PENDAHULUAN
merupakan penyakit yang sering diderita oleh bayi dan anak (Depres RI,2014).
ISPA merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun
dan merupakan penyebab kematian anak dinegara berkembang. ISPA yang tidak
mendapatkan perawatan dan pengobatan yang baik akan menjadi infeksi saluran
pernapasan bawah atau akut (Direktorat Jendral P2M & PL). Insiden ISPA dinegara
berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 100 kelahiran hidup adalah
15-20% pertahun pada usia balita (kusuma, 2014) Dilihat dari data diatas, salah
satu faktor penyebab tingginya angka kematian pada balita adalah infeksi saluran
pernapasan akut. Angka kejadian ISPA cukup tinggi hampir diseluruh dunia. Di
Negara maju terdapat 4 juta kasus di setiap tahun sampai total di seluruh dunia
adalah 156 juta kasus pneumonia pada anak dan balita (Azamti B, Sri Murniati,
Rohani, 2016) .
World Health Organization (WHO) tahun 2011 di New York jumlah penderita ISPA
adalah 48.325 anak dan memperkirakan di Negara berkembang berkisar 30-70 kali
lebih tinggi dari Negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di Negara
berkembang gagal mencapai usia 5 tahun dan 25-30% dari kematian anak
1
disebabkan oleh ISPA. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan
kematian akibat ISPA. Kematian akibat penyakit ISPA pada balita mencapai 12,4
juta pada balita golongan umur 0-5 tahun setiap tahun diseluruh dunia, dimana dua
pertiganya adalah bayi, yaitu golongan umur 0-1 tahun sebanyak 80,3% kematian
ini terjadi di Negara berkembang (Kemenkes 2010). Sampai saat ini kejadian ISPA
sebanyak 2,1 juta balita yang meninggal akibat ISPA pada tahun 2004. Negara
dengan kasus kematian balita akibat ISPA adalah India, Bangladesh, Indonesia dan
berkembang diperkirakan oleh WHO yaitu di atas 40 per 1000 kelahiran hidup
adalah 15-20% per tahun pada 13 juta anak balita di dunia. Berdasarkan data pada
tingkat ragional Asia tenggara 2002-2010 adalah 19% episode batuk pilek pada
karakteristik penduduk yang terkena ISPA paling banyak di temui pada usia 1-4
tahun (25,8%) dan tidak terdapat perbedaan menurut jenis kelamin. Pada Tahun
2014 kasus ISPA pada balita mencapai 657.490 kasus (29,47%) Lima provinsi
dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh
(30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%) dan jawa timur (28,3%) (Riskesdas,2014)
diSulawesi Utara. Data dari Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi utara (Profil
2
di antara sepuluh penyakit yang menonjol pada tahun 2016 dengan jumlah 63.389
kasus, dan pneumonia dengan jumlah 503 kasus. Menurut Dinkes Provinsi Sulawesi
utara (2016) pneumonia merupakan salah satu penyebab angka kematian bayi
(AKABA) di provinsi sulut dengan jumlah kasus mencapai 298 kasus dengan
jumlah daerah yang paling banyak AKABA adalah Kota Manado sebanyak 42
masih cukup tinggi, untuk itu pemerintah telah membuat berbagai upaya
Upaya yang lainnya, yaitu dengan melakukan Edukasi kesehatan bagi masyarakat
tentang gambaran dari penyakit Infeksi saluran pernapasan Atas (ISPA) beserta cara
dari peran perawat yang professional dalam meningkatkan upaya promosi kesehatan
3
Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud (Puskesmas Melonguane).
Dan setelah dilakukan wawancara kepada perawat yang bertugas di Puskesmas
Melonguane, mengatakan bahwa di puskesmas melonguane belum pernah di adakan
atau dilakukan Edukasi Kesehatan tentang ISPA pada masyarakat. Sehingga
masyarakat masih kurang memahami atau mengetahui tentang ISPA serta cara
pencegahan penyakit ISPA tersebut. Untuk itu, berdasarkan latar belakang, peneliti
tertarik ingin melakukan Edukasi Kesehatan tentang penyakit ISPA beserta cara
pencegahannya. karena masyarakat masih kurang memahami tentang penyakit
ISPA, sehingga angka kejadian ISPA masih cukup tinggi.Manfaat penelitian yaitu
diharapkan Penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk menambah informasi
serta pengetahuan bagi masyarakat.
Kab.Kepulauan Talaud
4
3. Diketahui Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan ibu tentang
Kab.Kepulauan Talaud
dari tujuan khusus dan tujuan umum, pertanyaan penelitian, ringkasan bab dan
manfaat penelitian. Dalam bab 2 juga membahas tentang aplikasi teori keperawatan
menurut Lawrence Green dihubungkan dengan variabel. Bab ini membahas juga
kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan defisini operasional yang terdiri
dari pengetahuan ibu , edukasi kesehatan dan pencegahan ISPA. Sedangkan bab 4
pengambilan data dimulai dari permintaan sura ijin sampai selesai. Dalam bab5
Sedangkan dalam bab 6 berisi tentang pembahasan tentang variabel indepenen dan
variabel dependen dan kaitan dari konsep teori dari Lawrence green dengan hasil
penelitian. Dalam bab 7 menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran-
saran yang diberikan bagi responden, petugas kesehatan dan peneliti selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam Bab ini membahas tentang variabel dependen dan variable independen yang
dimana variabel dependen yaitu Pengetahuan ISPA dan variabel independen tentang
Edukasi Kesehatan
Infeksi saluran pernapasan atas adalah penyakit infeksi akut yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas dari hidung (bagian saluran napas
atas) hingga alveoli (bagian saluran napas bawah) termasuk jaringan adeneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Irianto,2014). Infeksi saluran
pernapasan atas adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal
(mikoplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua
Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah terjadinya infeksi yang parah
balita. (oktami,2017). Balita adalah anak yang berusia 0-59 bulan (Depkes, 2014).
Usia balita merupakan suatu periode penting dalam proses tumbuh kembang anak
S.R, 2012).
Penyakit ISPA dapat terjadi disebabkan oleh virus maupun bakteri. Proses
6
streptokokus, stafilokokus, pneumkokus, hemofillus, bordetella dan
Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses
pernapasan, maka kuman tersebut bisa masuk ke bronskus dan masuk ke saluran
(Marni,2014).
pembagiannya yaitu sebagai berikut: ISPA ringan : secara klinis ditandai oleh batuk,
pilek, bisa disertai dengan demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kesulitan
bernapas. ISPA sedang: secara klinis ditandai dengan batuk, adanya nafas cepat,
dahak kental, dan tenggorokan berwarna merah. ISPA berat: secara klinis ditandai
dengan adanya tarikan dinding dada ke dalam, demam tinggi cuping hidung
Tanda dan gejala pada umumnya penyakit infeksi saluran pernapasan atas
biasanya ditandai dengan keluhan dan gejala yang ringan, namun seiring berjalanya
waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut bisa menjadi berat kalau tidak
segera diatasi.
Oleh sebeb itu, jika anak/bayi sudah menunjukan gejala sakit ISPA, maka
harus segera di obati agar tidak menjadi berat yang bisa menyebabkan gagal napas
atau bahkan kematian. gejala yang ringan biasanya diawali dengan Demam, Batuk,
hidung tersumbat dan sakit tenggorokan. bahwa tanda bahaya bisa dilihat
7
pada pemeriksaan pada bagian pernapasan ada sistem respirasi akan terdapat tanda
dan gejala sebagai berikut: takipnea, napas tidak teratur, retraksi dinding thoraks,
napas cuping hidung, sianosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir
Gejala ISPA pada anak biasanya berlangsung selama kurang lebih sepuluh
hari dengan gejala, hidung tersumbat atau meler, rabas pada hidung, suara serak,
keluhan nyeri pada tenggokan, demam, keletihan, mata berair, batuk biasanya hanya
menghasilkan sedikit sputum, bersin, dan hilangnya selera makan dapat di alami
oleh anak.
Namun gejala diatas apabila dibiarkan akan menjadi komplikasi yang lebih
tubuh ≥37°c, peningkatan rasa nyeri di tenggorokan, batuk yang semakin memburuk
lebih dari sepuluh hari, rasa nyeri di dada, dan kesulitan bernapas, sakit telinga,
sakit kepala, nyeri gigi, atau sinus, letargi dan ruam kulit (Kyle,dkk 2014).
rhinovirus, respiratory syncytial virus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
partikel udara (droplet infection), kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung,
dengan mengikuti proses perjalanan, maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus
dan masuk ke saluran pernapasan, yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit
Ada beberapa pola hidup yang sehat yang bisa dilakukan sebagai tindakan
pencegahan terjadinya ISPA, yaitu sebagai berikut: mencuci tangan secara teratur
8
dan bersih, menghindari anak dari paparan asap rokok, perbanyak makan , makanan
tubuh dan melakukan batuk efektif jika ada anggota keluarga yang sakit, hal ini
bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menyebar kepada orang
lain (Oktami,2017).
cukup di dalam rumah ataupun di ruangan, serta menghindari anak atau balita dari
paparan asap rokok. Apabila penyakit ISPA tidak di obati dan jika disertai dengan
terjadinya bronchitis, pneumonia, otitis media, sinusitis, gagal napas, cardiac arrest,
Faktor resiko terjadinya ISPA adalah status imunisasi, anak yang tidak
mendapatkan imunisasi mempunyai resiko lebih tinggi dari pada yang mendapatkan
secara aktif terhadap suatu penyakit (Kemenkes RI, 2017). Adapun jenis-jenis
imunisasi yaitu: BCG (Bacillus Calmette Guerin), DPD (Diteri, Pertusis dan
imunitas anak, anak/bayi yang tidak mendapatkan vitamin A, berisiko lebih besar
daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit. Ketiga adalah keberadaan/ Perilaku
Perilaku merokok anggota keluarga juga dilihat dari jumlah rokok yang di
hisap setiap hari. Terdapat dua jenis perilaku perokok, yaitu perokok aktif dan
perokok pasif. Perokok aktif adalah seorang yang melakukan aktifitas merokok,
9
sedangkan perokok pasif adalah seorang yang tidak merokok namun secara tidak
Perilaku merokok anggota keluarga juga dilihat dari jumlah rokok yang di
hisap setiap hari. Perokok diklarifikasikan menjadi 3 tipe berdasarkan jumlah rokok
yang dihisap setiap harinya, tipe tersebut adalah perokok berat apabila menghisap
lebih dari 15 batang rokok dalam sehari, perokok sedang apabila menghisap rokok
5-14 rokok dalam sehari, dan perokok ringan apabila menghisap rokok 1-4 dalam
sehari (Zuhriyah,2015).
Faktor resiko lainya yaitu berat badan rendah ditetapkan sebagai suatu berat
lahir yang kurang dari 2500 gram. Bayi yang dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi di karenakan bayi
2014).
Status gizi juga menjadi salah satu faktor resiko ISPA yaitu dengan keadaan
gizi buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting terjadinya ISPA, ada beberapa
penelitian telah membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dari
pneumonia. Selain itu ada hubungan antara gizi buruk dan terjadinya campak dan
infeksi virus lainnya serta menurunkan daya tahan tubuh anak atau balita terhadap
infeksi. Anak atau Balita dengan gizi kurang akan sering terkena ISPA
dibandingkan dengan anak yang gizi normal dikarenakan faktor daya tahan tubuh
Status ASI merupakan faktor resiko ISPA. ASI merupakan makanan yang
paling baik bagi bayi terutama pada bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya
merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat anti
10
mikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara
sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui
Edukasi atau biasa juga disebut dengan pendidikan kesehatan dapat diartikan
terkait dengan kesehatan. Edukasi atau penddidikan kesehatan dapat meliputi jenis
Edukasi atau pendidikan kesehatan merupakan suatu proses belajar dari yang
tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu tentang nilai kesehatan ( carr et al,
2014). Lima teori yang yang sering digunakan dalam penerapan teori pendidkan
kesehatan yaitu health belief model the teori of planned behavior (teori perilaku
rencana), transtheorical stages of change model teori kognitif sosial. Health belief
mereka, misalnya pada anak atau balita yang rentan terkena penyakit ISPA dan
tindikan individu tersebut yang dapat mencegah ancaman yaitu dengan melakukan
pencegahan ISPA dan pola hidup sehat. Adapun tujuan dari Edukasi (pendidikan
kesehatan).
11
Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan kemampuan
dari masyarakat dan untuk memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan, baik
secara fisik, secara mental, dan secara sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi
dan sosial (UU No.23 Tahun 1992). Pendidikan kesehatan ada pada semua program
sampaikan secara baik dan tepat pada sasarannya. Cara atau metode dalam
individu, metode ini digunakan untuk membuat dan membina perilaku yang baru,
atau seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku. Kedua metode
pendidikan kelompok. Dalam metode ini terdapat kelompok besar dan kelompok
kecil.
dengan menggunakan metode ceramah dan seminar, Dan dalam kelompok yang
kecil yaitu jumlah peserta kurang dari 15 orang, dengan menggunakan metode
pendidikan masa, dalam metode ini merupakan bentuk pendekatan masa yang tidak
secara langsung, biasanya melalui media masa antara lain melalui siaran radio, dan
12
Metode ceramah merupakan salah satu cara menerangkan atau menjelaskan
suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang
disertai diskusi dan tanya jawab. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang
orang untuk mengambil suatu tindakan, bersifat informatif dan dapat menghemat
waktu karena sebagia peserta dapat diberi pemahaman pada suatu waktu serta dapat
diulang kembali jika ada peserta yang kurang memahami (Trianto, 2013)
dengan tepat dan mempresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu
seseorang Pengetahuan memiliki 6 tingkat, antara lain : yang pertama Tahu (know)
diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang
yang sudah diperlajari pada kondisi yang sebenarnya. Keempat Analisis merupakan
kemampuan untuk menjalbarkan sesuatu objek atau materi yang diterdapat di dalam
13
suatu struktur organisasi tersebut. Kelima sintesis merupakan kemampuan untuk
teori yang sudah ada. Keenam Evaluasi merupakan pengetahuan untuk melakukan
perkembangan atau perubahan perilaku kearah yang lebih dewasa, lebih baik pada
seseorang dan kemampuan seseorang di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung
mudah untuk mendapatkan sebuah informasi dari orang lain atau dari media massa,
dikerjakan. Pengalaman juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap
14
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya ingat
atau daya tangkap pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Sedangkan Faktor Eksternal terdiri dari, yaitu yang pertama Lingkungan.
kelompok. Kedua Informasi atau Media Massa. Informasi atau Media Massa
merupakan informasi yang didapatkan dari pendidikan secara formal maupun non
Adanya suatu informasi baru tentang suatu hal dapat memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Ketiga Faktor
sosial budaya dan ekonomi. Faktor sosial budaya dan ekonomi merupakan suatu
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan
Merawat Balita ISPA di Puskesmas Padang Pasir Dan Pauh”. Tujuan dari penelitian
terhadap pengetahuan dan kemampuan ibu dalam perawatan balita ISPA antara
15
Penelitian ini menggunakan rancanagan penelitian Pre Eksperimental
dengan menggunakan pendekatan One Group Pre Test-Post Test. Subjek penelitian
perbedaan pengetahuan dan kemampuan merawat balita ISPA sebelum dan setelah
keefektivan metode penkes yang akan digunakan dan ibu bisa lebih mengerti cara
ibu tentang penyakit ISPA dengan perilaku pencegahan ISPA pada Balita di phpt
muara angke Jakarta utara tahun 2014”. Dalam penelitian ini bertujuan untuk
penelitian ini adalah ibu-ibu yang tinggal diPHPT Muara Angeka Jakarta Utara
yang berjumlah 35orang .Sampel penelitian yaitu seluruh populasi dijadikan sampel,
bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang penyakit ISPA dengan perilakau
pencegahan ISPA pada Balita. Manfaat penelitian ini adalah orang tua menjadi lebih
16
penelitian ini adalah mempelajari pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA
Populasi pada penelitian ini semua ibu yang memiliki balita 0-5 tahun yang
Hasil uji statistik spearman rho (α<0,05). Menunjukkan nilai p= 0,002, jadi ada
hubungan antara pengetahuan Ibu tentang pencegahan ISPA dengan Kejadian ISPA
pada balita. Manfaat dari penelitian ini adalah ketika pengetahuan ibu baik tentang
gambaran penyakit ISPA maka kejadian ISPA pada balita akan menurun.
Metode penelitian ini digunakan yaitu pre-test dan post-test non equivalen
Hasil dari penelitian ini adalah adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan
17
terhadap peningkatan pengetahuan keluarga . Manfaat dari penelitian ini adalah
kesehatan tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA
pada balita di desa rade wilayah kerja puskesmas madapangga kabupaten bima.
ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita.
pendekatan pre-test, post-test. Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki
balita yang pernah menderita ISPA di desa rade wilayah kerja puskesmas
madapngga kabupataen bima. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki
balita yang pernah menderita ISPA di desa rade wilayah kerja puskesmas
kesehatan tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA
pada balita di desa rade wilayah kerja puskesmas madapngga kabupaten bima.
Manfaat penelitian ini adalah orang tua menjadi tau cara mendeteksi ISPA pada
Jadi, kesimpulan dari penelitian terkait dalam penelitian ini yakni, penelitian
terkait yang dicantumkan dalam penelitian ini berjumlah 5 hasil penelitian dari
orang lain, dengan penelitian yang dibuat yaitu tentang Pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA, dengan hasil didapatkan yaitu,
ISPA
18
2.3 Tabel penelitian terkait
N Penulis Tempat Tahun Tujuan Desain Populasi dan Hasil Manfaat
o penelitian penelitian Penelitian Penelitian Sampel
1 Novriand Di 2015 Untuk Rancangan Populasi dari Hasil penelitian ini Manfaat dari
a, dkk puskesmas mengetahui penelitian pre penelitian ini diperoleh penelitian ini
padang pasir perbandinga eksperimental adalah perbedaan adalah ibu bisa
dan Pauh n efektivitas dengan seluruh ibu pengetahuan dan mengetahui
pendidikan menggunakan yang kemampuan keefektivitas
kesehatan pendekatan memiliki merawat balita metode penkes
terhadap one group pre- balita dengan ISPA sebelum dan yang akan
pengetahuan test-post test ISPA setelah pendidikan digunakan dan
dan sedangkan kesehatan dengan ibu bisa lebih
kemampuan sampel (p=0,002). Lebih mengerti cara
ibu dalam adalah ibu lanjut terdapat merawat balita
perawatan dengan balita perbedaan ISPA.
balita ISPA ISPA efektivitas
antara berjumlah 15 pendidikan
puskesmas kesehatan
padang pasir
dan pauh
2 Silviana Di PHPT 2014 Untuk Pendekatan Populasi Hasil penelitian ini Manfaat
muara angke mengetahui deskriptif dalam menunjukan penelitian ini
akarta utara hubungan analitik dengan penelitian ini bahwa ada adalah orang
tahun 2014 pengetahuan desain adalah ibu- hubungan antara tua menjadi
ibu tentang penelitian ibu yang pengetahuan lebih tahu cara
penyakit cross sectional. tinggal tentang penyakit pencegahan
ISPA dengan Teknik diPHPT ISPA dengan penyakit ISPA
perilaku pengambilan Muara perilakau pada balita
pencegahan sampel Angeka pencegahan ISPA
ISPA pada menggunakan Jakarta Utara pada Balita
19
balita sampling jenuh yang
berjumlah
35orang.
Sampel
penelitian
yaitu seluruh
populasi
dijadikan
sampel,
dengan
jumlah
responden
sebanyak 35
orang
3
Wahyuni di Puskesmas 2015 mempelajari Desain Populasi Hasil uji statistik Manfaat dari
ngsih Pesantren II pengetahuan penelitian ini pada spearman rho penelitian ini
A,dkk Kota Kediri ibu menggunakan penelitian ini (α<0,05). adalah ketika
tentangpence Cross- semua ibu Menunjukkannilai pengetahuan
gahan ISPA secsional. yang p= 0,002, jadi ada ibu baik
dengan Intrumen memiliki hubungan antara tentang
kejadian penelitian ini balita 0-5 pengetahuan Ibu gambaran
ISPA pada menggunakan tahun yang tentang penyakit ISPA
balita di kuesioner, mengalami pencegahan maka kejadian
Puskesmas analisa data ISPA dengan ISPAdengan ISPA pada
Pesantren II menggunakanu jumlah Kejadian ISPA balita akan
Kota Kediri ji statistik subjek 54 pada balita. menuru
spearman rho responden
(α<0,05). menggunaka
n Accidental
Sampling
4
Utari di Kelurahan 2014 Untuk menggunakan Sampel Hasil dari Manfaat dari
20
W,dkk Rejosari mengetahui desain adalah penelitian ini penelitian ini
wilayah kerja efektifitas penelitian keluarga adalah adanya adalah
Puskemas pendidikan quasi yang perbedaan terjadinya
Rejosari kesehatan experiment memiliki pengetahuan peningkatan
Pekanbaru terhadap with control balita yang sebelum dan pengetahuan
peningkatan group. Metode berada di setelah diberikan bagi keluarga
pengetahuan penelitian RW 02 pendidikan tentang
keluarga digunakan sampai RW kesehatan gambaran
tentang ISPA yaitu pre-test 07 di menggunakan penyakit ISPA
and post-test kelurahan media audiovisual serta
non-equivalen Rejosari terhadap membantu
control group yang peningakatan menurunkan
berjumlah 30 pengetahuan angka kejadia
responden keluarga ISPA
yang terdiri
dari 15
responden
sebagai
kelompok
eksperimen
dan 15
responden
sebagai
kelompok
control
5 Azamti, Di desa rade 2016 Untuk Pre- Populasi Hasil penelitian Manfaat
dkk wilayah kerja mengetahui eksperimental penelitian menunjukan penelitian ini
puskesmas pengaruh dengan adalah semua bahwa ada adalah orang
madapangga pendidikan menggunakan ibu yang pengaruh terhadap tua menjadi tau
kabupaten kesehatan pendekatan memiliki pendidikan cara
bima. tentang ISPA pre-test , post- balita yang kesehatan tentang mendeteksi
21
terhadap test pernah ISPA terhadap ISPA pada
kemampuan menderita kemampuan ibu balita mulai
ibu dalam ISPA di desa dalam deteksi dini dari tanda dan
deteksi dini rade wilayah penyakit ISPA gejala dan cara
penyakit kerja pada balita di desa pencegahannya
ISPA pada puskesmas rade wilayah kerja
balita madapngga puskesmas
kabupataen madapngga
bima. kabupaten bima
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu ibu
yang
memiliki
balita yang
pernah
menderita
ISPA di desa
rade wilayah
kerja
puskesmas
madapngga
kabupaten
bima.
22
2.4 Aplikasi Teori Konseptual Keperawatan Lawrence Green
2.4.1 Asumsi Utama
Teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green dalam buku Noorkasiani (2009)
mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat di pengaruhi oleh dua faktor pokok
yaitu perilaku dan faktor diluar perilaku (non perilaku). Faktor perilaku di tentukan oleh tiga
kelompok faktor, yaitu: faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Faktor Predisposisi
mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur yang
mencapainya. Faktor Pendorong ialah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Green, menyatakan
bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan
ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku
positif dari masyarakat terhadap program tersebut terhadap kesehatan pada umumnya.
Non-Perilaku
Faktor Predisposisi
Pendidikan
PERILAKU KESEHATAN
Faktor Pendukung
Kesehatan
Faktor Pendorong
23
Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengaplikasikan teori Larence Green dalam buku
Noorkasiani (2009) mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat di pengaruhi oleh
dua faktor pokok yaitu perilaku dan faktor diluar perilaku (non perilaku). Faktor perilaku di
tentukan oleh tiga kelompok faktor, yaitu: faktor predisposisi, pendukung dan pendorong.
Faktor Predisposisi mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial
dan unsur-unsur yang lain terdapat dalam diri individu dan masyarakat.
mencapainya. Faktor Pendorong ialah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Green,
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan
menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga
menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut terhadap kesehatan
pada umumnya.
Dalam penelitian ini yang akan di teliti mengenai Edukasi Kesehatan terhadap
Pengetahuan Ibu tentang pencegahan ISPA pada balita. Maka teori Lawrence Green ini
digunakan untuk menjadi acuan untuk membuat kerangka konsep. Peneliti menggunakan
penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence green yaitu tentang Edukasi Kesehatan. Dimana
penelitian ini akan membahas tentang Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang
Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca
indra, intuisi, ataupun kata hati. Adapun yang bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang
24
Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman sering kali dicerna melalui pikiran. Proses
pencernaan itu ada yang bersifat sederhana seperti memecahkan masalah atau melakukan
strategi kognitif. Dapat pula dikatakan bahwa pikiran merupakan muara bagi sumber-sumber
25
BAB III
KERANGKA KONSEP , HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Dalam bab ini menjelaskan tentang kerangka konsep penelitian tentang Kerangka Konsep,
Faktor Predisposis:
Pengetahuan ibu
tentang Pencegahan
ISPA pada Balita
PENDIDIKAN
KESEHATAN Faktor Pendukung:
TENTANG - Puskesmas Perilaku Pencegahan
PENCEGAHAN - Rumah Sakit ISPA pada Balita
ISPA PADA
BALITA Faktor Pendorong:
- Keluarga
- Petugas
Kesehatan
Keterangan:
Variabel Independen:
Variabel Dependen:
27
3.2 Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA
Kepulauan Talaud.
Ha : Ada pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA pada
Talaud.
28
n ISPA melakukan suatu ISPA, beserta an skala an kurang
pengindaraan cara guttman jika skor
terhadap suatu objek pencegahan dengan < 21
tertentu ISPA pilihan
(Lestari,2015) jawaban
benar
diberikan
nilai 2,
sedangkan
pilihan
jawaban
salah
diberikan
nilai 1
29
BAB IV
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini membahas tentang Desain Penelitian, Waktu Penelitian, Lokasi Penelitian,
Populasi serta Sampel yang akan digunakan, Instrument yang digunakan dalam Penelitian,
Dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif yang menggunakan Pra Eksperimen
dengan rancangan penelitian one group pre-test dan post-test design, dimana peneliti menguji
Pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA pada balita.
Rancangan one group pre-test dan post-test . Design penelitian ini, merupakan rancangan tidak
Rancangan Penelitian:
01 X 02
Gambar 3. Desain Penelitian Pra Eksperiment One Group Pre Test-Post Test
Keterangan:
30
4.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2019
udara di Kabupaten kepulauan Talaud dikategorikan kelembapan tinggi dan bersuhu tropis
sedang. Selain itu dikota melonguane juga masih terdapat cukup banyak pembangunan yang di
buat, dalam proses pembuatan bangunan tersebut terdapat material-material yang banyak, yang
4.4 Populasi
Populasi yang diambil dalam penelitian adalah semua ibu-ibu yang memiliki balita yang
kepulauan talaud. Total Populasi ibu yang memiliki balita adalah 70 orang.
4.5 Sampel
Besar sampel menggunakan Total sampling, dengan teknik pengambilan sampel
menggunakan Purposive sampling. Dengan jumlah sampel yang diambil yaitu 70 orang.
31
4.6 Instrumen Penelitian
Peneliti hanya menggunakan satu kuesioner dalam penelitian. Kuesioner yang digunakan yaitu
Kuesioner ini menggunakan model multiple choice (a,b,c ) yang dibuat sendiri oleh peneliti,
dengan cara memilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist (√). Dengan penilaian
yaitu pilihan jawaban benar (nilai 2) dan salah (nilai 1) dan kuesioner ini dilakukan uji validitas
di kelurahan bailang kecamatan bunaken. Setelah dilakukan uji validitas, maka diperoleh hasil
yaitu kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan ISPA berjumlah 14 pertanyaan, dengan
skala pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan skala Guttman. Pemberian skor yang
diberikan dengan melihat jawaban yang diberikan oleh responden, dengan pilihan jawaban
benar (nilai 2) jawaban salah (nilai 1) . Pada pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA di
Pada penelitian ini peneliti memberikan Edukasi Kesehatan dengan metode edukasi
pendidikan dalam bentuk kelompok dengan media leaflet dan video. Metode pendidikan
kesehatan dalam kelompok ini terdiri dari 15 peserta atau responden, dengan durasi atau waktu
dalam memberikan Edukasi kesehatan yaitu selama 35 menit. Dalam kuesioner tertutup
responden tinggal memilih jawaban yang telah dibuat atau disediakan oleh peneliti.
Uji validitas dan reliabilitas akan peneliti lakukan ditempat yang berbeda dengan kriteria
yang sama dengan kriteria inklusi. Uji Validitas ini akan dilaksanakan di kelurahan bailing
Lingkungan IV kecamatan bunaken pada tanggal 24 -26 juni 2019 dengan jumlah responden
saat dilakukan uji validitas yaitu berjumlah 20 responden. Jumlah pertanyaan yang valid setelah
32
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya dan diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Suyanto, 2015). Setelah dilakukan uji
Reliabilitas diperoleh hasil Cronbach’s Alpha 0,916, maka kuesioner yang digunakan adalah
reliable.
Implementasi yang dilakukan akan meliputi beberapa tahap yaitu akan dijelaskan maksud
dan tujuan penelitian. Kemudian peneliti akan mulai melaksanakan penelitian pada responden
yang didapatkan, dengan membagikan kuisioner pengetahuan tentang pencegahan ISPA, setelah
itu akan dilakukan Edukasi Kesehatan dengan cara ceramah yang disertai dengan video tentang
materi yang akan diberikan kepada responden yaitu tentang pencegahan ISPA. Setelah peneliti
sudah selesai memberikan materi tentang pencegahan ISPA kepada responden, kemudian
peneliti akan membagikan kembali kuisioner pengetahuan kepada responden, kuisioner yang
dibagikan adalah kuisioner yang sama dengan yang dibagikan sebelum dilakukan Edukasi
Kesehatan.
33
Memasukan Surat ijin di kantor dinas kesehatan melonguane
dan dipuskesmas melonguane
Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yakni, yang pertama peneliti meminta
surat izin terlebih dahulu dari Fakultas Keperawatan Unika De La Salle Manado pada tanggal
34
25 februari 2019 untuk melihat gambaran penyakit ISPA pada balita di Wilayah Kerja
Dalam pengumpulan data awal peneliti dibantu oleh dua orang perawat yang bekerja di
puskesmas melonguane untuk melihat data penyakit ISPA. Setelah peneliti mendapat data awal
mengenai jumlah penderita ISPA yang ada di puskesmas melonguane, selanjutnya peneliti
mengambil surat izin di Fakultas untuk melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas
melonguane, kemudian peneliti meminta ijin kepada kepala puskesmas melonguane untuk
melakukan penelitian.
Setelah peneliti sudah mendapatkan ijin dari kepala puskesmas melonguane selanjutya
peneliti meminta ijin untuk melakukan Edukasi Kesehatan tentang pencegahan ISPA kepada
orang tua yang memiliki balita ≤ 5 tahun. Setelah peneliti sudah mendapatkan responden ,
kemudian peneliti memberikan informed consent kepada responden dan menjelaskan tujuan dari
dilakukan penelitian.
dilakukan Edukasi Kesehatan. Setelah kuesioner Pre-test sudah di isi oleh responden, kemudian
peneliti memberikan Edukasi Kesehatan tentang pencegahan ISPA kepada responden dengan
waktu 30 menit, Setelah Edukasi Kesehatan sudah selesai dilakukan, penelitian melakukan
pengolahan data dan analisa data univariat dan bivariat, Hasil pembahasan serta Kesimpulan
penelitian.
35
4.8 Pengolahan Data
1. Editing : Pada tahap editing, peneliti memeriksa kembali hasil pretest dan post apakah
2. Koding : Pada tahap koding, dimana sebelum peneliti melakukan tabulasi data, peneliti
membuat pengkodeaan data, yaitu pada data jenis kelamin balita, jenis kelamin laki-laki
diberi kode (1), dan perempuan (2) serta pada jawaban kuesioner, jawaban benar (nilai 2),
3. Tabulasi : Pada tahap tabulasi, peneliti melakukan tabulasi data di program Komputer,
4. Analisis data : Pada tahap analisis data, peneliti melakukan analisis data berupa, hasil
analisis data Univariat dan bivariat di program komputer dengan menggunakan aplikasi
SPSS
Analisa univariat dalam penelitian ini bertujuan melihat gambaran pengetahuan ibu sebelum
dan sesudah diberikan Edukasi kesehatan tentang pencegahan ISPA pada balita diwilayah kerja
Pada penelitian ini menggunakan analisa bivariat untuk menganalisis perbedaan atau hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini, analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang
pencegahan ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
36
Untuk mengetahui pengetahuan ibu menggunakan skala Guttman. Dan tarif signifikan atau nilai
kepercayaan untuk kuisioner pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA yaitu CI 95% atau ≤
0,05.
37
BAB V
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang didapat dilapangan yang terdiri dari
data demografi, analisa univariat, analisa bivariate yang disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian
Kepulauan Talaud pada tanggal 4 Juli 2019 sampai dengan 24 Juli 2019. Tujuan penelitian yaitu
diketahui pengaruh edukasi kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA pada
balita. Responden dalam penelitian ini berjumlah 70 orang Ibu yang memiliki Balita. Setelah
peneliti melakukan tabulasi data pada 70 responden, didapatkan hasil pengetahuan baik 19
orang dan pengetahuan kurang 51 orang. Dengan hasil tersebut peneliti melakukan tabulasi data
kembali pada 51 orang yang masih memiliki pengetahuan kurang, dengan tujuan untuk melihat
pengetahuan mereka tentang pencegahan setelah diberikan edukasi kesehatan, apakah terjadi
Pada pengumpulan data, peneliti mengikuti kegiatan posyandu dengan tim kesehatan
puskesmas melonguane. Pada tanggal 08 juli 2019 peneliti mengikuti kegiatan posyandu di desa
tarun dan memberikan Edukasi kesehatan pada responden berjumlah 15 orang. Pada tanggal 08
juli 2019, peneliti mengikuti kegiatan posyandu dan memberikan edukasi kesehatan di desa
Pada tanggal 09 juli 2019, peneliti mengikuti kegiatan posyandu di desa sawang utara
dan memberikan edukasi kesehatan pada responden berjumlah 10 orang. Pada tanggal 09 juli
2019 peneliti mengikuti kegiatan posyandu di desa sawang induk dan memberikan edukasi
38
Proses penelitian yang di lakukan oleh peneliti di desa tarun, tarun selatan, desa sawang
utara dan sawang induk yaitu sebelum peneliti memberikan Edukasi Kesehatan kepada
responden, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti untuk melakukan penelitian.
Setelah peneliti selesai menjelaskan, peneliti membagikan lembar informed consent kepada
responden, untuk meminta persetujuan menjadi responden dalam penelitian tersebut. Jika
responden sudah selesai mengisi lembar informed consent, peneliti membagikan kuisioner
Pretest kepada responden. Setelah selesai responden mengisi kuesioner tersebut, kemudian
peneliti memberikan Edukasi Kesehatan kepada responden selama 10 menit. Setelah sudah
Pada responden diberikan Pre test untuk mengetahui tingkat pengetahuan dengan
mengisi kuesioner dalam bentuk pilihan ganda (Multiple Choice). Selesai memberikan Pre test,
kesehatan dan mengedarkan Leaflet tentang pencegahan ISPA. Selanjutnya setelah diberikan
edukasi kesehatan, responden diberikan Post test. Kuesioner Pre test dan Post test di periksa
kembali untuk memastikan responden sudah mengisi semua kuesioner yang diedarkan,
Analisis data Univariat untuk mengetahui frekuensi tingkat pengetahuan ibu sebelum dan
sesudah diberikan edukasi kesehatan dan Analisis Bivariat untuk mengetahui tingkat
signifikansi sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan dengan menggunakan Uji
39
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Usia Ibu, tingkat pendidikan ibu serta
jenis pekerjaan ibu yang memiliki balita.
Sumber :
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (100%)
Usia ibu Data Primer
2019
16-25 16 31,4
26-30 13 25,6 Berda
31-35 11 21,6
36-40 6 11,9 sarkan hasil
41-45 5 9,9
analisa pada
Tingkat Pendidikan
ibu tabel
SD 1 2,0 frekuensi,
SMP 13 25,5
SMA 34 66,7 jumlah
D3/S1/S2 3 5,9
responden
Jenis pekerjaan ibu
terbanyak
PNS 4 7,8
Wiraswasta 1 2,0 yang berusia
Honorer 2 3,9
IRT 44 86,3 16-25 tahun
yaitu
Usia Balita
sebanyak 16
≤ 1 tahun 20 39,2
2-3 tahun 24 47,1 responden.
4-5 tahun 7 13,7
Berdasarkan
Jenis Kelamin balita
karakteristik
Laki-Laki 26 51,0
Perempuan 25 49,0 tingkat
Total 51 100 pendidikan
ibu, yang paling banyak berpendidikan terakhir SMA yaitu 34 responden . berdasarkan
karakteristik pekerjaan yaitu sebagian besar 86,3% responden memiliki pekerjaan IRT.
40
Berdasarkan usia balita yaitu terbanyak 2-3 Tahun sebesar 47,1%. Berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu sebelum dilakukan edukasi kesehatan
tentang pencegahan ISPA di wilayah Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane, Kab.Kepulauan
Talaud
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (100%)
Pengetahuan Baik 0 0
sebelum diberikan edukasi kesehatan tentang pencegahan ISPA yaitu sebanyak 51 responden.
Tabel 5.2.2 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu sesudah diberikan edukasi kesehatan
di wilayah Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane, Kab.Kepulauan Talaud
pencegahan ISPA sesudah diberikan edukasi kesehatan yaitu 94,% atau 48 responden memiliki
pengetahuan baik
Tabel 5.3.1 Pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu yang memiliki balita di
wilayah Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane, Kab.Kepulauan Talaud
Berdasarkan tabel 5.3.1 penelitian ini dilakukan pada 51 responden, hasil pretest
pengetahuan ibu yaitu diperoleh nilai standar deviasi 1.701, Pengetahuan ibu pada posttest
terdapat nilai standar deviasi 1.540. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Wilcoxon
signed rank test. Dimana terdapat nilai p = 0,000
(< 0,05) yang artinya Hο ditolak, dengan demikian Ha diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA
pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten
Kepulauan Talaud.
42
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh, perbandingan hasil yang
diperoleh dengan penelitian sebelumnya, penjelasan konsep teori dan kaitannya dengan teori
keperawatan.
44
dan kemampuan ibu merawat balita di puskesmas padang pasir dan pauh. Hasil
penelitiannya diperoleh nilai p value 0,002 (<0,05).
Setelah peneliti mengolah data didapatkan hasil bahwa pada pretest kuesioner
pengetahuan tentang pencegahan ISPA sebagian besar responden memiliki pengetahuan
kurang, sedangkan setelah diberikan edukasi kesehatan tentang pencegahan ISPA responden
mengalami peningkatan pengetahuan yang signifikan.
Dari hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa banyak responden yang masih kurang
mengetahui tentang penyakit ISPA dan cara pencegahannya dilihat dari nilai rata-rata pre test
18,47, dimana faktor-faktor yang membuat mereka kurang mengetahui tentang penyakit
ISPA dan pencegahannya adalah tidak ada kemauan untuk mencari informasi tentang ISPA
dan pencegahannya.
Hal ini didukung oleh teori menurut Kusrini (2010) bahwa pengetahuan adalah
kemampuan untuk merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek.
Orang tua balita sering menganggap biasa ketika balitanya mengalami batuk dan flu karena
mereka beranggapan bahwa batuk dan flu akan sembuh dengan sendirinya. Sehingga bisa
menyebabkan banyak balita yang terkena ISPA.
Penelitian ini juga dapat dihubungkan dengan teori keperawatan dari Lawrence green
dimana dengan dilakukan Edukasi Kesehatan maka sangatlah mempengaruhi pengetahuan
setiap individu. Lawrence green menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai
peranan penting dalam mengubah dan menimbulkan perilaku yang positif dari masyarakat
terhadap program tersebut terlebih khusus terhadap kesehatan pada umumnya.
Sehingga setelah diberikan Edukasi kesehatan responden akan melihat manfaat dan
kerugian dari program edukasi kesehatan tersebut, misalnya manfaatnya adalah peningkatan
kesehatan pada balitanya. Edukasi kesehatan yan dibuat oleh peneliti yaitu dalam bentuk
ceramah dengan memberikan sebuah video tentang penyakit ISPA, diskusi (Tanya-jawab)
dengan menggunakan leaflet dan dibagikan kepada responden, agar responden lebih mudah
mengerti dan mengingat penyakit ISPA beserta cara pencegahannya. Dan dengan diberikan
Edukasi kesehatan, di dapatkan hasil post test yaitu responden mengalami peningkatan
pengetahuan.
45
6.3 Pengaruh Edukasi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita di
wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan
Talaud
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa, ada
pengaruh antara pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan Edukasi Kesehatan tentang
pencegahan ISPA.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novrianda, dkk (2015)
yang dilakukan dipuskesmas padang pasir dan pauh. Dengan rancangan penelitian Pre
ekxperimental dengan menggunakan pendekatan one group pre-test dan post-test. Hasil
yang didapat dari penelitian ini yaitu ada perbedaan efektivitas pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan ibu balita. Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Wahyuningsih
(2015) dengan judul pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA dengan kejadian ISPA pada
ballita di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri. Hasil yang didapat yaitu ibu yang memiliki
pengetahuan baik lebih banyak yaitu berjumlah 39 responden (75,46%).
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Utari W,dkk (2014) yang dilakukan di wilayah
kerja puskesmas rejosari pekanbaru. Dengan desain penelitian menggunakan quasi
experiment with control group. Hasil yang didapatkan adanya perbedaan pengetahuan
sebeum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual
terhadap peningkatan pengetahuan keluarga.
Pada saat penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa responden terbanyak memiliki
pengetahuan kurang sebelum diberikan pendidikan kesehatan, sedangkan setelah diberikan
pendidikan kesehatan terjadi peningkatan pengetahuan ibu. Maka dari itu, pendidikan
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas
Melonguane, dari 51 ibu yang memiliki balita sebagai responden setelah diberikan Edukasi
Kesehatan dan dilakukan post test masih terdapat 3 responden yang tidak mencapai kategori
dalam pengetahuan baik. Hal ini disebabkan karena, pada saat peneliti memberikan Edukasi
Kesehatan 3 responden ini tidak memperhatikan dengan baik materi yang diberikan oleh
peneliti, mereka lebih terfokus pada balita mereka, sehingga pada saat peneliti selesai
memberikan Edukasi kesehatan dan peneliti membagikan lembar kuesioner post test,
responden tersebut mengisi kuesioner tidak benar, dikarenakan tidak mengetahui tentang
penyakit ISPA beserta cara pencegahanya. Setelah responden mengisi kuesioner post test
dan diperiksa oleh peneliti, masih ada responden yang pengetahuannya kurang.
46
Dengan demikian dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja
Puskesmas Melonguane, setelah dilakukan Edukasi Kesehatan, terjadi peningkatan
pengetahuan, tetapi tidak 100% meningkat, masih terdapat 3 orang responden yang memiliki
pengetahuan kurang.
Penelitian ini dapat dihubungkan dengan teori dari Lawrence Green dimna Green,
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan
menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga
menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut terhadap kesehatan
pada umumnya, dan juga dengan diberikan pendidikan kesehatan dapat menambah
pengetahuan dari setiap individu yang telah diberikan pendidikan kesehatan.
Dalam penelitian ini, peneliti menghubungkan dengan teori menurut Lawrence Green
dimana ketika responden percaya dan memiliki penilaian yang baik serta berperilaku positif
terhadap Edukasi Kesehatan yang diberikan oleh peneliti, maka dapat meningkatkan
pengetahuan dari setiap responden dapatkan dari Edukasi Kesehatan yang diberikan oleh
peneliti. Pengetahuan yang dimiliki manusia bersumber dari pengalaman dari pikiran.
Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman meliputi semua hal yang dialami baik oleh
panca indra, intuisi, ataupun kata hati.
Adapun yang bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
proses penalaran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman sering kali dicerna melalui
pikiran. Proses pencernaan itu ada yang bersifat sederhana seperti memecahkan masalah
atau melakukan strategi kognitif. Dapat pula dikatakan bahwa pikiran merupakan muara
bagi sumber-sumber pengetahuan (Ali M, 2013)
.
6.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Edukasi kesehatan yang diberikan masih
bersifat umum, dimana ketika peneliti melakukan pretest, hasil dari pretest tidak di
evaluasi terlebih dahulu sehingga peneliti langsung memberikan penyuluhan tanpa
memperhatikan kebutuhan responden tentang pemahaman mereka terhadap pencegahan
ISPA.
47
BAB 7
PENUTUP
Bab ini merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang di dalamnya terdapat kesimpulan
dan saran dari penelitian yang sudah dilakukan
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Melonguane, Maka dapat
disimpulkan bahwa :
7.1.1 Tingkat Pengetahuan ibu yang memiliki balita sebelum diberikan Edukasi Kesehatan
tentang pencegahan ISPA sebagian besar dalam pengetahuan kurang (100%)
7.1.2 Tingkat Pengetahuan ibu yang memiliki balita sesudah diberikan Edukasi Kesehatan
tentang pencegahan ISPA dalam pengetahuan baik (94,1%)
7.1.3 Terdapat Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan ibu tentang pencegahan
ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane
Kabupaten Kepulauan Talaud
7.2 Saran
1. Bagi Responden
Saran bagi responden, diharapkan untuk lebih meningkatkan lagi pengetahuan
mencari tahu tentang informasi tentang penyakit ISPA beserta pencegahannya, dan
selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan dipuskesmas maupun didesa, salah
satu mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh tim kesehatan.
49
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini
dengan metode yang berbeda , misalnya menggunakan metode dalam bentuk games
atau metode lainnya, dan lebih banyak jumlah sampel yang digunakan serta tempat
penelitian yang lebih luas dan yang membutuhkan untuk diberikan pendidikan
kesehatan sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.
50
DAFTAR PUSTAKA
Azamti B; Sri murniati; Rohani. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang ISPA
Terhadap Kemampuan Ibu Dalam Deteksi Dini Penyakit ISPA Pada Balita diDesa Rade
Wilayah Kerja Puskesmas Madapangga. Jurnal Kesehatan, II, 1-9. http://id.stikes-
mataram.ac.id/e-journal/index.php/JPRI/article/download/21/16. Diakses pada tanggal 18
februari 2019
Budiman, Agus dan Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan sikap dalan
penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika
Hartono, R., & Rahmawati, D. (2012). ISPA Gangguan Pernapasan Pada Anak Panduan Bagi
Tenaga Kesehatan dan Umum. Yogjakarta: Nuha Medika.
Hikmawati, I., 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Irianto K. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular Dan Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung:
Alfabeta.
Kusuma, P. S. 2014. Gambaran Perilaku Pencegahan ISPA pada Keluarga yang Mempunyai
Anak Balita di Puskesmas Piyungan Bantul. Naskah Publikasi, 3-13.
http://digilib.unisayogya.ac.id/416/1/Naskah%20Publikasi.pdf. Diakses pada tanggal 10
maret 2019
Kyle, T., & Carman, S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Vol 3 Edisi 2. Jakarta: EGC.
Lestari, T. 2015. Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan. Yogyakarta : Nuha
medika.
51
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta:
Salemba Medika.
Nuryanto. 2014. Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan dan sikap tentang gizi anak
Sekolah Dasar. Jurnal Gizi Indonesia Vol 3,No.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/view/8751. diakses pada tanggal 10 maret
2019
Novrianda, D., Lucida, H., & Soumariris, I. (2015). Perbandingan Efektivitas Pendidikan
Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA di Puskesmas
Padang Pasir dan Pauh. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 159-169.
http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jsfk/article/view/29. Diakses pada tanggal 18
februari 2019
Oktami, R. S. 2017. MTBS Manajemen Terpadu Balita Sehat. Yogyakarta: Nuha Medika
Silviana, I. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku
Pencegahan ISPA pada Balita di PHPT Muara Angke Jakarta Utara. Vorum Ilmiah,
XI(3),402-411.https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/39272750/1088-2224-1-
SM.pdf. diakses pada tanggal 24 juli 2019
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&. Bandun : Alfabeta, CV
Wawan & Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogjakarta: Nuha Medika
Wahyuningsih, A., & Proboningrum, E. N. (2015). Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan ISPA
Menurunkan Kejadian ISPA Pada Balita. Jurnal STIKES, VIII, 107-116.
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/community/article/view/14. diakses pada tanggal 19
juli 2019
52
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
UJI WILXOCON
Descriptive Statistics
Ranks
Total 51
c. Postest = Pretest
80
Test Statisticsa
Postest -
Pretest
Z -6,260b
Statistics
pretest Posttest
Valid 51 51
N
Missing 0 0
Mode 17 26
Range 6 8
Minimum 15 20
Maximum 21 28
81
25 17,00 25,00
75 20,00 26,00
Pretest
Posttest
82
26 20 39,2 39,2 80,4
Frequencies
Statistics
Usia ibu Pendidikan Jenis
ibu pekerjaan ibu
Valid 51 51 51
N
Missing 0 0 0
Mean 29,82 2,76 3,69
Std. Error of Mean ,995 ,082 ,120
Median 28,00 3,00 4,00
Mode 28 3 4
Std. Deviation 7,107 ,586 ,860
Variance 50,508 ,344 ,740
Range 29 3 3
Minimum 16 1 1
Maximum 45 4 4
Sum 1521 141 188
25 24,00 2,00 4,00
Percentiles 50 28,00 3,00 4,00
75 34,00 3,00 4,00
Frequency Table
Usia ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
16 1 2,0 2,0 2,0
18 1 2,0 2,0 3,9
Valid 21 3 5,9 5,9 9,8
22 2 3,9 3,9 13,7
23 2 3,9 3,9 17,6
83
24 4 7,8 7,8 25,5
25 3 5,9 5,9 31,4
26 3 5,9 5,9 37,3
27 2 3,9 3,9 41,2
28 7 13,7 13,7 54,9
30 1 2,0 2,0 56,9
31 3 5,9 5,9 62,7
32 1 2,0 2,0 64,7
33 3 5,9 5,9 70,6
34 4 7,8 7,8 78,4
36 1 2,0 2,0 80,4
37 1 2,0 2,0 82,4
38 3 5,9 5,9 88,2
40 1 2,0 2,0 90,2
42 1 2,0 2,0 92,2
43 1 2,0 2,0 94,1
44 2 3,9 3,9 98,0
45 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0
Pendidikan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 1 2,0 2,0 2,0
2 13 25,5 25,5 27,5
Valid 3 34 66,7 66,7 94,1
4 3 5,9 5,9 100,0
Total 51 100,0 100,0
84
Frequencies
Statistics
Usia balita Jenis kelamin
balita
Valid 51 51
N
Missing 0 0
Mean 1,75 1,49
Std. Error of Mean ,096 ,071
Median 2,00 1,00
Mode 2 1
Std. Deviation ,688 ,505
Variance ,474 ,255
Range 2 1
Minimum 1 1
Maximum 3 2
Sum 89 76
Frequency Table
Usia balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 20 39,2 39,2 39,2
2 24 47,1 47,1 86,3
Valid
3 7 13,7 13,7 100,0
Total 51 100,0 100,0
85
86
LAMPIRAN 3
56
LAMPIRAN 4
KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
IBU TENTANG PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KECAMATAN
MELONGUANE KABUPATEN TALAUD
No :
Tujuan :
pertanyaan
1. Karakteristik Responden
2. Data Anak
Nama anak (Initial) : ..............................
Usia anak : ..............................
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
57
KUISIONER
Cara Pengisian :
1. Gunakan pulpen berwarna hitam
2. Gunakan tanda (x) pada jawaban yang menurut anda benar
3. Selamat mengerjakan
SOAL PRE-TEST
1. Kepanjangan dari ISPA adalah…
a. Infeksi saluran perut atas
b. Infeksi saluran pernapasan atas
c. Infeksi saluran pencernaan atas
2. Penyakit ISPA dapat berlangsung selama?
a. 20 hari
b. 14 hari
c. 18 hari
3. Siapa saja yang rentan terkena penyakit ISPA?
a. Balita
b. Ibu hamil
c. Dewasa
4. Apa penyebab utama dari penyakit ISPA?
a. Parasit
b. Bakteri
c. Jamur
5. Berikut ini yang merupakan gejala ISPA sedang adalah…
a. Batuk, adanya nafas cepat,dahak kental
b. Adanya tarikan dada ke dalam,demam tinggi
c. Batuk, disertai dengan demam, sakit kepala
58
7. Berikut ini yang merupakan gejala ISPA berat adalah…
a. Batuk, adanya nafas cepat, dahak kental
b. Batuk,disertai dengan demam,sakit kepala
c. Adanya tarikan dada ke dalam, demam tinggi
8. Jika gejala ISPA dibiarkan akan terjadi komplikasi. Manakah yang termasuk
dalam komplikasi dari gejala ISPA yang dibiarkan?
a. Sakit perut
b. Kejang
c. Sakit kepala
10. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadi penyakit ISPA?
a. Makanan yang tidak bersih
b. Lingkungan rumah yang tidak bersih
c. Keadaan air yang tidak bersih
11. Pencegahan apa yang dilakukan agar penyakit ISPA tidak menular kepada
orang lain?
a. Menganjurkan anak untuk menggunakan masker
b. Menganjurkan anak untuk Makan-makanan yang bergizi
c. Menganjurkan anak untuk tidak menutup mulut saat batuk
59
13. Sistem tubuh bagian manakah yang terkena penyakit ISPA?
a. Sistem Peredaran darah
b. Sistem Pernapasan
c. Sistem Pencernaan
60
LAMPIRAN 5
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Edukasi Kesehatan Tentang Pencegahan ISPA pada Balita
Tanggal :
Waktu : 35menit
A. Tujuan
meningkat
B. Sasaran
C. Strategi
1. Pre-Test
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Post-Test
61
D. Pelaksanaan
E. Media
1. Leaflet
2. Power point (materi dan video)
3. Laptop
4. Kuisioner
62
F. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a) Masyarakat menerima peneliti
b) Responden mengerti maksud dan tujuan Edukasi Kesehatan
2. Evaluasi Proses
a) Responden setuju dengan kontrak waktu dilakukan Edukasi
Kesehatan selama 35 menit
b) Peneliti datang tepat waktu
c) Responden hadir selama dilakukan Edukasi kesehatan dan aktif
bertanya tentang materi yang belum dimengerti
3. Evaluasi hasil
a) Responden dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
b) Responden mampu mengisi kuisioner dengan baik
c) Responden mengerti cara pencegahan dari penyakit ISPA
63
Lampiran
Materi Infeksi saluran pernapasan Atas
1. Pengertian ISPA
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas dari hidung (bagian
saluran napas atas) hingga alveoli (bagian saluran napas bawah) termasuk
infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorakan, saluran udara, atau paru-
sering terjadi pada balita. (oktami,2017). ISPA sering terjadi pada Balita.
ISPA. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung selama 14 hari, walaupun
dari 14 hari.
2. Klasifikasi ISPA
1. ISPA ringan : secara klinis ditandai oleh batuk, pilek, bisa disertai
2. ISPA sedang: secra klinis ditandai dengan batuk, adanya nafas cepat,
3. ISPA berat: secara klinis ditandai dengan adanya tarikan dinding dada
64
3. Penyebab ISPA
aspirasi makanan dan cairan lambung, dan inhalasi zat-zat asing seperti
racun atau bahan kimia, asap rokok, asap kendaraan, debu, dan gas.
atas biasanya ditandai dengan keluhan dan gejala yang ringan,namun seiring
berjalanya waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut bisa menjadi berat
kalau tidak segera diatasi. Oleh sebeb iu,jika anak/bayi sudah menunjukan
gejala sakit ISPA, maka harus segera di obati agar tidak menjadi berat yang
bisa menyebabkan gagal napas atau bahkan kematian. Gejala ISPA pada anak
biasanya berlangsung selama kurang lebih sepuluh hari dengan gejala, hidung
tersumbat atau meler, rabas pada hidung, suara serak, keluhan nyeri pada
alami oleh anak. Namun gejala diatas apabila dibiarkan akan menjadi
tenggorokan, batuk yang semakin memburuk lebih dari sepuluh hari, rasa
65
nyeri di dada, dan kesulitan bernapas, sakit telinga, sakit kepala, nyeri gigi,
menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk bersin dalam bentuk droplet.
kedalam saluran penapasan yaitu bersama udara yang dihirup. Disamping itu
terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang
dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang
6. Pencegahan ISPA
Ada beberapa pola hidup yang sehat yang bisa dilakukan sebagai
- Imunisasi lengkap
efektif jika ada anggota keluarga yang sakit, hal ini bertujuan untuk
ruangan, serta menghindari anak atau balita dari paparan asap rokok.
66
Apabila penyakit ISPA tidak di obati dan jika disertai dengan
67
PENCEGAHAN ISPA PADA 2. ISPA sedang: batuk, adanya nafas
BALITA cepat,dahak kental,dan tenggorakan
berwarna merah
3. ISPA berat: adanya tarikan dinding
dada ke dalam, demam tinggi, dan
kebiruan.
C.Penyebab ISPA
Penyakit ISPA pada dapat terjadi
A. Pengertian
disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Infeksi saluran pernapasan atas Namun ada juga yang menyebabkan
ISPA yaitu non-virus yang diantaranya:
penyakit infeksi akut yang menyerang
aspirasi makanan dan cairan lambung,
OLEH:
saluran pernapasan bagian atas. ISPA asap rokok,
SERATRILVIA SALAMA
berlangsung selama 14 hari. ISPA asap kendaraan,
15061175 debu, dan gas
sering terjadi pada Balita.
D. Tanda dan gejala
PRORGAM STUDI ILMU Batuk
B. Klasifikasi ISPA Pilek
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISPA dapat dibagikan dalam beberapa Sakit kepala
KATOLIK Demam
tingkat keparahan, yaitu: Keletihan
DE LA SALLE Mata berair
1. ISPA ringan: batuk, pilek, disertai
MANADO Sakit tenggorakan
dengan demam, sakit kepala,sakit E. Penularan ISPA
2019
tenggorakan dan kesulitan bernapas
Pada umumnya ISPA dapat ditularkan
melalui udara. Namun diselain itu cara
56
penularan ISPA yaitu melalui percikan
droplet yang dikeluarkan saat penderita
batuk, dan bersin
F. Pencegahan ISPA
Ada beberapa pola hidup yang sehat
yang bisa dilakukan sebagai tindakan
pencegahan terjadinya ISPA, yaitu
sebagai berikut:
- Berikan makanan yang bergizi
- Imunisasi lengkap
- mencuci tangan secara teratur dan
bersih
- menghindari anak dari paparan asap
rokok
- Jauhkan anak dari penderita ISPA
57
LAMPIRAN 6
71
LAMPIRAN 7
72
LAMPIRAN 8
73
LAMPIRAN 9
74
LAMPIRAN 10
LAMPIRAN 10
75
76
77
78
LAMPIRAN 11
79
LAMPIRAN 12
80
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest ,140 51 ,014 ,932 51 ,006
Postest ,232 51 ,000 ,816 51 ,000
a. Lilliefors Significance Correction
UJI WILXOCON
Descriptive Statistics
N Mean Std. Minimu Maximu Percentiles
Deviation m m 25th 50th 75th
(Median)
Pretest 51 18,47 1,701 15 21 17,00 18,00 20,00
Postest 51 25,43 1,540 20 28 25,00 26,00 26,00
Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Negative 0a ,00 ,00
Ranks
Postest –
Positive Ranks 51b 26,00 1326,00
Pretest
Ties 0c
Total 51
a. Postest < Pretest
b. Postest > Pretest
c. Postest = Pretest
Test Statisticsa
Postest –
Pretest
Z -6,260b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
81
HASIL PRETEST DAN POSTEST
Statistics
Pretest posttest
Valid 51 51
N
Missing 0 0
Mean 18,47 25,43
Std. Error of Mean ,238 ,216
Median 18,00 26,00
Mode 17 26
Std. Deviation 1,701 1,540
Variance 2,894 2,370
Range 6 8
Minimum 15 20
Maximum 21 28
Sum 942 1297
25 17,00 25,00
Percentiles 50 18,00 26,00
75 20,00 26,00
Pretest
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
15 1 2,0 2,0 2,0
16 6 11,8 11,8 13,7
17 10 19,6 19,6 33,3
18 9 17,6 17,6 51,0
Valid
19 9 17,6 17,6 68,6
20 8 15,7 15,7 84,3
21 8 15,7 15,7 100,0
Total 51 100,0 100,0
82
Posttest
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
20 1 2,0 2,0 2,0
21 2 3,9 3,9 5,9
24 6 11,8 11,8 17,6
25 12 23,5 23,5 41,2
Valid
26 20 39,2 39,2 80,4
27 9 17,6 17,6 98,0
28 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Usia ibu Pendidikan Jenis
ibu pekerjaan ibu
Valid 51 51 51
N
Missing 0 0 0
Mean 29,82 2,76 3,69
Std. Error of Mean ,995 ,082 ,120
Median 28,00 3,00 4,00
Mode 28 3 4
Std. Deviation 7,107 ,586 ,860
Variance 50,508 ,344 ,740
Range 29 3 3
Minimum 16 1 1
Maximum 45 4 4
Sum 1521 141 188
25 24,00 2,00 4,00
Percentiles 50 28,00 3,00 4,00
75 34,00 3,00 4,00
83
Frequency Table
Usia ibu
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
16 1 2,0 2,0 2,0
18 1 2,0 2,0 3,9
21 3 5,9 5,9 9,8
22 2 3,9 3,9 13,7
23 2 3,9 3,9 17,6
24 4 7,8 7,8 25,5
25 3 5,9 5,9 31,4
26 3 5,9 5,9 37,3
27 2 3,9 3,9 41,2
28 7 13,7 13,7 54,9
30 1 2,0 2,0 56,9
31 3 5,9 5,9 62,7
Valid
32 1 2,0 2,0 64,7
33 3 5,9 5,9 70,6
34 4 7,8 7,8 78,4
36 1 2,0 2,0 80,4
37 1 2,0 2,0 82,4
38 3 5,9 5,9 88,2
40 1 2,0 2,0 90,2
42 1 2,0 2,0 92,2
43 1 2,0 2,0 94,1
44 2 3,9 3,9 98,0
45 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0
84
Pendidikan ibu
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
1 1 2,0 2,0 2,0
2 13 25,5 25,5 27,5
Valid 3 34 66,7 66,7 94,1
4 3 5,9 5,9 100,0
Total 51 100,0 100,0
Frequencies
Statistics
Usia Jenis
balita kelamin
balita
Valid 51 51
N
Missing 0 0
Mean 1,75 1,49
Std. Error of ,096 ,071
Mean
Median 2,00 1,00
Mode 2 1
Std. Deviation ,688 ,505
Variance ,474 ,255
Range 2 1
Minimum 1 1
Maximum 3 2
Sum 89 76
85
Frequency Table
Usia balita
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
1 20 39,2 39,2 39,2
2 24 47,1 47,1 86,3
Valid
3 7 13,7 13,7 100,0
Total 51 100,0 100,0
86