Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ISPA

PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG EMPAT


KEC. SIMPANG EMPAT KAB. KARO TAHUN 2017

Hendrik Edison Siahaineinia1


1
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI
edisonhendriek@yahoo.co.id

ABSTRAK

Kematian bayi umumnya disebabkan oleh penyakit infeksi dan salah satu faktor penting adalah
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun
2013, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,0% dimana prevalensi tertinggi terjadi pada balita
(25,8%). Jumlah kasus penderita ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Empat tahun 2016
mencapai 143 balita. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian ISPA pada balita. Penelitian ini merupakan obsevasional analitik dengan menggunakan
desain Cross Sectional. Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 90 responden yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi yang diperoleh dengan metode Purposive Sampling dan diuji dengan
menggunakan uji Chi square. Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara pengetahuan ibu (p=0,000), status ekonomi (p=0,001), ventilasi (p=0,000) dengan kejadian
ISPA. Disarankan kepada petugas kesehatan agar dilakukannya penyuluhan mengenai pengetahuan
terhadap ibu balita tentang bagaimana cara mencegah terjadinya ISPA dan penanganan segera kepada
balita yang terkena ISPA untuk mencegah kematian atau dampak yang lebih serius.

Kata kunci : ISPA, balita, pengetahuan ibu, status ekonomi, dan ventilasi

LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Insidens ISPA menurut kelompok umur balita
adalah saluran pernapasan akut yang diperkirakan (0,05%) di negara maju dan
merupakan penyebab utama morbiditas dan (0,29%) di negara berkembang, untuk negara
mortalitas di dunia yang dapat menimbulkan maju kasus terbanyak terjadi di Amerika
berbagai penyakit tanpa gejala, infeksi ringan dengan insiden (0,10%) dan untuk negara
sampai penyakit yang parah dan mematikan. berkembang kasus terbanyak terjadi di Asia
Hampir empat juta orang meninggal akibat Selatan (0,36%) dan Afrika (0,33%).
ISPA setiap tahun. Kejadian ISPA pada bayi, Pelaksanaan Upaya pemeliharaan
anak dan orang lanjut usia tergolong tinggi kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan
terutama di negara-negara yang pendapatan generasi akan datang yang sehat, cerdas,
rendah dan menengah. ISPA juga merupakan berkualitas, serta untuk menurunkan angka
salah satu penyakit yang banyak pada rawat kematian anak. Angka kematian bayi dan anak
inap di sarana pelayanan kesehatan terutama mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan
pada bagian perawatan anak (WHO, 2017). dari suatu negara serta kualitas hidup dari
Berdasarkan data World Health masyarakatnya. Program kesehatan juga
Organization (WHO) tahun 2012 menyatakan difokuskan untuk menurunkan angka kematian
bahwa kasus ISPA (2,6%) terjadi di negara bayi dan ibu, sehingga menjadikannya sebagai
maju, (97,4%) terjadi di negara berkembang. salah satu tujuan dari Sustainable Development

1
Goals (SDGs). Angka Kematian Bayi (AKB) ISPA 5,125 kali besar dibandingkan dengan
pada tahun 2015 adalah 22,2 per 1.000 rumah dengan ventilasi yang memenuhi syarat
kelahiran hidup. Salah satu penyebab terbesar (Wahyuti dan Afandi, 2015).
kematian anak bawah lima tahun adalah Infeksi Berdasarkan data dari Profil Kesehatan
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) (Kemenkes Indonesia tahun 2010, ISPA termasuk salah
RI, 2016). satu dari 10 penyakit terbanyak pada balita
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut rawat jalan di rumah sakit. Daftar Tabulasi
(ISPA) merupakan salah satu masalah Dasar (DTD) menunjukkan bahwa ada 291.356
kesehatan utama di Indonesia. Kematian akibat kasus ISPA balita, pada laki- laki berjumlah
pneumonia yang sebagai penyebab utama ISPA 147.410 kasus dan perempuan 143.946 kasus.
di Indonesia mencapai lima kasus di antara Untuk pasien rawat inap laki-laki berjumlah
1.000 bayi/balita meninggal tiap tahun dan 9.737 kasus dan perempuan 8.181 kasus, yang
12.500 korban per bulan atau 416 kasus sehari meninggal ada 589 balita dengan presentase
atau 17 anak per jam atau seorang bayi tiap 3,29% dan pada kunjungan rawat jalan
lima menit. Oleh karena itu Direktural Jenderal sebanyak 433.354 kasus (Kemenkes RI, 2015).
Pemberantasan Penyakit Menular dan Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia
Penyehatan Lingkungan (P2 ISPA) lebih tahun 2015, CFR pneumonia pada bayi di
memfokuskan pada upaya penanggulangan Provinsi Sumatera Utara adalah (0,05%). Data
penyakit ISPA pada anak. profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2014,
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menunjukkan bahwa cakupan penemuan kasus
adalah proses infeksi akut berlangsung selama pneumonia pada anak bawah lima tahun masih
14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme relatif rendah walaupun mengalami peningkatan
yang menyerang salah satu bagian saluran dari tahun 2013. Cakupan penemuan kasus
napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga pneumonia pada balita tahun 2014 mencapai
alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan (16,8%), sedangkan tahun 2013 cakupan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga penemuan kasus pneumonia hanya (15,4%)
tengah dan pleura (Maryunani, 2010). (Dinkes Sumut, 2015). Jumlah kasus penderita
Pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang
adalah modal utama terbentuknya kebiasaan Empat tahun 2016 mencapai 143 balita. Jumlah
yang baik untuk kesehatan anak. Pengetahuan ini meningkat dibandingkan dengan tahun 2015
atau kognitif merupakan domain penting untuk yaitu sebanyak 137 kasus pada balita.
terbentuknya tindakan seseorang (overt Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga
behavior), ibu yang memiliki pengetahuan yang perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-
baik tentang ISPA akan membawa dampak faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA
positif bagi kesehatan anak karena resiko pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
kejadian ISPA pada anak dapat dieliminasi Simpang Empat Kec. Simpang Empat Kab.
seminimal mungkin (Notoatmodjo, 2010) Karo Tahun 2017.
Aktifitas balita lebih sering dilakukan di
dalam rumah seperti bermain bersama anggota
keluarga, sedangkan lingkungan dalam rumah METODE PENELITIAN
dapat menyebabkan ISPA pada balita Jenis penelitian yang digunakan adalah
(Lindawati disitasi oleh Fillacano, 2012).Salah observasional dengan pendekatan cross
satu faktor lingkungan fisik rumah yang dapat sectional study yaitu suatu survei analitik yang
menyebabkan ISPA yaitu keberadaan ventilasi mencakup hubungan antara faktor risiko
rumah. Berdasarkan Peraturan Mentri (paparan). Jenis penelitian ini digunakan untuk
Kesehatan No. 1077/MENKES/PER/V/2011, mengetahui faktor–faktor yang berhubungan
setiap rumah wajib memiliki ventilasi minimal dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah
10 % dari luas rumah. Ventilasi pada rumah kerja Puskesmas Simpang Empat Kecamatan
yang tidak memenuhi syarat berisiko terserang Simpang Empat Kabupaten Karo. Penelitian ini

2
dilaksanakan mulai Bulan April-Juli 2017. Kabupaten Karo adalah data penderita ISPA
populasi dalam penelitian ini adalah semua pada balita. Analisis univariat digunakan untuk
balita yang ada di wilayah kerja Puskesmas memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau
Simpang Empat sebanyak 143 balita dan besarnya proporsi berdasarkan variabel yang
sampel sebanyak 90 penderita ISPA di Wilayah diteliti. Analisis bivariat digunakan untuk
Kerja Puskesmas Simpang Empat yang mengetahui hubungan antara variabel
memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. independen (bebas) dengan variabel dependen
Teknik pengambilan sampel dilakukan (terikat). Analisis ini dilakukan dengan
secara non random (non probability) melalui menggunakan uji Chi-square pada tingkat
teknik Purposive Sampling. Data primer kepercayaan 95% (⍺=0,05), sehingga apabila
diperoleh dikumpulkan melalui wawancara ditemukan hasil analisis statistik p< 0,05 maka
secara langsung dengan ibu balita dengan variabel tersebut dinyatakan berhubungan
berkunjung ke rumah masing-masing responden secara signifikan.
dan data sekunder diperoleh dari Puskesmas
Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat

HASIL (31,1%), diantaranya yang menderita ISPA


Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 11 orang (12,2%) dan 17 orang
dari 90 responden yang diteliti, sebanyak 62 (18,9%) yang tidak menderita ISPA. Dari
orang (68,9%) responden yang memiliki hasil analisis bivariat diperoleh nilai p<0,05
pengetahuan rendah terdapat 48 orang artinya ada hubungan antara pengetahuan
(53,3%) yang menderita ISPA dan 14 orang dengan kejadian ISPA pada Balita di
(15,6%) yang tidak menderita ISPA Puskesmas Simpang Empat Kec. Simpang
sedangkan responden yang memiliki Empat Kabupaten Karo tahun 2017. Hasil
pengetahuan tinggi sebanyak 28 orang analisis dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini :

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di Wilayah Kerja


Puskesmas Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo Tahun 2017
No Pengetahuan Diagnosa Dokter TOTAL P
ISPA Tidak ISPA
n % n % n %
1 Tinggi 11 12,2 17 18,9 28 31,1 0,000
2 Rendah 48 53,3 14 15,6 62 68,9
TOTAL 59 65,6 31 34,4 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang (6,7%) dan 12 orang (13,3%) yang tidak
dari 90 responden yang diteliti diperoleh menderita ISPA. Dari hasil analisis bivariat
sebanyak 72 orang (80,0%) responden yang diperoleh nilai p<0,05 artinya ada hubungan
memiliki status ekonomi rendah terdapat 53 antara status ekonomi dengan kejadian ISPA
orang (58,9%) yang menderita ISPA dan 19 pada Balita di Puskesmas Simpang Empat Kec.
orang (21,1%) yang tidak menderita ISPA Simpang Empat Kabupaten Karo tahun 2017.
sedangkan responden yang memiliki status Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 2. berikut
ekonomi tinggi sebanyak 18 orang (20,0%) di ini :
antaranya yang menderita ISPA sebanyak 6

3
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Empat Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo Tahun 2017

No Status Ekonomi Diagnosa Dokter TOTAL P


ISPA Tidak ISPA
n % n % n %
1 Tinggi 6 6,7 12 13,3 18 80 0,001
2 Rendah 53 58,9 19 21,1 72 20
TOTAL 59 65,6 31 34,4 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (17,8%) dan 28 orang (31,1%) yang tidak
dari 90 responden yang diteliti diperoleh menderita. Dari hasil analisis bivariat diperoleh
sebanyak 46 responden (51,1%) yang memiliki nilai p<0,05 artinya ada hubungan antara
ventilasi yang tidak memadai terdapat 43 orang keberadaan ventilasi dengan kejadian ISPA
(47,8%) yang menderita ISPA dan 3 orang pada Balita di Puskesmas Simpang Empat Kec.
(3,3%) yang tidak menderita ISPA sedangkan Simpang Empat Kabupaten Karo tahun 2017.
responden yang memiliki ventilasi memadai Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 3. berikut
sebanyak 44 responden (48,9%) di antaranya ini :
yang menderita ISPA sebanyak 16 orang

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Ventilasi di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang


Empat Kecamatan Simpang Empat Kab. Karo Tahun 2017
No Ventilasi Diagnosa Dokter TOTAL P

ISPA Tidak ISPA


n % N % N %
1 Memadai 16 17,8 28 31,1 44 48,9 0,000
2 Tidak Memadai 43 47,8 3 3,3 46 51,1
TOTAL 59 65,6 31 34,4 90 100

PEMBAHASAN
Kejadian ISPA lebih banyak terjadi (18,9%) yang tidak menderita ISPA. Dari hasil
pada bayi dari ibu dengan tingkat pengetahuan analisis bivariat diperoleh nilai p<0,05 artinya
rendah sebanyak 62 orang (68,9%) responden ada hubungan antara pengetahuan dengan
yang memiliki pengetahuan rendah terdapat 48 kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas
orang (53,3%) yang menderita ISPA dan 14 Simpang Empat Kec. Simpang Empat
orang (15,6%) yang tidak menderita ISPA Kabupaten Karo tahun 2017.
sedangkan responden yang memiliki Pengetahuan responden yang masuk
pengetahuan tinggi sebanyak 28 orang dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi
(31,1%), diantaranya yang menderita ISPA seperti dari petugas kesehatan yang
sebanyak 11 orang (12,2%) dan 17 orang memberikan penyuluhan saat dilakukan

4
kegiatan posyandu balita. Informasi mengenai (23,4%). Hasil uji statistik dengan
bagaimana tindakan orangtua saat dirumah menggunakan metode penggabungan sel uji
untuk mengatasi ISPA. Tingkat pengetahuan statistik Chisquare diperoleh nilai P-Value =
ibu juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan 0,002 (p < α) yang berarti Ho ditolak dan Ha
dan kemampuan daya ingat dalam menjawab diterima. Disimpulkan bahwa ditemukan
kuesioner yang diajukan (Wawan, 2010). adanya hubungan antara status ekonomi
Pendidikan adalah upaya untuk keluarga dengan kejadian ISPA pada bayi di
memberikan pengetahuan sehingga terjadi wilayah kerja Puskesmas Candilama Kota
perubahan perilaku positif yang meningkat. Semarang tahun 2016. Sejalan juga dengan
Orang yang memiliki pendidikan yang baik penelitian yang dilakukan oleh Yudistira di
memiliki kemampuan untuk menyerap dan Desa Lembah Subur Kecamatan Ladongi
memahami pengetahuan yang diterimanya, Kabupaten Kolaka, menjelaskan bahwa dengan
sehingga semakin baik pendidikan seseorang, status ekonomi yang rendah juga dapat
maka semakin mudah ia untuk menyerap dan mempengaruhi kejadian ISPA karena kendala
memahami pengetahuan yang ia terima. biaya sehingga meningkatkan kejadian ISPA.
Pendidikan sangat berpengaruh terhadap Keadaan status ekonomi yang rendah pada
pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan umumnya berkaitan erat dengan berbagai
responden, diharapkan wawasan yang masalah kesehatan yang di hadapi, hal ini
dimilikinya akan semakin luas sehingga disebabkan karena ketidakmampuan dan
pengetahua npun juga akan meningkat, ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai
sebaliknya rendahnya pendidikan responden masalah tersebut terutama dalam kesehatan.
akan mempersempit wawasan sehingga akan Menurut Gunawan (2015) menjelaskan
menurunkan pengetahuan (Wawan, 2010). bahwa ventilasi adalah proses penyediaan
Dilihat dari tingkat ekonomi bahwa udara segar ke dalam dan pengeluaran udara
dari 90 responden yang diteliti diperoleh kotor dari suatu ruangan tertutup secara
sebanyak 72 orang (80,0%) responden yang alamiah maupun mekanis. Tersedianya udara
memiliki status ekonomi rendah terdapat 53 segar dalam rumah atau ruangan amat
orang (58,9%) yang menderita ISPA dan 19 dibutuhkan manusia, sehingga apabila suatu
orang (21,1%) yang tidak menderita ISPA ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang
sedangkan responden yang memiliki status baik dan over crowded maka akan
ekonomi tinggi sebanyak 18 orang (20,0%) di menimbulkan keadaan yang dapat merugikan
antaranya yang menderita ISPA sebanyak 6 kesehatan.
orang (6,7%) dan 12 orang (13,3%) yang tidak Berdasarkan KepMenkes RI No. 829
menderita ISPA. Dari hasil analisis bivariat tahun 1999 tentang kesehatan perumahan
diperoleh nilai p<0,05 artinya ada hubungan menetapkan bahwa luas penghawaan atau
antara status ekonomi dengan kejadian ISPA ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%
pada Balita di Puskesmas Simpang Empat Kec. dari luas lantai, dengan adanya ventilasi yang
Simpang Empat Kabupaten Karo tahun 2017. baik maka udara segar dapat dengan mudah
Status ekonomi masuk ke dalam rumah sehingga kejadian
Hal ini sejalan dengan penelitian Heri ISPA akan semakin berkurang.
tahun 2016 yang menyatakan bahwa kejadian Pada penelitian Rahmayatul (2013) dan
ISPA lebih banyak terjadi pada bayi dari ibu penelitian Diana (2012) menemukan adanya
dengan status ekonomi rendah yaitu sebanyak hubungan yang signifikan antara ventilasi de
36 bayi (76,6%) dibandingkan bayi dari ibu kejadian ISPA pada balita. Ventilasi dalam
dengan status ekonomi tinggi yaitu sebanyak 7 rumah memiliki fungsi sebagai jalur sirkulasi
bayi (33,3%). Sebaliknya yang tidak ISPA udara atau pertukaran udara di dalam rumah
lebih banyak terjadi pada bayi dari ibu dengan karena udara yang baik sangat dibutuhkan
status ekonomi tinggi yaitu sebanyak 14 bayi penghuni rumah. Ventilasi yang buruk akan
(66,7%) dibandingkan bayi dari ibu dengan menimbulkan gangguan kesehatan pernapasan
status ekonomi rendah yaitu sebanyak 11 bayi bagi penghuninya. Menurut Peraturan Mentri

5
Kesehatan Republik Indonesia No.1077/ /handle/1234 56789/4602. diakses 2015
MENKES/PER/V/2011, menetapkan bahwa jam 13.00 [Diakses 25 Agustus 2015]
ventilasi dikatakan memenuhi syarat kesehatan
apabila luas ventilasi Minimal 10% dari luas Heri. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan
lantai. Ventilasi yang baik adalah ventilasi dengan Kejadian ISPA pada Anak
yang diletakkan secara silang (berseberangan) Balita di Wilayah Puskesmas
seperti pada bagian utara dan selatan rumah Botumoito Kabupaten Boalemo Tahun
atau bagian samping kiri dan kanan rumah. Hal 2016. Tesis Program Pasca Sarjana
ini bertujuan untuk mengalirkan udara secara Universitas Diponegoro. Semarang.
silang (cross ventilation) sehingga pertikaran
udara dalam ruangan dapat terjadi dengan baik Dinkes Provinsi Sumatera Utara. 2015. Profil
dan udara dalam rumah memiliki kualitas yang Kesehatan Provinsi Sumatera Utara
baik (Ismaya dkk, 2007). Tahun 2014.Medan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan
Indonesia 2015. Jakarta.
Ada hubungan antara pengetahuan
dengan kejadian ISPA pada Balita di Kusworo. 2012.Hubungan Antara Peran Orang
Puskesmas Simpang Empat Kec. Simpang Tua Dalam Pencegahan ISPA Balita Di
Empat Kabupaten Karo tahun 2017 dengan nila Dusun Ngeledokesa Sendan Mulya,
p=0,0001. Ada hubungan antara status Tirtomoyo, Wonogiri.(stikes-pku.pdf)
ekonomi dengan kejadian ISPA pada Balita di
Puskesmas Simpang Empat Kec. Simpang Maryunani A. Ilmu Kesehatan Anak Dalam
Empat Kabupaten Karo tahun 2017 dengan Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media;
nilai p=0,0001. Ada hubungan antara 2010.
keberadaan ventilasi dengan kejadian ISPA
pada Balita di Puskesmas Simpang Empat Kec. Nurindahyati, I. Lingkungan Fisik Rumah
Simpang Empat Kabupaten Karo tahun 2017 dengan Kejadian ISPA pada Balita di
dengan nila p=0,0001. Disarankan kepada Desa Karangnongko. Klaten : Stikes
petugas kesehatan agar dilakukannya Muhammadiyah Klaten; 2009.
penyuluhan mengenai pengetahuan terhadap
ibu balita tentang bagaimana cara mencegah Notoatmodjo.S. Metodologi Penelitian
terjadinya ISPA dan penanganan segera kepada Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta; 2010.
balita yang terkena ISPA untuk mencegah
kematian atau dampak yang lebih serius. Siti.N, 2013. Gambaran faktor yang
Diperlukan juga adanya sosialisasi kepada mempengaeuhi kejadian ISPA pada anak
masyarakat terkait dengan ventilasi rumah prasekolah di kampung pemulung
yang cukup untuk menurunkan faktor risiko tangerang selatan .fkik.pdf (SECURED).
penyakit infeksi termasuk ISPA
Wahyuti, dan Afandi, AI. Analisis Situasi
DAFTAR PUSTAKA Masalah Kesehatan Wonosobo Propinsi
Jawa Tengah Tahun 2010, Tugas
Depkes RI. Pedoman Tekhnisi Penilaian Analisis Situasi. Depok: FKM UI; 2011.
Rumah Sehat, Jakarta: Direktoral
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Wawan, A. dan Dewi, M. 2010.
Penyehatan Lingkungan; 2007. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika
Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
[Serial Online] Available at: http://

6
WHO. 2012. Acute Respiratory Infections
(Update September 2009). World Health Organization. 2017. Pencegahan
(Online).http://www.who.int/vaccine_res Dan pengendalian Infeksi Saluran
earch/diseases/ari/en/index.html Pernafasan Akut (ISPA) yang cenderung
menjadi epidemic dan pandemic di
WHO. 2012. Pneumonia Is The Leading Cause fasilitasi pelayanan kesehatan. 2017.
Of Death In Children.
http://www.who.int/maternal_child_adol
escent/news_events/news/pneumonia/en/
index.html. Akses 15 April 2017.

WHO. 2012. Under- Five Mortality. (Online)


http://www.who.int/gho/child_health/mo
rtality/mortality_under_five_text/en/inde
x.html

Anda mungkin juga menyukai