Anda di halaman 1dari 9

ASBTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG DENGAN


KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTOSIKUYU
KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

Nur Syamsi N.L


0902028502
Dosen tetap program studi DIII Keperawatan Sandi Karsa Makassar

Infeksi Saluran Pernapasan Atas adalah infeksi yang di sebabkan oleh mikro-organisme. Infeksi tersebut
terbatas pada struktur-struktur saluran napas bagian atas termasuk rongga hidung, faring hingga laring.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu balita dengan kejadian
Ispa pada balita diwilayah kerja Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif menggunakan metode cross sectional. Populasinya adalah Ibu yang memiliki
balita yang berada berobat diwilayah kerja Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar.
Pengambilan sampel menggunakan teknik noprobability sampling didapatkan 30 Orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan kuesioner dan observasi langsung. Data diolah dan dianalisa dengan menggunakan komputer
program microsoft excel dan program statistik (SPSS) versi 16.0.
Analisa data mencakup analisa univariat dengan mencari distribusi frekuensi, analisa bivariat dengan uji
chi-square (α=0,05). Hasil analisa bivariat didapatkan uji Chi-square test pada variable ini adalah ρ = 0.06,
Sehingga menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan Kejadian ISPA Pada
Balita diwilayah kerja Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar. Hasil uji Chi-square test pada
variable ini adalah ρ = 0.004, Sehingga menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat pegetahuan Ibu
dengan Kejadian ISPA pada Balita diwilayah kerja Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar.
Kesimpulan dalam penelitian ini: tidak ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan Kejadian ISPA Pada
Balita diwilayah kerja Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar dan ada hubungan tingkat
pengetahuan ibu dengan Kejadian ISPA Pada Balita diwilayah kerja Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten
Kepulauan Selayar. Saran: Hindari faktor resiko terjadinya ISPA pada balita dengan perilaku hidup sehat.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Tingkat Pengetahuan dan Ispa

Pendahuluan berbagai jenis penyakit, mengingat anak memiliki


Dalam GBHN, dinyatakan bahwa pola dasar daya tahan tubuh yang belum matur. Anak bukanlah
pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah miniatur orang dewasa, melainkan individu
Pembangunan Manusia Indonesia seutuhnya dan kebutuhannya masih bergantung pada orang tua secara
pembangunan masyarakat Indonesia. Jadi jelas bahwa keseluruhan. Orang tua terutama ibu diyakini sebagai
hubungan antara usaha peningkatan kesehatan orang yang paling tepat dalam memberikan perawatan
masyarakat dengan pembangunan sangat erat pada anaknya. Ngastyah (1998} menyatakan tujuan
kaitannya, karena tanpa modal kesehatan niscaya akan pelayanan perawatan rumah adalah meminimalkan
gagal pula pembangunan kita. (Rasmaliah, 2004). biaya perawatan dan memberikan kesempatan kepada
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk keluarga untuk berpartisipasi dalam merawat anggota
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, sumber keluarga guna mencegah terjadinya penyakit yang
daya manusia serta kesejahteraan keluarga dan sama. (Ngastiyah, 1999).
masyarakat pada umumnya. Usaha peningkatan Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
kesehatan masyarakat pada kenyataannya tidaklah merupakan masalah serius di Indonesia dan hingga
mudah oleh karena masalah ini sangatlah kompleks, saat ini merupakan penyakit penyebab kematian dan
terutama pada kelompok masyarakat resiko tinggi kesakitan yang paling sering. Angka kematian
yaitu ibu dan anak, ibu hamil dan ibu meneteki serta menunjukan 20-30% kematian bayi dan balita
anak bawah lima tahun. (Supartini, 2014). disebabkan karena ISPA. Diperkirakan 2-5 juta bayi
Anak merupakan masa depan bagi pembangunan dan balita di berbagai Negara setiap tahun meninggal
bangsa yang berhak atas pelayanan kesehatan secara karena ISPA. (Achmad, 2006).
individu. Disamping itu anak merupakan individu Hasil konferensi internasional mengenai ISPA di
dalam proses tumbuh-kembang yang rentang terhadap cambera, Australia pada juli 1997, menemukan 4 juta
bayi dan balita di Negara-negara berkembang Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA
meninggal karena ISPA. Diakhir tahun 2000, kematian meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran
akibat Pneumonia merupakan penyebab utama ISPA pernafasan dan akut, dengan pengertian
di Indonesia yang mencapai lima kasus diantara 1.000 sebagai berikut: Notoatmodjo, 2013).
bayi/balita. Artinya, 150 ribu bayi/balita meninggal Infeksi adalah masuknya kuman atau
pertahunnya, atau 12.500 korban perbulan, atau 416 mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
sehari atau 17 anak perjam atau seorang bayi tiap lima berkembang biak sehingga menimbulkan
menit. (Achmad, 2006). gejala penyakit.
World Health Organitation (WHO) a. Saluran pernafasan adalah organ mulai
memperkirakan di Negara berkembang berkisar 30–70 dari hidung hingga alveoli beserta organ
kali lebih tinggi dari Negara maju dan diduga 20% adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
kematian anak disebabkan oleh ISPA. Di Indonesia telinga tengah dan pleura. ISPA secara
setiap tahun terjadi sekitar 450.000 kematian balita, anatomis mencakup saluran pernafasan
dan 33,33% disebabkan oleh ISPA. (Depkes.RI, bagian atas, saluran pernafasan bagian
2015). bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun organ adneksa saluran pernafasan.
2013, kematian pada semua kelompok umur, ISPA Dengan batasan ini, jaringan paru
berada diurutan pertama sebesar 32,2%, disusul termasuk dalam saluran pernafasan
penyakit TBC dengan 9,6% kematian kemudian diare (respiratory tract).
dengan jumlah 7,4% kematian. Sedangkan pada balita b. Infeksi akut adalah infeksi yang
pola penyebab ini lebih tinggi lagi yaitu 30,8% berlangsung sampai dengan 14 hari.
kematian dan menduduki urutan pertama pola Batas 14 hari diambil untuk
penyakit pada balita sebanyak 19,4% per 100 balita menunjukkan proses akut meskipun
(Dinkes Provinsi Sul-sel, 2013). untuk beberapa penyakit yang dapat
Menurut laporan tahunan PKM Bontisikuyu digolongkan dalam ISPA proses ini
Kabupaten Kepulauan Selayar, penyakit ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
menduduki peringkat pertama pada 10 penyakit (Sunaryo, (2014).
terbesar. Tahun 2014 jumlah kasus ISPA adalah 68
orang dan di tahun 2015 mengalami peningkatan 2. Etiologi
dengan jumlah kasus mencapai 111 orang sedangkan Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh
jumlah kasus ISPA pada bulan Januari-Agustus tahun berbagai penyebab seperti bakteri, virus dan
2016 adalah 130 orang, 190 orang (Laporan PKM riketsia. ISPA bagian atas disebabkan oleh
Bontisikuyu, 2016). virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat
Berdasarkan uraian diatas, penyakit ISPA disebabkan oleh bakteri dan virus. ISPA
merupakan penyakit dengan angka kesakitan yang bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri
tinggi, sehingga dalam penanganannya diperlukan umumnya mempunyai manifestasi klinis
kesadaran, baik dari masyarakat (keluarga) maupun yang berat sehingga menimbulkan beberapa
petugas kesehatan terutama faktor-faktor yang masalah dalam penganannya. (Peduli kasih,
mempengaruhinya. (Achmad, 2006) 2013).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri,
kejadian ISPA antara lain, lingkungan, BBLR (berat virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA
badan lahir rendah), status imunisasi, tingkat antaralain Genus streptokokus, Pneumokokus,
pendidikan dan pengetahuan keluarga, serta malnutrisi Hemofilus, Bordetella dan Corinebacterium.
(Depkes.RI, 2015). Sedangkan virus penyebab ISPA antaralain
Ditinjau dari tingkat pendidikan masyarakat golongan Miksovirus, Adenovirus,
bahwa dengan pendidikan dan pengetahuan yang Koronavirus, Mikoplasma, Hervesvirus dll.
dimiliki oleh keluarga, diharapkan dapat (Didin, 2016).
mengembangkan daya nalar dan dapat memberikan Disamping beberapa penyebab ISPA secara
kemampuan baginya untuk bisa merawata anggota langsung diatas, ada juga yang bersifat tidak
keluarga yang sakit guna tercapainya derajat langsung diantaranya
kesehatan yang optimal. (Sabri, 2007) a. Tingkat pendidikan dan pengetahuan
Tingkat pendidikan seseorang
Tinjauan Pustaka mempengaruhi perilaku individu, makin
A. Tinjauan Umum ISPA tinggi tingkat pendidikan seseorang
1. Pengertian ISPA. makin tinggi kesadaran dan
ISPA merupakan singkatan dari infeksi pemahamannya tentang perawatan pada
saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi anggota keluarga yang mengalami
dari istilah dalam bahasa Inggris Acute gangguan kesehatan dan berupaya untuk
tetap mempertahannkan status kesehatan merupakan harta atau kekayaan orang tua yang
yang lebih optimal. dapat dinilai secara social ekonomi, melainkan
b. Lingkungan masa depan bagi pembangunan bangsa yang
Lingkungan diartikan sebagai segala berhak atas pelayanan kesehatan secara individu.
sesuatau yang berada disekitar kita yang Anak merupakan individu yang memiliki tingkat
dapat mempengaruhi kesehatan. kebutuhan yang berbeda-beda dimana
Lingkungan yang buruk akan pemenuhan kebutuhan dasarnya masih
meningkatkan resiko seseorang terkena bergantung pada keluarganya (orang tua) secara
penyakit. Keadaan perumahan adalah keseluruhan baik itu kebutuhan akan makan,
salah satu factor yang menentukan minum, udara, dan eliminasi, secara psikologi
keadaan hygiene dan sanitasi juga anak membutuhkan cinta dan kasih sayang,
lingkungan, seperti yang dikemukakan serta rasa aman atau bebas dari ancaman.
WHO bahwa perumahan yang tidak (Supartini, 2014).
cukup dan terlalu sempit mengakibatkan Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu
pula tingginya kejadian penyakit dalamj untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA :
masyarakat. (Depkes RI, 2014).
c. Satatus gizi 1. Mengatasi panas (demam)
Gizi merupakan bagian dari proses Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun
kehidupan dan proses tumbuh kembang demam diatasi dengan memberikan
anak, sehingga pemenuhan kebutuhan parasetamol atau dengan kompres, bayi
gizi secara adekuatturut menentukan dibawah 2 bulan dengan demam harus
status kesehatan anak. Angka kesakitan segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali
dan kematian sering dikaitkan dengan tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
status gizi dari anak tersebut. Kesehatan pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan
gizi yang rendah kondisi daya tahan dosisnya, kemudian digerus dan
tubuh umum menurun, sehingga diminumkan. Memberikan kompres, dengan
berbagai penyakit dapat timbul dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air
mudah. (tidak perlu air es).
d. Berat badan lahir rendah 2. Mengatasi batuk
Berat badan lahir seorang anak Dianjurkan memberi obat batuk yang aman
normalnya 2500 gram atau lebih, yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sedangkan dikatakan Berat badan lahir sendok teh dicampur dengan kecap atau
anak rendah bila kurang dari 2500 gram. madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali
Anak-anak dengan berat badan lahir sehari.
rendah mempunyai resiko kematian yang 3. Pemberian makanan
lebih tinggi dibanding dengan anak Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-
dengan berat badan normal ketika sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih
dilahirkan. Hal ini berkaitan dengan sering dari biasanya, lebih-lebih jika
kondisi ibu sewaktu hamil. muntah. Pemberian ASI pada bayi yang
e. Status imunisasi menyusu tetap diteruskan.
Imunisasi adalah salah satu cara untuk 4. Pemberian minuman
mendapatkan kekebalan yang dimasukan Usahakan pemberian cairan (air putih, air
kedalam tubuh seseorang agar tahan buah dan sebagainya) lebih banyak dari
terhadap berbagai serangan penyakit. biasanya. Ini akan membantu mengencerkan
Semakin lengkap imunisasi anak, dahak, kekurangan cairan akan menambah
memungkinkan untuk terkena penyakit parah sakit yang diderita.
akan kurang bila dibandingkan dengan 5. Lain-lain
anak yang mendapatkan imunisasi tidak Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau
lengkap. selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-
3. Gejala lebih pada anak dengan demam. Jika pilek,
Tanda atau gejala umum yang biasa bersihkan hidung yang berguna untuk
ditemukan pada anak dengan ISPA antaralain mempercepat kesembuhan dan menghindari
batuk, pilek, demam, sesak napas dan sakit komplikasi yang lebih parah. Usahakan
tenggorokkan dan ada tidaknya retraksi lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu
dinding dada. 7 yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
B. Tinjauan Tentang Perawatan ISPA di Rumah Apabila selama perawatan dirumah keadaan
Anak adalah individu yang unik dan bukan orang anak memburuk maka dianjurkan untuk
dewasa mini. Disamping itu anak bukan hanya membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat adalah wahana yang dilalui peserta didik
antibiotik, selain tindakan diatas usahakan untuk mengembangkan potensi diri dalam
agar obat yang diperoleh tersebut diberikan suatu proses pendidikan yang sesuai dengan
dengan benar selama 5 hari penuh. Dan tujuan pendidikan. (Notoatmodjo, 2013).
untuk penderita yang mendapatkan Dalam kamus Bahasa Indonesia dinyatakan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak bahwa pendidikan adalah proses pengubahan
dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
pemeriksaan ulang orang dalam usaha mendewasakan manusia
Beberapa faktor penyebab kematian maupun melalui pengajaran dan pelatihan. (Fajri,
yang berperan dalam proses pertumbuhan dan 2000)
perkembangan balita, yaitu (Achmad, 2006). Menurut UU No.20 tahun 2003 dinyatakan
1. Diare bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
2. Penyakit yang dapat dicegah dengan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
imunisasi dan proses pembelajaran agar peserta didik
3. Infeksi saluran pernapasan akut secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Untuk itu kegiatan yang dilakukan terhadap balita untuk memiliki kekuatan spiritual
antaralain, pemeriksaan pertumbuhan dan keagamaan, pengendalian dirinya,
perkembangan fisiknya, pemeriksaan dan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
perkembangan kecerdasan, pemeriksaan penyakit keterampilan yang diperlukan dirinya,
infeksi, imunisasi, perbaikan gizi dan pendidikan masyarakat, bangsa dan Negara. (Hasbullah,
kesehatan pada orang tua (Achmad, 2006). 2014).
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha
C. Tinjauan Tentang Balita manusia untuk membina kepribadiannya
Anak balita adalah anak yang berusia antara 12- sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat
59 bulan dan merupakan generasi yang perlu dan kebudayaan. Selanjutnya pendidikan
mendapat perhatian disebabkan oleh beberapa diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh
hal, yaitu: (Mardianah, 2003). seseorang atau kelompok orang lain agar
1. Anak balita merupakan generasi dan modal menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup
dasar untuk kelangsungan hidup bangsa. yang lebih tinggi dalam arti mental.
2. Anak balita amat peka terhadap penyakit. Kenyataannya pengertian pendidikan ini
3. Tingkat kematian balita masih tinggi. selalu mengalami perkembangan, meskipun
Masalah kesehatan balita merupakan secara esensial tidak jauh berbeda.
masalah nasional, mengingat angka kesakitan (Hasbullah, 2014).
dan kematian pada balita cukup tinggi. Angka Pendidikan merupakan persoalan asasi bagi
kesakitan mencerminkan keadaan yang manusia. Manusia sebagai makhluk yang
sesungguhnya karena penyebab utamanya adalah dapat dididik akan tumbuh menjadi manusia
yang berhubungan dengan factor lingkungan dewasa dengan proses pendidikan
(perumahan, kebersihan lingkungan dan polusi dialaminya. Sejak kelahirannya, manusia
udara), kemiskinan, pendidikan dan telah memiliki potensi dasar yang universal,
pengetahuan, kurang gizi, penyakit infeksi dan berupa: (Hasbullah, 2014).
pelayanan kesehatan. (Notoatmodjo, 2013). a. Kemampuan untuk membedakan antara
D. Tinjauan Tentang Pendidikan yang baik dan yang buruk (moral
1. Pengertian identity).
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana b. Kemampuan dan kebebasan untuk
untuk mewujudkan suasana belajar dan memperkembangkan diri sendiri sesuai
proses pembelajaran agar peserta didik secara dengan pembawaan dan cita-citanya
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk (individual identity).
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, c. Kemampuan untuk berhubungan dan
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, kerjasama dengan orang lain (social
akhlak mulia, serta keterampilan yang identity).
diperlukan dirinya dan masyarakat. d. Adanya cirri-ciri khas yang mampu
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian membedakan dirinya dengan orang lain
khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat (individual differences).
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu 2. Pendidikan menurut jenisnya terbagi atas:
pemberian pengetahuan, pertimbangan dan (Hasbullah, 2014).
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama a. Pendidikan formal yaitu sebagai
pendidikan adalah untuk mengajar pendidikan yang memakai dasar suatau
kebudayaan melewati generasi. Pendidikan kurikulum atau sering disebut sebagai
lembaga pendidikan sekolah. Yang pengetahuan keluarga semakin menurun pula
dimaksud pendidikan sekolah disini tingkat kejadian ISPA. (Sabri, 2007).
adalah pendidikan yang diperoleh Pendidikan dapat mewujutkan
seseorang secara teratur, sistematis, hubungan yang erat dengan factor resiko
bertingkat, dan dengan mengikuti kesehatan (Winkleby, 1992; Brown, 1995).
syarat-syarat yang jelas dan ketat mulai Tingkat Pendidikan
dari Taman kanak-kanak (TK) sampai mempengaruhi,pendapatan, penyerapan
Perguruan tinggi. informasi, kemampuan memecahkan
b. Pendidikan non formal yaitu pendidikan masalah, system nilai dan gaya hidup. Orang
yang tidak memerlukan kurikulum yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi
khusus, walaupun direncanakan dengan seringkali lebih mudah mengikuti program
baik dan diselenggarakan diruang kelas, kesehatan dan pemilihan peningkatan
fleksibel dalam waktu, ruang, kesehatan. Rendahnya tingkat pendidikan
pengelolaan dan evaluasinya. mengakibatkan mereka sulit menerima
Pendidikan dilingkungan ini penyuluhan yang diberikan oleh tenaga
memberikan bekal praktis dalam penyuluh.
berbagai jenis pekerjaan kepada peserta E. Tinjauan Tentang pengetahuan
didik yang tidak sempat melanjutkan 1. Pengertian Pengetahuan
proses belajarnya melalui jalur formal Menurut Notoatmodjo, 2003 dalam
dan diberikan sertifikat bagi peserta Wawan A, Dewi M (2011) pengetahuan
yang memenuhi syarat. merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi
c. Pendidikan informal yaitu pendidikan setelah orang melakukan pengindraan
yang menjadi ditengah-tengah keluarga terhadap obyek tertentu. Pengindraan terjadi
dan masyarakat. Pada pendidikan ini melalui panca indra manusia, yakni indra
terjadi proses pengajaran penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
pemberitahuan, nasihat, disiplin. Yang dan raba. Sebagian besar pengetahuan
paling penting adalah terjadinya transfer manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
nilai-nilai kehidupan, nilai relasi dan Pengetahuan atau kognitif merupakan
kebaikan. dominan yang sangat penting untuk
3. Jenjang Pendidikan terbentuknya tindakan seseorang.
Menurut UU No.2 Tahun 1989, bahwa Pengetahuan berkaitan erat dengan perilaku
jenjang pendidikan yang termasuk jalur manusia, yaitu sebagai bentuk interaksi dan
pendidikan formal terdidi dari: pengalaman individu dengan lingkungan.
a. Pendidikan dasar yaitu SD ( sekolah 2. Tingkat Pengetahuan
dasar)/Madrasah ibtidaiyah dan Pengetahuan yang dicakup dalam domain
SMP/MTs. kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu :
b. Pendidikan Menengah yaitu SMU dan a. Tahu (know)
Kejuruan/Madrasah Aliyah. Tahu diartikan sebagai mengingat
c. Pendidikan Tinggi yaitu Akademik, suatu materi yang dipelajari
Institusi, Sekolah Tinggi dan Universitas. sebelumnya. Termasuk dalam
Bloom B (1908) dalam tujuan pengetahuan tingkat ini adalah
pendidikan menempatkan pengetahuan, mengingat kembali (recall) sesuatu
sikap, dan perilaku atau tindakan menjadi 3 yang spesifik dari semua bahan yang
domain yang saling berkaitan. Penelitian dipelajari atau rangsangan yang telah
menjelaskan bahwa ada hubungan langsung diterima. Oleh sebab itu , “tahu”
antara tingkat pendidikan terutama merupakan tingkat pengetahuan yang
pendidikan keluarga dengan kesehatan paling rendah. Kata kerja untuk
keluarga. (Notoatmodjo, 2013). mengukur bahwa orang tahu tentang
Dalam penelitian ini Pendidikan yang apa yang dipelajari antara lain :
dimaksud adalah tingkat pendidikan formal menyebutkan, menguraikan,
dimana makin tinggi tingkat pendidikan mendefenisikan, menyatakan dan
keluarga diharapkan dapat mengembangkan sebagainya.
daya nalar dan dapat memberikan b. Memahani (comprehension)
kemampuan baginya untuk menilai apakah Memahami diartikan sebagai suatu
sesuatau hal dapat diterima atau tidak. Hal ini kemampuan untuk menjelaskan secara
sesuai dengan penelitian yang ditujukkan benar tentang objek yang ingin
oleh Sabri (2007) bahwa makin tinggi diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi dengan
benar. Orang telah paham tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi
objek atau materi harus dapat pengetahuan seseorang adalah;
menjelaskan, menyebutkan contoh, (Notoatmodjo, 2013).
menyimpulkan, meramalkan dan a. Faktor internal: faktor dari dalam diri
sebagai terhadap objek yang dipelajari. sendiri, misalnya; intelegensi, emosi dan
c. Aplikasi (application) kondisi fisik
Aplikasi diartikan sebagai b. Faktor eksternal: faktor dari luar diri,
kemampuan untuk menggunakan misalnya; keluarga, masyarakat dan
materi yang telah dipelajari pada sarana serta faktor pendekatan belajar
situasi dan kondisi sebenarnya. seperti upayah belajar, misalnya strategi
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai dan metode dalam pembelajaran.
aplikasi atau penggunaan hukum- Secara tidak langsung pengetahuan
hukum, rumus, metode prinsip dan seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendikan,
sebagainya dalam komteks atau situasi namun tidak berarti tingkat pendidikan yang
yang lain. rendah pengetahuannya juga rendah, karena
d. Analisa (analysis) pengetahuan dapat diperoleh dimana saja dan
Analisa adalah suatu kemampuan kapan saja tanpa melalui pendidikan formal yaitu
untuk menjabarkan materi atau suatu melalui media masa dan elektronik (TV, radio,
objek kedalam komponen-komponen, dll) sehingga pengetahuan seseorang dapat
tetapi masih di dalam satu struktur bertambah tinggi, termasuk pengetahuan tentang
organisasi dan masih ada kaitannya perawatan kesehatan. Sesuai dengan pendapat
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dari I B Mantra (1994) yang dikutip oleh Sentana
dapat dilihat dari penggunaan kata bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin
kerja, seperti dapat menggambarkan mudah seseorang tersebut untuk menerima
(membuat logam), membedakan, informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
memisahkan, mengelompokkan dan seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
sebagainya. informasi, baik dari orang lain maupun dari
e. Sintesis (shyntesis) media massa, semakin banyak informasi yang
Sintesis menunjukkan terhadap masuk semakin banyak pula pengetahuan yang
suatu kemampuan untuk meletakkan didapat tentang kesehatan. Pengetahuan tentang
atau menghubungkan bahian-bagian di kesehatan semakin banyak maka usaha untuk
dalam suatu bentuk keseluruhan yang memelihara derajat kesehatannya semakin
baru. Dengan kata lain sintesis itu optimal.
suatu kemampuan untuk menyusun Hal ini sejalan dengan penelitian yang
formulasi baru dari formulasi- dilakukan oleh Suroso (1986), bahwa rendahnya
formulasi yang ada. tingkat pendidikan akan menghambat tingkat
f. Evaluasi (evaluation) pembangunan seseorang yang mempunyai latar
Evaluasi ini berkaitan dengan belakang pendidikan yang rendah akan
kemampuan untuk melakukan mengalami kesulitan untuk menerima konsep
justifikasi atau penelitian dalam suatu kejadian penyakit serta upayah pencegahan
materi atau objek. Penilaian-penilaian penyakit.
ini berdasarkan suatu criteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang ada. Metode Penelitian
Mengukur pengetahuan dapat dilakukan Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
dengan wawancara atau angket yang analitik dengan rancangan cross sectionalstudy yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel
dari subyek penelitian atau responden. dependen dan variabel independen yang diamati pada
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui periode waktu yang sama untuk melihat hubungan
atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat- antara tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan ibu
tingkat tersebut diatas. Mengukur pengetahuan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja
seseorang tentang apapun hanya dapat diukur Puskesmas Bontisikuyu Kabupaten Kepulauan
dengan membandingkan orang tersebut dalam Selayar. (Nursalam, 2011).
kelompoknya dalam arti luas. (Notoatmodjo, Populasi
2013). Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi yang telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Populasi
pengetahuan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki
Balita usia 12 – 59 bulan yang terdiagnosa ISPA
beradasarkan buku pencatatan yang ada di Puskesmas Analisa bivariat dilakukan untuk melihat
Bontisikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar sejak 3 hubungan variable bebas dan variable tergantung,
bulan lalu sampai sekarang. Adapun jumlah dengan menggunakan uji statistic Chi-square dan
populasinya sebanyak 190 orang. tingkat kemaknaan yang dipilih adalah α = 0,05
Sampel dan Sampling dengan menggunakan program SPSS versi 16,0
Sampel merupakan bagian dari populasi for windows.
terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek Analisa bivariat dalam penelitian ini dapat
penelitian. Penentuan jumlah sampel pada penelitian dijelaskan sebagai berikut:
ini dilakukan dengan menggunakan teknik sampling Hubungan tingkat Pendidikan ibu dengan
Purporsive sampling yaitu bentuk pengambilan Kejadian ISPA
sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Nursalam, Menunjukan bahwa jumlah ibu berpendidikan ≥SMA
2011). Dimana jumlah populasi adalah 190 orang, dan anaknya tidak mengalami Ispa sebanyak 9 orang
dikehendaki tingkat ketelitian 5% atau tingkat (30%), Ibu yang berpendidikan ≥SMA dan anaknya
kesalahan 5% sehingga jumlah sampel yang tidak mengalami Ispa tidak ada. Ibu yang
diperlukan adalah 123 orang responden. (Sugiyono, berpendidikan <SMA dan anaknya mengalami Ispa
2014). sebanyak 10 orang (33%), Ibu yang berpendidikan
<SMA dan anankya tidak menderita ISPA sebanyak
11 orang (37%) orang.
Hasil Penelitian Dan Pembahasan Hasil uji Chi-square test pada variable ini adalah ρ =
Hasil Penelitian 0.06, lebih besar dari tingkat kemaknaan yang
Penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja ditentukan yaitu α = 0.05 Sehingga menunjukan
Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan
Selayar. Pengambilan sampel dilakukan dengan ibu dengan Kejadian ISPA Pada Balita diwilayah
teknik Accidental sampling yaitu suatu teknik kerja Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan
penetapan sampel dengan Kebetulan bertemu. Selayar.
Banyaknya sampel yang digunakan sebanyak 30
orang. Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kejadian ISPA
Data primer diambil melalui teknik wawancara Menunjukan bahwa jumlah Ibu yang berpengetahuan
berstruktur dan observasi langsung yang dilakukan baik dan anaknya menderita ISPA sebanyak 2 orang
pada responden. Dari hasil pengolahan data yang (11%), Ibu yang berpengetahuan baik dan anaknya
dilakukan, maka hasil penelitian dapat disajikan menderita ISPA sebanyak 7 orang (64%), Ibu yang
sebagai berikut : berpengetahuan kurang baik dan anaknya tidak
1. Analisa Univariat menderita ISPA sebanyak 17 orang (89%), Ibu yang
Analisa univariat bertujuan untuk berpengetahuan kurang baik dan anaknya tidak
memperlihatkan atau menjelaskan distribusi menderita Ispa sebanyak 4 orang (36%).
frekuensi dari variabel independen dan variabel Hasil uji Chi-square test pada variable ini adalah ρ =
dependen. Analisa univariat dalam penelitian ini 0.004, lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang
dapat dijelaskan sebagai berikut: ditentukan yaitu α = 0.05 Sehingga menunjukan
a. Kejadian ISPA bahwa ada hubungan antara tingkat pegetahuan Ibu
Menunjukan bahwa dari 30 responden dengan Kejadian ISPA pada Balita diwilayah kerja
yang diteliti, yang menderita ISPA Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan
sebanyak 20 orang (67 %) dan tidak Selayar.
menderita ISPA sebanyak 10 0rang (33
%) Pembahasan.
b. Tingkat Pendidikan Ibu Berdasarkan hasil pengolahan data yang
Menunjukan bahwa dari 30 responden dilakukan dan disesuaikan dengan tujuan penelitian
yang diteliti, Ibu yang berpendidikan yaitu diketahui hubungan tingkat pendidikan ibu
≥SMA sebanyak 9 orang (30%) dan dengan tingkat pengetahuan ibu dengan Kejadian
yang berpendidikan < SMA sebanyak 21 ISPA pada Balita diwilayah kerja Puskesmas
0rang (70 %). Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar, maka
c. Tingkat Pengetahuam pembahasan hasil penelitian ini diuraikan sebagai
Menunjukan bahwa dari 30 responden berikut:
yang diteliti, Ibu yang berpengetahuan Tingkat Pendidikan Ibu
baik sebanyak 9 orang (30%) dan yang Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah Ibu
berpengetahuan kurang baik sebanyak 21 yang berpendidikan kurang dan anaknya tidak
0rang (70%). menderita ISPA sebanyak 3 orang (10,0 %), Ibu yang
2. Analisa Bivariat berpendidikan kurang dan anaknya menderita ISPA
sebanyak 18 orang (60,0 %), Ibu yang berpendidikan
cukup dan anaknya tidak menderita ISPA sebanyak 7 tersebut. Pengetahuan dapat mendorong seseorang
orang (23,3 %) dan Ibu yang berpendidikan cukup untuk berusaha memperoleh informasi lebih banyak
dan anaknya menderita ISPA sebanyak 2 orang (6,7 mengenai sesuatu yang dianggap perlu dipahami lebih
%) lanjut atau dianggap penting. Ibu sebagai pemegang
Hasil uji Chi-square test pada variable ini adalah peran pengasuh bagi anak wajib mengetahui segala
ρ = 0.002, lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang keperluan dan kekurangan yang belum terpenuhi pada
ditentukan yaitu α = 0.05 Sehingga menunjukan anak.
bahwa ada pengaruh antara Pendidikan Ibu dengan Hal ini mendorong orang tua (ibu) untuk
Kejadian ISPA pada Balita di Puskesmas Batua mengembangkan sikap yang menuntun pada tindakan
Kecamatan Panakkukang Kota Makassar sebagai hasil atau output dari pengetahuan terhadap
Menurut H.R. Ngatimin (2007) tingkat hal – hal yang berhak diperoleh anak salah satunya
pendidikan merupakan dasar perkembangan dari daya adalah perawatan.
nalar seseorang dengan jalan memudahkan seseorang Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian
untuk menerima motivasi. Pendidikan memegang Kurniasih (2009), bahwa ada hubungan yang
peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
masyarakat tentang pentingnya kesehatan. Pendidikan upaya perawatan terhadap balita dengan ISPA. Hal ini
yang telah dicapai oleh penduduk juga dapat diperkuat oleh pendapat Notosiswoyo dalam Syahrani,
digunakan sebagai salah satu indikator untuk Santoso & Sayono (2012) bahwa rendahnya tingkat
mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dan juga pengetahuan dan keterampilan keluarga terutama ibu
sangat berperan dalam menurunkan angka kesakitan. menjadi salah satu pemicu terjadinya ISPA pada
M. Tahir Abdullah (2008) mengatakan bahwa balita.
ibu yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima Sebagian besar keluarga yang mempunyai balita
ide baru atau mudah menerima pesan dan mudah ISPA dirumah adalah ibu yang tidak mengetahui cara
terjadi pergeseran nilai-nilai baru karena pada mencegah ISPA. Berdasarkan hasil penelitian di
pendidikan yang tinggi tidak sekuat memegang nilai- Puskesmas Bahu menunjukkan bahwa responden
nilai lama dibanding dengan pendidikan yang lebih memiliki pengetahuan baik terhadap perawatan balita
rendah. dengan ISPA.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Haerani
Tingkat Pengetahuan Ibu (2007) didapatkan bahwa terdapat hubungan yang
Berdasarkan hasil penelitian bahwa jumlah Ibu bermakna antara pengetahuan dengan perilaku ibu
yang berpengetahuan baik dan anaknya menderita merawat balita yang menderita ISPA di Kelurahan
ISPA sebanyak 2 orang (11%), Ibu yang Tlogosari Wetan Semarang.
berpengetahuan baik dan anaknya menderita ISPA Seperti yang diungkapkan oleh Syahrani,
sebanyak 7 orang (64%), Ibu yang berpengetahuan Santoso & Sayono (2012) bahwa tingkat pengetahuan
kurang baik dan anaknya tidak menderita ISPA seseorang yang semakin tinggi akan berdampak pada
sebanyak 17 orang (89%), Ibu yang berpengetahuan arah yang lebih baik. Sehingga ibu yang
kurang baik dan anaknya tidak menderita Ispa berpengetahuan baik akan lebih objektif dan terbuka
sebanyak 4 orang (36%). wawasannya dalam mengambil suatu keputusan atau
Hasil uji Chi-square test pada variable ini adalah tindakan yang positif terutama dalam hal memberikan
ρ = 0.004, lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang perawatan pada balita yang sakit terutama ISPA.
ditentukan yaitu α = 0.05 Sehingga menunjukan
bahwa ada hubungan antara tingkat pegetahuan Ibu Kesimpulan
dengan Kejadian ISPA pada Balita diwilayah kerja Dari hasil penelitian diwilayah kerja Puskesmas
Puskesmas Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Bontosikuyu Kabupaten Kepulauan Selayar, maka
Selayar. dapat disimpulkan sebagai berikut :Tida ada hubugan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian ISPA
terjadi setelah orang melakukan pengindraan terjadi pada Balita diwilayah kerja Puskesmas Bontosikuyu
melalui panca indra manusia (Efendi, 2009). Kabupaten Kepulauan Selayar. Ada hubungan antara
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian ISPA pada
dalam membentuk tindakan seseorang (over Balita diwilayah kerja Puskesmas Bontosikuyu
behavior). Kabupaten Kepulauan Selayar.
Menurut Syahrani, Santoso dan Sayono (2012)
pengetahuan seseorang tentang sesuatu objek juga Saran
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Berdasarkan kesimpulan diatas penulis dapat
Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan memberikan saran sebagai berikut: Perlunya
sikap seseorang terhadap objek tertentu. Semakin penyebarluasan informasi tentang ISPA agar
banyak aspek positif dari objek yang diketahui, akan masyarakat senantiasa tidak membiarkan anaknya
menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek terpapar dengan factor risiko ISPA, Perlunya
kesadaran dari orang tua agar senenatiasa menjaga baraya kota makassar tahun 2003, kripsi tidak
lingkungan rumah karena akan mempengaruhi di terbitkan. FKM Unhas Makassar.
kesehatan pada Balita sehingga harus dilakukan Ngastiyah, (1999). Perawatan anak sakit. EGC,
Sosialisasi bahaya lingkungan pada masyarakat oleh Jakarta. 9-16
petugas kesehatan setempat,Agar Pihak Institusi Notoatmodjo,S, (2013). Ilmu kesehatan masyarakat
Pendidikan menyediakan waktu khusus untuk prinsip-prinsip dasar,.Rineka Cipta,Jakarta.127-
mengadakan penelitian sehingga data yang didapatkan 130
di lapangan betul-betul akurat, Melihat tingginya Nursalam, (2011). Metode Penelitian Kesehatan.
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Bontosikuyu Rineka Cipta,Jakarta
Kabupaten Kepulauan Selayar, maka perlu dilakukan Peduli kasih, (2013). Waspadai ispa (on
penelitian ulang bagi peneliti yang berminat dengan line).Http://www. indosiar dot com - PEDULI
instrumen dan pengukuran yang tepat sehingga dapat KASIH.htm. diakses tgl 10-10-2016
diperoleh hasil penelitian yang optimal. Rasmaliah, (2004). Infeksi saluran pernafasan akut
(ispa) dan penanggulangannya (on line).
Http://www. Fkm-Rasmaliah-Infeksi saluran
DAFTAR PUSTAKA pernafasan akut(ispa) dan
penanggulangannya.pdf. diakses tgl 10-10-2016
Achmad,M.A, (2006). Factor yang berhubungan Sabri, (2007). Skripsi tentang faktor-faktor yang
dengan kejadian ispa pada balita di desa berhubungan dengan kejadian Ispa di
bontomaranu kec. Galesong selatan kab. puskesmas Antang 2007. Skripsi tidak di
Takalar 2006. Skripsi tidak diterbitkan. FK-kep. terbitkan. Stik gia Makassar.
Unhas, makassar. Sugiyono, (2014). Metode penelitian administrasi.
Depkes.RI (2015). Pedoman pemberantasan penyakit Alfabeta, Jakarta.
ispa pada anak. jakarta. Sunaryo, (2014). Psikologi untuk keperawatan. EGC,
Depkes RI, (2014). Buku kesehatan ibu dan anak. Jakarta. 25-27.
Jakarta. Supartini, Y (2014). Buku ajar konsep dasar
Didin, (2016). Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) (on keperawatan anak. EGC,Jakarta. 46.
line). Http://www. Halal Guide .INFO - Guide Widjaja, (2013). Penanganan ispa pada anak di
to Halal and Islamic Lifestyle,.htm. diakses tgl rumah sakit kecil Negara berkembang. EGC,
10-10-2016 Jakarta.
Dinkes Provinsi Sul-sel (2015). Profil kes. prov.sulsel Wawan, A, Dewi M. 2011. Teori &Pengukuran
2015. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Dinkes kota yogyakarta, (2005). Info penyakit (on Manusia.Cetakan II.Nuha Medika: Yogyakarta.
line) Http://www. Dinas kesehatan pemerintah
kota yogyakarta (penyakit ispa).htm. diakses tgl
10-10-2016
Ditjen PPM&PL (2012). Info penyakit menular (on
line) Http://www. Dinas kesehatan dki jakarta
penyakit.htm. diakses tgl 10-12-2016
Fajri,E.Z. (2000).Kamus lengkap Bahasa Indonesia.
Difa Publisher, Jakarta.
Hasbullah, (2014). Dasar-dasar ilmu pendidikan, edisi
I. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Hidayat, A.A (2013). Metode penelitian keperawatan
dan teknik analisis data. Salemba medika,
Jakarta. 49-50,74,82-83
Kartini,T (2002). Hubungan antara pengetahuan dan
sikap ibu dalam memberikan perawatan
penunjang di rumah pada anak ( usia 2 bulan –
5 tahun ) yang menderita ispadi puskesmas
wonoayu,sidoarjo (on line). Http://www. Itb
central library - welcome powered by
gdl4_2.htm, diakses tgl 10-10-2016
Laporan tahunan Puskesmas Bontisikuyu Kabupaten
Kepulauan Selayar 2016.
Mardianah, (2003). Hubungan kondisi rumah dengan
kejadian ispa pada balita di kelurahan bara-

Anda mungkin juga menyukai