BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tersebut dibuktikan pada kunjungan pasien ke Puskesmas yang cukup tinggi untuk penyakit
ISPA yaitu rata-rata lebih dari 25% terutama pada usia balita (Hidayat, 2012).
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh yang rendah. Kejadian batuk filek pada balita di Indonesia diperkirakan 3
sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk filek
sebanyak 3 sampai 6 kali setahu (Suhatno, 2011).
ISPA berlanjut menjadi pneumonia (radang paru-paru) sering terjadi pada anak-anak
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasikan dengan keadaaan lingkungan
yang tidak sehat. Resiko terutama terjadinya pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk
penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau malah berlebihan pemakaian
antibiotik (Suhatno, 2011).
Dalamprogram pemberantasan penyakitISPA mendapat prioritas utama dalam
rangka menurunkan angka kematian bayi, balita dan anak. ISPA masih merupakan masalah
kesehatan yang penting, karena menyebabkan kematian bayi dan balitayang cukup
tinggidisetiap Tahunnya (Rasmaliya, 2009). Masalah ISPA kemungkinan berulang, untuk itu
penting bagi keluarga untuk mengetahui caramerawat anakdenganISPA supaya dapat
mengurangi gejala ketidaknyaman pada anak, adapun gejala ISPA pada anak antara lain,
demam, pusing malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), photopobia (takut cahaya),
gelisah, batuk keluar secret, stridor,suara nafas dyspnea (kesulitan bernapas), retraksi
suprasternal (adanya tarikan dada), dandapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak
mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian (Suhatno, 2011).
Kesuksesan pencegahan dan pengendalian ISPA sangat tergantung pada kinerja
fasilitas pelayanan kesehatan yang didukung oleh sumber daya yang cukup, tenaga
kesehatan yang berkomitmen serta strategi dan kebijakan yang dilaksanakan secara
terintegrasi, komprehensif dan berkesinambungan. Upaya penanggulangan penyakit ISPA
memerlukan kerja sama secara lintas unit kerja di Kementerian Kesehatan, lintas sektor
terkait yang didukung dengan keterlibatan masyarakat, termasuk akademisi, profesional dan
dunia usaha, dengan dukungan politis. Penaggulangan masalah ini perlu dilakukan secara
komprehensif mulai dari upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (Kemenkes,
2015).
4
C. Tujuan Penulisan
Diketahuinya penerapanpendidikankesehatan dalam asuhan keperawatan keluarga
dengan anak ISPA diwilayah kerja PuskesmasPerawatan Pintas Tuo Kabupaten Tebo Tahun
2018.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Puskesmas Pintas Tuo
Sebagaimasukan bagi petugas kesehatan di Puskesmas untuk perencanaan
program dalam menunjang kesehatan ISPA pada balita dan untuk meningkatkan kegiatan
keperawatan keluarga diwilayah kerja Puskesmas.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai sumber ataupun bacaan untuk menambah pengetahuan
mengenai penyakit ISPA pada balita. Sebagai bahan tambahan ilmu dan pengetahuan
tentang carapenerapan pendidikan kesehatan dalam asuhan
keperawatankeluargadengananakISPA pada balita, sehinga mahasiswa lebih menguasai
materi tentang ISPA pada balita.
3. Bagi Penulisan
Memperolehpengalaman pengetahuan, wawasan tentang mengimplementasikan
penerapan pendidikan kesehatan penyakit ISPA pada balita secara mendalam dansebagai
penerapan ilmu yang telah didapat selama studi.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep ISPA
1. Definisi ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, yang menyerang
salah satu bagian atau lebih saluran napas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli
saluran bawah, termasuk jaringan adreksnya seperti sinus-sinus rongga telinga tengah dan
plura (Kemenkes, 2015).
ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah suatu kelompok penyakit yang
menyerang saluran pernafasan (Maryunani, 2010). Infeksi Saluran Pernafasan Akut
merupakan keadaan infeksi anak paling lazim ditemukan, biasanya anak dengan ISPA
mengalami penurunan nafsu makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan
tidak ada gunanya (Hidayat, 2012).
2. Klasifikasi ISPA
Menurut Depkes RI (2007) dibagi menjadi tiga yaitu :
a) ISPA Ringan
Tanda dan gejala : Batuk pilek, demam, tidak ada napas cepat 40 kali permenit,
tidak ada tarikan dinding dada kedalam.
b) ISPA Sedang
Tanda dan gejala : Sesak nafas, suhu lebih dari 390c bila bernapas mengeluarkan
napas seperti mengorok.
c) ISPA Berat
Tanda dan gejala : Kesadaran menurun, nadi cepat/tidak teraba, nafsu makan
menurun, bibir dan ujung jari membiru (sianosis).
3. Etiologi ISPA pada Balita
Etiologi ( Ilmu pengetahuan atau teori tentang faktor penyebab suatu penyakit atau asal
mula penyakit ). ISPA terdiri dari 300 jenis penyakit bakteri, virus dan riketsia. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Mikovirus, Adenvirus, Koronavirus,
Pikornavirus, Mikoplasma, Hervesvirus dan lain-lain (Sofie& Erika, 2013).
7
kembali dalam dua hari bila anak sudah mendapat kotrimoksazol ganti dengan
amoxsilllin.
3) Jika nafas melambat atau nafsu makannya membaik lanjutkan pemberian
antibiotik seluruhnya 5 hari dan pastikan ibu mengerti pentingnya menghabiskan
obat itu walaupun keadaan anak sudah membaik.
B. Konsep Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dan
dalam keadaan saling ketergantungan (jhonson, 2009).
Keluarga merupakan bagian masyarakat yang fundamental bagi kehidupan
pembentukan kepribadian anak manusia. Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan
yang lebih efektif didalam membentuk kepribadian anak selain keluarga. Keluarga tidak
hanya membentuk anak secara fisik, tetapi juga mempengaruhi secara psikologis.
Dari pengertian tentang keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisahmereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sosial yaitu sebagai suami, istri, anak, kakak, dan adik.
d. Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial para anggotanya.
e. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan sehingga dapat
meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan dasar keluarga
Tujuan dasar keluarga adalah :
a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu.
b. Keluarga sebagai perantara bagi kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
10
c. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
papan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana keluarga.
d. Fungsi biologis
Fungsi biologis, bukan hanya ditujukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
e. Fungsi psikologis
Fungsi psikologis, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa
aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
f. Fungsi pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan,
ketrampilan,membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa,
mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangan.
5. Tugas keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan
keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/penyebab masalah
dan biasanya dikaji pada saat penjajagan tahap II bila ditemui data maladaptif pada
keluargayaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, termasuk bagaimana
persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala,
faktor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
e. Ketidakmampuankeluargamemanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Peran perawat dalam keperawatan keluarga
Dalam memberikan suhan keperawatan kesehatan keluarga, ada beberapa peranan
yang dapat dilakukan oleh perawat antara lain adalah:
a. Memberikan asuhan keperawatan pada anggota keluarga yang menderita ISPA.
13
b. Mengenalkan masalah dan kebutuhan kesehatan keluarga, dalam hal ini perawat
membantu keluarga dalam mengenalkan penyimpangan dari keadaan-keadaan
normal tentang kesehatan dan membantu keluarga dalam melihat masalah secara
objektif akan keuntungan dan kerugian yang ditimbulkan dari masalah tersebut.
c. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, yaitu
berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluarga baik secara individu
maupun berkelompok.
d. Fasilitator, yaitu menjadikan pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan perawat
dengan mudah dapat menampung permasalahan yang dihadapi keluarga dan
mampu membantu mencarikan jalan pemecahnya.
e. Pendidik kesehatan, perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk mengubah
perilaku keluarga yang tidak sehat menjadi sehat/menjadi lebih sehat.
f. Penyuluh dan konsultan, perawat dapat berperan dalam memberikan petunjuk
asuhan keperawatan dasar terhadap keluarga disamping menjadi penasehat untuk
mengatasi masalah kesehatan keluarga.
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan ISPA
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan dalam keperawatan keluarga memiliki dua
tahapan.Pengkajian tahap satu berfokus pada masalah kesehatan keluarga. Pengkajian
tahap dua menyajikan kemampuan keluarga dalam melakukan lima tugas masalah
kesehatan keluarga. Namun penatalaksanaannya kedua tahap ini dilakukan secara
bersamaan (syawie, 2015).
Variabel data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencakup :
a. Data umum/identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga, komposisi anggota
keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari, jarak pelayanan kesehatan
terdekat dan alat transportasi.
b. Kondisi kesehatan semua keluarga terdiri dari nama, hubungan dengan keluarga,
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan saat ini, status gizi, tanda vital,
status imunisasi dasar, dan penggunaan alat bantu serta status kesehatan anggota
keluarga saat ini meliputi keadaan umum, riwayat penyakit/alergi.
c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat ini sedang sakit)
meliputi nama individu yang sakit, diagnosis medis, rujukan dokter atau rumah sakit,
14
keperawatan bersama-sama dngan keluarga bisa dilihat dari buku North American
Nursing Diagnosis Association (NANDA) Riasmini (2017), yaitu sebagai berikut :
a. Ketidakefektifan manajemen keluarga.
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan.
c. Perilaku kesehatan cenderung beresiko.
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada penyakit ispa :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif.
b. Gangguan pertukaran gas.
c. Hipertermi.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi ataupun intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi, atau mengatasi masalah
kesehatan klien yang sudah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan disusun dengan penekanan pada partipasi klien, keluarga dan
koordinasi dengan tim kesehatan klien. Perencanaan mencakup penentuan prioritas
masalah, tujuan, dan rencana tindakan (Syawie, 2015).
Diagnosa :Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan :Setelah tindakan 3x24 jam bersihan jalan napas kembali efektif.
Keriteria hasil :
1) Mendemontasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih.
2) Menunjukkan jalan nafas yang paten.
3) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan
nafas.
Tindakan :
1) Auskultasi suara nafas.
2) Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning.
3) Minta klien napas dalam sebelum suction.
4) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction.
5) Ajarkan keluarga melakukan suction.
Diagnosa : Gangguan pertukaran gas.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi gangguan pertukaran gas.
16
Kriteria hasil :
1) Mendemontrasikan peningkatan ventilasi dan oksegenasi yang adekuat.
2) Memelihara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda distress pernafasan.
3) Mendemontrasikan batuk efektif dan suara nafas yang efektif.
Tindakan :
1) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan.
2) Keluarkan secret dengan batuk atau suction.
3) Auskultasi suara napas adanya suara napas tambahan.
4) Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, pengunaan otot, dan retraksi otot.
Diagnosa :Hipertermi.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jamdiharapkansuhu tubuh
kembali normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal.
2) Nadi dan RR dalam rentang normal.
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
Tindakan :
1) Monitor suhu tubuh sesering mungkin.
2) Monitor tekanan darah, nadi dan RR
3) Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila.
4) Kolaborasi dalam pemberian obat penurunan suhu tubuh.
4. Implementasi
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan individu dalam
keluarga dan anggota keluarga lainnya. Implementasi ditujukan kepada individu
meliputi :
a. Tindakan keperawatan langsung.
b. Tindakan kolabiratif dan pengobatan dasar.
c. Tindakan observasi.
d. Tindakan pendidikan kesehatan.
Implementasi yang dilakukan pada keluarga meliputi :
a. Menjelaskan kepada keluarga tentang penyakit ISPA.
b. Menjelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala penyakit ISPA.
17
D. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi pendidikan kesehatan
Menurut (Notoadmodjo, 2012), pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan.
Secara umum adalah segala upaya yang di rencanakan untuk mempengaruhi orang lain,
baik individu, kelompok, atau masyarakat,sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan dan promosi kesehatan, dan batasan ini tersirat
unsur- unsur input (sarana dan pendidik dari pendidikan), proses, (upaya yang di
rencanakan untuk mempengaruhi orang lain), output, (melakukan apa yang diharapkan).
Hasil yang di harapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku
kesehatan, perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh
sasaran dari suatu promosi kesehatan.
Kesehatan adalah keadaan baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.Dan
menurut WHO yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan
dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan
sempurna, baik fungsi maupun mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat.
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang
kesehatan, secara oprasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk
memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek, baik individu, kelompok
atau masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri(Notoadmodjo, 2012).
2. Tujuan pendidikan kesehatan.
Menurut hasil sidang The President`t Committee on Health Education pada
tanggal 14 september 1971, tujuan pendidikan kesehatan adalah sebagai sarana yang
menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktik kesehatan yang
memotivasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu, sehingga dapat
menjaga dirinya menjadi lebih sehat,dengan menghindari kebiasaan buruk dan
membentuk kebiasaan yang menguntungkan kesehatan.
Sedangakn tujuan pendidikan kesehatan menurut UU Kesehatan No.23 Tahun
1992 maupun WHO yaitu meningkatkan derajat kemampuan masyarakat untuk
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan disemua
19
sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contohatau acuan bagi
masyarakat hidup sehat.
4. Media pendidikan kesehatan
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan, kemauan audien, sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada dirinya(Mubarak dkk, 2006). Berdasakan fungsinya sebagai penyaluran pesan-
pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi tiga yaitu media cetak, media
elektronik, dan media papan (bill board).
5. Booklet
a. Definisi booklet
Booklet adalah cetakan dengan tampilan istimewa berbentuk buku.Booklet dapat
dipakai untuk menunjukan contoh-contoh karya cipta yang berhubungan dengan
produk, serta menggunakan bahasa sederhana, singkat dan mudah dipahami.
b. Fungsi booklet
Booklet tidak hanya berfungsi sebagai alat promosi saja, booklet juga dapat
dijadikan media penyebar informasi dan inspirasi, misalnyabooklet tentang para
penyintas kanker, booklet informasi beasiswa keluar negeri, booklet pecinta
lingkungan, dan lain-lain.
c. Keunikan booklet
Kemasannya yang ringkas menjadikan booklet semakin unik.Untuk booklet sebagai
sarana penyebar informasi dan edukasi, struktur penyusunannya pun mirip seperti
buku pada umumnya.Terdiri dari kata pengantar, daftar isi, isi, dan lain-
lain.Bookletsecara umum lebih memainkan peranan visual dibandingkan dengan
buku yang mengandung banyak tulisan. Hal ini dikarenakan fungsi booklet yang
memadukan prinsip book dan leaflet sehingga menjadi lebih atraktif.
d. Ukuran booklet
Variasi bentuk booklet yang beraneka ragam membuat ukuran kertas yang
digunakan beraneka ragam pula. Ukuran booklet sendiri menggunakan ukuran
kertas A4 (21 cm x 29,7 cm) dan Folio (21,5 cm x 33 cm). Jenis finishing yang
digunakan pun lebih bervariasi yaitu Spot UV, Vernish, dan Die Cut.
21
e. Kelebihan booklet
Ukuran booklet yang lebih simpel daripada buku ini membuatnya menjadi lebih
simpel untuk didistribusikan dan dibaca.Meskipun demikian, desain booklet yang
simple ini pun masih dapat memaparkan deskripsi gambar atau produk yang
dipaparkan.
22
BAB III
1. Meminta izin ke pihak yang berwenang diPuskemas Pintas Tuo untuk melakukan
praktek komprehensif terhadap penyakit ISPA pada balita.
2. Mengidentifikasi keluarga yang memiliki masalah kesehatan yang berobat ke poli anak
di Puskesmas Pintas Tuo.
23
3. Melakukan informant consent pada keluarga yang bersedia untuk dibina dan dibantu
dalam mengatasi masalah kesehatan.
4. Melakukan pengumpulan data dengan wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan
menggali pengetahuan anggota keluarga tentang masalah kesehatan penyakit ISPA.
5. Menetapkan diagnosa keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan dikeluarga
tentang penyakit ISPA dan gangguan pola tidur. Kemudian menetapkan prioritas
masalah yang dihadapi keluarga.
6. Merencanakan dan melaksanakan tindakan fokus pada upaya meningkatkan pengetahuan
anggota keluarga tentang penyakit ISPAyaitu penerapan pendidikan kesehatan dengan
media booklet.
7. Menyusun laporan hasil studi kasus penerapan pendidikan kesehatan dengan media
booklet pada anggota keluarga.
G. Penyajian Data
Penyajian data disampaikan secara deskriptif untuk menggambarkan hasil dari penerapan
pendidikan kesehatan dengan media booklet.
H. Etika Penelitian Kasus
Studi kasus ini diawali dengan meminta izin kepada pihak berwenang Puskesmas Pintas
Tuo, dengan membawa surat rekomendasi dari Institusi Poltekkes Kemenkes Jambi dengan
segala pertimbangannya. Kemudian menjelaskan kepada responden tentang studi kasus agar
responden bersedia untuk menjadi objek studi kasus, memperkenalkan diri, menyebutkan
asal institusi, serta, menjelaskan kepada responden tujuan dari studi kasus, serta menjelaskan
jadwal kunjungan selama studi kasus berlangsung.
Etika penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini adalah :
1. Anominity (tanpa nama)
Peneliti melindungihak-hakdan privasirespondenPenelititidak mencantumkan nama
respondenuntuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya menggunakan inisial
sebagai identitas.
2. Confidentiality (kerahasiaan)
Semua informasi yang diberikan responden kepada peneliti akan tetap dirahasiakan.
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi yang
diberikannya.Semua catatan dan data responden disimpan di file berpassword sebagai
dokumen penelitian.
24
3. Self determination
Responden diberikan kebebasan untuk menentukan pilihan apakah bersedia atau tidak
untuk mengikuti kegiatan penelitian, setelah semua informasi yang berkaitan dengan
penelitian dijelaskan dengan menggunakan informed consent yang disediakan.Subjek
harus diperlakukan secara manusiawi,subjek mempunyai hak memutuskan apakah
mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun atau akan
berakibat terhadap kesembuhannyajika mereka seorang klien.
4. Privasi(Kerahasiaan)
Merupakanjaminandalampenggunaan responden penelitian yang
mempunyaihakuntukmeminta bahwadatayang diberikan harus dirahasiakan.
25
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Studi Kasus
1. Pengkajian
Keluarga Bp.G beranggota lima orang yang terdiri dari Bp.G yang berumur 33
tahun, Ibu.Y 30 tahun, anak tertua An.R 12 tahun,anak kedua An.F 7 tahundan An.S yang
paling bungsu berumur 7 bulan.Masalah kesehatan keluarga Bp.G yang menonjol saat ini
adalah An.S yang sedang mengidap penyakit ISPA dengan keluhan demam, filek, disertai
dengan batuk berdahak.Pelaksanaan lima tugas keluargamengenal masalah kesehatan
keluarga Bp.G kurangnyamengetahui apa penyebab dan bagaimana pencegahan ISPA,
biasanya saat An.S sakit segera diobati dengan obat herbal, jika tidak kunjung sembuh
An.Sbaru dibawa ke tempat fasilitas kesehatan terdekat.
Disaat pengkajian pada tanggal 05 Juni 2018 diketahui Bp. G mengatakan An.S
mengalami batuk dan filek sudah dua hari yang lalu. Keadaan rumah Bp.G didataran
rendah dengan kondisi lingkungan yang cukup lembab, adapun keadaandidalam rumah
Bp.G kurang penerangan dikarenakan tinggal ditempat penduduk yang cukup padat.
Bp.G belum mampu memodifikasi lingkungan yang baik dan nyaman untuk kesehatan.
Dari hasil pemeriksaan fisik, yaitu status kesehatan umum klien, keadaan umum
klien terlihat baik dengan kesadaran chomposmentis dan GCS 15 (E: 4, V: 5, M: 6). Saat
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil N: 99x/ i RR: 30x/ i S: 39 0C.
Pemeriksaan fisik head to toe didapatkan hasil kulit kepala bersih, warna rambut hitam
keputihan, mata simetris kiri dan kanan, kelopak mata normal, pergerakan mata normal,
hidung bersih dan tidak ada polip, telinga bersih dan tidak ada serumen, mulut bersih
tidak ada sariawan, gigibersih tidak adacaries.Tidak ada nyeri tekan dan benjolan simetris
kiri dan kanan, leher dahi terasa panas.
2.Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan dengan ketidaktahuan,
ketidakmampuan dan ketidakmauan keluarga dalam penangan penyakit ISPA, penulis
menyusun dan merumuskan dua diagnosa berdasarkan data yang telah diperoleh dari
keluarga adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan dikeluarga tentang ISPA
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal gejala ISPA, ditandai dengan
26
keluarga mengatakan An S Cuma mengalami demam, batuk filek biasa. Gangguan pola
tidur berhubungan dengan filek dan batuk di tandai dengan keluarga mengatakan An S
sering tebangun di malam hari jika batuk An S sulit tidur yang menjadi prioritas masalah
adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan dikeluarga tentang ISPA berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga mengenal gejala ISPA.
3. Intervensi Keperawatan.
Intervensi keperawatan yang penulis susun adalah sebagai berikut :
ketidakefektifan manjemen kesehatan dikeluarga Bp.G tentang penatalaksanaan penyakit
ISPA pada An.S. Keluarga tidak mengenal masalah kesehatan, tidak mampu mengambil
keputusan, tidak mampu merawat keluarga yang sakit, tidak mampu memodifikasi
lingkungan, tidak mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan,
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan pada keluarga Bp.G dengan penyuluhan
melalui media booklet tentang tanda dan gejala penyakit ISPA. Diskusikan bersama
keluarga dalam mengambil keputusan.Dampak lanjut dari penyakit ISPA tidak bisa
ditangani dengan obat herbal. Dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga diharapkan keluarga mengerti tentang penyakit ISPA menjadikannya sumber
pengetahuan bagi keluarga dalam menerapkan pendidikan kesehatan sehari-hari bertujuan
untuk pencegahan penyakit ISPA itu sendiri agar tidak terulang kembali.
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada keluarga Bp.G yaitu memberi pendidikan kesehatan
dengan menggunakan media booklet. Pada tanggal 06 Juni 2018 pukul 09:00 WIB
pagidatang kerumah keluarga Bp.G. Menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian
ISPA, tanda dan gejala ISPA, penyebab ISPA, pencegahan ISPA, dan penatalaksanaan
ISPA pada saat pemberian pendidikan kesehatan dengan metode ceramah yang hadir
adalah Ibu.Y serta keluarga terdekat yang lainnya, tujuan dari pemberian pendidikan
kesehataninidiharapkan keluarga bisa mengenal masalah kesehatan pada anak dengan
ISPA
5. Evaluasi
Didapatkan hasil evaluasi pada jam 09:45 WIB data subyektif anggota keluarga
yang mengerti terhadap pendidikan kesehatan yang telah diberikan, dan data objektif
keluarga mampu mengulangi pendidikan kesehatan yang telahdiberikan serta berdasarkan
respon kognitif.
27
Evaluasi tanggal 07 Juni 2018 jam 09:00 berdiskusi dengan keluarga tentang
penyakit ISPA yang telah dijelaskan pada hari sebelumnya. Berdiskusi dengan keluarga
dalam mengambil keputusan jika ada anggota keluarga yang sakit dan mengetahui
dampak jika penyakit tersebut tidak segera diobati.
Didapatkan hasil evaluasi pada jam 09:25 data subyektif keluarga mengatakan
mengerti dengan pendidikan kesehtan yang telah diberikan. Data objektif anggota
keluarga mampu mengulang pendidikan kesehatan yang telah diberikan serta berdasarkan
respon verbal.
Evaluasi pada jam 10:50 data subyektif keluarga mengerti terhadap pendidikan
kesehatan yang telah diberikan, data objektif keluarga mampu mengulangi pendidikan
kesehatan yang telah diberikan berdasarkan respon psikomotor.
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada keluarga Bp.G dengan pendidikan
kesehatan menggunakan media booklet didapatkan hasil pada tanggal 08 Juni 2017,
keluarga mampu menyebutkan pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan pencegahan
penyakit ISPA, keluarga mampu mengambil keputusan dengan membawa anaknya
berobat ke Puskesmas Perawatan Pintas Tuo. Serta keluarga mengerti bagaimana cara
pemeliharaan rumah, dan merapikan lingkungan rumah, dari semua implementasi yang
dilakukan oleh penulis, keluarga mengerti dan mampu menerapkan pendidikan kesehatan
mengenai penyakit ISPA pada anak baik dari respon kognitif, verbal dan psikomotor.
B. Pembahasan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai rencana yang telah disusun selama
tiga hari dari tanggal 06 Juni 2018 – 08 Juni 2018.Pelaksanaan tindakan difokuskan pada
anggota keluarga Bp.G yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit ISPA
dengan menggunakan media booklet.Pada setiap kali pertemuan dilakukannya
identifikasi keluarga tentang penyakit ISPA yang telah dijelaskan.
Penyebarluasan informasi dengan menggunakan media visual seperti booklet,
poster, lembar balik dalam penelitian dan pendidikan kesehatan telah banyak dilakukan
dan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan. Penelitian yang dilakukan oleh
Yusyaf (2011) menunjukkan bahwa adanya peningkatan pengetahuan keluarga setelah
diberikan pendidikan kesehatan dengan media lembar balik pada kelompok eksperimen.
Media audiovisual memberikan rangsangan melalui mata dan telinga. Media audiovisual
28
yang menarik dapat menarik perhatian individu dan pesan yang disampaikan akan lebih
mudah untuk dipahami.
Setelah dilakukan tindakan pemberian pendidikan kesehatan selama 3 hari dengan
media booklet, anggota keluarga Bp.G mampu menyebutkan pengertian ISPA, tanda dan
gejalaISPA,penyebab ISPA, pencegahan ISPA, penatalaksanaan ISPA
danmengambilkeputusan untuk membawa anaknya berobat ke Puskesmas serta
memelihara lingkungan rumah.
Mengatasi penyakit ISPA tersebut tidak cukup hanya dengan menguasai pengobatan
maupun penanganan saja, tetapi dibutuhkan suatu pengetahuan yang cukup tentang faktor
penyebab ISPA sehingga dapat dilakukan upaya preventif untuk mencegah ISPA pada keluarga.
Ibu adalah salah satu komponen dari keluarga. Kebanyakan Ibu menganggap ISPA merupakan
penyakit biasa yang sering timbul dan tidak berbahaya serta bisa menghilang dengan sendirinya,
padahal apabila ISPA tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian (Widoyono, 2011).
Tercapainya keluarga sehat yang dilandasi pengetahuan yang baik dapat
menimbulkan kesadaran diri untuk memelihara lingkungan, mencegah penyakit dan
mempertahankan kesehatan. Keluarga dapat menciptakan lingkungan yang sehat untuk
anggota keluarganya sehingga dapat mencegah berbagaimacam penyakit. Menurut Taylor
(2002),sanitasi rumah dan lingkungan erat kaitannyadengan angka kejadian penyakit
menular,terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA).
Menurut (Notoadmodjo, 2010)pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan,secara
umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat,sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan
oleh pelaku pendidikan dan promosi kesehatan, dan batasan ini tersirat unsur- unsur input
(saranapendidik dari pendidikan), proses(upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi
orang lain), output(melakukan apa yang diharapkan). Hasil yang diharapkan dari suatu
promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, perilaku untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari suatu promosi kesehatan.
Memberikan Metode Booklet kepada keluarga terutama pada ibu dapat digunakan sebagai
alternatif metode pendidikan kesehatan promotif dan preventif dalam pencegahan ISPA di
Puskesmas. Perawat diharapkan dapat menambah inovasi dalam memberi pendidikan kesehatan
pada ibu untuk mencegah ISPA yaitu dengan metode Booklet.
29
C. Keterbatasan
Kendala yaitu kurangnya mendapatkan Informasi tentang penanggulangan dan pencagahan
penyakit inspeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang diterima oleh keluarga tidak bisa optimal
karena kemampuan dalam memfokuskan perhatian dan menerima informasi yang dipengaruhi
oleh kesibukan bekerja dan pendidikan.
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Data fokus yang ditemukan pada pada keluarga Bp.G dengan kasus ISPA adalah
ketidaktahuan tentang gejala dan tanda-tanda penyakit ISPA.
2. Diagnosa keperawatan yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan dikeluarga Bp.G
tentang penyakit ISPA.
3. Intervensi keperawatan dengan kasus ISPA pada anak dengan tujuan umum ditetapkan
selama 4 hari dan rencana tindakan keperawatan pada kasus yaitumemberikan
penjelasan tentang pengertian, tanda dan gejala, pencegahan, pengambilan keputusan,
pemeliharaan rumah serta memberikan penjelasan tentang makanan apa saja yang
tidak boleh dikonsumsi pada penderita ISPA.
4. Implementasi keperawatan seluruhnya mengacu pada perencanaan keperawatan yang
ada pada tujuan teori meliputi:penjelasan tentang pengertian, tanda gejala, pencegahan,
pengambilan keputusan, pemeliharaan rumah dan makanan apa saja yang tidak boleh
dikonsumsi pada penderita ISPA.
5. Evaluasi keperawatan pada pasientelah tercapai dengan hasil keluarga mampu
mengenal masalah ISPA baik dari pengertian, tanda gejala, pencegahan, pengambilan
keputusan, pemeliharaan rumah dan masakanapa saja yang tidak boleh dikonsumsi
pada penderita ISPA.
B. Saran
Demi meningkatkan dan memaksimalkan dibidang kesehatan penulis menyarankan
sebagai berikut :
1. Bagi keluarga
Hendaknya keluarga dapat mengambil keputusan dalam masalah kesehatan yang
dihadapi dan berperan aktif dalam pencegahan penyakit ISPA, sehingga lingkungan
sekitar bisa terbebas dari penyakit ISPA.
2. Bagi Puskesmas dan tenaga kesehatan lain
Perawat diharapkan dapat menambah inovasi dalam memberi pendidikan kesehatan pada ibu
untuk mencegah ISPA yaitu dengan metode Booklet. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
dapat memperbaiki penelitian ini untuk melakukan penelitian dengan menggunakan kelompok
kontrol, dan meneliti faktor–faktor lain yang mempengaruhi perilaku
31
32
SUHERMEN
NIM : PO.71.20.0.17.4322
Nama : Suhermen
NIM : PO.71.20.0.17.4322
Menyatakan dengan sebenarnya bahwaKarya Tulis Ilmiahyang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasilkaryasendiri dan bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiranorang
lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Jambi, 2018
Pembuat Pernyataan
Suhermen
NIM : PO.71.20.0.17.4322
Mengetahui :
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Oleh SUHERMEN NIM PO.71.20.0.17.4322 dengan judul “PENERAPAN
PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANAK ISPA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS PINTAS TUO TAHUN
2018”telah dipertahankan dan disahkan lulus oleh tim penguji karya tulis ilmiah Program Studi
Dlll Keperawatan Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi pada
tanggal,...........................2018
TIM PENGUJI
MENGETAHUI,
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
ERNAWATI, S.Kp,M.Kep
NIP : 19690723199503 2 001
KATA PENGANTAR
36
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN ANAK ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA
PUSKESMAS PINTAS TUOTAHUN 2018”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
1. Bapak Asmuni, HS., SKM,MM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Jambi.
2. Kepala Puskesmas Pintas Tuo.
3. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep selaku ketua jurusan Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi
yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di Poltekkes Kemenkes Jambi
Jurusan Keperawatan.
4. Ibu Gusti Lestari H, A.Per.Pend,M.kes selaku ketua program studi DIII Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jambi Jurusan Keperawatan.
5. Ibu DR.Solha Elrifda, Spd,M.Kes selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan
dukungan moril selama di kampus Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Keperawatan.
6. Ibu Mursidah Dewi, SKM,M.Kep selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing
dengan baik memberikan masukan-masukan, inspirasi dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
7. Bapak Rusmimpong, S.Pd,M.Kes selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan dan masukan yang membantu menyempurnakan tulisan dalam studi kasus ini.
8. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jambi yang telah
turut serta memberikan bimbingan dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
9. Kedua orang tua saya dan keluarga tercinta yang telah memberikan semangat, dukungan
secara moril maupun materil serta do’a sehingga saya bisa menyelesaikan pendidikan di
Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Keperawatan.
10. Sahabat saya serta orang teristimewa bagi saya Ahmad Darwis H, Andika Saputra,
Bustomi, Armailis, Julius, Endang Herawati, Ahmad Jangcik dan Teman-teman angkatan I
RPL DIII Keperawatan Poltekkes Kemenkes Jambi yang telah banyak memberikan
37
motivasi dan semangat dalam penyusunan studi kasus ini. Teman-teman seperjuangan yang
tidak bisa disebutkan satu-persatu yang saling memberi semangat serta dorongan untuk
bersama-sama menyelesaikan Pendidikan di kampus Poltekkes Kemenkes Jurusan
Keperawatan.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan
dan kesehatan.Aamiin.
Penulis,
Suhermen
Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperwatan Polteknik Kesehatan Kemenkes Jambi.
38
Penerapan pendidkan kesehatan dalam asuhan keperawatan keluarga dengan ispa pada anak
balita diwilayah kerja Puskesmas Perawatan Pintas Tuo Tahun 2018.
Suhermen (2018).
ix + hal 41 + 8 lampiran
ABSTRAK
ISPA adalah radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang di sebabkan infeksi jasad
renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru.Faktor
lingkungan dilihat dari pencemaran udara rumah, kepadatan hunian, kelembaban, kebersihan,
dan musim.Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui penerapan pendidikan
kesehatan dengan media booklet pada keluarga dengan masalah ISPA pada balita di wilayah
kerja PuskesmasPerawatan Pintas Tuo. Studi kasus dilakukan pada bulan Mei – Juni20018.
Hasil studi kasus di peroleh data meningkatnya pengetahuan dan manajemen kesehatan keluarga
tentang penyakit ISPA pada balita. Kesimpulan penerapan pendidikan kesehatan dengan media
booklet cukup efektif dalam menambah tingkat pengetahuan dan manajemen kesehatan keluarga,
penulis dapat menerapkan pendidikan kesehatan dengan media booklet sebagai salah satu cara
dalam pencegahan dan penatalaksanaan pada penderita ISPA.
Nama : Suhermen
Status : Kawin
RIWAYAT PENDIDIKAN
DAFTAR PUSTAKA
40
Hartono, dkk. (2012). Gangguan pernafasan pada anak : ISPA.Yogyakarta : Nuha Medika.
Notoatmodjo, dkk.(2012). Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta timur : Rineka
Cipta
Wahab.S, dkk.(1996). Ilmu keperawatan anak nelson vol. II.Jakarta : Buku Kedokteran : EGC
WHO.(2007). Indoor Air Pollution from Solid Fuels and Risk of Low Birth Weight and
Stillbirt. Geneva: World Health Organization.
A. Definisi ISPA
41
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini di
adaptasi dari istilah dalam bahasa inggris acute respiratory infections (ARI) istilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut.Infeksi adalah masuk dan
berkembangnya agent infeksi pada jaringan tubuh manusia yang berakibat terjadinya
kerusakan sel atau jaringan yang patologis.Saluran pernafasan adalah organ mulai dari
hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga
tengah dan pleura.Infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung
sampai 14 hari, dimana secara klinis tanda dan gejala akut akbat infeksi terjadi disetiap
bagian pernafasan tidak lebih dari 14 hari.
Menurut Alsagaff dkk.Ispa adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai
radang parenkim paru.
Infeksi saluran pernafasan atas adalah infeksi yang terutama mengenai struktur
Saluran pernafasan di atas laring, tetapi kebanyakan, penyakit ini mengenai bagian
saluran atas dan bawah secara simultan atau berurutan.Gambaran patofisiologisnya
meliputi infiltrat peradangan dan edema mukosa, kongesti vaskuler, bertambahnya
sekresi mucus, dan perubahan struktur dan fungsi liare (Nelson Textbook of
Pediatrics1996).
42
B. Klasifikasi ISPA
C.Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
riketsia.Bakteri penyebab ISPA misalnya dari genus Streptococus, Haemophylus,
Stafilococcus, Peneumococcus, Bordetella, dan Corynebakterium.Virus penyebab
ISPA antara lain grup mixovirus (virus influenza paraininfluenza, respiratory
syncytialvirus), Enterovirus (enterovirus, virus Epstein-Barr. Jamur penyebab ISPA
antara lain Aspergillus sp Candida albicans, Blastomyces dermatidis, Histoplasama
capsulaion, Coccidioides immitis, Cryptococcus neoformans. Selain itu juga ISPA
dapat disebabkan oleh karna inspirasi asap kendaraan bermotor, Bahan bakar
minyak/BBM biasanya minyak tanah dan, cairan ammonium pada saat lahir.
D. Gejala ISPA
Penyakit ISPA pada anak dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan gejala
seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorakan, pilek, sakit telinga dan demam.
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
a. Pernafasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok umur
kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih dari
kelompok umur 2 bulan <5 tahun frekuensi nafas 50 kali atau lebih untuk
umur 2- <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada umur 12 bulan - <5
tahun.
b. Suhu lebih dari 390c (diukur dengan thermometer).
c. Tenggorokan berwarna merah.
d. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.
45
Penularan penyakit ISPA terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara di maksudkan adalah cara penularan yang terjadi pada kontak
dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui
udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang
sebagian besar penularannya adalah karna menhisap udara yang mengandung unsur penyebab
atau mikroorganisme penyebab adanya bibit penyakit di udara umumnya berbentuk aerosol
yakni suatu suspensi yang melayang diudara, dapat seluruhnya berupa bibit penyakit atau
hanya sebagian daripadanya. Adapun bentuk aerosol dari penyebab penyakit tersebut ada dua,
yakni droplet nuclei dan dust.
Droplet nuclei adalah partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering.
Pembentukanna dapat melalui berbagai cara, antara lain dengan melalui epavorasi droplet
yang dibatukkan atau yang dibersinkan ke udara. Droplet nuclei juga dapat terbentuk dari
aeorolisasi materi-materi penyebab infeksi di dalam laboratorium..Karena ukurannya yang
sangat kecil, bentuk ini dapat tetap berada di udara untuk waktu yang cukup lama dan dapat
diisap dalam waktu bernafas dan masuk ke alat pernafasan.
46
Dust adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dari suspensi
partikel yang menempel dilantai, ditempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu
lantai/rumah.
nasihati ibu untuk memberikan perawatan di rumah, obati demam, obati mengi,
nilai ulang setelah 2 hari.
4) Bukan Pneumonia (batuk atau pilek): obati di rumah, terapi antibiotik sebaiknya
tidak diberikan, terapi spesifik lain (untuk batuk dan pilek), obati demam,
nasihati ibu untuk memberikan perawatan di rumah. Pneumonia Persisten: rawat
(tetap opname), terapi antibiotik dengan memberikan kotrimoksasol dosis tinggi
untuk mengobati kemungkinan adanya infeksi pneumokistik, perawatan suportif,
penilaian ulang.
1) Upaya pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
b. Immunisasi.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
d. Mencegah anak tidak berhubungan dengan penderita ISPA.