Anda di halaman 1dari 33

CRS

Diare akut disentri ec. Shigella dengan dehidrasi


ringan sedang + Down Syndrom + CHD +
Konjungtivitis + KEP Sedang

Disusun Oleh :
Rahmi Fathonah
12100111063

Preseptor:
dr. Hana S., Sp. A

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RSUD AL IHSAN BALEENDAH
2012
IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. D

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Tanggal Lahir : 18 Agustus 2012

• Umur : 4 bulan 2 hari

• Anak ke- : 10 dari 10 bersaudara

• Alamat : Muara Andir

• Tgl Masuk RS : 19 Desember 2012

• Tgl Pemeriksaan : 20 Desember 2012

IDENTITAS ORANG TUA PASIEN

KELUHAN UTAMA

Mencret

ANAMNESA

Sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit orang tua pasien mengeluh

pasien mengalami mencret sebanyak 20 kali sehari dengan banyak mecret


sebanyak 2 sendok setiap kali mencret. Awalnya mencret berwarna kehijauan dan

mengandung ampas, namun semakin lama konsistensi mencret hanya cairan saja,

tanpa disertai darah dan lendir.

Keluhan mencret disertai panas badan yang tidak terlalu tinggi yang

muncul bersamaan dengan keluhan mencret. Panas badan tidak sempat diukur

oleh orang tua pasien. Panas badan baru mulai menurun setelah diberi parasetamol

oleh ibu pasien. Keluhan mencret disertai muntah sebanyak 2 kali, isi muntahan

berupa susu yang diminum sebelumnya. Menurut ibu pasien, selama keluhan

mencret pasien tampak lebih rewel dan terlihat lemas, serta mata pasien terlihat

cekung namun air mata pasien masih ada ketika pasien menangis. Selama mencret

pasien terlihat masih mau minum dan tampak kehausan. Pasien mengalami

penurunan berat badan sebanyak 1.300 gram selama sakit (4,8 kg → 3,5 kg).

Menurut ibu pasien keluhan mencret tidak disertai batuk dan pilek.

Keluhan kejang dan penurunan kesadaran disangkal oleh ibu pasien. Buang air

kecil baik jumlah ataupun frekuensi tidak berkurang dari biasanya. Keluhan

ujung jari tangan dan kaki menjadi dingin disangkal oleh ibu pasien.

Sebelumnya pasien sudah pernah dirawat di RSUD Al Ihsan 1 minggu

yang lalu selama 3 hari dengan keluhan yang sama (mencret). Pada saat keluhan

mencret tersebut muncul daerah rumah pasien sedang mengalami banjir, dan saat

ini daerah rumah pasien kembali mengalami banjir. Menurut ibu pasien botol

susu rutin dicuci dan direbus setiap kali akan membuat susu. Orang tua pasien pun

selalu mencuci tangan sebelum membuat susu, dan susu formula dilarutkan

menggunakan air panas. Namun kakak pasien yang berusia 2 tahun sering
memainkan botol susu pasien hingga terjatuh ke lantai dan kemudian

memberikan botol tersebut kepada pasien. Untuk keperluan air minum dan masak

menggunakan air galon isi ulang yang dimasak kembali.

RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA

Sebelumnya pasien pernah dirawat selama 3 hari (9-11 Desember 2012) di

Rumah Sakit Al Ihsan dengan keluhan yang sama (mencret). Mencret pada waktu

pertama kali dirawat muncul sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit. Awalnya

BAB berupa cairan, mengandung ampas, berwarna kuning, tidak mengandung

lendir dan darah, namun semakin lama BAB hanya berupa cairan saja tidak

mengandung ampas. Frekuensi BAB > 20 kali sehari (2 sendok setiap BAB).

Keluhan mencret disertai dengan demam, batuk dan pilek. Selama dirawat

keluhan dari hari kehari semakin membaik dan selama perawatan pasien di

infus dan diberi berbagai macam obat. Saat pulang pasien diberi sporetik sirup,

mucopect drop, dan sanmol. Selama dirumah keluhan mencret, demam, batuk

dan pilek tidak kembali dialami oleh pasien. Keluhan mencret dan demam baru

kembali muncul 1 minggu kemudian (saat ini).

RIWAYAT KELUARAGA

• Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami gejala diare seperti

yang dialami pasien.

• Tidak ada anggota keluarga atau saudara orang tua pasien yang memiliki

riwayat penyakit down syndrom.


RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN

Pasien dilahirkan dari seorang ibu P10A0 dengan usia kehamilan cukup

bulan dan tidak ada riwayat ketuban pecah dini. Persalinan ditolong oleh paraji,

lahir spontan, bayi langsung menangis, berat badan lahir 3400 gram dan panjang

badan 50 cm. Selama hamil ibu beberapa kali kontrol ke bidan. Ibu pasien

menyangkal adanya penyakit darah tinggi, kencing manis, perdarahan, demam,

dan kejang selama hamil. Ibu menyangkal memelihara binatang peliharaan seperti

kucing di rumahnya. Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dan jamu-jamuan

selama hamil disangkal.

RIWAYAT MAKAN

• 0-4 bulan : Susu Formula 50 ml setiap 2 jam

* karena ASI tidak keluar dan puting masuk ke dalam

RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Pasien sudah dapat menggerakan kepala dari kiri atau kanan ke tengah,

mengoceh, tertawa, membalas senyuman, melihat dan menatap wajah orang

didepannya.

RIWAYAT IMUNISASI

Pasien belum pernah mendapatkan imunisasi, karena orang tua menolak

untuk memberikan imunisasi kepada anaknya.


SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

Keluarga pasien berasal dari keluarga menengah ke bawah. Ayah pasien

bekerja sebagai wiraswasta dan ibu sebagai Pedagang. Pasien tinggal di satu

rumah bersama 12 anggota keluarga, yaitu ayah, ibu, 9 kakak pasien dan pasien.

Saat ini daerah rumah pasien sedang mengalami banjir. Namun pasien berserta

keluarganya tetap bertahan tinggal di rumah tersebut.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit sedang, lemah, rewel

Kesadaran : Compos mentis

Tanda-tanda Vital

• Nadi : 120x/menit, regular, equal, isi cukup

• Tekanan Darah : sulit dinilai

• Respirasi : 32x/menit

• Suhu : 37.3°C

ANTROPOMETRI

• Umur : 3 bulan

• BB : 4,2 kg

• TB : 56,5 cm

• Lingkar kepala : 36 cm

• BMI : 13,166

• BB/U : < -3 SD (severely underweight)


• TB/U : <- 3 SD (severely stunted)

• LK/U : < - 3 SD (microchepal)

• BB/TB : -3 s/s <-2 SD (wasted)

• BMI/U : -3 SD (severely wasted)

• Satus Gizi : KEP Sedang

BB/U : < -3 SD (severely underweight)

TB/U : <- 3 SD (severely stunted)


LK/U : < - 3 SD (microchepal)

BB/TB : -3 s/s <-2 SD (wasted)

BMI/U : -3 SD (severely wasted)


• Kulit :Tugor kulit kembali lambat

• KGB : Pembesaran KGB (-)

• Otot : Hipotonus

• Tulang : Simetris, deformitas (-)

• Sendi : Bengkak (-), nyeri (-), panas (-), kemerahan (-)

KEPALA

• Kepala : kecil, rambut hitam tidak mudah dicabut

• Bentuk : wajah mongoloid

• Ubun-ubun : cekung, fontanel anterior terbuka 1x3 cm

• Mata : cekung, air mata (+), jarak antar 2 mata jauh, mata sipit,

kemerahan dan bengkak pada kelopak mata kanan ,

kotoran mata (+)

• Hidung : hidung datar, PCH (-), sekret (-)

• Telinga: letak normal, telinga kecil

• Mulut : mukosa bibir kering, mulut kecil, lidah menonjol keluar

(macroglossia).

• Faring : tidak tampak hiperemis

• Tonsil : T1-T1 tenang

• Gigi : belum erupsi

LEHER

Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB (-)
THORAX

• Pulmo :

• Inspeksi : bentuk dan pergerakan simetris,

• Palpasi : pergerakan simetris,

• Perkusi : sulit dinilai

• Auskultasi : VBS kiri=kanan, wheezing -/-, ronki -/-

• Cor :

• Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

• Palpasi : ictus cordis tidak taraba

• Perkusi : sulit dinilai

• Auskultasi : S1-S2 murni reguler,

murmur grade III

ABDOMEN

• Inspeksi : datar

• Palpasi : Lembut , turgor kembali lambat

• Hepar : Tidak teraba pembesaran

• Lien : Tidak teraba pembesaran

• Perkusi : tympanic,

• Auskultasi : BU (+) normal

INGUINAL : tidak ada KGB yang membesar

GENITALIA : bentuk dan ukuran normal


ANUS : perianal rash (-), diaper rash (-)

EXTREMITAS : akral hangat, CRT < 2 detik , simian crease (+) jarak di

antara ibu jari kaki dan jari kaki kedua agak jauh terpisah

NEUROLOGI

• Refleks fisiologis

– Bisep +/+

– Trisep +/+

– Patella +/+

– Achiles +/+

• Refleks Primitif

– Palmar graps +/+

– Plantar graps +/+

– Babinski +/+

RESUME

ANAMNESA

Bayi laki-laki usia 4 bulan mengalami mencret sejak 1 hari sebelum masuk

RS sebanyak 20 kali sehari dengan banyak mecret sebanyak 2 sendok setiap kali

mencret. Awalnya mencret berwarna kehijauan dan mengandung ampas, namun

semakin lama konsistensi mencret hanya cairan saja, tanpa disertai darah dan

lendir. Keluhan disertai panas badan dan muntah sebanyak 2 kali, isi muntahan
berupa susu yang diminum sebelumnya. Sebelumnya pasien pernah dirawat 1

minggu sebelum masuk RS dengan keluhan mencret dan dirawat selama 3 hari.

Pemeriksaan Fisik

• Keadaan Umum : Sakit sedang, lemah, rewel

• Kesadaran : Compos mentis

• Status gizi : KEP Sedang

• Kulit :Tugor kulit kembali lambat

• Otot : Hipotonus

• Kepala

– Kepala : kecil

– Bentuk : wajah mongoloid

– Ubun-ubun : cekung

– Mata : cekung, air mata (+), jarak antar 2 mata jauh,

mata sipit, kemerahan dan bengkak pada kelopak

mata kanan , kotoran mata (+)

– Hidung : hidung datar,

– Mulut : mukosa bibir kering, mulut kecil, lidah

menonjol keluar (macroglossia).

• Cor : Auskultasi → murmur grade III

• Abdomen : Palpasi → turgor kembali lambat

• Extremitas : simian crease (+), jarak di antara ibu jari

kaki dan jari kaki kedua agak jauh

terpisah ,
HASIL FOLLOW UP ANAMNESA, PEMERIKSAAN FISIK DAN

PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS BANDING

1. Diare akut disentri ec. Shigella dengan dehidrasi ringan sedang + Down

Syndrom + CHD + Konjungtivitis + KEP Sedang


2. Diare akut disentri ec. Campylobacter jejuni dengan dehidrasi ringan

sedang + Down Syndrom + CHD + Konjungtivitis + KEP Sedang


3. Diare akut disentri ec. Salmonella sp dengan dehidrasi ringan sedang +

Down Syndrom + CHD + Konjungtivitis + KEP Sedang

USULAN PEMERIKSAAN

• Darah rutin ( Hb, Ht< Eritrosit, Leukosit, Trombosit)

• Elektrolit ( Natrium, Kalium)

• Feces

– Makroskopis : warna, konsistensi, lendir, darah

– Mikriskopis : leukosit, eritrosit, bakteri, amuba, telur cacing, sel

epitel, lemak

– Kultur feces

– Pemeriksaan kromosom

– Thorax Foto

– Echocardiography

DIAGNOSIS KERJA

Diare akut disentri ec. Shigella dengan dehidrasi ringan sedang + Down Syndrom

+ CHD + Konjungtivitis + KEP Sedang

PENATALAKSANAAN
Umum

• Tirah baring

• Pemberian susu formula tetap dilanjutkan

• Diet :

KEP Sedang → energi tambahan 20-50%

20%-50% (Holiday segar) = 20%-50% (BB x 100 kkal/hari)

= 20%-50% (4,2 x 100 kkal/hari)

= 20%-50% (420 kkal/hari)

= 504 – 630 kkal/hari

Khusus

• Rehidrasi menggunakan oralit baru → BB x (D+M+C)

• D (dehidrasi) → ringan 50 cc, sedang 80 cc

• M (mantenance ) → neonatus 120-140 cc

• C (Concimette Loss) → muntah + BAB = 30 cc

→ 4,2 {(50-80) + (120-140) + 30) = 840 cc – 1050 cc IV

= 12 gtt – 15 gtt per menit

• Zinc 1x10 mg selama 10-14 hari meskipun anak sudah sembuh

• Peobiotik sachet 2x sehari selama 5 hari

• Antibiotik selektif

Kotrimoksazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 5 hari

Pada pasien = 4,2 x 50 mg = 210 mg/hari

• Antiemetik (jika muntah)


Domperidone 0,2-0,4 mg/kgBB/hari.

Pada pasien = 4,2 x (0,2-0,4 mg) = 0,82-1,68 mg/hari

• Antibiotik broad spektum secara topikal, yaitu kloramfenikol 1%,

gentamisisn 0,3 % dan tets mata framisetin

→ Konsul dokter spesialis mata

PENATALAKSANAAN YANG DIBERIKAN SELAMA DIRAWAT

PENCEGAHAN

– Menjaga kebersihan diri dan lingkungan

– Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan

dan setelah buang air

– Mengolah makanan dengan bersih dan dimasak dengan baik


– Alat makan dan minum direbus terlebih dahulu sebelum

digunakan.

– Mengunakan air minum yang bersih dari sumber air

– Pembuangan tinja yang aman

– Imunisasi Rotavirus dan Campak

PENYULUHAN

• Beritahu ibu, zinc harus diberikan sampai 2 minggu, walaupun anak sudah

sembuh

• Apabila terjadi mencret kembali, segera bawa anak ke petugas kesehatan

apabila :

– BAB cair menjadi lebih sering

– Muntah berulang

– Mengalami rasa haus yang nyata

– Makan/minum sedikit

– Demam

– Tinja/BAB berdarah

– Keadaan tidak membaik dalam waktu 3 hari

PROGNOSIS

• Quo Ad Vitam : ad bonam

• Quo Ad Functionam : ad bonam

• Quo Ad Sanasionam: dubia


PEMBAHASAN

Mengapa pasien di diagnosa diare akut disentri?

• DIARE : BAB tidak normal dengan perubahan konsistensi & frekuensi >

3 kali/24 jam, disertai atau tanpa darah/lendir.

• Diare akut: < 14 hari

Pada anamnesa pasien didapatkan keluhan berupa mencret > 20x/hari

dengan konsistensi BAB lebih cair mengandung ampas sampai BAB mencair cair,

tanpa mengandung lendir dan darah. Keluhan diare dialami oleh pasien < 14 hari.

Pada anamnesa pasien mengalami BAB tanpa darah dan lendir, namun

untuk lebih memastikan diperlukan pemeriksaan feses. Hasil pemeriksaan feses

menunjukan:

• Makroskopis :

Hijau, Lembek, Pus (-), Darah (-), Lendir (-)

• Mikroskopis :

Leukosit 3-4 (N), Eritrosit 2-3 (↑), Lemak (+), Sel epitel (+), Amilum (-),

Amoeba (-), Bakteri (+), Telur cacing (-), Kista amoeba (-), Sel ragi (-)

Hasil pemeriksaan feses menunjukan secara mikroskopis pada feses pasien

terdapat eritrosit (darah), maka pasien mengalami disentri. DISENTRI adalah

diare yang disertai dengan darah dalam tinja.

Apa penyebab diare akut disentri pada pasien?

Etiologi diare

• Infeksi : virus, bakteri, parasit


• Malabsorpsi : karbohidrat, lemak, asam amino,

• Alergi : susu, makanan

• Keracunan makanan

• Immunodefisiensi

Hasil pemeriksaan feses menunjukan secara mikroskopis pada feses pasien

terdapat bakteri. Hal tersebut memperkuat kemungkinan penyebab diare akut

disentri pada pasien adalah Shigella sp.

Bagaimana mekanisme terjadinya diare pada pasien ?

1. Diare Sekretorik

Diare sekretorik adalah diare yang diakibatkan aktifnya enzim adenil

siklase.

2. Diare Invasif

Diare invasif adalah diare yang terjadi akibat invasi mikroorganisme ke

dalam usus sehingga menimbulkan kerusakan pada mukosa usus

3. Diare Osmotik

Diare osmotik adalah diare yang terjadi karena tingginya tekanan osmotik

di lumen usus sehingga menarik cairan dari intraseluler ke dalam lumen, sehingga

menimbulkan watery diarrhea


Pada kasus, penyebab diare pada pasien adalah bakteri Shigella.

Shigella akan masuk melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi

Bakteri melewati barier asam lambung,

Bakteri masuk kedalam usus halus dan berkembang biak sambil mengeluarkan

enterotoksin

Enterotoksin ini akan merangsang enzim adenil siklase merubah ATP menjadi

cAMP

Akumulasi cAMP intrasel akan menyebabkan sekresi aktif air, ion Cl, Na, K dan

HCO3- ke dalam lumen usus

sehingga terjadi diare sekretorik

Peristaltik usus menyebabkan bakteri sampai di colon

Bakteri ini akan melakukan invasi, membentuk mikro-mikro ulkus

menimbulkan gejala tinja yang berlendir dan berdarah.


Derajat Dehidrasi pada Pasien?

Mengapa pasien mengalami diare ?

Faktor resiko :

• usia muda,

• malnutrisi,

• perjalanan ke daerah endemik,

• kekurangan ASI,

• sanitasi jelek,

• makan makanan atau air yang terkontaminasi

• tingkat pendidikan ibu

• imunodefisiensi,

• usia muda,
– 70-80 % usia dibawah 5 tahun. Dan usia pasien saat ini 4 bulan.

• malnutrisi,

• kekurangan ASI,

– penurunan angka kejadian diare erat kaitannya dengan pemberian

ASI, yang sebagian disebabkan oleh kurangnya pencemaran

minum anak dan sebagian lagi oleh karena faktor pencegahan

imunologik daripada ASI.

– Pasien sejak lahir tidak mendapatkan ASI dan hanya minum susu

formula.

• sanitasi jelek, makan makanan atau air yang terkontaminasi

– Lingkungan rumah pasien yang sedang mengalami banjir manjadi

salah satu faktor resiko utama yang dapat menimbulkan diare bagi

pasien.

– imunodefisiensi,

– Pasien adalah penderita down syndrom. Penderita sindrom Down

mempunyai risiko 12 kali lebih tinggi dibandingkan orang normal

untuk mendapat infeksi karena mereka mempunyai respons sistem

imun yang rendah.

Terapi diare akut disentri dengan dehidrasi ringan sedang pada pasien?

• Rencana Terapi B
– Pemberian oralit diberikan dalam 3 jam pertama : oralit yang

diberikan dengan mengalikan berat badan penderita (kg) dengan

75ml.

– Bila berat badan anak tidak mengetahui dan atau untuk

memudahkan di lapangan, berikan oralit “paling sedikit” sesuai

tabel :

• Zink selama 10-14 hari meski anak sudah sembuh dari diare. Berfungsi

dalam sistem imunologis dan integritas mukosa usus. Dosis usia < 6 bulan

diberikan 10 mg/hari, sedangkan usis > 6 bulan diberikan 20 mg/hari.

• Probiotik berfungsi untuk memperpendek diare, contoh Lactobacillus

GG, Lactobacillus Acidophillus, Bifidobacterium Bifidum Dan

Enterococcus Faecium. Lactobacillus GG diberikan 2x sehari selama 5

hari.

• Antibiotik selektif
Mengapa pasien di diagnosa down sindrom ?

Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan

fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan

kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3, yang dapat dikenal dengan melihat

manifestasi klinis yang cukup khas (fisik)

Manifestasi klinis khas (Fisik) :

• Microchephaly

• Wajah Mongoloid

• Hidung datar

• Jarak diantara 2 mata jauh

• Ukuran mulut kecil

• Ukuran lidah besar menyebabkan lidah selalu terjulur (macroglossia)

• Ukuran mulut adalah kecil


• Telinga lebih rendah

• Lehernya agak pendek

• Gangguan penglihatan

• Gangguan mengunyah, menelan dan bicara

• Hypogenitalism

• Kulit kering dan tipis

• Tangan yang pendek

• Jarak antara jari pertama dan kedua baik pada tangan maupun kaki

melebar.

• Otot lemah (hipotonus)

Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien, terdapat beberapa

tanda fisik khas yang dapat ditemukan pada pasien down sindrom, diantaranya

adalah microchephaly, wajah mongoloid, hidung datar, jarak diantara 2 mata jauh,

ukuran mulut kecil , ukuran lidah besar menyebabkan lidah selalu terjulur

(macroglossia), ukuran mulut adalah kecil, jarak antara jari pertama dan kedua

baik pada tangan maupun kaki melebar, dan otot lemah (hipotonus).
Mengapa pasien menderita down sindrom?

Faktor resiko :

• Penyebab yang spesifik belum diketahui

• Usia ibu saat hamil diatas 35 tahun

• Anggota keluarga yang terdekat yang pernah mendapat kondisi yang sama

Pada kasus, usia ibu saat mengandung pasien adalah 42 tahun. Namun

tidak ada anggota keluarga terdekat yang mendapat kondisi yang sama seperti

pasien. Selama kehamilan ibu hanya beberapa kali kontrol ke bidan, dan tidak

pernah kontrol ke dokter kandungan. Hal tersebut dapat menjadi alasan mengapa

down sindrom pada pasien tdk dapat terdeteksi dari saat masih di dalam

kandungan.

Screening Down Syndrom

• Amniocentesis dilakukan dengan mengambil sampel air ketuban yang

kemudiannya diuji untuk menganalisa kromosom janin. Dilakukan

diantara minggu ke 14-18 kehamilan.

• Chorionic villus sampling (CVS) dilakukan dengan mengambil sampel sel

dari plasenta. Dilakukan diantara minggu ke 9-14 kehamilan.

• Percutaneous umbilical blood sampling (PUBS) adalah tehnik di mana

darah dari umbilikus diambil dan diuji untuk melihat kromosom janin.

Tehnik dilakukan pada kehamilan diatas 18 minggu.


Mengapa pemeriksaan jantung pasien di temukan murmur ?

Ditemukannya murmur pada pasien menandakan adanya kelainan

jantung pada pasien. Mengingat usia pasien 4 bulan dan pasien mengalami down

sindrom, maka kelainan jantung yang dialami oleh pasien merupakan kelainan

organ kongenital yang disebabkan oleh kelainan kromosom pada penderita down

sindrom.

Penyakit jantung kongenital sering ditemukan pada 40-50% penderita sindrom

down :

– Atrioventricular Septal Defects (43%)

asimtomatik pada dekade pertama kehidupan, dan masalah akan

mula timbul pada dekade kedua dan ketiga kehidupan.

– Ventricular Septal Defect (32%)

– Secundum Atrial Septal Defect (10%)

– Tetralogy of Fallot (6%)

– Patent Ductus Arteriosus (4%).

Untuk memastikan kelainan kongenital jantung yang dialami oleh pasien

maka perlu dilakukan pemerikaan rontgen thorax dan echocardiograpgy.

Terapi apa yang harus diberikan untuk anak dengan down syndrome?

• Terapi

– Setelah bayi lahir :

• Stimulasi dan fisioterapi à perkembangan fisik & mental

optimal
• Perlindungan terhadap penyakit infeksi

• Mencegah & memperbaiki deformitas

Mengapa mata kemerahan, kelopak mata kemerahan dan bengkak, dan

banyak kotoran mata?

• Pasien mengalami konjungtivitis yaitu inflamasi pada konjungtiva yang

menyebabkan hiperemis mata dan keluarnya sekret purulent.

Tanda konjungtivitis:

• Sensasi benda asing di mata

• Rasa gatal di mata

• Rasa penuh dimata

• Keluarnya eksudat berlebih

• Hiperemis konjungtiva

• Edema palpebra

• Hiperemis palpebra

• Kelopak mata seperti lengket (sulit dibuka)

Penyebab konjungtivitis ?

• Bakteri : S.aureus, S.pneumonia, H. Influenza, N.meningitidis, N.gonore,

chlamydia trachomatis

• Virus : adenivirus, herpes simpleks

• Parasit

• Fungi
• Protozoa

• Alergi

• Trauma

Terapi konjungtivitis

• Antibitik broad spektrum secara topikal, yaitu kloramfenikol 1%,

gentamisisn 0,3% dan tetes mata framisetin.

Prognosis konjungtivitis

• Akan sembuh dalam 1-3 hari bila diobati dan 10-14 hari bila tidak diobati

Interpretasi Status Gizi


Pada pasien An. D dengan berat

badan 4,2 kg didapatkan baku median

BB/U sebesar (4,2/7) atau 60% .

Dapat dikatakan baku median BB/U

pada An. D adalah 60%-70%

menurut grafik WHO-NCHS. Hasil

tersebut menunjukkan pasien

mengalami KEP Sedang.

Pada perhitungan BMI, pasien An. D

memiliki BMI sebesar 13,2. Baku

median untuk BMI pasien An. D

sebesar (13,2/17,2) atau sebesar 76,7

%. Dapat dikatakan baku median

BMI pada An. D adalah 70% - 80%

menurut grafik WHO-NCHS. Hasil

tersebut menunjukkan pasien

mengalami KEP Sedang.

Bagaimana tatalaksana KEP Sedang?

Rawat Jalan :

• Diberikan nasehat pemberian makanan dengan tambahan energi 20–50%

dan vitamin
• Teruskan ASI bila anak <2 tahun

• Pantau kenaikan berat badannya setiap 2 minggu dan obati penyakit

penyerta

Anda mungkin juga menyukai