Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan salah satu penyebab

meningkatnya angka kematian pada balita. ISPA adalah masuknya mikroorganisme

(bakteri, virus, riketsia) kedalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala

penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari (Wahyuningsi. 2015). ISPA

merupakan penyakit yang sering diderita oleh bayi dan anak (Depres RI,2014).

ISPA merupakan masalah kesehatan yang serius terutama pada anak usia 1-5 tahun

dan merupakan penyebab kematian anak dinegara berkembang. ISPA yang tidak

mendapatkan perawatan dan pengobatan yang baik akan menjadi infeksi saluran

pernapasan bawah atau akut (Direktorat Jendral P2M & PL). Insiden ISPA dinegara

berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 100 kelahiran hidup adalah

15-20% pertahun pada usia balita (kusuma, 2014) Dilihat dari data diatas, salah

satu faktor penyebab tingginya angka kematian pada balita adalah infeksi saluran

pernapasan akut. Angka kejadian ISPA cukup tinggi hampir diseluruh dunia. Di

Negara maju terdapat 4 juta kasus di setiap tahun sampai total di seluruh dunia

adalah 156 juta kasus pneumonia pada anak dan balita (Azamti B, Sri Murniati,

Rohani, 2016) .

Data Dunia menunjukan peningkatan angka kematian ISPA pada Balita.

World Health Organization (WHO) tahun 2011 di New York jumlah penderita ISPA

adalah 48.325 anak dan memperkirakan di Negara berkembang berkisar 30-70 kali

lebih tinggi dari Negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di Negara

berkembang gagal mencapai usia 5 tahun dan 25-30% dari kematian anak

1
disebabkan oleh ISPA. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan

kematian akibat ISPA. Kematian akibat penyakit ISPA pada balita mencapai 12,4

juta pada balita golongan umur 0-5 tahun setiap tahun diseluruh dunia, dimana dua

pertiganya adalah bayi, yaitu golongan umur 0-1 tahun sebanyak 80,3% kematian

ini terjadi di Negara berkembang (Kemenkes 2010). Sampai saat ini kejadian ISPA

masih menjadi masalah kesehatan dunia termasuk di Negara Asean. Di Negara

berkembang kejadian ISPA lebih banyak terjadi dibandingkan dengan di negara

maju dengan presentasi sebesar 25%-30% dan 10%-15%. Di Asia tenggara

sebanyak 2,1 juta balita yang meninggal akibat ISPA pada tahun 2004. Negara

dengan kasus kematian balita akibat ISPA adalah India, Bangladesh, Indonesia dan

Myanmar (Rahmadania,2016). Angka kejadian ISPA pada balita di Negara

berkembang diperkirakan oleh WHO yaitu di atas 40 per 1000 kelahiran hidup

adalah 15-20% per tahun pada 13 juta anak balita di dunia. Berdasarkan data pada

tingkat ragional Asia tenggara 2002-2010 adalah 19% episode batuk pilek pada

balita menderita ISPA tersebut merupakan pneumonia berat (Suryadi,2013).

Di Indonesia, angka kejadian ISPA masih cukup tinggi. Berdasarkan Hasil

Riskesdas tahun 2013, prevalensi ISPA di indonesia sebesar 25,0% dengan

karakteristik penduduk yang terkena ISPA paling banyak di temui pada usia 1-4

tahun (25,8%) dan tidak terdapat perbedaan menurut jenis kelamin. Pada Tahun

2014 kasus ISPA pada balita mencapai 657.490 kasus (29,47%) Lima provinsi

dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%), Papua (31,1%), Aceh

(30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%) dan jawa timur (28,3%) (Riskesdas,2014)

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) tersebar diseluruh Provinsi

diSulawesi Utara. Data dari Dinas Kesehatan provinsi Sulawesi utara (Profil

Kesehatan Sulut, 2016), menunjukan bahwa influenza menduduki peringkat pertama

2
di antara sepuluh penyakit yang menonjol pada tahun 2016 dengan jumlah 63.389

kasus, dan pneumonia dengan jumlah 503 kasus. Menurut Dinkes Provinsi Sulawesi

utara (2016) pneumonia merupakan salah satu penyebab angka kematian bayi

(AKABA) di provinsi sulut dengan jumlah kasus mencapai 298 kasus dengan

jumlah daerah yang paling banyak AKABA adalah Kota Manado sebanyak 42

kasus, Kabupaten Minahasa 35 kasus dan dikabupaten kepulauan sangihe sebanyak

30 kasus (Profil Kesehatan sulut,2016). Berdasarkan angka kejadian ISPA yang

masih cukup tinggi, untuk itu pemerintah telah membuat berbagai upaya

penanganan ISPA, diantaranya pemerintah membuat suatu strategi penanganan dan

pengendalian ISPA, yaitu dengan melakukan promosi penanggulangan ISPA balita,

dan pengembangan program ISPA (Suparwati A, Wigati P, Putriarti R, 2015).

Upaya yang lainnya, yaitu dengan melakukan Edukasi kesehatan bagi masyarakat

tentang gambaran dari penyakit Infeksi saluran pernapasan Atas (ISPA) beserta cara

pencegahan dari penyakit ISPA. Edukasi kesehatan merupakan gambaran penting

dari peran perawat yang professional dalam meningkatkan upaya promosi kesehatan

dan pencegahan penyakit (Fitriani, 2011). Dengan melakukan upaya Edukasi

Kesehatan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang penyakit ISPA beserta

cara pencegahannya dan dapat mengurangi angka kejadian ISPA.

Di Sulawesi utara khususnya di Kabupaten Kepulauan Talaud ISPA menjadi


urutan penyakit pertama dari sepuluh penyakit yang paling banyak di derita oleh
masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud. Berdasarkan data awal yang di
dapatkan di puskesmas melonguane kabupaten kepulauan talaud, Pada tahun 2018
tercatat jumlah penderita ISPA tidak pneumonia berjumlah 1.168 kasus ISPA pada
semua kalangan umur. Dan berdasarkan hasil data yang di dapatkan di puskesmas
melonguane kabupaten kepulauan talaud, kunjungan Balita yang menderita ISPA
dalam tiga bulan terakhir berjumlah 55 kunjungan balita yang menderita ISPA. Dan
ISPA juga menjadi urutan penyakit pertama dari sepuluh penyakit yang tercacat di

3
Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud (Puskesmas Melonguane).
Dan setelah dilakukan wawancara kepada perawat yang bertugas di Puskesmas
Melonguane, mengatakan bahwa di puskesmas melonguane belum pernah di adakan
atau dilakukan Edukasi Kesehatan tentang ISPA pada masyarakat. Sehingga
masyarakat masih kurang memahami atau mengetahui tentang ISPA serta cara
pencegahan penyakit ISPA tersebut. Untuk itu, berdasarkan latar belakang, peneliti
tertarik ingin melakukan Edukasi Kesehatan tentang penyakit ISPA beserta cara
pencegahannya. karena masyarakat masih kurang memahami tentang penyakit
ISPA, sehingga angka kejadian ISPA masih cukup tinggi.Manfaat penelitian yaitu
diharapkan Penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk menambah informasi
serta pengetahuan bagi masyarakat.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Diketahui Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan ibu tentang

Pencegahan ISPA Pada Balita Di Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane

Kab.Kepulauan Talaud

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui gambaran Pengetahuan ibu sebelum dilakukan Edukasi Kesehatan tentang

pencegahan ISPA pada balita diwilayah kerja puskesmas melonguane

Kec.Melonguane Kab.Kepulauan Talaud

2. Diketahui gambaran Pengetahuan ibu sesudah dilakukan Edukasi Kesehatan tentang

pencegahan ISPA pada balita diwilayah kerja puskesmas melonguane

Kec.Melonguane Kab.Kepulauan Talaud

4
3. Diketahui Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan ibu tentang

Pencegahan ISPA Pada Balita Di Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane

Kab.Kepulauan Talaud

1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah ada pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan

Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud ?

1.4 Ringkasan Bab


Dalam Bab 1 membahas tentang latar belakang, tujuan penelitian yang terdiri

dari tujuan khusus dan tujuan umum, pertanyaan penelitian, ringkasan bab dan

manfaat penelitian. Dalam bab 2 juga membahas tentang aplikasi teori keperawatan

menurut Lawrence Green dihubungkan dengan variabel. Bab ini membahas juga

tentang penelitian terkait yang digunakan. Dalam bab 3 menjelaskan tentang

kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan defisini operasional yang terdiri

dari pengetahuan ibu , edukasi kesehatan dan pencegahan ISPA. Sedangkan bab 4

membahas tentang metodologi penelitian, yang didalamnya membahas tentang

desain pnelitian yang digunakan, populasi, sampel. Selanjutnya tentang teknik

pengambilan data dimulai dari permintaan sura ijin sampai selesai. Dalam bab5

membahas tentang hasil penelitian analisis univariat dan analisis bivariat.

Sedangkan dalam bab 6 berisi tentang pembahasan tentang variabel indepenen dan

variabel dependen dan kaitan dari konsep teori dari Lawrence green dengan hasil

penelitian. Dalam bab 7 menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran-

saran yang diberikan bagi responden, petugas kesehatan dan peneliti selanjutnya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab ini membahas tentang variabel dependen dan variable independen yang

dimana variabel dependen yaitu Pengetahuan ISPA dan variabel independen tentang

Edukasi Kesehatan

2.1 Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) Pada Balita

Infeksi saluran pernapasan atas adalah penyakit infeksi akut yang menyerang

salah satu bagian atau lebih dari saluran napas dari hidung (bagian saluran napas

atas) hingga alveoli (bagian saluran napas bawah) termasuk jaringan adeneksanya

seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Irianto,2014). Infeksi saluran

pernapasan atas adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal

(mikoplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua

bagian saluran pernapasan (Wong,2014).

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah terjadinya infeksi yang parah

pada bagian sinus, tenggorakan, saluran udara, atau paru-paru sehingga

menyebabkan kondisi pernapasan menjadi terganggu. ISPA sering terjadi pada

balita. (oktami,2017). Balita adalah anak yang berusia 0-59 bulan (Depkes, 2014).

Usia balita merupakan suatu periode penting dalam proses tumbuh kembang anak

yang nantinya mempengaruhi perkembangan anak pada tahap selanjutnya (Putra

S.R, 2012).

Penyakit ISPA dapat terjadi disebabkan oleh virus maupun bakteri. Proses

terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri dari genus

6
streptokokus, stafilokokus, pneumkokus, hemofillus, bordetella dan

korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus (termasuk didalamnya virus

para, Influenza, dan virus campak), adenovirus, koronavirus, pikornavirus,

herpesvirus ke dalam tubuh manusia melalui partikel udara (droplet infection).

Kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses

pernapasan, maka kuman tersebut bisa masuk ke bronskus dan masuk ke saluran

pernapasan yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, dan sakit kepala

(Marni,2014).

Ada beberapa bagian Klasifikasi ISPA menurut tingkat keparahan.

Pembagian tersebut dibagi berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul . adapun

pembagiannya yaitu sebagai berikut: ISPA ringan : secara klinis ditandai oleh batuk,

pilek, bisa disertai dengan demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kesulitan

bernapas. ISPA sedang: secara klinis ditandai dengan batuk, adanya nafas cepat,

dahak kental, dan tenggorokan berwarna merah. ISPA berat: secara klinis ditandai

dengan adanya tarikan dinding dada ke dalam, demam tinggi cuping hidung

bergerak jika bernafas dan muka kebiruan (Widoyono, 2008).

Tanda dan gejala pada umumnya penyakit infeksi saluran pernapasan atas

biasanya ditandai dengan keluhan dan gejala yang ringan, namun seiring berjalanya

waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut bisa menjadi berat kalau tidak

segera diatasi.

Oleh sebeb itu, jika anak/bayi sudah menunjukan gejala sakit ISPA, maka

harus segera di obati agar tidak menjadi berat yang bisa menyebabkan gagal napas

atau bahkan kematian. gejala yang ringan biasanya diawali dengan Demam, Batuk,

hidung tersumbat dan sakit tenggorokan. bahwa tanda bahaya bisa dilihat

berdasarkan tanda-tanda klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium. Secara klinis

7
pada pemeriksaan pada bagian pernapasan ada sistem respirasi akan terdapat tanda

dan gejala sebagai berikut: takipnea, napas tidak teratur, retraksi dinding thoraks,

napas cuping hidung, sianosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir

dan wheezing (Marni, 2014).

Gejala ISPA pada anak biasanya berlangsung selama kurang lebih sepuluh

hari dengan gejala, hidung tersumbat atau meler, rabas pada hidung, suara serak,

keluhan nyeri pada tenggokan, demam, keletihan, mata berair, batuk biasanya hanya

menghasilkan sedikit sputum, bersin, dan hilangnya selera makan dapat di alami

oleh anak.

Namun gejala diatas apabila dibiarkan akan menjadi komplikasi yang lebih

buruk, seperti demam berkepanjangan, seseorang dikatakan demam ketika suhu

tubuh ≥37°c, peningkatan rasa nyeri di tenggorokan, batuk yang semakin memburuk

lebih dari sepuluh hari, rasa nyeri di dada, dan kesulitan bernapas, sakit telinga,

sakit kepala, nyeri gigi, atau sinus, letargi dan ruam kulit (Kyle,dkk 2014).

Proses perjalanan penyakit ISPA di awali dengan mausknya bakteri:

Escherichia coli, streptococcus penumoniae, chlamidya trachomatis, clamidia

pneumonia, mycoplasma pneumonia dan beberapa bakteri lain. Virus: miksovirus,

adenovirus, koronavirus, pikornavirus, virus influenza, virus parainfluenza ,

rhinovirus, respiratory syncytial virus yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui

partikel udara (droplet infection), kuman ini akan melekat pada sel epitel hidung,

dengan mengikuti proses perjalanan, maka kuman tersebut bisa masuk ke bronkus

dan masuk ke saluran pernapasan, yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit

kepala, dan sebagainya (Marni, 2014).

Ada beberapa pola hidup yang sehat yang bisa dilakukan sebagai tindakan

pencegahan terjadinya ISPA, yaitu sebagai berikut: mencuci tangan secara teratur

8
dan bersih, menghindari anak dari paparan asap rokok, perbanyak makan , makanan

yang mengandung vitamin C agar dapat meningkatkan dan menjaga kestabilan

tubuh dan melakukan batuk efektif jika ada anggota keluarga yang sakit, hal ini

bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit yang bisa menyebar kepada orang

lain (Oktami,2017).

Pencegahan ISPA yang lain yaitu dengan mengupayakan ventilasi yang

cukup di dalam rumah ataupun di ruangan, serta menghindari anak atau balita dari

paparan asap rokok. Apabila penyakit ISPA tidak di obati dan jika disertai dengan

malnutrisi, maka penyakit tersebut akan terjadi komplikasi yang menyebabkan

terjadinya bronchitis, pneumonia, otitis media, sinusitis, gagal napas, cardiac arrest,

dan syok (Hartono, 2012)

Faktor resiko terjadinya ISPA adalah status imunisasi, anak yang tidak

mendapatkan imunisasi mempunyai resiko lebih tinggi dari pada yang mendapatkan

imunisasi. Imunisasi adalah upaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit (Kemenkes RI, 2017). Adapun jenis-jenis

imunisasi yaitu: BCG (Bacillus Calmette Guerin), DPD (Diteri, Pertusis dan

Tetanus), Polio, Hepatitis B, dan Campak (Hadianti,2014).

Kedua adalah pemberian kapsul vitamin A, vitamin A meningkatkan

imunitas anak, anak/bayi yang tidak mendapatkan vitamin A, berisiko lebih besar

terkena penyakit ISPA. Vitamin A mempunyai fungsi yaitu untuk meningkatkan

daya tahan tubuh seseorang terhadap penyakit. Ketiga adalah keberadaan/ Perilaku

merokok anggota keluarga yang merokok di dalam rumah.

Perilaku merokok anggota keluarga juga dilihat dari jumlah rokok yang di

hisap setiap hari. Terdapat dua jenis perilaku perokok, yaitu perokok aktif dan

perokok pasif. Perokok aktif adalah seorang yang melakukan aktifitas merokok,

9
sedangkan perokok pasif adalah seorang yang tidak merokok namun secara tidak

sengaja menghirup asap rokok dari orang lain.

Perilaku merokok anggota keluarga juga dilihat dari jumlah rokok yang di

hisap setiap hari. Perokok diklarifikasikan menjadi 3 tipe berdasarkan jumlah rokok

yang dihisap setiap harinya, tipe tersebut adalah perokok berat apabila menghisap

lebih dari 15 batang rokok dalam sehari, perokok sedang apabila menghisap rokok

5-14 rokok dalam sehari, dan perokok ringan apabila menghisap rokok 1-4 dalam

sehari (Zuhriyah,2015).

Faktor resiko lainya yaitu berat badan rendah ditetapkan sebagai suatu berat

lahir yang kurang dari 2500 gram. Bayi yang dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian bayi di karenakan bayi

rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran pernapasan bagian bawah (Purwanti,

2014).

Status gizi juga menjadi salah satu faktor resiko ISPA yaitu dengan keadaan

gizi buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting terjadinya ISPA, ada beberapa

penelitian telah membuktikan tentang adanya hubungan antara gizi buruk dari

infeksi paru, sehingga anak-anak yang bergizi buruk sering mendapatkan

pneumonia. Selain itu ada hubungan antara gizi buruk dan terjadinya campak dan

infeksi virus lainnya serta menurunkan daya tahan tubuh anak atau balita terhadap

infeksi. Anak atau Balita dengan gizi kurang akan sering terkena ISPA

dibandingkan dengan anak yang gizi normal dikarenakan faktor daya tahan tubuh

kurang (Sudanto, 2017).

Status ASI merupakan faktor resiko ISPA. ASI merupakan makanan yang

paling baik bagi bayi terutama pada bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya

merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat anti

10
mikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara

sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan imunisasi pasif melalui

penyampaian antibody dan sel imunokompeten masuk ke saluran pernapasan bagian

atas (Hidayat, 2009)

2.2. Edukasi Kesehatan

Edukasi atau biasa juga disebut dengan pendidikan kesehatan dapat diartikan

sebagai pemberian informasi, instruksi atau peningkatan tentang pemahaman yang

terkait dengan kesehatan. Edukasi atau penddidikan kesehatan dapat meliputi jenis

pendidikan terkait dengan potensial kesehatan dan bagaimana potensial kesehatan

dapat tercapai atau terkait dengan bagaimana menghindari masalah penyakit.

Edukasi atau pendidikan kesehatan merupakan suatu proses belajar dari yang

tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu tentang nilai kesehatan ( carr et al,

2014). Lima teori yang yang sering digunakan dalam penerapan teori pendidkan

kesehatan yaitu health belief model the teori of planned behavior (teori perilaku

rencana), transtheorical stages of change model teori kognitif sosial. Health belief

model, berkaitan dengan kepercayaan dalam hal kesehatan.model ini merupakan

salah satu model pertama yang dirancangkan untuk mendorong penduduk

melakukan tindakan kearah kesehatan yang positif.

Edukasi atau pendidikan kesehatan mempertimbangkan persepsi kesehatan

individu bahwa mereka rentan terhadap penyakit yang mengancam kesehatan

mereka, misalnya pada anak atau balita yang rentan terkena penyakit ISPA dan

tindikan individu tersebut yang dapat mencegah ancaman yaitu dengan melakukan

pencegahan ISPA dan pola hidup sehat. Adapun tujuan dari Edukasi (pendidikan

kesehatan).

11
Tujuan dari pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan kemampuan

dari masyarakat dan untuk memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan, baik

secara fisik, secara mental, dan secara sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi

dan sosial (UU No.23 Tahun 1992). Pendidikan kesehatan ada pada semua program

kesehatan, baik dalam pemberantasan penyakit menular, sanitasi, lingkungan, gizi

masyarakat, pelayanan kesehatan maupun program lainnya. Selain tujuan dalam

pendidikan kesehatan juga terdapat beberapa metode dalam pendidikan kesehatan.

Pendidikan kesehatan harus menggunakan berbagai cara agar materi dapat di

sampaikan secara baik dan tepat pada sasarannya. Cara atau metode dalam

pendidikan kesehatan adalah sebagai berikut: Yang pertama yaitu Metode

Pendidikan individu, dalam metode ini pendidikan kesehatan bersifat secara

individu, metode ini digunakan untuk membuat dan membina perilaku yang baru,

atau seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku. Kedua metode

pendidikan kelompok. Dalam metode ini terdapat kelompok besar dan kelompok

kecil.

Adapun bentuk pendekatan dari pendidkan kesehatan kelompok besar

berbeda dengan bentuk pendekatan pada kelompok kecil, berikut bentuk

pendekatanya: Kelompok besar dalam pendidikan kesehatan lebih dari 15 orang

dengan menggunakan metode ceramah dan seminar, Dan dalam kelompok yang

kecil yaitu jumlah peserta kurang dari 15 orang, dengan menggunakan metode

diskusi kelompok, curah pendapat dan permainan simulasi. Ketiga Metode

pendidikan masa, dalam metode ini merupakan bentuk pendekatan masa yang tidak

secara langsung, biasanya melalui media masa antara lain melalui siaran radio, dan

tulisan-tulisan dimajalah atau Koran (Efendy,2008).

12
Metode ceramah merupakan salah satu cara menerangkan atau menjelaskan

suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok pendengar yang

disertai diskusi dan tanya jawab. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang

peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit

memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya

(Hikmawati, 2011). Metode ini menguntungkan bila dipergunakan untuk

memperkenalkan suatu subjek dengan memberikan gambaran, sehingga menuntun

orang untuk mengambil suatu tindakan, bersifat informatif dan dapat menghemat

waktu karena sebagia peserta dapat diberi pemahaman pada suatu waktu serta dapat

diulang kembali jika ada peserta yang kurang memahami (Trianto, 2013)

Dalam Memberikan Edukasi Kesehatan juga dapat meningkatkan

pengetahuan masyarakat terhadap suatu penyakit. Pengetahuan merupakan suatu

kemampuan untuk membentuk model mental yang menggambarkan suatu objek

dengan tepat dan mempresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu

obejk tertentu (Kusrini, 2010).

Pengetahuan merupakan informasi yang di ketahui atau di sadari oleh

seseorang Pengetahuan memiliki 6 tingkat, antara lain : yang pertama Tahu (know)

diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Tahu

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang

tahu tentang apa yang dipelajari yaitu: Menyebutkan, menguraikan dan

mendefinisikan. Kedua Memahami merupakan suatu kemampuan untuk

menjelaskan tentang suatu objek yang telah diketahui secara benar.

Ketiga Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk mempraktekan materi

yang sudah diperlajari pada kondisi yang sebenarnya. Keempat Analisis merupakan

kemampuan untuk menjalbarkan sesuatu objek atau materi yang diterdapat di dalam

13
suatu struktur organisasi tersebut. Kelima sintesis merupakan kemampuan untuk

mneghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan dan dapat meringkas teori-

teori yang sudah ada. Keenam Evaluasi merupakan pengetahuan untuk melakukan

suatu penilaian terhadap suatu objek atau materi (Maulana, 2009).

Adapun Pengetahuan di pengaruhi oleh beberapa faktor-faktor (Wawan dan

Dewi, 2010) yaitu : Faktor Internal (Pendidikan, Lingkungan, Pengalaman dan

Usia) dan Faktor Eksternal (Lingkungan, Informasi/Media Massa, Sosial Budaya

dan Ekonomi). Faktor Internal yang pertama yaitu Pendidikan. Pendidikan

merupakan suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan,

perkembangan atau perubahan perilaku kearah yang lebih dewasa, lebih baik pada

diri individu, kelompok maupun masyarakat.

Pendidikan juga merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

seseorang dan kemampuan seseorang di dalam dan diluar sekolah dan berlangsung

sampai seumur hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi dalam proses belajar,

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mendapatkan dan

memberikan informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang cenderung makin

mudah untuk mendapatkan sebuah informasi dari orang lain atau dari media massa,

semakin banyak mendapatkan informasi, semakin banyak juga pengetahuan yang

didapat seseorang tersebut.

Pengalaman merupakan sesuatu hal yang dirasakan atau diketahui dan

dikerjakan. Pengalaman juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap

oleh indra manusia. Pengetahuan yang didapatkan dari pengalaman berdasarkan

kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyebabkan

terbentuknya pengetahuan. Kedua Usia. Usia mempengaruhi daya tangkap pola

14
pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya ingat

atau daya tangkap pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik. Sedangkan Faktor Eksternal terdiri dari, yaitu yang pertama Lingkungan.

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang maupun

kelompok. Kedua Informasi atau Media Massa. Informasi atau Media Massa

merupakan informasi yang didapatkan dari pendidikan secara formal maupun non

formal, dan dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan

suatu perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Adanya suatu informasi baru tentang suatu hal dapat memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Ketiga Faktor

sosial budaya dan ekonomi. Faktor sosial budaya dan ekonomi merupakan suatu

kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan tersebut baik atau buruk. Status ekonomi seseorang juga akan

menetukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan utnuk kegiatan tertentu,

sehingga sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

2.3 Penelitian terkait

Novrianda, dkk (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Perbandingan

Efektivitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Dan Kemampuan Ibu

Merawat Balita ISPA di Puskesmas Padang Pasir Dan Pauh”. Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui perbandingan efektivitas pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan dan kemampuan ibu dalam perawatan balita ISPA antara

Puskesmas Padang Pasir dan Pauh.

15
Penelitian ini menggunakan rancanagan penelitian Pre Eksperimental

dengan menggunakan pendekatan One Group Pre Test-Post Test. Subjek penelitian

adalah ibu dengan balita ISPA berjumlah 15.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian diperoleh

perbedaan pengetahuan dan kemampuan merawat balita ISPA sebelum dan setelah

pendidikan kesehatan dengan (p=0,002). Lebih lanjut terdapat perbedaan efektivitas

pendidikan kesehatan antara Puskesmas Padang Pasir dengan Pauh pada

kemampuan merawat (p=0,004). Manfaaat penelitian ini adalah bisa mengetahui

keefektivan metode penkes yang akan digunakan dan ibu bisa lebih mengerti cara

merawat Balita ISPA.

Silviana (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “hubungan pengetahuan

ibu tentang penyakit ISPA dengan perilaku pencegahan ISPA pada Balita di phpt

muara angke Jakarta utara tahun 2014”. Dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA dengan perilaku

pencegahan ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional.

Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh. Populasi dalam

penelitian ini adalah ibu-ibu yang tinggal diPHPT Muara Angeka Jakarta Utara

yang berjumlah 35orang .Sampel penelitian yaitu seluruh populasi dijadikan sampel,

dengan jumlah responden sebanyak 35 orang. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang penyakit ISPA dengan perilakau

pencegahan ISPA pada Balita. Manfaat penelitian ini adalah orang tua menjadi lebih

tahu cara pencegahan penyakit ISPA pada balita.

Wahyuningsih A,dkk (2015) dalam penelitian yang berjudul “Pengetahuan ibu

tentang pencegahan ISPA menurunkan kejadian ISPA pada Balita”. Tujuan

16
penelitian ini adalah mempelajari pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA

dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri.Desain

penelitian ini menggunakan Cross-secsional.

Populasi pada penelitian ini semua ibu yang memiliki balita 0-5 tahun yang

mengalami ISPA dengan jumlah subjek 54 responden menggunakan Accidental

Sampling.Intrumen penelitian ini menggunakan kuesioner, analisa data

menggunakan uji statistik spearman rho (α<0,05). Hasil penelitian menunjukan

bahwa mayoritas tingkat pengetahuan ibu baik.

Hasil uji statistik spearman rho (α<0,05). Menunjukkan nilai p= 0,002, jadi ada

hubungan antara pengetahuan Ibu tentang pencegahan ISPA dengan Kejadian ISPA

pada balita. Manfaat dari penelitian ini adalah ketika pengetahuan ibu baik tentang

gambaran penyakit ISPA maka kejadian ISPA pada balita akan menurun.

Utari W,dkk (2014) dalam penelitiannya yang berjudul” efektivitas pendidikan

kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan keluarga tentang infeksi saluran

pernapasan akut (ISPA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan keluarga tentang ISPA.Penelitian ini

menggunakan desain penelitian quasi experiment with control group.

Metode penelitian ini digunakan yaitu pre-test dan post-test non equivalen

control group.Sampel adalah keluarga yang memiliki balita yang berada di RW 02

sampai RW 07 di kelurahan rejosari yang berjumlah 30 responden yang terdiri dari

15 responden sebagai kelompok eksperimen dan 15 responden sebagai kelompok

control.Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling. Instrumen yang

digunakan adalah Kuesioner.

Hasil dari penelitian ini adalah adanya perbedaan pengetahuan sebelum dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan dengan menggunakan media audiovisual

17
terhadap peningkatan pengetahuan keluarga . Manfaat dari penelitian ini adalah

terjadinya peningkatan pengetahuan bagi keluarga tentang gambaran penyakit ISPA

serta dapat membantu menurunkan angka kejadian dari penyakit ISPA.

Azamti, dkk (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh pendidikan

kesehatan tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA

pada balita di desa rade wilayah kerja puskesmas madapangga kabupaten bima.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang

ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA pada balita.

Dalam penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan menggunakan

pendekatan pre-test, post-test. Populasi penelitian adalah semua ibu yang memiliki

balita yang pernah menderita ISPA di desa rade wilayah kerja puskesmas

madapngga kabupataen bima. Sampel dalam penelitian ini yaitu ibu yang memiliki

balita yang pernah menderita ISPA di desa rade wilayah kerja puskesmas

madapngga kabupaten bima.

Hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh terhadap pendidikan

kesehatan tentang ISPA terhadap kemampuan ibu dalam deteksi dini penyakit ISPA

pada balita di desa rade wilayah kerja puskesmas madapngga kabupaten bima.

Manfaat penelitian ini adalah orang tua menjadi tau cara mendeteksi ISPA pada

balita mulai dari tanda dan gejala dan cara pencegahannya.

Jadi, kesimpulan dari penelitian terkait dalam penelitian ini yakni, penelitian

terkait yang dicantumkan dalam penelitian ini berjumlah 5 hasil penelitian dari

orang lain, dengan penelitian yang dibuat yaitu tentang Pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA, dengan hasil didapatkan yaitu,

ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan

ISPA

18
2.3 Tabel penelitian terkait
N Penulis Tempat Tahun Tujuan Desain Populasi dan Hasil Manfaat
o penelitian penelitian Penelitian Penelitian Sampel
1 Novriand Di 2015 Untuk Rancangan Populasi dari Hasil penelitian ini Manfaat dari
a, dkk puskesmas mengetahui penelitian pre penelitian ini diperoleh penelitian ini
padang pasir perbandinga eksperimental adalah perbedaan adalah ibu bisa
dan Pauh n efektivitas dengan seluruh ibu pengetahuan dan mengetahui
pendidikan menggunakan yang kemampuan keefektivitas
kesehatan pendekatan memiliki merawat balita metode penkes
terhadap one group pre- balita dengan ISPA sebelum dan yang akan
pengetahuan test-post test ISPA setelah pendidikan digunakan dan
dan sedangkan kesehatan dengan ibu bisa lebih
kemampuan sampel (p=0,002). Lebih mengerti cara
ibu dalam adalah ibu lanjut terdapat merawat balita
perawatan dengan balita perbedaan ISPA.
balita ISPA ISPA efektivitas
antara berjumlah 15 pendidikan
puskesmas kesehatan
padang pasir
dan pauh

2 Silviana Di PHPT 2014 Untuk Pendekatan Populasi Hasil penelitian ini Manfaat
muara angke mengetahui deskriptif dalam menunjukan penelitian ini
akarta utara hubungan analitik dengan penelitian ini bahwa ada adalah orang
tahun 2014 pengetahuan desain adalah ibu- hubungan antara tua menjadi
ibu tentang penelitian ibu yang pengetahuan lebih tahu cara
penyakit cross sectional. tinggal tentang penyakit pencegahan
ISPA dengan Teknik diPHPT ISPA dengan penyakit ISPA
perilaku pengambilan Muara perilakau pada balita
pencegahan sampel Angeka pencegahan ISPA
ISPA pada menggunakan Jakarta Utara pada Balita

19
balita sampling jenuh yang
berjumlah
35orang.
Sampel
penelitian
yaitu seluruh
populasi
dijadikan
sampel,
dengan
jumlah
responden
sebanyak 35
orang
3
Wahyuni di Puskesmas 2015 mempelajari Desain Populasi Hasil uji statistik Manfaat dari
ngsih Pesantren II pengetahuan penelitian ini pada spearman rho penelitian ini
A,dkk Kota Kediri ibu menggunakan penelitian ini (α<0,05). adalah ketika
tentangpence Cross- semua ibu Menunjukkannilai pengetahuan
gahan ISPA secsional. yang p= 0,002, jadi ada ibu baik
dengan Intrumen memiliki hubungan antara tentang
kejadian penelitian ini balita 0-5 pengetahuan Ibu gambaran
ISPA pada menggunakan tahun yang tentang penyakit ISPA
balita di kuesioner, mengalami pencegahan maka kejadian
Puskesmas analisa data ISPA dengan ISPAdengan ISPA pada
Pesantren II menggunakanu jumlah Kejadian ISPA balita akan
Kota Kediri ji statistik subjek 54 pada balita. menuru
spearman rho responden
(α<0,05). menggunaka
n Accidental
Sampling
4
Utari di Kelurahan 2014 Untuk menggunakan Sampel Hasil dari Manfaat dari

20
W,dkk Rejosari mengetahui desain adalah penelitian ini penelitian ini
wilayah kerja efektifitas penelitian keluarga adalah adanya adalah
Puskemas pendidikan quasi yang perbedaan terjadinya
Rejosari kesehatan experiment memiliki pengetahuan peningkatan
Pekanbaru terhadap with control balita yang sebelum dan pengetahuan
peningkatan group. Metode berada di setelah diberikan bagi keluarga
pengetahuan penelitian RW 02 pendidikan tentang
keluarga digunakan sampai RW kesehatan gambaran
tentang ISPA yaitu pre-test 07 di menggunakan penyakit ISPA
and post-test kelurahan media audiovisual serta
non-equivalen Rejosari terhadap membantu
control group yang peningakatan menurunkan
berjumlah 30 pengetahuan angka kejadia
responden keluarga ISPA
yang terdiri
dari 15
responden
sebagai
kelompok
eksperimen
dan 15
responden
sebagai
kelompok
control

5 Azamti, Di desa rade 2016 Untuk Pre- Populasi Hasil penelitian Manfaat
dkk wilayah kerja mengetahui eksperimental penelitian menunjukan penelitian ini
puskesmas pengaruh dengan adalah semua bahwa ada adalah orang
madapangga pendidikan menggunakan ibu yang pengaruh terhadap tua menjadi tau
kabupaten kesehatan pendekatan memiliki pendidikan cara
bima. tentang ISPA pre-test , post- balita yang kesehatan tentang mendeteksi

21
terhadap test pernah ISPA terhadap ISPA pada
kemampuan menderita kemampuan ibu balita mulai
ibu dalam ISPA di desa dalam deteksi dini dari tanda dan
deteksi dini rade wilayah penyakit ISPA gejala dan cara
penyakit kerja pada balita di desa pencegahannya
ISPA pada puskesmas rade wilayah kerja
balita madapngga puskesmas
kabupataen madapngga
bima. kabupaten bima
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu ibu
yang
memiliki
balita yang
pernah
menderita
ISPA di desa
rade wilayah
kerja
puskesmas
madapngga
kabupaten
bima.

22
2.4 Aplikasi Teori Konseptual Keperawatan Lawrence Green
2.4.1 Asumsi Utama

Teori yang dikembangkan oleh Lawrence Green dalam buku Noorkasiani (2009)

mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat di pengaruhi oleh dua faktor pokok

yaitu perilaku dan faktor diluar perilaku (non perilaku). Faktor perilaku di tentukan oleh tiga

kelompok faktor, yaitu: faktor predisposisi, pendukung dan pendorong. Faktor Predisposisi

mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur yang

lain terdapat dalam diri individu dan masyarakat.

Faktor Pendukung tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk

mencapainya. Faktor Pendorong ialah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Green, menyatakan

bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan menguatkan

ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku

positif dari masyarakat terhadap program tersebut terhadap kesehatan pada umumnya.

Non-Perilaku

Faktor Predisposisi

Pendidikan
PERILAKU KESEHATAN
Faktor Pendukung
Kesehatan

Faktor Pendorong

Gambar 2.5 Kerangka teori Lawrence Green

23
Dalam Penelitian ini, peneliti akan mengaplikasikan teori Larence Green dalam buku

Noorkasiani (2009) mengatakan bahwa kesehatan individu atau masyarakat di pengaruhi oleh

dua faktor pokok yaitu perilaku dan faktor diluar perilaku (non perilaku). Faktor perilaku di

tentukan oleh tiga kelompok faktor, yaitu: faktor predisposisi, pendukung dan pendorong.

Faktor Predisposisi mencakup pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial

dan unsur-unsur yang lain terdapat dalam diri individu dan masyarakat.

Faktor Pendukung tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk

mencapainya. Faktor Pendorong ialah sikap dan perilaku petugas kesehatan. Green,

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan

menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga

menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut terhadap kesehatan

pada umumnya.

Dalam penelitian ini yang akan di teliti mengenai Edukasi Kesehatan terhadap

Pengetahuan Ibu tentang pencegahan ISPA pada balita. Maka teori Lawrence Green ini

digunakan untuk menjadi acuan untuk membuat kerangka konsep. Peneliti menggunakan

penelitian ini sesuai dengan teori Lawrence green yaitu tentang Edukasi Kesehatan. Dimana

penelitian ini akan membahas tentang Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan ISPA pada balita.

Pengetahuan yang dimiliki manusia bersumber dari pengalaman dari pikiran.

Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman meliputi semua hal yang dialami baik oleh panca

indra, intuisi, ataupun kata hati. Adapun yang bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang

diperoleh melalui proses penalaran.

24
Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman sering kali dicerna melalui pikiran. Proses

pencernaan itu ada yang bersifat sederhana seperti memecahkan masalah atau melakukan

strategi kognitif. Dapat pula dikatakan bahwa pikiran merupakan muara bagi sumber-sumber

pengetahuan (Ali M, 2013)

25
BAB III
KERANGKA KONSEP , HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

Dalam bab ini menjelaskan tentang kerangka konsep penelitian tentang Kerangka Konsep,

Hipotesis dan Definisi Operasional

3.1 Kerangka Konsep

Faktor Predisposis:
Pengetahuan ibu
tentang Pencegahan
ISPA pada Balita

PENDIDIKAN
KESEHATAN Faktor Pendukung:
TENTANG - Puskesmas Perilaku Pencegahan
PENCEGAHAN - Rumah Sakit ISPA pada Balita
ISPA PADA
BALITA Faktor Pendorong:
- Keluarga
- Petugas
Kesehatan

Keterangan:

Variabel Independen:

Variabel Dependen:

Variabel tidak diteliti:

Gambar 3.1 Kerangka Teori Lawrence Green

27
3.2 Hipotesis

Ho : Tidak ada pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA

pada balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten

Kepulauan Talaud.

Ha : Ada pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA pada

balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan

Talaud.

3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi Definisi Alat ukur Skala Hasil

Konseptual operasional ukur ukur

Independe Edukasi kesehatan Edukasi - - -


n: merupakan upaya kesehatan
Edukasi untuk tentang
Kesehatan menerjermahkan pencegahan
tentang apa yang telah ISPA
pencegaha diketahui tentang menggunakan
n ISPA kesehatan ke dalam metode
perilaku yang di ceramah
inginkan oleh dengan media
seseorang maupun Leaflet dan
masyarakat melalui video
proses pemberian
tindakan Edukasi
kesehatan
(Nuryanto, 2014)

Dependen: Pengetahuan Segala sesuai Kuisioner Ordinal Pengetahu


Pengetahua merupakan suatu yang diketahui dengan an baik
n ibu hasil informasi yang oleh ibu jumlah 14 jika skor
tentang diketahui oleh mengenai pertanyaan, ≥ 21
pencegaha seseoarang setelah penyakit menggunak Pengetahu

28
n ISPA melakukan suatu ISPA, beserta an skala an kurang
pengindaraan cara guttman jika skor
terhadap suatu objek pencegahan dengan < 21
tertentu ISPA pilihan
(Lestari,2015) jawaban
benar
diberikan
nilai 2,
sedangkan
pilihan
jawaban
salah
diberikan
nilai 1

29
BAB IV
METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas tentang Desain Penelitian, Waktu Penelitian, Lokasi Penelitian,

Populasi serta Sampel yang akan digunakan, Instrument yang digunakan dalam Penelitian,

Pengumpulan data , Analisa data dan Etika keperawatan.

4.1 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif yang menggunakan Pra Eksperimen

dengan rancangan penelitian one group pre-test dan post-test design, dimana peneliti menguji

Pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA pada balita.

Rancangan one group pre-test dan post-test . Design penelitian ini, merupakan rancangan tidak

ada kelompok perbandingan (kontrol)

Rancangan Penelitian:

Sebelum Perlakuan Setelah

01 X 02
Gambar 3. Desain Penelitian Pra Eksperiment One Group Pre Test-Post Test

Keterangan:

01 = Pengetahuan sebelum dilakukan edukasi kesehatan tentang pencegahan ISPA

X = Pemberian Edukasi Kesehatan tentang pencegahan ISPA

02 = Pengetahuan setelah dilakukan edukasi kesehatan tentang pencegahan ISPA

30
4.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juli 2019

4.3 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Melonguane, Kec.Melonguane,

Kab.Kepulauan Talaud. Karakteristik tempat penelitian terjadinya ISPA di wilayah puskesmas

melonguane khususnya di kota melonguane disebabkan oleh kelembapan udara. kelembapan

udara di Kabupaten kepulauan Talaud dikategorikan kelembapan tinggi dan bersuhu tropis

sedang. Selain itu dikota melonguane juga masih terdapat cukup banyak pembangunan yang di

buat, dalam proses pembuatan bangunan tersebut terdapat material-material yang banyak, yang

menyebabkan ketidaknyamanan bagi masyarakat.

4.4 Populasi
Populasi yang diambil dalam penelitian adalah semua ibu-ibu yang memiliki balita yang

berusia ≤ 5 Tahun di wilayah kerja puskesmas melonguane, kecamatan melonguane, kabupaten

kepulauan talaud. Total Populasi ibu yang memiliki balita adalah 70 orang.

4.5 Sampel
Besar sampel menggunakan Total sampling, dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan Purposive sampling. Dengan jumlah sampel yang diambil yaitu 70 orang.

Dengan Kriteria inklusi:

- Ibu yang memiliki balita yang berusia ≤ 5 Tahun,

- Yang bersedia menjadi responden

- Responden yang hadir selama proses penelitian

31
4.6 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner.

Peneliti hanya menggunakan satu kuesioner dalam penelitian. Kuesioner yang digunakan yaitu

Pengetahuan ibu tentang Pencegahan ISPA, dengan jumlah pertanyaan 20 pertanyaan.

Kuesioner ini menggunakan model multiple choice (a,b,c ) yang dibuat sendiri oleh peneliti,

dengan cara memilih salah satu jawaban dengan memberikan checklist (√). Dengan penilaian

yaitu pilihan jawaban benar (nilai 2) dan salah (nilai 1) dan kuesioner ini dilakukan uji validitas

di kelurahan bailang kecamatan bunaken. Setelah dilakukan uji validitas, maka diperoleh hasil

yaitu kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan ISPA berjumlah 14 pertanyaan, dengan

skala pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan skala Guttman. Pemberian skor yang

diberikan dengan melihat jawaban yang diberikan oleh responden, dengan pilihan jawaban

benar (nilai 2) jawaban salah (nilai 1) . Pada pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA di

kategorikan pengetahuan baik ≥ 21, pengetahuan kurang < 21

Pada penelitian ini peneliti memberikan Edukasi Kesehatan dengan metode edukasi

pendidikan dalam bentuk kelompok dengan media leaflet dan video. Metode pendidikan

kesehatan dalam kelompok ini terdiri dari 15 peserta atau responden, dengan durasi atau waktu

dalam memberikan Edukasi kesehatan yaitu selama 35 menit. Dalam kuesioner tertutup

responden tinggal memilih jawaban yang telah dibuat atau disediakan oleh peneliti.

Uji validitas dan reliabilitas akan peneliti lakukan ditempat yang berbeda dengan kriteria

yang sama dengan kriteria inklusi. Uji Validitas ini akan dilaksanakan di kelurahan bailing

Lingkungan IV kecamatan bunaken pada tanggal 24 -26 juni 2019 dengan jumlah responden

saat dilakukan uji validitas yaitu berjumlah 20 responden. Jumlah pertanyaan yang valid setelah

data diolah yaitu berjumlah 14 pertanyaan dengan nilai r tabel 0,444.

32
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya dan diandalkan. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukan konsistensi suatu alat

pengukur di dalam mengukur gejala yang sama (Suyanto, 2015). Setelah dilakukan uji

Reliabilitas diperoleh hasil Cronbach’s Alpha 0,916, maka kuesioner yang digunakan adalah

reliable.

Implementasi yang dilakukan akan meliputi beberapa tahap yaitu akan dijelaskan maksud

dan tujuan penelitian. Kemudian peneliti akan mulai melaksanakan penelitian pada responden

yang didapatkan, dengan membagikan kuisioner pengetahuan tentang pencegahan ISPA, setelah

itu akan dilakukan Edukasi Kesehatan dengan cara ceramah yang disertai dengan video tentang

materi yang akan diberikan kepada responden yaitu tentang pencegahan ISPA. Setelah peneliti

sudah selesai memberikan materi tentang pencegahan ISPA kepada responden, kemudian

peneliti akan membagikan kembali kuisioner pengetahuan kepada responden, kuisioner yang

dibagikan adalah kuisioner yang sama dengan yang dibagikan sebelum dilakukan Edukasi

Kesehatan.

4.7 Pengumpulan Data

Perijinan: Pengambilan surat ijin di Fakultas pada tangga 25


februari 2019

33
Memasukan Surat ijin di kantor dinas kesehatan melonguane
dan dipuskesmas melonguane

Pengambilan data awal di puskesmas melonguane

Meminta ijin kepada kepala Puskesmas melonguane untuk


melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas melonguane

Memberikan informed consent kepada responden,


menjelaskan serta meminta persetujuan dari responden

Memberikan Pre-test dan kuisioner kepada responden sebelum


dilakukan Edukasi Kesehatan

Memberikan Edukasi Kesehatan tentang pencegahan ISPA


kepada responden

Memberikan Post-test dan memberikan kuisioner kepada


responden

Melakukan pengolahan data dan melakukan analisis data


univariat dan bivariat, Hasil pembahasan serta kesimpulan
penelitian

Bagan 4.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yakni, yang pertama peneliti meminta

surat izin terlebih dahulu dari Fakultas Keperawatan Unika De La Salle Manado pada tanggal

34
25 februari 2019 untuk melihat gambaran penyakit ISPA pada balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud dalam

pengambilan data awal.

Dalam pengumpulan data awal peneliti dibantu oleh dua orang perawat yang bekerja di

puskesmas melonguane untuk melihat data penyakit ISPA. Setelah peneliti mendapat data awal

mengenai jumlah penderita ISPA yang ada di puskesmas melonguane, selanjutnya peneliti

mengambil surat izin di Fakultas untuk melakukan penelitian di wilayah kerja puskesmas

melonguane, kemudian peneliti meminta ijin kepada kepala puskesmas melonguane untuk

melakukan penelitian.

Setelah peneliti sudah mendapatkan ijin dari kepala puskesmas melonguane selanjutya

peneliti meminta ijin untuk melakukan Edukasi Kesehatan tentang pencegahan ISPA kepada

orang tua yang memiliki balita ≤ 5 tahun. Setelah peneliti sudah mendapatkan responden ,

kemudian peneliti memberikan informed consent kepada responden dan menjelaskan tujuan dari

dilakukan penelitian.

Selanjutnya peneliti memberikan pre-test dan kuisioner kepada responden sebelum

dilakukan Edukasi Kesehatan. Setelah kuesioner Pre-test sudah di isi oleh responden, kemudian

peneliti memberikan Edukasi Kesehatan tentang pencegahan ISPA kepada responden dengan

waktu 30 menit, Setelah Edukasi Kesehatan sudah selesai dilakukan, penelitian melakukan

evaluasi kepada responden melalui kuisioner Post-test. Kemudian penelitian melakukan

pengolahan data dan analisa data univariat dan bivariat, Hasil pembahasan serta Kesimpulan

penelitian.

35
4.8 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data di bagikan dalam empat tahap yaitu:

1. Editing : Pada tahap editing, peneliti memeriksa kembali hasil pretest dan post apakah

responden sudah mengisi semua data dengan benar atau tidak

2. Koding : Pada tahap koding, dimana sebelum peneliti melakukan tabulasi data, peneliti

membuat pengkodeaan data, yaitu pada data jenis kelamin balita, jenis kelamin laki-laki

diberi kode (1), dan perempuan (2) serta pada jawaban kuesioner, jawaban benar (nilai 2),

salah (nilai 1).

3. Tabulasi : Pada tahap tabulasi, peneliti melakukan tabulasi data di program Komputer,

dengan menggunakan aplikasi SPSS

4. Analisis data : Pada tahap analisis data, peneliti melakukan analisis data berupa, hasil

analisis data Univariat dan bivariat di program komputer dengan menggunakan aplikasi

SPSS

4.8 Analisis Data


4.8.1 Analisis Univariat

Analisa univariat dalam penelitian ini bertujuan melihat gambaran pengetahuan ibu sebelum

dan sesudah diberikan Edukasi kesehatan tentang pencegahan ISPA pada balita diwilayah kerja

puskesmas melonguane kec.melonguane, kab.kepulauan talaud.

4.8.2 Analisis Bivariat

Pada penelitian ini menggunakan analisa bivariat untuk menganalisis perbedaan atau hubungan

antara variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini, analisis bivariat

dilakukan untuk mengetahui pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang

pencegahan ISPA pada balita. Penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.

36
Untuk mengetahui pengetahuan ibu menggunakan skala Guttman. Dan tarif signifikan atau nilai

kepercayaan untuk kuisioner pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA yaitu CI 95% atau ≤

0,05.

4.9 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah etika penelitian. Peneliti


menggunakan beberapa prinsip etika dalam penelitian seperti prinsip baik, hormat dan adil.
Pertama, prinsip baik. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dalam melakukan
penelitian,serta manfaat dari penelitian, prosedur penelitian, resiko dan keuntungan yang
mungkin didapatkan selama pengumpulan data. Kemudian peneliti memberikan kebebasan
kepada responden untuk menentukan pilihan ikut atau menolak penelitian (autonomy) dengan
cara memberikan informed consent yaitu persetujuan untuk berpatisipasi sebagai responden
penelitian.
Kedua, prinsip hormat. Menghormati privasi dan kerahasiaan (Confidentiality) dari
responden. Pada saat melakukan penelitian, peneliti menjelaskan kepada responden yaitu pada
saat mengisi lembar kuesioner, responden hanya menuliskan nama inisial saja tidak menuliskan
nama lengkap. Peneliti juga menjelaskan kepada responden bahwa peneliti menjamin
kerahasiaan data dan informasi pribadi responden dan tidak akan dipublikasikan kepada pihak
lain, selain itu untuk kepentingan penelitian ini.
Ketiga, prinsip adil (justice). Keadilan dalam penelitian ini yaitu dimna semua responden
diperlakukan secara adil oleh peneliti, tanpa membeda-bedakan agama, suku, budaya, kaya,
miskin, dan juga hal ini dapat memberikan keuntungan bagi responden sesuai dengan
kebutuhannya

37
BAB V

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan membahas hasil penelitian yang didapat dilapangan yang terdiri dari

data demografi, analisa univariat, analisa bivariate yang disajikan dalam bentuk tabel. Penelitian

ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten

Kepulauan Talaud pada tanggal 4 Juli 2019 sampai dengan 24 Juli 2019. Tujuan penelitian yaitu

diketahui pengaruh edukasi kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA pada

balita. Responden dalam penelitian ini berjumlah 70 orang Ibu yang memiliki Balita. Setelah

peneliti melakukan tabulasi data pada 70 responden, didapatkan hasil pengetahuan baik 19

orang dan pengetahuan kurang 51 orang. Dengan hasil tersebut peneliti melakukan tabulasi data

kembali pada 51 orang yang masih memiliki pengetahuan kurang, dengan tujuan untuk melihat

pengetahuan mereka tentang pencegahan setelah diberikan edukasi kesehatan, apakah terjadi

peningkatan atau tidak.

Pada pengumpulan data, peneliti mengikuti kegiatan posyandu dengan tim kesehatan

puskesmas melonguane. Pada tanggal 08 juli 2019 peneliti mengikuti kegiatan posyandu di desa

tarun dan memberikan Edukasi kesehatan pada responden berjumlah 15 orang. Pada tanggal 08

juli 2019, peneliti mengikuti kegiatan posyandu dan memberikan edukasi kesehatan di desa

tarun selatan pada responden berjumlah 15 orang.

Pada tanggal 09 juli 2019, peneliti mengikuti kegiatan posyandu di desa sawang utara

dan memberikan edukasi kesehatan pada responden berjumlah 10 orang. Pada tanggal 09 juli

2019 peneliti mengikuti kegiatan posyandu di desa sawang induk dan memberikan edukasi

kesehatan pada responden berjumlah 11 orang.

38
Proses penelitian yang di lakukan oleh peneliti di desa tarun, tarun selatan, desa sawang

utara dan sawang induk yaitu sebelum peneliti memberikan Edukasi Kesehatan kepada

responden, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti untuk melakukan penelitian.

Setelah peneliti selesai menjelaskan, peneliti membagikan lembar informed consent kepada

responden, untuk meminta persetujuan menjadi responden dalam penelitian tersebut. Jika

responden sudah selesai mengisi lembar informed consent, peneliti membagikan kuisioner

Pretest kepada responden. Setelah selesai responden mengisi kuesioner tersebut, kemudian

peneliti memberikan Edukasi Kesehatan kepada responden selama 10 menit. Setelah sudah

selesai dilakukan edukasi kesehatan, peneliti melakukan diskusi (Tanya-jawab) dengan

responden, kemudian peneliti membagikan kuesioner Postest kepada responden.

Pada responden diberikan Pre test untuk mengetahui tingkat pengetahuan dengan

mengisi kuesioner dalam bentuk pilihan ganda (Multiple Choice). Selesai memberikan Pre test,

peneliti memberikan edukasi kesehatan kepada responden dengan melakukan penyuluhan

kesehatan dan mengedarkan Leaflet tentang pencegahan ISPA. Selanjutnya setelah diberikan

edukasi kesehatan, responden diberikan Post test. Kuesioner Pre test dan Post test di periksa

kembali untuk memastikan responden sudah mengisi semua kuesioner yang diedarkan,

kemudian peneliti melakukan pengolahan data dan analisis data.

Analisis data Univariat untuk mengetahui frekuensi tingkat pengetahuan ibu sebelum dan

sesudah diberikan edukasi kesehatan dan Analisis Bivariat untuk mengetahui tingkat

signifikansi sebelum dan sesudah diberikan edukasi kesehatan dengan menggunakan Uji

Wilcoxon signed rank test.

5.1 Karakteristik Demografi Responden

39
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Usia Ibu, tingkat pendidikan ibu serta
jenis pekerjaan ibu yang memiliki balita.
Sumber :
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (100%)
Usia ibu Data Primer
2019
16-25 16 31,4
26-30 13 25,6 Berda
31-35 11 21,6
36-40 6 11,9 sarkan hasil
41-45 5 9,9
analisa pada
Tingkat Pendidikan
ibu tabel

SD 1 2,0 frekuensi,
SMP 13 25,5
SMA 34 66,7 jumlah
D3/S1/S2 3 5,9
responden
Jenis pekerjaan ibu
terbanyak
PNS 4 7,8
Wiraswasta 1 2,0 yang berusia
Honorer 2 3,9
IRT 44 86,3 16-25 tahun

yaitu
Usia Balita
sebanyak 16
≤ 1 tahun 20 39,2
2-3 tahun 24 47,1 responden.
4-5 tahun 7 13,7
Berdasarkan
Jenis Kelamin balita
karakteristik
Laki-Laki 26 51,0
Perempuan 25 49,0 tingkat
Total 51 100 pendidikan

ibu, yang paling banyak berpendidikan terakhir SMA yaitu 34 responden . berdasarkan

karakteristik pekerjaan yaitu sebagian besar 86,3% responden memiliki pekerjaan IRT.

40
Berdasarkan usia balita yaitu terbanyak 2-3 Tahun sebesar 47,1%. Berdasarkan jenis kelamin

balita yaitu terbanyak jenis kelamin Laki-laki sebesar 51,0%

5.2 Hasil Analisis Univariat

Tabel 5.2.1 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu sebelum dilakukan edukasi kesehatan
tentang pencegahan ISPA di wilayah Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane, Kab.Kepulauan
Talaud
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (100%)

Pengetahuan Baik 0 0

Pengetahuan Kurang 51 100


Total 51 100%
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan Tabel 5.2.1 distribusi frekuensi responden yang berpengetahuan kurang

sebelum diberikan edukasi kesehatan tentang pencegahan ISPA yaitu sebanyak 51 responden.

Tabel 5.2.2 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan ibu sesudah diberikan edukasi kesehatan
di wilayah Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane, Kab.Kepulauan Talaud

Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (100%)

Pengetahuan Baik 48 94,1

Pengetahuan Kurang 3 5,9


Total 51 100
Sumber: Data Primer 2019
41
Berdasarkan Tabel 5.2.2 distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang

pencegahan ISPA sesudah diberikan edukasi kesehatan yaitu 94,% atau 48 responden memiliki

pengetahuan baik

5.3 Hasil Analisis Bivariat

Tabel 5.3.1 Pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu yang memiliki balita di
wilayah Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane, Kab.Kepulauan Talaud

Variabel N Std.deviasi Mean Rank P value


Pengetahuan Pre test 51 1.701 0.00
0.000
Pengetahuan post test 51 1.540 26.00
Sumber : Data Primer 2019

Berdasarkan tabel 5.3.1 penelitian ini dilakukan pada 51 responden, hasil pretest
pengetahuan ibu yaitu diperoleh nilai standar deviasi 1.701, Pengetahuan ibu pada posttest
terdapat nilai standar deviasi 1.540. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Wilcoxon
signed rank test. Dimana terdapat nilai p = 0,000
(< 0,05) yang artinya Hο ditolak, dengan demikian Ha diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh Edukasi Kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA
pada Balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten
Kepulauan Talaud.

42
BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh, perbandingan hasil yang
diperoleh dengan penelitian sebelumnya, penjelasan konsep teori dan kaitannya dengan teori
keperawatan.

6.1 Gambaran Pengetahuan ibu sebelum diberikan penyuluhan kesehatan tentang


pencegahan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane,
Kab.Kepulauan Talaud

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diwilayah kerja puskesms


melonguane sebanyak 51 responden yang ikut dalam penelitian dan saat melakukan pretest
tentang pencegahan ISPA didapatkan hasil pengetahuan kurang berjumlah 51orang, tidak
ada responden yang berpengetahuan baik.

6.2 Gambaran Pengetahuan ibu sesudah diberikan penyuluhan kesehatan tentang


pencegahan ISPA di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kec.Melonguane,
Kab.Kepulauan Talaud

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diwilayah kerja puskesms melonguane


sebanyak 51 responden yang ikut dalam penelitian setelah diberikan edukasi kesehatan, di
dapatkan hasil responden yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 48 orang, pengetahuan
kurang berjumlah 3 orang. Sehingga ada pengaruh edukasi kesehatan terhadap peningkatan
pengetahuan responden.
Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Azamti B (2016) sebelum diberikan
penyuluhan kesehatan tentang ISPA sebagian besar ibu mempunyai kemampuan dalam
deteksi dini ISPA yaitu kurang sebanyak 11 responden (47,62%) sedangkan cukup sebanyak
10 responden (52,38%) dan baik tidak ada. Sedangkan setelah dilakukan penyuluhan
kesehatan tentang ISPA terjadi perubahan kemampuan ibu dalam deteksi dini ISPA yaitu
cukup sebanyak 15 responden (71,43%) sedangkan baik sebanyak 6 responden (28,57%)
dan kurang tidak ada. Hal ini menunjukan terjadinya peningkatan pengetahuan setelah
diberikan penyuluhan kesehatan Sedangkan Hasil penelitian lain yang dilakukan Novrianda
D, dkk (2015) yang meneliti tentang efektifitas pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan

44
dan kemampuan ibu merawat balita di puskesmas padang pasir dan pauh. Hasil
penelitiannya diperoleh nilai p value 0,002 (<0,05).
Setelah peneliti mengolah data didapatkan hasil bahwa pada pretest kuesioner
pengetahuan tentang pencegahan ISPA sebagian besar responden memiliki pengetahuan
kurang, sedangkan setelah diberikan edukasi kesehatan tentang pencegahan ISPA responden
mengalami peningkatan pengetahuan yang signifikan.
Dari hasil penelitian, peneliti berasumsi bahwa banyak responden yang masih kurang
mengetahui tentang penyakit ISPA dan cara pencegahannya dilihat dari nilai rata-rata pre test
18,47, dimana faktor-faktor yang membuat mereka kurang mengetahui tentang penyakit
ISPA dan pencegahannya adalah tidak ada kemauan untuk mencari informasi tentang ISPA
dan pencegahannya.
Hal ini didukung oleh teori menurut Kusrini (2010) bahwa pengetahuan adalah
kemampuan untuk merepresentasikannya dalam aksi yang dilakukan terhadap suatu obyek.
Orang tua balita sering menganggap biasa ketika balitanya mengalami batuk dan flu karena
mereka beranggapan bahwa batuk dan flu akan sembuh dengan sendirinya. Sehingga bisa
menyebabkan banyak balita yang terkena ISPA.
Penelitian ini juga dapat dihubungkan dengan teori keperawatan dari Lawrence green
dimana dengan dilakukan Edukasi Kesehatan maka sangatlah mempengaruhi pengetahuan
setiap individu. Lawrence green menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai
peranan penting dalam mengubah dan menimbulkan perilaku yang positif dari masyarakat
terhadap program tersebut terlebih khusus terhadap kesehatan pada umumnya.
Sehingga setelah diberikan Edukasi kesehatan responden akan melihat manfaat dan
kerugian dari program edukasi kesehatan tersebut, misalnya manfaatnya adalah peningkatan
kesehatan pada balitanya. Edukasi kesehatan yan dibuat oleh peneliti yaitu dalam bentuk
ceramah dengan memberikan sebuah video tentang penyakit ISPA, diskusi (Tanya-jawab)
dengan menggunakan leaflet dan dibagikan kepada responden, agar responden lebih mudah
mengerti dan mengingat penyakit ISPA beserta cara pencegahannya. Dan dengan diberikan
Edukasi kesehatan, di dapatkan hasil post test yaitu responden mengalami peningkatan
pengetahuan.

45
6.3 Pengaruh Edukasi kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu balita di
wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane Kabupaten Kepulauan
Talaud

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diperoleh bahwa, ada
pengaruh antara pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan Edukasi Kesehatan tentang
pencegahan ISPA.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Novrianda, dkk (2015)
yang dilakukan dipuskesmas padang pasir dan pauh. Dengan rancangan penelitian Pre
ekxperimental dengan menggunakan pendekatan one group pre-test dan post-test. Hasil
yang didapat dari penelitian ini yaitu ada perbedaan efektivitas pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan ibu balita. Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Wahyuningsih
(2015) dengan judul pengetahuan ibu tentang pencegahan ISPA dengan kejadian ISPA pada
ballita di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri. Hasil yang didapat yaitu ibu yang memiliki
pengetahuan baik lebih banyak yaitu berjumlah 39 responden (75,46%).
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Utari W,dkk (2014) yang dilakukan di wilayah
kerja puskesmas rejosari pekanbaru. Dengan desain penelitian menggunakan quasi
experiment with control group. Hasil yang didapatkan adanya perbedaan pengetahuan
sebeum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual
terhadap peningkatan pengetahuan keluarga.
Pada saat penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa responden terbanyak memiliki
pengetahuan kurang sebelum diberikan pendidikan kesehatan, sedangkan setelah diberikan
pendidikan kesehatan terjadi peningkatan pengetahuan ibu. Maka dari itu, pendidikan
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan ibu.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas
Melonguane, dari 51 ibu yang memiliki balita sebagai responden setelah diberikan Edukasi
Kesehatan dan dilakukan post test masih terdapat 3 responden yang tidak mencapai kategori
dalam pengetahuan baik. Hal ini disebabkan karena, pada saat peneliti memberikan Edukasi
Kesehatan 3 responden ini tidak memperhatikan dengan baik materi yang diberikan oleh
peneliti, mereka lebih terfokus pada balita mereka, sehingga pada saat peneliti selesai
memberikan Edukasi kesehatan dan peneliti membagikan lembar kuesioner post test,
responden tersebut mengisi kuesioner tidak benar, dikarenakan tidak mengetahui tentang
penyakit ISPA beserta cara pencegahanya. Setelah responden mengisi kuesioner post test
dan diperiksa oleh peneliti, masih ada responden yang pengetahuannya kurang.
46
Dengan demikian dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja
Puskesmas Melonguane, setelah dilakukan Edukasi Kesehatan, terjadi peningkatan
pengetahuan, tetapi tidak 100% meningkat, masih terdapat 3 orang responden yang memiliki
pengetahuan kurang.
Penelitian ini dapat dihubungkan dengan teori dari Lawrence Green dimna Green,
menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam mengubah dan
menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga
menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap program tersebut terhadap kesehatan
pada umumnya, dan juga dengan diberikan pendidikan kesehatan dapat menambah
pengetahuan dari setiap individu yang telah diberikan pendidikan kesehatan.
Dalam penelitian ini, peneliti menghubungkan dengan teori menurut Lawrence Green
dimana ketika responden percaya dan memiliki penilaian yang baik serta berperilaku positif
terhadap Edukasi Kesehatan yang diberikan oleh peneliti, maka dapat meningkatkan
pengetahuan dari setiap responden dapatkan dari Edukasi Kesehatan yang diberikan oleh
peneliti. Pengetahuan yang dimiliki manusia bersumber dari pengalaman dari pikiran.
Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman meliputi semua hal yang dialami baik oleh
panca indra, intuisi, ataupun kata hati.
Adapun yang bersumber dari pikiran adalah pengetahuan yang diperoleh melalui
proses penalaran. Pengetahuan yang bersumber dari pengalaman sering kali dicerna melalui
pikiran. Proses pencernaan itu ada yang bersifat sederhana seperti memecahkan masalah
atau melakukan strategi kognitif. Dapat pula dikatakan bahwa pikiran merupakan muara
bagi sumber-sumber pengetahuan (Ali M, 2013)
.
6.4 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Edukasi kesehatan yang diberikan masih
bersifat umum, dimana ketika peneliti melakukan pretest, hasil dari pretest tidak di
evaluasi terlebih dahulu sehingga peneliti langsung memberikan penyuluhan tanpa
memperhatikan kebutuhan responden tentang pemahaman mereka terhadap pencegahan
ISPA.

47
BAB 7

PENUTUP

Bab ini merupakan bagian penutup dari skripsi ini yang di dalamnya terdapat kesimpulan
dan saran dari penelitian yang sudah dilakukan

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Melonguane, Maka dapat
disimpulkan bahwa :
7.1.1 Tingkat Pengetahuan ibu yang memiliki balita sebelum diberikan Edukasi Kesehatan
tentang pencegahan ISPA sebagian besar dalam pengetahuan kurang (100%)
7.1.2 Tingkat Pengetahuan ibu yang memiliki balita sesudah diberikan Edukasi Kesehatan
tentang pencegahan ISPA dalam pengetahuan baik (94,1%)
7.1.3 Terdapat Pengaruh Edukasi Kesehatan Terhadap Pengetahuan ibu tentang pencegahan
ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Melonguane Kecamatan Melonguane
Kabupaten Kepulauan Talaud

7.2 Saran
1. Bagi Responden
Saran bagi responden, diharapkan untuk lebih meningkatkan lagi pengetahuan
mencari tahu tentang informasi tentang penyakit ISPA beserta pencegahannya, dan
selalu mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan dipuskesmas maupun didesa, salah
satu mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh tim kesehatan.

2. Bagi petugas Kesehatan Puskesmas Melonguane


Saran bagi petugas kesehatan Puskesmas Melonguane agar dapat lebih
meningkatkan promosi kesehatan seperti melakukan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan tentang pencegahan penyakit (Penyakit ISPA) kepada masyarakat
luas.Sehingga masyarakat lebih dalam lagi mengetahui penyakit ISPA beserta cara
pencegahannya, dan kasus ISPA dapat berkurang dari sebelumnya.

49
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini
dengan metode yang berbeda , misalnya menggunakan metode dalam bentuk games
atau metode lainnya, dan lebih banyak jumlah sampel yang digunakan serta tempat
penelitian yang lebih luas dan yang membutuhkan untuk diberikan pendidikan
kesehatan sehingga memperoleh hasil yang lebih baik.

50
DAFTAR PUSTAKA

Azamti B; Sri murniati; Rohani. (2016). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang ISPA
Terhadap Kemampuan Ibu Dalam Deteksi Dini Penyakit ISPA Pada Balita diDesa Rade
Wilayah Kerja Puskesmas Madapangga. Jurnal Kesehatan, II, 1-9. http://id.stikes-
mataram.ac.id/e-journal/index.php/JPRI/article/download/21/16. Diakses pada tanggal 18
februari 2019

Ali, M. (2013). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan . Jakarta: PT.IMTIMA.

Budiman, Agus dan Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan dan sikap dalan
penelitian kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Carr, S.,et al. (2014).Kesehatan Masyarakat Epidemiologi Edisi 2. EGC: Jakarta

Efendi, N. F. (2009). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fitriani. 2011. Promosi Kesehatan. Yogjakarta: Graha Ilmu

Hartono, R., & Rahmawati, D. (2012). ISPA Gangguan Pernapasan Pada Anak Panduan Bagi
Tenaga Kesehatan dan Umum. Yogjakarta: Nuha Medika.

Hadianti Nur Dian, 2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta

Hikmawati, I., 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika

Irianto K. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular Dan Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung:
Alfabeta.

Kusuma, P. S. 2014. Gambaran Perilaku Pencegahan ISPA pada Keluarga yang Mempunyai
Anak Balita di Puskesmas Piyungan Bantul. Naskah Publikasi, 3-13.
http://digilib.unisayogya.ac.id/416/1/Naskah%20Publikasi.pdf. Diakses pada tanggal 10
maret 2019

Kusrini. 2010. Sistim Pakar Teori dan Aplikasi. Yogjakarta: ANDI

Kyle, T., & Carman, S. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Vol 3 Edisi 2. Jakarta: EGC.

Lestari, T. 2015. Kumpulan teori untuk kajian pustaka penelitian kesehatan. Yogyakarta : Nuha
medika.

Maulana, H. J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

Marni.2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit dengan Gangguan Pernapasan.Yogjakarta:


Gosyen Publishing

Noorkasiani. 2009. Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC

51
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta:
Salemba Medika.

Nuryanto. 2014. Pengaruh pendidikan gizi terhadap pengetahuan dan sikap tentang gizi anak
Sekolah Dasar. Jurnal Gizi Indonesia Vol 3,No.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/view/8751. diakses pada tanggal 10 maret
2019

Novrianda, D., Lucida, H., & Soumariris, I. (2015). Perbandingan Efektivitas Pendidikan
Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA di Puskesmas
Padang Pasir dan Pauh. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 159-169.
http://jsfk.ffarmasi.unand.ac.id/index.php/jsfk/article/view/29. Diakses pada tanggal 18
februari 2019

Oktami, R. S. 2017. MTBS Manajemen Terpadu Balita Sehat. Yogyakarta: Nuha Medika

Silviana, I. (2014). Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penyakit ISPA dengan Perilaku
Pencegahan ISPA pada Balita di PHPT Muara Angke Jakarta Utara. Vorum Ilmiah,
XI(3),402-411.https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/39272750/1088-2224-1-
SM.pdf. diakses pada tanggal 24 juli 2019

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&. Bandun : Alfabeta, CV

Suparwati A, Wigati P, Putriarti R. 2015. Analisis sistem manajemen program P2 Di puskesmas


pegandan Kota. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol 3, 1-10.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/11123.Diakses pada tanggal 28 mei
2019

Widoyono. 2018. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pmberantasannya.


Jakarta. Erlangga

Wawan & Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia.
Yogjakarta: Nuha Medika

Wahyuningsih, A., & Proboningrum, E. N. (2015). Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan ISPA
Menurunkan Kejadian ISPA Pada Balita. Jurnal STIKES, VIII, 107-116.
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/community/article/view/14. diakses pada tanggal 19
juli 2019

Zuhriyah, L. (2015). Gambaran Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Pada Kejadian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Balita di Puskesmas Bungah Kabupaten

Gresik. Jurnal Skripsi, 1-29.http/….. diakses pada tanggal 18 februari 2019

52
UJI NORMALITAS

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest ,140 51 ,014 ,932 51 ,006

Postest ,232 51 ,000 ,816 51 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

UJI WILXOCON

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Percentiles

25th 50th (Median) 75th

Pretest 51 18,47 1,701 15 21 17,00 18,00 20,00

Postest 51 25,43 1,540 20 28 25,00 26,00 26,00

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 0a ,00 ,00

Positive Ranks 51b 26,00 1326,00


Postest – Pretest
Ties 0c

Total 51

a. Postest < Pretest

b. Postest > Pretest

c. Postest = Pretest

80
Test Statisticsa

Postest -
Pretest

Z -6,260b

Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test

b. Based on negative ranks.

HASIL PRETEST DAN POSTEST

Statistics

pretest Posttest

Valid 51 51
N
Missing 0 0

Mean 18,47 25,43

Std. Error of Mean ,238 ,216

Median 18,00 26,00

Mode 17 26

Std. Deviation 1,701 1,540

Variance 2,894 2,370

Range 6 8

Minimum 15 20

Maximum 21 28

Sum 942 1297

81
25 17,00 25,00

Percentiles 50 18,00 26,00

75 20,00 26,00

Pretest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

15 1 2,0 2,0 2,0

16 6 11,8 11,8 13,7

17 10 19,6 19,6 33,3

18 9 17,6 17,6 51,0


Valid
19 9 17,6 17,6 68,6

20 8 15,7 15,7 84,3

21 8 15,7 15,7 100,0

Total 51 100,0 100,0

Posttest

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

20 1 2,0 2,0 2,0

21 2 3,9 3,9 5,9


Valid
24 6 11,8 11,8 17,6

25 12 23,5 23,5 41,2

82
26 20 39,2 39,2 80,4

27 9 17,6 17,6 98,0

28 1 2,0 2,0 100,0

Total 51 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
Usia ibu Pendidikan Jenis
ibu pekerjaan ibu
Valid 51 51 51
N
Missing 0 0 0
Mean 29,82 2,76 3,69
Std. Error of Mean ,995 ,082 ,120
Median 28,00 3,00 4,00
Mode 28 3 4
Std. Deviation 7,107 ,586 ,860
Variance 50,508 ,344 ,740
Range 29 3 3
Minimum 16 1 1
Maximum 45 4 4
Sum 1521 141 188
25 24,00 2,00 4,00
Percentiles 50 28,00 3,00 4,00
75 34,00 3,00 4,00

Frequency Table

Usia ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
16 1 2,0 2,0 2,0
18 1 2,0 2,0 3,9
Valid 21 3 5,9 5,9 9,8
22 2 3,9 3,9 13,7
23 2 3,9 3,9 17,6

83
24 4 7,8 7,8 25,5
25 3 5,9 5,9 31,4
26 3 5,9 5,9 37,3
27 2 3,9 3,9 41,2
28 7 13,7 13,7 54,9
30 1 2,0 2,0 56,9
31 3 5,9 5,9 62,7
32 1 2,0 2,0 64,7
33 3 5,9 5,9 70,6
34 4 7,8 7,8 78,4
36 1 2,0 2,0 80,4
37 1 2,0 2,0 82,4
38 3 5,9 5,9 88,2
40 1 2,0 2,0 90,2
42 1 2,0 2,0 92,2
43 1 2,0 2,0 94,1
44 2 3,9 3,9 98,0
45 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0

Pendidikan ibu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 1 2,0 2,0 2,0
2 13 25,5 25,5 27,5
Valid 3 34 66,7 66,7 94,1
4 3 5,9 5,9 100,0
Total 51 100,0 100,0

Jenis pekerjaan ibu


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 4 7,8 7,8 7,8
2 1 2,0 2,0 9,8
Valid 3 2 3,9 3,9 13,7
4 44 86,3 86,3 100,0
Total 51 100,0 100,0

84
Frequencies

Statistics
Usia balita Jenis kelamin
balita
Valid 51 51
N
Missing 0 0
Mean 1,75 1,49
Std. Error of Mean ,096 ,071
Median 2,00 1,00
Mode 2 1
Std. Deviation ,688 ,505
Variance ,474 ,255
Range 2 1
Minimum 1 1
Maximum 3 2
Sum 89 76

Frequency Table

Usia balita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 20 39,2 39,2 39,2
2 24 47,1 47,1 86,3
Valid
3 7 13,7 13,7 100,0
Total 51 100,0 100,0

Jenis kelamin balita


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
1 26 51,0 51,0 51,0
Valid 2 25 49,0 49,0 100,0
Total 51 100,0 100,0

85
86
LAMPIRAN 3

56
LAMPIRAN 4

KUESIONER PENELITIAN
PENGARUH EDUKASI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN
IBU TENTANG PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MELONGUANE KECAMATAN
MELONGUANE KABUPATEN TALAUD

No :
Tujuan :

Kuesioner ini di rancang untuk mengidentifikasi Pengaruh Edukasi Kesehatan


Terhadap Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan ISPA pada Balita di wilayah
Kerja Puskesmas Melonguane Kabupaten Kepulauan Talaud.
Petunjuk :
1. Baca dengan cermat dan berilah jawaban yang benar di setiap

pertanyaan

2. Gunakan pulpen berwarna hitam


3. Gunakan tanda (x) pada jawaban yang menurut anda benar
4. Selamat mengerjakan

1. Karakteristik Responden

Hari/ Tanggal : .......................


Inisial Ibu : ........................
Umur Ibu : ........................
Pendidikan terakhir : ........................
Pekerjaan : ........................

2. Data Anak
Nama anak (Initial) : ..............................
Usia anak : ..............................
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan

57
KUISIONER

Cara Pengisian :
1. Gunakan pulpen berwarna hitam
2. Gunakan tanda (x) pada jawaban yang menurut anda benar
3. Selamat mengerjakan
SOAL PRE-TEST
1. Kepanjangan dari ISPA adalah…
a. Infeksi saluran perut atas
b. Infeksi saluran pernapasan atas
c. Infeksi saluran pencernaan atas
2. Penyakit ISPA dapat berlangsung selama?
a. 20 hari
b. 14 hari
c. 18 hari
3. Siapa saja yang rentan terkena penyakit ISPA?
a. Balita
b. Ibu hamil
c. Dewasa
4. Apa penyebab utama dari penyakit ISPA?
a. Parasit
b. Bakteri
c. Jamur
5. Berikut ini yang merupakan gejala ISPA sedang adalah…
a. Batuk, adanya nafas cepat,dahak kental
b. Adanya tarikan dada ke dalam,demam tinggi
c. Batuk, disertai dengan demam, sakit kepala

6. Berikut ini yang merupakan gejala ISPA ringan adalah…


a. Batuk, adanya nafas cepat, dahak kental
b. Batuk,disertai dengan demam, sakit kepala
c. Adanya tarikan dada ke dalam, demam tinggi

58
7. Berikut ini yang merupakan gejala ISPA berat adalah…
a. Batuk, adanya nafas cepat, dahak kental
b. Batuk,disertai dengan demam,sakit kepala
c. Adanya tarikan dada ke dalam, demam tinggi

8. Jika gejala ISPA dibiarkan akan terjadi komplikasi. Manakah yang termasuk
dalam komplikasi dari gejala ISPA yang dibiarkan?
a. Sakit perut
b. Kejang
c. Sakit kepala

9. Bagaimana cara penularan dari penyakit ISPA?


a. Keringat
b. Percikan dahak
c. Darah

10. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi terjadi penyakit ISPA?
a. Makanan yang tidak bersih
b. Lingkungan rumah yang tidak bersih
c. Keadaan air yang tidak bersih

11. Pencegahan apa yang dilakukan agar penyakit ISPA tidak menular kepada
orang lain?
a. Menganjurkan anak untuk menggunakan masker
b. Menganjurkan anak untuk Makan-makanan yang bergizi
c. Menganjurkan anak untuk tidak menutup mulut saat batuk

12. Bagaimana cara pencegahan agar tidak terkena penyakit ISPA ?


a. Makan sepuasnya
b. Makan sembarangan
c. Makan makanan bergizi

59
13. Sistem tubuh bagian manakah yang terkena penyakit ISPA?
a. Sistem Peredaran darah
b. Sistem Pernapasan
c. Sistem Pencernaan

14. Lingkungan bagaimanakah yang dapat memperburuk penyakit ISPA?


a. Lingkungan yang panas
b. Lingungan yang lembab
c. Lingkungan yang bersih

60
LAMPIRAN 5
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Edukasi Kesehatan Tentang Pencegahan ISPA pada Balita

Topik : Pencegahan ISPA

Tanggal :

Waktu : 35menit

A. Tujuan

1. Tujuan Instuksional umum

Setelah mengikuti kegiatan tentang Edukasi Kesehatan tentang

pencegahan ISPA selama 35 menit, diharapkan bagi peserta

Edukasi Kesehatan dapat memahami dan mengerti tentang

penyakit ISPA beserta cara pencegahannya.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah di berikan Edukasi kesehatan tentang pencegahan

selama 35 menit, diharapkan pengetahuan responden atau

peserta tentang penyakit ISPA beserta pencegahan ISPA

meningkat

B. Sasaran

Bagi ibu yang memiliki balita ≤ 5 Tahun

C. Strategi

1. Pre-Test

2. Ceramah

3. Tanya jawab

4. Post-Test

61
D. Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Edukasi Kesehatan Kegiatan peserta


1. 5 menit Pendahuluan
1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan Salam
2. Mempekenalkan diri Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan di lakukan Penjelasan
Edukasi kesehatan

2 10 menit Melakukan pre-test pada responden Memperhatikan dan


dengan membagikan kuisioner mengisi kuisioner

3 10 menit Memberikan Edukasi kesehatan tentang Mempertikan Penjelesan


penyakit ISPA, diantaranya yaitu: selama pemberian
1. Pengertian ISPA Edukasi Kesehatan
2. Klasifikasi ISPA tentang penyakit ISPA
3. Penyebab ISPA
4. Tanda dan gejala
5. Cara penularan ISPA
6. Cara pencegahan ISPA
4 10 menit Penutup
1. Menyimpulkan isi materi 1. Mendengarkan
2. Melakukan Tanya jawab dengan 2. Menjawab dan
responden memberikan
pertanyaan
3. Melakukan post-test 3. Mengisi kuisioner
4. Memberikan salam penutup 4. Memberi salam

E. Media

1. Leaflet
2. Power point (materi dan video)
3. Laptop
4. Kuisioner

62
F. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi struktur
a) Masyarakat menerima peneliti
b) Responden mengerti maksud dan tujuan Edukasi Kesehatan

2. Evaluasi Proses
a) Responden setuju dengan kontrak waktu dilakukan Edukasi
Kesehatan selama 35 menit
b) Peneliti datang tepat waktu
c) Responden hadir selama dilakukan Edukasi kesehatan dan aktif
bertanya tentang materi yang belum dimengerti

3. Evaluasi hasil
a) Responden dapat menjawab pertanyaan yang diberikan
b) Responden mampu mengisi kuisioner dengan baik
c) Responden mengerti cara pencegahan dari penyakit ISPA

63
Lampiran
Materi Infeksi saluran pernapasan Atas

1. Pengertian ISPA

Infeksi saluran pernapasan atas adalah penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas dari hidung (bagian

saluran napas atas) hingga alveoli (bagian saluran napas bawah) termasuk

jaringan adeneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura

(Irianto,2014). Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah terjadinya

infeksi yang parah pada bagian sinus, tenggorakan, saluran udara, atau paru-

paru sehingga menyebabkan kondisi pernapasan menjadi terganggu. ISPA

sering terjadi pada balita. (oktami,2017). ISPA sering terjadi pada Balita.

ISPA. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung selama 14 hari, walaupun

dalam beberapa penyakit dapat digolongkan dalam ISPA berlangsung lebih

dari 14 hari.

2. Klasifikasi ISPA

1. ISPA ringan : secara klinis ditandai oleh batuk, pilek, bisa disertai

dengan demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernapas.

2. ISPA sedang: secra klinis ditandai dengan batuk, adanya nafas cepat,

dahak kental, dan tenggorokan berwarna merah.

3. ISPA berat: secara klinis ditandai dengan adanya tarikan dinding dada

ke dalam, demam tinggi cuping hidung bergerak jika bernafas dan

muka kebiruan (Widoyono, 2008).

64
3. Penyebab ISPA

1. Virus: di golongan mikrovirus (virus para, influenza, dan virus

campak), Adenovirus koronavirus, pikrnavirus, herpesvirus.

2. Bakteri: Genus Streptokokus, Stafilokokus, pneumkokus, hemofillus,

bordetella, dan korinebakterium.

3. non virus: non-infeksius juga dapat menyebabkan ISPA seperti

aspirasi makanan dan cairan lambung, dan inhalasi zat-zat asing seperti

racun atau bahan kimia, asap rokok, asap kendaraan, debu, dan gas.

4. Tanda dan gejala ISPA

Tanda dan gejala pada umumnya penyakit infeksi saluran pernapasan

atas biasanya ditandai dengan keluhan dan gejala yang ringan,namun seiring

berjalanya waktu, keluhan dan gejala yang ringan tersebut bisa menjadi berat

kalau tidak segera diatasi. Oleh sebeb iu,jika anak/bayi sudah menunjukan

gejala sakit ISPA, maka harus segera di obati agar tidak menjadi berat yang

bisa menyebabkan gagal napas atau bahkan kematian. Gejala ISPA pada anak

biasanya berlangsung selama kurang lebih sepuluh hari dengan gejala, hidung

tersumbat atau meler, rabas pada hidung, suara serak, keluhan nyeri pada

tenggokan, demam, keletihan, mata berair, batuk biasanya hanya

menghasilkan sedikit sputum, bersin, dan hilangnya selera makan dapat di

alami oleh anak. Namun gejala diatas apabila dibiarkan akan menjadi

komplikasi yang lebih buruk, seperti demam berkepanjangan, seseorang

dikatakan demam ketika suhu tubuh ≥37°c, peningkatan rasa nyeri di

tenggorokan, batuk yang semakin memburuk lebih dari sepuluh hari, rasa

65
nyeri di dada, dan kesulitan bernapas, sakit telinga, sakit kepala, nyeri gigi,

atau sinus, letargi dan ruam kulit (Kyle,dkk 2014)

5. Cara Penularan ISPA

Pada umumnya ISPA termasuk kedalam penyakit menular yang

ditularkan melalui udara.Sumber penularannya adalah penderita ISPA yang

menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk bersin dalam bentuk droplet.

Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman penyebab ISPA

kedalam saluran penapasan yaitu bersama udara yang dihirup. Disamping itu

terdapat juga cara penularan langsung yaitu melalui percikan droplet yang

dikeluarkan oleh penderita saat batuk, bersin dan berbicara kepada orang

disekitar penderita, memegang benda yang telah terkena sekresi penderita

6. Pencegahan ISPA

Ada beberapa pola hidup yang sehat yang bisa dilakukan sebagai

tindakan pencegahan terjadinya ISPA, yaitu sebagai berikut:

- Makan-makanan yang bergizi

- Imunisasi lengkap

- mencuci tangan secara teratur dan bersih,

- menghindari anak dari paparan asap rokok

- Perbanyak makan , makanan yang mengandung vitamin C agar dapat

meningkatkan dan menjaga kestabilan tubuh dan melakukan batuk

efektif jika ada anggota keluarga yang sakit, hal ini bertujuan untuk

mencegah penyebaran penyakit yang bisa menyebar kepada orang lain

(Oktami,2017). Pencegahan ISPA yang lain yaitu dengan

mengupayakan ventilasi yang cukup di dalam rumah ataupun di

ruangan, serta menghindari anak atau balita dari paparan asap rokok.

66
Apabila penyakit ISPA tidak di obati dan jika disertai dengan

malnutrisi, maka penyakit tersebut akan terjadi komplikasi yang

menyebabkan terjadinya bronchitis, pneumonia, otitis media, sinusitis,

gagal napas, cardiac arrest, dan syok (Hartono, 2012)

67
PENCEGAHAN ISPA PADA 2. ISPA sedang: batuk, adanya nafas
BALITA cepat,dahak kental,dan tenggorakan
berwarna merah
3. ISPA berat: adanya tarikan dinding
dada ke dalam, demam tinggi, dan
kebiruan.
C.Penyebab ISPA
Penyakit ISPA pada dapat terjadi
A. Pengertian
disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Infeksi saluran pernapasan atas Namun ada juga yang menyebabkan
ISPA yaitu non-virus yang diantaranya:
penyakit infeksi akut yang menyerang
 aspirasi makanan dan cairan lambung,
OLEH:
saluran pernapasan bagian atas. ISPA  asap rokok,
SERATRILVIA SALAMA
berlangsung selama 14 hari. ISPA  asap kendaraan,
15061175  debu, dan gas
sering terjadi pada Balita.
D. Tanda dan gejala
PRORGAM STUDI ILMU  Batuk
B. Klasifikasi ISPA  Pilek
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISPA dapat dibagikan dalam beberapa  Sakit kepala
KATOLIK  Demam
tingkat keparahan, yaitu:  Keletihan
DE LA SALLE  Mata berair
1. ISPA ringan: batuk, pilek, disertai
MANADO  Sakit tenggorakan
dengan demam, sakit kepala,sakit E. Penularan ISPA
2019
tenggorakan dan kesulitan bernapas
Pada umumnya ISPA dapat ditularkan
melalui udara. Namun diselain itu cara
56
penularan ISPA yaitu melalui percikan
droplet yang dikeluarkan saat penderita
batuk, dan bersin

F. Pencegahan ISPA
Ada beberapa pola hidup yang sehat
yang bisa dilakukan sebagai tindakan
pencegahan terjadinya ISPA, yaitu
sebagai berikut:
- Berikan makanan yang bergizi
- Imunisasi lengkap
- mencuci tangan secara teratur dan
bersih
- menghindari anak dari paparan asap
rokok
- Jauhkan anak dari penderita ISPA

57
LAMPIRAN 6

71
LAMPIRAN 7

72
LAMPIRAN 8

73
LAMPIRAN 9

74
LAMPIRAN 10

LAMPIRAN 10

75
76
77
78
LAMPIRAN 11

79
LAMPIRAN 12

80
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pretest ,140 51 ,014 ,932 51 ,006
Postest ,232 51 ,000 ,816 51 ,000
a. Lilliefors Significance Correction

UJI WILXOCON

Descriptive Statistics
N Mean Std. Minimu Maximu Percentiles
Deviation m m 25th 50th 75th
(Median)
Pretest 51 18,47 1,701 15 21 17,00 18,00 20,00
Postest 51 25,43 1,540 20 28 25,00 26,00 26,00

Ranks
N Mean Sum of
Rank Ranks
Negative 0a ,00 ,00
Ranks
Postest –
Positive Ranks 51b 26,00 1326,00
Pretest
Ties 0c
Total 51
a. Postest < Pretest
b. Postest > Pretest
c. Postest = Pretest

Test Statisticsa
Postest –
Pretest
Z -6,260b
Asymp. Sig. (2- ,000
tailed)
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

81
HASIL PRETEST DAN POSTEST

Statistics
Pretest posttest
Valid 51 51
N
Missing 0 0
Mean 18,47 25,43
Std. Error of Mean ,238 ,216
Median 18,00 26,00
Mode 17 26
Std. Deviation 1,701 1,540
Variance 2,894 2,370
Range 6 8
Minimum 15 20
Maximum 21 28
Sum 942 1297
25 17,00 25,00
Percentiles 50 18,00 26,00
75 20,00 26,00
Pretest
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
15 1 2,0 2,0 2,0
16 6 11,8 11,8 13,7
17 10 19,6 19,6 33,3
18 9 17,6 17,6 51,0
Valid
19 9 17,6 17,6 68,6
20 8 15,7 15,7 84,3
21 8 15,7 15,7 100,0
Total 51 100,0 100,0

82
Posttest
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
20 1 2,0 2,0 2,0
21 2 3,9 3,9 5,9
24 6 11,8 11,8 17,6
25 12 23,5 23,5 41,2
Valid
26 20 39,2 39,2 80,4
27 9 17,6 17,6 98,0
28 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
Usia ibu Pendidikan Jenis
ibu pekerjaan ibu
Valid 51 51 51
N
Missing 0 0 0
Mean 29,82 2,76 3,69
Std. Error of Mean ,995 ,082 ,120
Median 28,00 3,00 4,00
Mode 28 3 4
Std. Deviation 7,107 ,586 ,860
Variance 50,508 ,344 ,740
Range 29 3 3
Minimum 16 1 1
Maximum 45 4 4
Sum 1521 141 188
25 24,00 2,00 4,00
Percentiles 50 28,00 3,00 4,00
75 34,00 3,00 4,00

83
Frequency Table

Usia ibu
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
16 1 2,0 2,0 2,0
18 1 2,0 2,0 3,9
21 3 5,9 5,9 9,8
22 2 3,9 3,9 13,7
23 2 3,9 3,9 17,6
24 4 7,8 7,8 25,5
25 3 5,9 5,9 31,4
26 3 5,9 5,9 37,3
27 2 3,9 3,9 41,2
28 7 13,7 13,7 54,9
30 1 2,0 2,0 56,9
31 3 5,9 5,9 62,7
Valid
32 1 2,0 2,0 64,7
33 3 5,9 5,9 70,6
34 4 7,8 7,8 78,4
36 1 2,0 2,0 80,4
37 1 2,0 2,0 82,4
38 3 5,9 5,9 88,2
40 1 2,0 2,0 90,2
42 1 2,0 2,0 92,2
43 1 2,0 2,0 94,1
44 2 3,9 3,9 98,0
45 1 2,0 2,0 100,0
Total 51 100,0 100,0

84
Pendidikan ibu
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
1 1 2,0 2,0 2,0
2 13 25,5 25,5 27,5
Valid 3 34 66,7 66,7 94,1
4 3 5,9 5,9 100,0
Total 51 100,0 100,0

Jenis pekerjaan ibu


Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
1 4 7,8 7,8 7,8
2 1 2,0 2,0 9,8
Valid 3 2 3,9 3,9 13,7
4 44 86,3 86,3 100,0
Total 51 100,0 100,0

Frequencies

Statistics
Usia Jenis
balita kelamin
balita
Valid 51 51
N
Missing 0 0
Mean 1,75 1,49
Std. Error of ,096 ,071
Mean
Median 2,00 1,00
Mode 2 1
Std. Deviation ,688 ,505
Variance ,474 ,255
Range 2 1
Minimum 1 1
Maximum 3 2
Sum 89 76

85
Frequency Table

Usia balita
Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
1 20 39,2 39,2 39,2
2 24 47,1 47,1 86,3
Valid
3 7 13,7 13,7 100,0
Total 51 100,0 100,0

Jenis kelamin balita


Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent
1 26 51,0 51,0 51,0
Valid 2 25 49,0 49,0 100,0
Total 51 100,0 100,0

86

Anda mungkin juga menyukai