahun
1
1991 juga dilakukan
2
histerektomi dengan salfingo-ooforektomi bilateral menggunakan teknik insisi
tunggal. Namun, prosedur ini tidak lagi populer karena masalah teknis. Dan
sekarang ini inovasi teknologi terus dikembangakan dengan menggunakan teknik ini
sakrokolpopeksi.2
Selain itu, SPLS diharapkan dapat menawarkan hasil kosmetik yang lebih baik dan
karena jumlah trokar yang lebih sedikit untuk dimasukkan. Namun, SPLS memiliki
dan endoskop, platform kamera yang tidak stabil, dan mobilitas yang terbatas
akibat instrumen laparoskopi lurus karena instrumen bedah hanya bekerja melalui
satu port. Masalah teknis ini menyebabkan tingkat akurasi yang lebih rendah dan
Selain itu ada keterbatasan untuk penggunaan SLPS ini karena biaya yang tinggi
2,3
dan kurangnya keterampilan untuk melakukannya.
waktu operasi yang lama, dan kosmesis yang buruk menjadi kerugian dan
dengan estetika yang jauh lebih baik ini menawarkan kelebihan dibandingkan
4
tindakan laparoskopi konvensional.
BAB 2
Single-Port La paroscop y
2.1 Terminologi
menggunakan insisi tunggal pada fascia dengan trokar dan port tunggal atau
faktor utama dalam teknik ini adalah insisi tunggal dilakukan pada kulit tepat di
konsorsium multidisiplin ahli bedah bertemu di Klinik Cleveland pada bulan Juli
menyarankan agar semua prosedur diatas disatukan dalam satu akses. 1,4,5
2.2 Tipe Single-Port Laparoscopy
elastik yang dapat mengakomodasi tiga trokar dengan ukuran bervariasi antar 5
sampai 12 mm. Ada juga Single-Port Laparoscopy (TriPort) yang terdiri dari
lapisan plastik yang ditahan oleh cincin karet internal dan eksternal dan tiga lumen
insisi, membentuk pseudo-abdomen diatas cincin umbilikus. Ahli bedah yang lebih
nyaman dengan jarum veres tetap dapat melakukan prosedur ini. Instrumen lain
dengan insisi tunggal telah dilakukan lebih dari 30 tahun setelah inovasi yang
ginekologi lainnya masih jarang. Reich et al pertama kali melakukan Laparoscopic
Assisted Vaginal Hysterectomy (LAVH) pada tahun 1989 pada pasien yang tidak
dapat menjalani total vaginal histerektomi, dan secara sukses melakukan total
miomektomi, histerektomi total dan subtotal, pengambilan kelenjar getah bening, dan
laparoscopy dan didapatkan rerata lama operasi adalah sama pada kedua
2,7
konvensional dengan single-port laparoscopy secara prospektif pada saat ini.
BAB 3
S i n g l e-P o rt L ap a ro sc op y S ac ro c h o l po p
e xy
metode yang dapat dilakukan untuk memperbaiki prolapsus puncak vagina antara lain
karena tingginya tingkat morbiditas melalui perabdominal, banyak ahli bedah yang
dalam teknik laparoskopi sejak dilaporkan tahun 1994 dengan visualisasi yang
lebih baik pada pelvis bawah dapat meningkatkan keluaran fungsional. Namun,
2,7,8
mana yang lebih unggul menjadi sulit.
abdominal secara dominan dilakukan untuk kasus prolapsus puncak vagina. Untuk
wanita muda dan seksual aktif dengan prolapsus organ pelvis simptomatis,
lebih baik, dan dengan dipertahankannya panjang vagina dapat mengurangi efek
dyspareunia.2,7,8
Saat ini, penanganan pada prolapsus puncak vagina murni dilakukan dengan
relatif tergantung kepada pengalaman ahli bedah dan kompleksitas dari setiap
fibrosis pelvis. Selain itu yang paling penting juga usia pasien dan status seksual
biasa digunakan adalah lima : satu port kamera umbilikal, dua trokar di kiri, dan
dua trokar di kanan. Diatermi bipolar digunakan untuk diseksi, dan mesh juga
1,9
telah digunakan untuk prosedur ini.
uterosakral, di lateral, 2 cm dari ureter dan pada bagian peritoneum anterior dari
enterocele dengan cara melekatkannya pada bagian posterior dari apex vagina.
Tidak ada celah yang ditinggalkan diantara vagina dan ligamentum uterosakral.
Bagian anterior dari mesh (U mesh) kemudian difiksasi pada bagian anterior dari
1,9
dari sakrum dilakukan untuk mengkonfirmasi posisi coil yang tepat.
anatomis, tingkat kesuksesan yang lebih tinggi dan rendahnya angka kejadian
penyembuhan yang lama, waktu operasi yang lama, dan kosmesis yang buruk
perabdominal. Instrumen terbaru yang lebih fleksibel, peningkatan kualitas port, dan
minimal, dan morbiditas yang sedikit telah ditunjukkan pada suatu penelitian
yang lebih cepat, rasa tidak nyaman yang kurang, efikasi yang dapat dibandingkan,
dan luka operasi yang lebih memuaskan dari segi kosmetik. Ketidakunggulan dari
teknik ini lebih kepada lebih sulitnya operator untuk melakukannya khususnya
laparoscopy.1,9,,10,11
dalam hal teknis, seperti tiadanya triangulasi dan manipulasi jaringan, benturan
internal dan eksternal antara instrumen dan handle, dan visualisasi yang cenderung
ke medial.1
Pemilihan pasien dan persiapan untuk prosedur Single-Port Laparoscopy
3,12
diantaranya mencakup :
Pasien dengan kondisi medis yang baik, dengan postur tubuh yang
menggunakan single port ini. Pasien juga harus diberi penjelasan adanya
kemungkinan digunakannya
jenis alat sangat dibutuhkan bagi operator sebelum menggunakan alat yang
lain. Koordinasi tangan yang tidak tepat dan disorientasi terhadap posisi dan
instrumen harus dipegang dekat ke midline dan lebih ke arah kranial daripada
lebih adekuat. Untuk alasan ini, ahli bedah membutuhkan posisi yang lebih tinggi
1,11,13
dari torso dan thorax pasien, dan kedua lengan pasien harus dilipat.
periumbilikal selebar 1,8 cm (<2cm) dan diseksi diteruskan hingga fascia rectus.
Setelah fascia rectus dibuka secara midline, single port multichannel dimasukkan
secara perkutan melalui tenia coli. Jika terdapat uterus, diretraksi ke anterior
pada labia mayora di arah jam 3 dan jam 9. Mesh dimasukkan melewati vagina
dengan hati-hati untuk memastikan tidak ada perforasi yang terjadi, kemudian mesh
dijahit pada apex vagina. Kemudian batas peritoneum yang diinsisi diaproksimasi
menutupi mesh.11
Sacrocolpophexy.
Gambar 12. Penjahitan mesh pada cuff vagina
(2009) mendapatkan hasil yang tidak berbeda secara signifikan dilihat dari jumlah
kehilangan darah, lama operasi, lama rawat inap di rumah sakit dan rasa nyeri post
operatif, meskipun kesannya single port laparoscopy menunjukkan nilai yang sedikit
lebih unggul dari jumlah kehilangan darah dan rasa nyeri ditambahkan dengan segi
kosmetik yang cukup memuaskan bagi pasien. 11,13 Perbedaan ketiga tindakan itu
Komplikasi yang dapat terjadi paska SPLS cenderung lebih sedikit sehingga
komplikasi yang dapat terjadi paska tindakan single site laparoscopy pada kasus
14
komplikasi berupa kerusakan minor dari lapisan serosa. Namun, pada literatur
review Bove et al, pada tindakan single port laprosccopy sacrocolpophexy yang
dilakukan White et al, dari 10 paska prosedur yang dilakukan, didapati 2 orang