BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan bayi. Angka kematian bayi
pedal umumnya dan kesehatan anak pada khususnya. Sampai saat ini Indonesia
masih termasuk kategori negara dengan AKB yang tinggi bahkan tertinggi di
negara ASEAN dibanding dengan negara maju. AKB sebagai permasalahan yang
serius sehingga ada upaya pencegahan primer yang mendasar dan merupakan
kegiatan rutin seperti pendeteksian kelainan janin dalam rahim, imunisasi pada ibu
Salah satu indikator kesehatan suatu bangsa ialah derajat kesehatan anak,
yang biasanya diukur melalui angka kematian anak, cakupan imunisasi dan
idiopatik.
Program imunisasi merupakan program pelayanan kesehatan yang wajib
berarti pemerintah harus menyediakan tenaga andal dan cukup dalam melakukan,
imunisasi, alat cukup sesuai dengan standar teknis, dana (investasi, operasional,
anak bayi dan 40 juta ibu hamil di seluruh dunia masih belum mendapatkan
layanan imunisasi rutin. Akibatnya, penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin ini
diperkirakan menyebabkan lebih dari dua juta kematian tiap tahun. Angka ini
mencakup 1,4 juta anak bayi yang terenggut jiwanya (UNICEF, 2000).
Diperkirakan 1,7 juta kematian pada anak atau 5% pada bayi di Indonesia adalah
akibat PD3I. Agar target nasional dan global untuk mencapai eradikasi, eliminasi
dan reduksi terhadap PD3I dapat dicapai, cakupan imunisasi harus dipertahankan
yang tinggi dan merata dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) PD3I
(Depkes, 2007).
Imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai sejak tahun 1956 sehingga
Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada
tahun 1974. Tahun 1977 WHO memulai program imunisasi yang di Indonesia
mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus dilakukan semua. Hanya lima jenis
imunisasi pada anak di bawah satu tahun yang harus dilakukan, yakni BCG
hepatitis B.
bayi. Bila cakupan UCI tergambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat atau
bayi terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
administrasi Desa/Kelurahan.
imunisasi cacar di pulau Jawa. Kegiatan ini telah berhasil membasmi penyakit
cacar di Indonesia, sehingga pada tahun 1974 Indonesia dinyatakan telah bebas
penyakit cacar oleh WHO. Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dimulai sejak
tahun 1977 dengan pemberian vaksin BCG, DPT dan TT. Pada tahun 1980
dikembangkan vaksin polio dan terakhir vaksin campak pada tahun 1982.
(www.temporaktif.com,2008)
dilakukan pula vaksinasi Toxoid Tetanus untuk ibu hamil tahun 1974. Vaksinasi
imunisasi (PPI) secara resmi dimulai tahun1977. Vaksinasi polio dan campak
mulai dikembangkan pada tahun 1980, hingga pada tahun 1982 program
imunisasi telah mencangkup enam jenis antigen yaitu : BCG, DPT, Polio, dan
mendapatkan imunisasi. Pada tahun 1995 PIN hanya memberikan vaksin polio,
akan tetapi pada tahun 1996 dan 1997 juga diberikan imunisasi polio dan campak
pada balita dan imunisasi TT pada ibu hamil dan ibu balita. Dengan tujuan agar
mengurangi angka kematian bayi akibat penyakit yang dapat dicegah dengan
(insiden di bawah 1 per 10.000 kelahiran hidup) di seluruh Indonesia dan reduksi
Sulawesi Selatan tahun 2006 cakupan imunisasi telah mencapai UCI selama 5
tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2002 sebesar 88,90%, pada tahun 2003
sebesar 91,70%, pada tahun 2004 sebesar 92,51%, pada tahun 2005 sebesar
ini dianggap belum memadai dilihat dari masih meningkatnya penyakit menular
Neonatorum pada tahun 2003 sebanyak 175 kasus (CFR 56%), Campak tahun
2003 sebanyak 2.914 kasus (CFR 0,34%), Difteri tahun 86 kasus (CFR 23%),
Pertusis pada tahun 2003 sebanyak 2.788 kasus dan Hepatits periode 2000-2003
Tetanus Neonatorum pada tahun 2005 8 kasus (CFR 5 orang), Campak tahun 2005
sebanyak 445 Orang, Difteri tahun 2005 sebayak 109 kasus, Pertusis 2005 1 kasus
dan tahun 2006 16 kasus, sedangkan Hepatitis pada tahun 2004 sebanyak 700
kasus. (DinKes,2007).
Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting, karena
penggunaan sarana kesehatan oleh anak berkaitan erat dengan perilaku dan
pengertian dan keikutsertaan orang tua dalam program imunisasi tidak akan
menjadi halangan yang besar jika pendidikan yang memadai tentang hal itu
diberikan.
Dalam hal ini peran orang tua, khususnya ibu menjadi sangat penting,
karena orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Demikian juga tentang
mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dan anak, sehingga dapat
kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan jadi halangan yang
besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan.
(Arsunan, 2006)
Selain peran orang tua juga tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua
kegiatan pelayanan Posyandu tidak akan berjalan dengan baik tanpa kehadiran
kader sebagai tenaga sukarela. Kader inilah sebenarnya yang menjadi rohnya
Posyandu. Peran kader pada hari buka Posyandu sangat besar karena lancar
mengalami keterbatasan kader, yaitu tidak semua kader aktif dalam setiap
disebabkan adanya kader drop out karena lebih tertarik bekerja di tempat lain
yang memberikan keuntungan ekonomis, kader pindah karena ikut suami, dan
juga setelah bersuami tidak mau lagi menjadi kader, kader sebagai relawan merasa
jenuh dan tidak adanya penghargaan kepada kader yang dapat memotivasi mereka
untuk bekerja dan faktor-faktor lainnya seperti kurangnya pelatihan serta adanya
kader, karena berdasarkan penelitian sebelumnya kader yang direkrut oleh staf
pengetahuan yang sangat minim dan umumnya tidak bekerja (Nain, 2008).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Takalar diperoleh jumlah
kader Posyandu 4079 yang tersebar di 906 Posyandu, namun yang aktif hanya
memiliki kader Posyandu dengan jumlah kader yang aktif 236 orang (67,83%)
Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT
diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal empat
minggu. Imunisasi polio diberikan empat kali pada bayi 0-11 bulan dengan
interval minimal empat minggu. Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi
usai 9-11 bulan. Terakhir, imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi
usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat minggu (Depkes RI, 2005).
tua kerap lupa dan harus mencatat dalam dokumen kesehatan anak yang biasanya
diberikan oleh bidan, baik di tempat praktik atau di rumah sakit. Jika orang tua
beberapa daerah sangat rendah. Ada sekitar 2.400 anak di Indonesia meninggal
setiap hari termasuk yang meninggal karena sebab-sebab yang seharusnya dapat
merupakan tragedi yang mengejutkan dan tidak seharusnya terjadi. Masalah ini
berdampak global. Ini merupakan contoh yang baik mengapa beberapa program
tidak boleh dibiarkan gagal karena kurangnya dana dan kapasitas sumber daya
Puskesmas Patalassang dari 952 bayi adalah sebagai berikut: BCG 88,4%,
DPT/HB3 55,2%, Campak 54,4% dan Polio 4 50,3% (Medical Record PKM
Patalassang, 2008).
peran kader Posyandu terhadap pemberian imunisasi pada bayi di wilayah kerja
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, tingkat pendidikan dan peran
2. Tujuan Khusus
b. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap imunisasi pada bayi
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan suatu masukan bagi pihak Puskesmas setempat
untuk lebih meningkatkan kinerja stafnya dan juga kadar kesehatan yang
Hasil penelitian ini kiranya dapat meningkatkan pemahaman dan wawasan ibu
untuk penelitian lebih lanjut yang berkenaan dengan imunisasi pada bayi.
4. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian imunisasi
a. Imunisasi adalah cara untuk mencegah agar anak terhindar dari cacat atau
penyakit yang mematikan dengan biaya efektif. Cara ini dapat pula merangsang
yang bagus. Apalagi hal ini memberi kontribusi kesehatan yang lebih baik dan
(imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit. Istilah kekebalan
kekebalan terdiri atas imunitas pasif yaitu tubuh tidak membentuk imunitas, tetapi
Menurut Supartini (2004) ada dua jenis kekebalan tubuh yaitu pasif dan
aktif.
atau manusia kepada manusia lain dengan tujuan memberi perlindungan terhadap
penyakit infeksi yang bersifat sementara karena antibodi dasar akan berkurang
1) Menurut terbentuknya :
a) Kekebalan pasif bawaan (passive congenitao yang terdapat pada neonatus sampai
dengan usia enam bulan. yang di dapat dari ibu yang berupa antibodi melalui
ditransmisikan dari sumber lain berupa gamaglobulin dan anti serum dari plasma
darah yang memiliki imunitas, dapat digunakan dalam keadaan darurat untuk
tertentu cukup besar dan saat tersebut bukan waktu yang tepat bagi seseorang
Produksi antibodi oleh limfosit B dilepas kedalam aliran L:ah dan berdiam di
dalam plasam atau fraksi darah yang berupa cazan. Imunits ini terdapat dalam
b) Imunitas seluler stimulasi limfosit yang berada dalam nodus limfatikus untuk
menjadi sel yang akan menyerang langsung (fagositosis) mikroba dan bukan
menghasilkan antibodi dan kekebalan seluler yang bertahan lebih lama dibanding
2) Kekebalan aktif yang sengaja dibuat yang dikenal dengan imunisasi dasar dan
ulangan (booster) berupa pemberian vaksin (misalnya : cacar dan polio) yang
kumannya masih hidup tapi kumannya sudah dilemahkan. Karena itu imunisasi
juga disebut vaksinasi yang berarti memasukkan vaksin kedalam tubuh agar
Depkes (2000) menetapkan bahwa ada tujuh penyakit yang dapat dicegah
campak dan hepatitis. Jenis jenis imunisasi yang dapat mencegah penyakit ini
deltoideus kanan dengan dosis 0,05 cc pada umur 0-11 bulan (sebaiknya sebelum
umur 2 bulan).
intramuskuler pada paha bagian luar dengan dosis 0,5 cc pada umur 0-11 bulan
e. Campak diberikan 1 kali disuntikkan secara subkutan, biasanya dilengan kiri atas
adalah pengetahuan orang tua tentang status kesehatan anak saat ini,
yang dialami pada masa lalu dan sekarang. Selain itu orang tua juga harus
mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi dan efek samping yang mungkin timbul setelah imunisasi.
Orang tua juga harus memahami dengan baik bahwa imunisasi adalah salah satu
pada anak :
a. Imunisasi BCG
terhirupnya percikan udara yang mengandung kuman TBC. Kuman ini dapat
kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati, atau selaput otak (yang terberat).
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya dilakukan pada bayi yang baru lahir sampai
usia 12 bulan, tetapi imunisasi ini sebaiknya dilakukan sebelum bayi berumur 2
bulan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali saja. Bila pemberian imunisasi ini
benjolan kecil. Karena luka suntikan meninggalkan bekas, maka pada bayi
b. Imunisasi DPT
Kuman difteri sangat ganas dan mudah menular. Gejalanya adalah demam
tinggi dan tampak adanya selaput putih kotor pada tonsil (amandel) yang dengan
cepat meluas dan menutupi jalan napas. Selain itu racun yang dihasilkan kuman
difteri dapat menyerang otot jantung, ginjal, dan beberapa serabut saraf. Racun
dari kuman tetanus merusak sel saraf pusat tulang belakang, mengakibatkan
kejang dan kaku seluruh tubuh. Pertusis (batuk 100 hari) cukup parah bila
Indonesia vaksin terhadap difteri, pertusis, dan tetanus terdapat dalam 3 jenis
kemasan, yaitu: kemasan tunggal khusus untuk tetanus, bentuk kombinasi DT, dan
kombinasi DPT. Imunisasi dasar DPT diberikan 3 kali, yaitu sejak bayi berumur 2
pertama tidak memberikan perlindungan apa-apa, itu sebabnya suntikan ini harus
tahun atau kurang lebih 1 tahun setelah suntikan imunisasi dasar ke-3. Imunisasi
ulang berikutnya dilakukan pada usia 6 tahun atau kelas 1 SD. Pada saat kelas 6
SD diberikan lagi imunisasi ulang dengan vaksin DT (tanpa P). Reaksi yang
selama I-2 hari. Imunisasi ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah
c. Imunisasi Polio
Gejala yang umum terjadi akibat serangan virus polio adalah anak
mendadak lumpuh pada salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5
hari. Terdapat 2 jenis vaksin yang beredar, dan di Indonesia yang umum diberikan
adalah vaksin Sabin (kuman yang dilemahkan). Cara pemberiannya melalui
mulut. Di beberapa negara dikenal pula Tetravaccine, yaitu kombinasi DPT dan
polio. Imunisasi dasar diberikan sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari
dan selanjutnya diberikan setiap 4-6 minggu. Pemberian vaksin polio dapat
d. Imunisasi Campak
Penyakit ini sangat mudah menular. Gejala yang khas adalah timbulnya
bercak-bercak merah di kulit setelah 3-5 hari anak menderita demam, batuk, atau
pilek. Bercak merah ini mula-mula timbul di pipi yang menjalar ke muka, tubuh,
dan anggota badan. Bercak merah ini akan menjadi coklat kehitaman dan
menghilang dalam waktu 7-10 hari. Pada stadium demam, penyakit campak
sangat mudah menular. Sedangkan pada anak yang kurang gizi, penyakit ini dapat
diikuti oleh komplikasi yang cukup berat seperti radang otak (encephalitis),
radang paru, atau radang saluran kencing. Bayi baru lahir biasanya telah mendapat
kekebalan pasif dari ibunya ketika dalam kandungan dan kekebalan ini bertahan
hingga usia bayi mencapai 6 bulan. Imunisasi campak diberikan kepada anak usia
terjadi demam ringan atau sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga, atau
e. Imunisasi Hepatitis B
Cara penularan hepatitis B dapat terjadi melalui mulut, transfusi darah, dan
jarum suntik. Pada bayi, hepatitis B dapat tertular dari ibu melalui plasenta semasa
bayi dalam kandungan atau pada saat kelahiran. Virus ini menyerang hati dan
(pengerasan) hati dan kanker hati di kemudian hari. Imunisasi dasar hepatitis B
diberikan 3 kali dengan tenggang waktu 1 bulan antara suntikan pertama dengan
kedua, dan tenggang waktu 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Imunisasi
b. Perubahan pada sistem imun yang tidak dapat menerima vaksin virus yang hidup.
Menurut Suroso (2003) efek samping yang dapat timbul akibat imunisasi
adalah BCG dapat menimbulkan perubahan warna kulit pada tempat penyuntikan
yang akan berubah menjadi pustula kemudian pecah menjadi ulkus dan akhirnya
perut, reaksi lainnya adalah berupa pembesaran kelenjar ketiak atau bagian leher,
bila diraba akan terasa padat dan bila ditekan tidak terasa sakit. DPT dapat
menimbulkan demam, nyeri, dan bengkak pada permukaan kulit yang dapat
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya
bayi.
1. Pengetahuan Ibu
Saat ini banyak orang tua yang enggan melakukan imunisasi karena
kejadian tersebut dengan pemberian vaksinasi. Selain itu, berbagai teknologi terus
dikembangkan untuk membuat vaksin yang lebih aman dan tidak menimbulkan
efek samping.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
menjadi tahu. Kognitf dominant terdiri dari enam, tingkatan penerimaan terhadap
a. Tahu (knowledge)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
b. Memahami (comprehension)
objek yang dapat diketahui dan dapat maniprestasikan materi tersebut secara
benar.
c. Aplikasi (aplication)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
berupa pengajaran kepada manusia untuk dapat berfikir secara objektif dan
sistematis, bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat,
mulai dari tingkat TK sampai perguruan tinggi, pendidikan dengan SMP ke bawah
masih dikategorikan kurang dan SMA keatas dianggap baik. (Ngatimin, 1990).
dimengerti dan disesuaikan dengan taraf pendidikan orang tua khususnya ibu-ibu.
Organisasi nonprofit harus membantu ha1 ini. Pada umumnya masyarakat yang
sudah semakin maju memerlukan informasi atau haus akan penjelasan berbagai
hal khususnya kesehatan mereka, kesehatan anaknya, termasuk status
imunisasinya.
atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk
tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai
hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa
hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. Disamping itu, kadang-
kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong
atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang hamil tidak boleh
rumah sakit, poliklinik, Posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan
hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat
periksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh
fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya : Puskesmas, polindes, bidan praktek,
tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.
politik, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan)
dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas
evaluation.
intervensi terhadap faktor perilaku (konsep Green), maka kedua konsep tersebut
dapat diilustrasikan seperti pada bagan hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan
1) Memberitahukan hari dan jam buka Posyandu kepada ibu pengguna Posyandu
(ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan anak bayi serta ibu usia subur) sebelum
dimulai seperti timbangan, buku catatan, KMS, alat peraga penyuluhan, dan lain-
lain.
3) Melakukan pendaftaran bayi, bayi, ibu hamil dan usia subur yang hadir di
Posyandu.
Kartu Menuju Sehat (KMS) sesuai dengan permasalahan yang dihadapi ibu yang
bersangkutan.
7) Melakukan kunjungan rumah khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai
bayi dan bayi serta pasangan usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan agar
C. Kerangka Konsep
a. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan Ibu dengan pemberian imunisasi
pada bayi.
b. Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi
pada bayi.
c. Tidak ada hubungan antara peran kader Posyandu dengan pemberian imunisasi
pada bayi.
a. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi pada bayi.
b. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi pada
bayi.
c. Ada hubungan antara peran kader Posyandu dengan pemberian imunisasi pada
bayi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
bayi yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Patalassang Kabupaten Takalar
mencari ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu,
dan peran kader Posyandu terhadap pemberian imunisasi pada bayi.(Sugiyono,
2006).
1. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak yang
termasuk kategori usia bayi (0-12 Bulan) pada Wilayah kerja Puskesmas
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak bayi yang
Keterangan :
N : Perkiraan populasi
d : Tingkat Ketelitian
Kriteria Inklusi :
b. Semua ibu yang memiliki anak berada pada wilayah kerja , Puskesmas
Kriteria Eksklusi :
b. Ibu yang memiliki anak bayi namun tidak berada dalam wilayah kerja Puskesmas
c. Ibu tidak mampu membaca dan menulis sehingga mempersulit untuk mengisian
kuesioner.
C. Definisi Operasional
1. Variabel Independent
setiap pertanyaan yang dijawab Ya mendapat skor 1 dan jawaban tidak mendapat
1) Baik : bila responden menjawab pertanyaan dengan skor nilai > 75%
2) Kurang : bila responden menjawab pertanyaan dengan skor nilai < 75%
tahapan-tahapan kegiatan yang mengubah sikap dan perilaku ibu melalui upaya
belajar yang diperoleh dari lembaga pendidikan formal yang telah diikuti oleh
Kriteria Obyektif :
Pendidikan tinggi : bila pendidikan terakhir ibu tamat SMA atau perguruan tinggi.
Yang dimaksud peran kader Posyandu dalam penelitian ini adalah kesiapan atau
setiap pertanyaan yang dijawab Ya mendapat skor 1 dan jawaban Tidak mendapat
skor 0
Kriteria Obyektif :
Berperan : Bila ibu menganggap keberadaan kader Posyandu sangat membantu dalam
Tidak berperan : Bila ibu menganggap keberadaan kader Posyandu kurang atau tidak
imunisasinya dimana skor nilai yang diperoleh < 60% dengan jumlah point < 6
2. Variabel Dependent
Pemberian imunisasi
Maksud dari pemberian imunisasi dalam penelitian ini adalah imunisasi yang
seharusnya sudah diberikan pada bayi sesuai dengan usia bayi itu sendiri sejak
Kriteria Obyektif
Tidak Diberikan : jika anak bayi belum mendapatkan salah satu jenis imunisasi atau lebih
yang seharusnya telah ia dapatkan melihat dari usia yang telah dimilikinya.
Telah diberikan : jika anak bayi telah mendapatkan imunisasi yang seharusnya telah ia
D. Instrumen Penelitian
1. Data primer, diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada ibu-ibu yang
peneliti.
1. Editing
pengolahan data.
2. Koding
untuk mengisi daftar kode yang disediakan pada kuesioner sesuai dengan jawaban
yang diisi dari laporan, selanjutnya dibuat daftar variable sesuai dengan yang ada
3. Tabulasi
penganalisaan data. Uji statistik yang digunakan adalah Univariat dan Bivariat
4. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Dilakukan terhadap variabel penelitian untuk melihat tampilan distribusi
b. Analisis Bivariat
Keterangan :
independen)
= Jumlah
G. Etika Penelitian
rekomendasi dari pihak institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan
izin kepada instansi tempat penelitian dalam hal ini Kepala Puskesmas
1. Informed consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti
yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat
penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak
3. Confidentiality
BAB IV
A. Hasit Penelitian
yaitu dari tanggal 20 Februari sampai dengan 02 Januari 2009. Populasi pada
penelitian ini adalah mencakup semua ibu dan anaknya yang melakukan
1. Analisis Univariat
ibu dan peran kader posyandu dan variabel dependen yaitu Pemberian imunisasi
anak batita.
Hasil univariat dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai dengan tabe14.4
Tabe14.1
Tabel Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Di Wilayah Kerja
Puskesmas Patalassang Kabupaten Takalar
Baik 70 64.2
Kurang 39 35,8
109
Jumlah 100
'
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, melalui kuesioner yang diberikan dari 109
berpengetahuan kurang.
Tabel 4.2
Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di Wilayah
Kerja Puskesmas Patalassang Kabupaten Takalar
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, melalui kuesioner yang diberikan dari 109
rendah dan hanya 47 responden (43,1%) yang memiliki tingkat pendidikan tinggi.
Tabel 4.3
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut, melalui kuesioner yang diberikan dari 109
Tabe14.4
Sementara berdasarkan tabel 4.4 tersebut, melalui lembar observasi dan kuesioner
yang diberikan dari 109 responden diperoleh 59 responden (54,1%) yang anak
batitanya telah diberikan imunisasi sesuai usia anaknya dan hanya 50 responden
(20,2%) yang anaknya tidak diberikan imunisasi walaupun usia anak batitanya
2. Analisis Bivariat
Untuk menilai hubungan antara pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu dan
Patalassang Kabupaten Takalar maka digunakan uji statistik Chi square dengan
Tabel 4.5
Pemberian Imunisasi
Tidak Telah
Diberikan
24 (22,0%)
Baik 46 (42.2) 70 (64,2%)
(42,2%)
16 (23,9%)
Kurang 13 (11.9%) 39 (35,8%) 0,001
(11,9%)
50 (45,9%)
Jum1ah 59 (100%) 109 (100%)
(54,1%)
Sumber : Data Primer
imunisasi sesuai umur anak batita tersebut yaitu 46 responden (42,2%). Sementara
lebih kecil dari nilai a (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Takalar.
Tabe14.6
Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Pada Anak Batita
Diberikan
147
Tinggi 15(13,8%) 32 (29.4%)
(43,1%)
62
Rendah 35(32,1%) 27 (24,8%) 0,011
(56,9%)
109
Jumlah 50(45,9%) 59 (54,1%)
(100%)
Sumber : Data Primer
diberikan imunisasi sesuai umur anak batita tersebut yaitu 35 responden (32,1%).
Namun berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,011 yang berarti
lebih kecil dari nilai a (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada
Takalar.
Tabel 4.7
Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan Pemberian Imunisasi Pada Anak Batita
Pemberian Imunisasi
Peran Kader Posyandu Tidak Telah Jumlah p
Diberikan Diberikan
Berperan 31(28.4%) 56(51,4%) 87(79,8%)
Tidak Berperan 19(17,4%) 3(2,8%) 22 (20,2%) 0,000
Jumlah 50(45,9%) 59 (54,1%) 109 (100%)
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabei 4.7 dipero::,h bahwa lebih besar responden yang menyatakan
adanya peranan kader posyandu sehingga anak batitanya telah diberikan imunisasi
sesuai umur anak batita tersebut yaitu 56 responden (51,4%). Sementara hanya 19
Namun berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,000 yang berarti
lebih kecil dari nilai a (0,05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada
Takalar.
B. Pembahasan
Patalassang Kabupaten Takalar. Maka hipotesa alternatif (Ha) yang disajikan oleh
Hal ini didukung dalam artikel yang ditemukan oleh Arsunan, 2006 Yang
mengatakan bahwa dalam hal ini pemberian imunisasi peran orang tua, khususnya
ibu menjadi sangat penting, karena orang terdekat dengan bayi dan anak adalah
ibu. Demikian juga tentang pendidikan dan pengetahuan ibu. Pendidikan dan
pengetahuan ibu akan mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi dan
pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan jadi
halangan yang besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal
itu diberikan.
Saat ini memang banyak orang tua yang enggan melakukan imunisasi pada
(sudden infant death syndrome), kadar thimerosal (zat pengawet) yang terdapat
dalam vaksin begitu tinggi sehingga bisa menyebabkan keracunan merkuri, dan
teknologi terus dikembangkan untuk membuat vaksin yang lebih aman dan tidak
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
Hal ini didukung oleh teori yang dikemukan oleh Ngatimin (1990), Pendidikan
seseorang maka semakin baik pula pengetahuan yang dimiliki orang tersebut.
Sehingga peneliti berasumsi bahwa masih banyaknya anak batita yang pemberian
imunisasi nya tidak lengkap sangat dipengaruhi oleh pengetahuan ibu yang di
latar belakangi oleh tingkat pendidikan dari masing-masing individu itu pula.
pemberian imunisasi paua anak batitanya dan r:anya 22 responden (20,2%) yang
pada anak batitanya. Sehingga secara proporsi kader posyandu di wilayah kerja
hipotesa alternatif (H1) yang disajikan oleh peneliti dinyatakan diterima, karena
ada hubungan yang signifikan antara peran kader posyandu dengan pemberian
Hal ini didukung oleh teori yang dikeluarkan oleh Depkes RI (1995),
khususnya pada ibu hamil, ibu yang mempunyai bayi dan balita serta pasangan
usia subur, untuk menyuluh dan mengingatkan mereka agar mau datang ke
seorang anak.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan imunisasi pada anak batita di
2. Ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian
Takalar.
3. Ada hubungan yang bermakna antara peran kader posyandu dengan pemberian
Takalar.
B. Saran
berikut :
pendidikan. kesehatan kepada ibu yang memiliki anak usia batita demi
meningkatkan pengetahuan agar para ibu mau memberikan imunisasi sesuai
usianya demi kelengkapan imunisasi nya agar kelak terhindar dari beberapa
penyakit berbahaya.
pendidikan yang dimiliki warganya khususnya para ibu yang memiliki anak batita
Achmadi Fahmi U; 2006, Imunisasi Mengapa Perlu?, Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Hidayat, Aziz Alimul A, 2007, Metode Penelitian Dan Tehnik Analisis Data, Salemba
Medika. Jakarta.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2004, Jadwal Imunisasi, Diakses tanggal 18 Maret
2008.
Khalidatunnur & Masriati Maeta, 2007, Isu Mutakhir Imunisasi, Bagian Epidemiologi
FKM UNHAS. Takalar.
Mahlil Ruby, 2005, Peneliti Pada Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan,
FKM UI. Jakarta.
Mansjoer, A dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3 jilid kedua, Penerbit
Aesculapius FKM UI. Jakarta
Medical Record FKM Balanbnipa, 2007.
UNICFF, 2000, Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPG), Jakarta.
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Ibu/Bapak Calon Responden
Dengan Hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini ;
Nama : Ramlah
NIM : NH
A1a mat :
Akan mengadakan penelitian dengan judul "Hubungan antara pengetahuan,
tingkat pendidikan, dan peran kader Posyandu terhadap pemberian imunisasi pada
bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Patalassang Kabupaten Takalar".
Penelitian tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bapak/Ibu
sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang Bapak/Ibu berikan
merupakan tanggung jawab kami untuk menjaganya. Jika Bapak/Ibu bersedia
ataupun menolak untuk menjadi responden, maka tidak ada ancaman bagi
Bapak/Ibu ataupun keluarga. Jika selama menjadi responden 'Bapak/Ibu merasa
dirugikan maka Bapak/Ibu diperbolehkan untuk mengundurkan diri dan tidak
berpartisipasi pada penelitian ini.
Demikian surat permintaan ini kami buat, jika Bapak/Ibu telah menyetujui
permintaan kami untuk menjadi responden, maka kami sebagai peneliti sangat
mengharapkan kesediannya untuk menandatangani lembar persetujuan untuk
menjadi responden dan menjawab segala pertanyaan yang kami berikan baik
melalui kuesioner ataupun wawancara.
Atas perhatian dan persetujuan dari Bapak/Ibu responden kami
Peneliti
RamlahLEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
pendidikan, dan peran kader Posyandu terhadap pemberian imunisasi pada bayi di
skripsi yang dilakukan oleh peneliti demi kepentingan ilmiah dan penelitian ini
tidak merugikan bagi saya serta identitas dan jawaban yang saya berikan akan
dijaga kerahasiannya. Dengan demikian secara sukarela dan tidak ada unsur
Takalar, 2008
( )
PETUNJUKKUESIONER
1. Judul Penelitian :
Hubungan antara pengetahuan, tingkatpendidikan, dan peran kader Posyandu terhadap
pemberian imunisasi pada bayidi Wilayah Kerja Puskesmas Patalassang Kabupaten
Takalar
2. PelaksanaKuesioner : Ramlah, Mahasiswa Program S1 Keperawatan STIKES
NANI HASANUDDINTakalar.
Takalar, 2009
Pemberi Kuesioner
Ramlah
Program S1 Keperawatan
STIKES NANI HASANUDDIN
TAKALAR
ANGKET KUESIONER
Petunjuk
1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pernyataan dibawah ini.
2. Nomor identitas diisi oleh peneliti.
3. Berikan tanda silang () pada jawaban yang saudara pilih.
4. Terima kasih atas perhatian, bantuan dan kerja sama saudara dalam penelitian ini.
Biodata Orang Tua Anak (Ibu)
1. Nomor identitas : (Diisi oleh pemberi kuesioner/peneliti)
Pernyataan Ya Tidak
Imunisasi adalah pemberian vaksin kepada seorang anak untuk
melindunginya dari penyakit tertentu (TBC, Polio, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Campak).
Imunisasi harus diberikan pada seorang anak secara lengkap.
Imunisasi dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko obat atau
apotek terdekat.
Anak yang sakit boleh diberikan imunisasi
Imunisasi BCG sebaiknya diberikan sedini (sesegera) mungkin
pada anak pada saat lahir.
Imunisasi BCG diberikan agar anak kelak terhindar dari penyakit
TBC.
Imunisasi DPT diberikan secara berkala sebanyak 3 kali
pemberian.
Imunisasi DPT diberikan pada bayi yang berusia 0 - 9 bulan.
Imunisasi campak bertujuan untuk mencegah penyakit campak.
10. Imunisasi polio diberikan dengan cara meneteskan pada mulut
anak.
11. Imunisasi campak sebaiknya diberikan pada anak setelah
berumur 9 - 12 bulan.
12. Penyakit cacar dapat dicegah dengan pemberian Imunisasi
campak.
13. Menurut ibu jika setelah di imunisasi kemudian anak ibu demam
maka demam yang terjadi pada anak ibu merupakan sesuatu yang
tidak normal
14. Jika anak ibu demam setelah di imunisasi apakah anak ibu harus
segera dibawa ke dokter untuk diberikan antibiotik
15. Jika ibu lupa membawa anak ibu untuk di imunisasi maka
imunisasi yang dilupakan tersebut tidak usah lagi diberikan
b. Peran kader Posyandu
Pernyataan Ya Tidak
Ruangan untuk konsultasi imunisasi disiapkan oleh kader
Posyandu.
Kader Posyandu membantu ibu mengenal Imunisasi
Kader Posyandu membantu ibu mengetahui tujuan dari
pemberian imunisasi
Ibu memperoleh informasi tentang imunisasi melalui kader
Posyandu.
Kader Posyandu selalu mengingatkan ibu tentang jadwal
pemberian imunisasi
Kader Posyandu membantu dalam penimbangan berat
badan bayi.
Kader Posyandu selalu memberikan pelayanan yang ramah
Poskan Komentar
Arsip Blog
2014 (1)
2013 (5)
o Oktober (5)
kewirausahaan