Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

permasalahan dunia, tahun 2015 WHO melaporkan hampir 6 juta balita

meninggal dunia, 16% diantaranya diakibatkan oleh pneumonia yang

merupakan salah satu manifestasi dari ISPA (IDAI, 2016). Penyakit Infeksi

saluran pernafasan akut(ISPA) sering terjadi pada anak anak, episode penyakit

batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4

kali per tahun) (Masriadi, 2017). Berdasarkan hasil Riskesdas (2018)

prevelensi ISPA di Indonesia sebesar 9,3% dengan prevelensi infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA) tertinggi terjadi pada kelompok umur satu sampai

empat tahun yaitu sebesar 13,7% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita di kota lampung menunjukan

responden anak mayoritas berusia 12 bulan (85,3%), berjemis kelamin laki-

laki (53,3%) dan lahir dengan berat badan normal (94,6%), untuk rata-rata

penderita ISPA pada balita adalah keluarga yang berpenghasilan rendah

(Dhiny Easter, 2018).

Penyakit Infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang dari

waktu ke waktu masih terus berkembang. Penyakit infeksi merupakan

penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit
infeksi disebabkan oleh mikroorganisme patogen seperti bakteri,virus, parasit,

atau jamur. Salah satu contoh penyakit infeksi yang menjadi masalah saat ini

yaitu infeksi saluran permafasan akut (ISPA) yang sampai saat ini masih

menjadi permasalahan yang terus meningkat diberbagai negara (Samuel njoo,

2022)

ISPA merupakan merupakan singkatan dari infeksi saluran permafasan

Akut, istilah ini di adaptasi dari istilah dalam Bahasa Inggris Acute

Respiratory infections (ARI) infeksi penyakit akut yang menyerang salah satu

bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari idung (saluran atas) hingga

alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga

telinga tengah dan pleura. (Soviana Tiar, 2020). Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) menurut Yuliana (2022) adalah sekelompok penyakit kompleks

yang disebabkan oleh virus seperti rotavirus, virus Influensa, bakteri

Streptococcus pneumoniae dan bakteri Staphylococcus aureus. ISPA

merupakan penyakit gangguan saluran pernapasan yang dapat menimbulkan

infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan akibat faktor

lingkungan (Yuliana, 2022)

Faktor yang mempengaruhi terjadi nya ISPA pada balita yang sering

menyebabkan kematian adalah malnutrisi, pemberian ASI kurang cukup,

imunisasi tidak lengkap, defesiensi vitamin A, Berat Badan Lahir Rendah

(BBLK), umur muda, faktor lingkungan, udara dingin, jumlah kuman yang

banyak di tenggorokan, tepapar polusi udara oleh asap rokok, gas beracun dan
lain lain. Penyebab umum infeksi saluran napas atas adalah virus dan bakteri.

Penyakit ini diawali dengan gejala panas dan disertai dengan gejala

tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek,batuk kering atau berdahak. Penyakit

ISPA berlangsung selama 14 hari, dan dapat ditularkan melalui air

ludah,darah,bersin, maupun udara pernafasan, yang mengandung kuman.

(Nurmala Sari 2018)

Dampak negatif pada penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

adalah nafsu makan yang menurun, badan lesu, perasaan sakit (malaise), sakit

kepala dan sakit tubuh, influenza, rewel dan merasa tidak nyaman. Paru-paru

membengkak dan menghasilkan lendir yang menyebabkan batuk. Komplikasi

yanh dapat terjadi akibat infeksi saluran permafasan akut (ISPA), antara lain

gahal napas karena paru-paru berhenti berfungsi, dan gagal jantung kongestif .

Hal yang perlu digaris bawahi, komplikasi infeksi saluran permafasan akut

(ISPA) yang serius bisa mengakibatkan kerusakan permanen bahkan kematian.

Selain beberapa faktor di atas bahwa salah satu faktor resiko meningkatnya

angka kematian adalah tidak menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat,

seperti : kebersihan air yang tidak memadai, bahkan kebiasaan buang air besar

di tempat terbuka, tidak mengonsumsi makanan yang sehat, mengonsumsi

minuman beralkohol, serta tidak mencuci tangan dengan sabun. Karena ISPA

adalah salah satu penyakit menular maka penyebab utama nya disebabkan

oleh buruk nya Prilaku Hidup bersih dan sehat (PHBS) pada keluarga atau

lingkungan rumah yang dapat menular cepat ke balita. (Idris Handriana, 2018)
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu faktor

penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan penduduk. PHBS

adalah semua prilaku kesehatan yang atas kesadaran sehingga anggota

keluarga atau keluar yang dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan

dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Adapun

10 indikator PHBS adalah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan,

memberi bayi ASI Eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air

bersih, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, menggunakan kamar

mandi yang sehat, memberantas jentik di tumah sekali seminggu, makan

makanan yang sehat seperti buah dan sayur setiap harinya, melakukan aktifitas

fisik setiap hari dan tidak merokok di dalam rumah (Idris Handriana 2018)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh idris (2018) di majalengka

menunjukan bahwa prilaku hidup bersih adalah merupakan salah satu faktor

yang dapat mempengaruhi kejadian ISPA pada anak balita. Berdasarkan

penelitian nya pada tahun (2018) hidup beraih dan sehat (PHBS) dengan

kejadian ISPA pada balita di Kabupaten Majalengka tahun (2018) dengan nilai

p value = 0,016. Berdasarkan nilai OR diperoleh sebesar 2,466 yang artinya

bahwa ibu balita yang PHBS-nya kurang baik berpeluang anak nya mengalami

ISPA sebesar 2,466 kali dibanding ibu balita yang PHBS nya baik. Menurut

hasil penelitian yang dilakukan Abdul Hamid (2018) di Candimulyo, Jombang

menunjukan bahwa sebagian besar (79,2%) responden berprilaku hidup bersih

dan sehat yang sedang berjumlah 61 orang. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat
yang tidak maksimal dapat disebabkan oleh pengetahuan responden yang

masih rendah. Dari hasil kuesioner yang didapatkan bahwa nilai hasil

kuesioner” mencuci tangan dengan air bersih dan menggunakan dengan air

bersih” didapatkan nilai angka yang sangat rendah yaitu: 1,1 dan 3,4. Dan

menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurlinda (2022) di Desa Tarai

bahwa Berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari 117 responden mengenai

hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita dapat dilihat bahwa dari 67

responden yang kurang baik menerapkan PHBS terdapat 5 balita (7,5%) yang

tidak mengalami ISPA. Sedangkan dari 50 responden dengan PHBS baik

terdapat 7 balita (14,0%) yang mengalami ISPA. Hasil uji chi-square

didapatkan nilai P-value 0,000 (≤ 0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian infeksi

saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita.

Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 19

November 2022 didapatkan data dari RS. Islam Metro dikecamatan Metro

Timur pada tahun 2022 tedapat 168 kasus penderita ISPA, dan paling sering

diderita oleh balita yang saat ini masih menjadi prioritas penyakit utama pada

balita di RS. Islam Metro kecamatan Metro Timur pada tahun 2022.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ Hubungan Prilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) dengan

kejadian ISPA di RS. Islam Metro kecamatan Metro Timur pada tahun 2022 “
B. Rumusan Masalah 

Pada kejadian ISPA dibeberapa negara bahkan di dunia masih menjadi

penyakit utama yang menyebabkan kematian pada balita. Infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA) pada balita di kota lampung menunjukan responden

anak mayoritas berusia 12 bulan (85,3%), berjemis kelamin laki-laki (53,3%)

dan lahir dengan berat badan normal (94,6%). Karena kurang nya kesadaran

diri tentang prilaku hidup bersih maka penyakit infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA) masih terus meningkat Setiap harinya. Penyakit ini merupakan

infeksi saluran pernafasan akut dengan gejala demam, batuk kurang dari 2

minggu, pilek atau hidung tersumbat dan sakit tenggorokan (kemenkes 2018) 

Masalah ini memicu sebuah pertanyaan yang penting untuk diajawab.

Yakni apakah ada “ Hubungan prilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) dengan

kejadian ISPA pada balita di RS Islam Metro Kecamatan Metro Timur pada

tahun 2022”

 
C. Tujuan Penelitian 

1. Tujuan Umum 

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Hubungan Prilaku hidup bersih dan sehat ( PHBS) dengan kejadian ISPA

pada Balita di RS Islam Metro kabupaten metro timur tahun 2022. 

2. Tujuan Khsuus 

a. Mengetahui apakah ada karakteristik responden seperti umur,

pendidikan dan pekerjaan di RS Islam metro tahun 2022

b. Mengetahui kondisi adanya frekuensi Prilaku Hidup bersih dan Sehat

(PHBS) di RS Islam Kota metro tahun 2022

c. Mengetahui distribusi frekuensi kejadian ISPA pada balita di RS Islam

Kota Metro tahun 2022

 
D. Ruang Lingkup 

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini berfokus pada

masalah Hubungan Prilaku hidup bersih dan Sehat dengan kejadian ISPA di

rumah sakit Islam Metro pada tahun 2022, pada penelitian populasi pasien

yang menderita ISPA di Rumah Sakit Islam Metro, Lokasi penelitian ini

dilakukan di Rumah Sakit Swasta Islam Metro, kota metro pusat pada tahun

2022 

 
E. Manfaat Penelitian 

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan ilmu keperawatan diharapkan dapat

memberikan sumbangan konsep dan teori khsuus nya tentang Pola hidup

bersih dan sehat, serta cara pencegahan dan penangan pada penderita ISPA

untuk mengurangi angka kematian di Indonesia bahkan dunia

2. Manfaat Praktis 

a. Bagi tempat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat bermanfaat bagi

Rumah Sakit Islam metro untuk sebagai bahan informasi mengenai

PHBS sebagai salah satu cara pencegahan dan penularan pada

penderita ISPA kshusus nya pada Balita. Dan bermanfaat untuk

progam pencegahan di masa yang akan datang

b. Bagi keluarga

Hasil Penelitian ini diharapkan keluarga dapat lebih mengetahui

penting nya PHBS untuk upaya pencegahan terjadinya ISPA 

c. Bagi Universitas Muhammdiyah Pringsewu 

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

ilmu mengenai PHBS dengan kejadian ISPA balita, serta bisa dijadikan

acuan untuk penelitian yang lebih mendalam

d. Bagi peneliti Selanjutnya 


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan wawasan peneliti dengan mengaplikasi kan teori-teori

keperawatan yang didapat diperkuliahan khsusus nya tentang PHBS

dan ISPA
BAB II
TINAUUAN PUSTAKA

A. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

1. Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA) merupakan istilah yang di

adaptasi dari istilah bahasa inggris Acute Respiratory Infections (ARI)

yaitu infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang saluran permafasan

bagian atas (hidung ) dan saluran pernafasan bawah (alveoli) beserta organ

adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga dan pleura. Selain itu virus,

jamur dan bakteri juga merupakan salah satu penyebab terjadinya ISPA

(Padila 2019)

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernapasan

dan akut dengan pengertian Infeksi adalah masuknya kuman atau

mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga

enimbulkan gejala penyakit. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari

hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus,

rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran

pernapasan bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk

jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan. Infeksi akut

adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.. Batas 14 hari ini

untuk menunjukkan proses akut. Infeksi saluran pernapasan Akut (ISPA)


adalah penyakit yang menyerang bagian pernapasan atas atau bawah,

biasanya menular yang dapat menimbulkan berbagai spekrum penyakit

yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai

penyakit yang parah dan mematikan, Namun demikian, sering juga ISPA

didefinisikan sebagai penyakit saluran pernafasan akut yang disebabkan

oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia.timbulnya

gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa

hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorokan,

coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernafas. ISPA dapat

menyerang anak apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.

Biasanya menyerang anak di bawah lima tahun dan kelompok yang

memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai

penyakit. Adapun komplikasi dari ISPA adalah otitis media, sinusitis,

faringitis, pneumonia dan meninggal dunia karena sesak nafas. Dengan

demikian ISPA mencangkup saluran pernafasan bagian atas, saluran

bpernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ

adneksa saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri. (Liza

anggraeni 2019)

2. Etiologi

Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti

bakteri, virus dan riketsia. ISPA bagian atas disebabkan oleh virus,
sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri dan virus.

ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya mempunyai

manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa masalah

dalam penganannya. ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.

Bakteri penyebab ISPA antaralain Genus streptokokus, Pneumokokus,

Hemofilus, Bordetella dan Corinebacterium. Sedangkan virus penyebab

ISPA antaralain golongan Miksovirus, Adenovirus, Koronavirus,

Mikoplasma, Hervesvirus dan lain lain (Nur syamsi 2018)

ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri. ISPA adalah infeksi akut

yang mengenai jaringan paru (alveoli). Determinan utama kerentanan ISPA

adalag tinggi nya presentase rumah yang belum menerapkan prilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS). Selain presentase rumah tidak sehat asap kayu

bakar dan asap rokok masih menyerang lingkungan masyarakat, karena

masyarakat terutama ibu ibu rumah tangga selalu melakukan aktivitas

memasa setiap hari, masih banyak ibu ibu yang menggunakan kayu bakar

dalam rumah nya, dan asap rokok akibat perokok aktif didalam rumah

sehingga rentan terhadap penyakit ISPA yang menyerang pada balita.

Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari hari,

sehingga banyak masayarakat yang mengeluh batuk, sesak nafas, dan sulit

bernafas. Polusi dari kayu bakar tersebut termasuk dalam zat sat seperti

Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfar, Nitrogen dan Oxygen yang

sangat berbahaya bagi manusia. Sedangkan asap rokok Didalam rokok


terdapat 4.000 zat kimia berbahaya yang dapat menyebabkan beberapa

penyakit mematikan salah satunya adalah ISPA ( Muhammad kurniawan

2021)

3. Klasifikasi ISPA

Klasifikasi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sendiri

dibedakan atas dua kelompok umur yaitu kurang dari 2 bulan atau lebih

sampai usia 5 tahun (Rachmat Ramli, 2022)

a. Golongan Umur Kurang 2 bulan, klasifikasinya adalah sebagai

berikut :

1) ISPA Berat

Dikatakan berat bilan balita batuk, disertai dengan napas

cepat, yang lebih dari 60 napas per menit, dengan atau tanpa

penyempitan dada dan tanda bahaya dengan tanda tarikan dinding

bagian bawah dengan napas cepat.

2) ISPA Ringan

Dikatakan ringan bila tidak disertai dengan batuk dan napas

cepat, tidak memiliki sesak nafas atau laju pernapasan kurang dari

60 per menit, atau tidak dengan gejala sensorik yang ditemukan.

b. Golongan Umur 2 bulan sampai 5 tahun, klasifikasinya adalah

sebagai berikut :

1) ISPA Berat
Ditandai dengan adanya batuk atau sukar saat bernafas,

serta adanya tarikan dinding bagian bawah kedalam. Nafas cepat

40 kali atau lebih/menit.

2) ISPA Sedang

Apabila adanya nafas cepat, frekuensi nafasnya sesuai

dengan golongan usia yakni 50x atau lebih per menit pada usia 2

bulan sampai dengan 1 tahun dan 40x atau lebih per menit pada

usia 1 – 5 tahun. Dalam pemeriksaan tidak didapatkannya tarikan

dinding dada bagian bawah ke dalam.

3) ISPA Ringan

Apabila dalam pemeriksaan tidak didapatkannya penarikan

kuat dinding dada bagian bawah ke dalam dan nafas cepat.

Frekuensi nafas kurang dari 40x per menit untuk golongan usia 2

bulan hingga 5 tahun.

4. Pengukuran Terjadinya ISPA

Sugiyono, 2016 menggunakan Pengukuran terjadinya ISPA dengan

menggunakan Skala Gluttaman. Pada Skala Guttman (kumulatif) akan

didapatkan jawaban yang tegas dan konsisten, yaitu “ya-tidak”, “benar-

salah”

Kategori infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dilihat dari tanda

dan gejala yaitu sebagai berikut :


a. Mengalami gejala ISPA : apabila didapatkan nilai >50%

b. Tidak mengalami gejala ISPA : apabila didapatkan <50%

(Sugiyono 2016)

5. Faktor Resiko

Faktor Resiko ISPA menurut Rizky Novita Anjaswanti dan Kusuma

Scorpia Lestari (2022) adalah :

a. Faktor Demografis

Faktor demografis yaitu mencangkup diantaranya, faktor usia,

jenis kelamin, pendidikan orang tua

b. Faktor Biologis

Diantaranya yaitu : meliputi status gizi, pemberian ASI penuh,

Berat badan lahit (BBL) dan imunisasi

c. Faktor Polusi

Faktor polusi dianataranya : tidak adanya cerobong asap atau

ventilasi pada ruangan tersebut, kebiasaan merokok ayah, dan asap

dapur

Sedangkan menurut Febriyani (2020) faktor resiko ISPA yaitu

Model segitiga epidemiologi, dan triad epidemiologi timbulnya penyakit

karena ketidak seimbangan antara pejamu (host), bibit penyakit (agent)

dan lingkungan (environment).


a. Faktor penyebab (agent) adalah penyebab dari penyakit pneumonia

yaitu berupa bakteri, virus, jamur dan protozoa.

b. Faktor manusia atau (host) adalah organisme, manusia atau pasien.

Faktor resiko infeksi pneumonia pada pasien (host) dalam hal ini pada

balita meliputi : jenis kelamin anak balita, berat badan lahir,

pendidikan ibu, riwayat pemberian ASI, status gizi, riwayat pemberian

vitamin A, riwayat imunisasi, sosial ekonomi, dan riwayat asma

c. Faktor lingkungan (environment)

Lingkungan merupakan semua faktor di luar individu yang

dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan biologis, lingkungan sosial

dan lingkungan ekonomi. Faktor lingkungan yang menjadi faktor

resiko pneumonia antara lain faktor lingkungan fisik rumah dan sosial

ekonomi orang tua. Persyaratan rumah sehat yang bisa menjamin

kesehatan bagi penghuninya yaitu: Kepadatan hunian, Ventilasi adalah

proses penyediaan udara dari ruangan baik secara alami atau mekanis,

Jenis Lantai dan dinding, Keberadaan Perokok, kelembapan.

Menurut Hendrik L. Blum dalam Febri Endra (2016) kondisi sehat

secara holistik bukan saja kondisi sehat secara fisik melainkan juga

spiritual dan sosial. Untuk menciptakan kondisi sehat seperti ini

diperlukan keharmonisan dalam menjaga kesehatan tubuh. H L. Blum

menjelaskan ada empat faktor determinan timbulnya masalah kesehatan.

Keempat faktor penentu tersebut antara lain :


1. Prilaku Kesehatan

Prilaku Kesehatan adalah tanggapan seseorang rangsangan yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan dan lingkungan. Menurut Nasrul (1998) prilaku kesehatan

terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkat-tingkat pemberian

pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkat

pencegahan penyakit, yaitu:

1. Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion

behavior)

Contoh:

Ibu-ibu memasak makanan yang bervitamin dan bergizi untuk keluarga.

2. Perilaku pencegahan penyakit (healt prevention behavior)

Contoh:

Melaksanakan 3 M (menimbun, menanam, ,menguras) untuk mencegah

penyakit demam berdarah.

3. Perilaku pencarian pengobatan (Health seeking behavior)

Contoh:

Berobat ke puskesmas, rumah sakit, dan dokter praktik

4. Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)

Contoh:

Seorang penderita hepatitis melakukan diet dengan tidak makan makanan

mengandung lemak.

1. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap

terwujudnya statu kesehatan yang optimum pula (Notoatmodjo dalam

Ricky, 2014). Sedangkan kesehatan lingkungan menurut WHO adalah ilmu

dan keterampilan yang memusatkan perhatiannya pada usaha pengendalian

semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan

menimbulkan/akan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan

fisiknya, kesehatannya maupun kelangsungan hidupnya. Ruang lingkup

masalah kesehatan lingkungan : masalah perumahan, pembuangan kotoran

manusia ( tinja ), penyediaan air bersih

2. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selenggarakan

sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan

perseorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat.

Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan beraneka ragam karena

semua ini di tentukanoleh:

a. Pengoganisasian pelayanan, yaitu apakah dilakukan sendiri

atau bersama-sama dalamsuatuorganisasi.

b. Ruang lingkup kegiatan, yaitu apakah hanya mencakup kegiatan

pemeliharaan kegiatan, peningkatan kesehatan, peningkatan


kesehatan, pencegah penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan

kesehatan atau kombinasi dari padanya.

c. Sasaran pelayanan kesehatan, yaitu apakah untuk

perseorangan, kelompok ataupununtuk masyarakat secara

keseluruhan (Tri,20114)

3. Genetika atau Keturunan

Genetic biasanya di kaitkan dengan adanya kemiripan anak-

anak dengan orang tuanya dalam hal bentuk tubuh, proposi

tubuh dan percepatan perkembangan. Diamsusikan bahwa

selain aktifitas nyata dari lingkungan yang menentukan

pertumbuhan, kemiripan ini mencerminkan pengaruh gen

yang di kontribusi oleh orang tuanya kepada keturunannya

secara biologis (Samranah, 2017)

Untuk kepentingan kesehatan masyarakat atau keluarga,

faktor genetik perlu mendapat perhatian dibidang

pencegahan penyakit. Misalnya seorang anak yang lahir dari

orangtua penderita diabetas melitus akan mempunyai

resiko lebih tinggi dibandingkan anak yang lahir dari orang

tua bukan penderita DM. Untuk upaya pencegahan, anak

yang lahir dari penderita DM harus diberi tahu dan selalu

mewaspadai faktor genetik yang diwariskan orangtuanya.

Oleh karena itu ia harus mengatur dietnya, teratur


berolahraga dan upaya pencegahan lainnya sehingga tidak

ada peluang faktor genetiknya berkembang menjadi faktor

resiko terjadinya DM pada dirinya. Jadi dapat di

umpamakan, genetik adalah peluru (bullet) tubuh manusia

adalah pistol (senjata), dan lingkungan/prilakun manusia

adalah pelatuknya (trigger).

B. Konsep PHBS

1. Definisi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan semua

perilaku yang dilakukan atas kesadaran seseorang sehingga anggota

keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri pada bidang

kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di

masyarakat (Kemenkes RI, 2018). Terdapat lima tatanan penerapan PHBS,

yaitu rumah tangga, sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat

umum. Tatanan merupakan suatu tempat dimana manusia secara aktif

memanipulasi lingkungan, sehingga mampu menciptakan dan mengatasi

masalah- masalahnya di bidang kesehatan. Setiap tatanan memiliki ciri

khasnya tersendiri, sehingga pembinaan PHBS harus disesuaikan pada

setiap tatanan (Mochamad Faiz Abdurrahman 2022)

2. Tujuan PHBS
Tujuan PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran

dan kemauan masyarakat agar hidup sehat dan meningkatkan peran aktif

masyarakat termasuk swasta dan dunia usaha, dalam upaya mewujudkan

derajat hidup yang optimal. Terdapat 5 tatanan PHBS yaitu rumah tangga,

sekolah, tempat kerja, sarana kesehatan dan tempat- tempat umum.

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,

berinteraksi dan lain-lain. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dapat

diwujudkan di setiap tatanan dengan melakukan pengelolaan manajemen

program PHBS melalui tahap pengkajian, perencanaan, penggerakan

pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan penilaian (Ismalia Husna &

Selvi Marcellia 2019)

3. Manfaat PHBS

Secara umum adalah meningkatkan kesadaran masyarakat agar

mau menjalankan hidup bersih dan sehat. Dengan menerapkan PHBS

masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan

kualitas hidup. Tatanan PHBS melibatkan beberapa elemen yang

merupakan bagian dari tempat beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari.

Ada 5 (lima) tatanan PHBS yang dapat menjadi simpul untuk memulai

proses menyadarkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat,

yaitu: PHBS di Rumah Tangga, PHBS di Sekolah, PHBS di Tempat Kerja,

PHBS di Sarana Kesehatan, PHBS di Tempat Umum.


Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma untuk

meningkatkan, memelihara, dan melindungi, kualitas kesehatan baik fisik,

mental, spiritual maupun sosial. Prilaku hidup sehat meliputi prilaku

proaktif untuk :

a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olahraga teratur

b. menghilangkan kebudayaan yang beresiko menimbulkan penyakit

c. usaha untuk melindungi diri dari berbagai penyakit

d. berpartisipasi aktif dalam gerakan masyarakat

4. Faktor yang Mempengaruhi Prilaku hidup bersih dan sehat

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerapan Prilaku Hidup Bersih

Sehat (PHBS), sesuai dengan Teori Lawrence Green menjelaskan bahwa

faktor prilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu :

a. Faktor Predisposisi (Predisposing factor)

Yaitu faktor yang mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat, antara lain pengetahuan

dan sikap seseorang atau masyarakat terhadap apa yang akan

dilakukan. Faktor ini mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan

sebagainya. Seperti kebiasaan, tradisi, sikap kepercayaan (agama),


pengetahuan (pendidikan) dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi

atau mepredisposisi terjadi prilaku seseorang antara lain :

1) Pengetahuan

Semakin baik pengetahuan seseorang akan semakin baik

prilaku seseorang. Pengetahuan juga menjadi salah satu faktor

penentu hidup bersih dan sehat.

2) Sikap

Sikap merupakan suatu kebiasaan seseorang melakukan seuatu

dalam berprilaku sehari yang dapat mempengaruhi sikap seseorang

terhadap prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

1) Keyakinan

2) Merupakan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu. Keyakinan

akan menentukan sikap seseorang

b. Faktor Pendukung (Enebling factor)

Hubungan antara konsep pengetahuan dan praktek kaitannya

dalam suatu materi kegiatan biasanya mempunyai angapan yaitu

adanya pengetahuan tentang manfaat sesuatu hal yang akan

menyebabkan orang mempunyai sikap positif terhadap hal tersebut.

Selanjutnya sikap positif ini akan mempengaruhi untuk ikut dalam

kegiatan ini. Niat ikut serta dalam kegiatan ini akan menjadi tindakan

apabila mendapatkan dukungan sosial dan19 tersedianya fasilitas


kegiatan ini disebut perilaku. Berdasarkan teori WHO menyatakan

bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku ada tiga alasan

diantaranya adalah sumber daya (resource) meliputi fasilitas,

pelayanan kesehatan dan pendapatan keluarga.

1) Fasilitas

Fasilitas yang dimaksud adalah fasilitas kesehatan,

ketersediaan fasilitas kesehatan mempengaruhi perilaku hidup

bersih seseorang

2) Pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan proses pelayanan terhadap

kesehatan keluarga, individu maaupun kelompok.

3) pendapatan keluarga

Masalah ekonomi merupakan faktor pendukung yang paling

berpengaruh terhadap prilaku hidup bersih dan sehat seseorang

c. Faktor yang memperkuat (Reinforcing factor)

Faktor yang mendorong untuk bertindak untuk mencapai suatu

tujuan yang terwujud dalam peran keluarga terutama orang tua, guru

dan petugas kesehatan untuk saling bahu membahu, sehingga tercipta

kerjasama yang baik antara pihak rumah dan sekolah yang akan

mendukung anak dalam memperoleh pengalaman yang hendak

dirancang, lingkungan yang bersifat anak sebagai pusat yang akan


mendorong proses belajar melalui penjelajah dan penemuan untuk

terjadinya suatu perilaku. Hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban

sebagai orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya),

yang selanjutnya disebut perilaku orang sakit.

1) Orang tua

Merupakan kunci utama bagi terciptanya perilaku hidup

bersih dan sehat. Orang tua mengajarkan anggota keluarga untuk

memiliki prilaku hidup bersih dan sehat

2) Guru

Pihak kedua setelah orang tua yaitu guru untuk saling bantu

membantu, sehingga terciptanya kerjasama yang baik antara

keluarga dirumah dan pihak sekolah yang akan mendukung anak

dalam memperoleh pengalaman yang hendak rencanakan,

lingkungan yang bersifat membangun anak sebagai pusat yang

akan mendorong proses belajar melalui penjelajahan dan

penemuan untuk terjadinya suatu perilaku

3) Petugas kesehatan

Tugas bagi tenaga kesehatan adalah memberikan informasi

mengenai prilaku hidup bersih dan sehat

5. Indikator PHBS
Ada 10 indikator PHBS menurut Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia (Kemenkes RI, 2016) diantaranya yaitu :

a. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

b. Pemberian ASI Ekslusif

c. Menggunakan air bersih

d. Menimbang bayi dan balita secara berkala

e. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih

f. Menggunakan jamban sehat

g. Memberantas jentik nyamuk

h. Konsumsi buah dan sayur

i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari

j. Tidak merokok dalam rumah

Menurut hasil penelitian dari Nandang Sutrisna(2016) Dari hasil

penelitian angka kejadian ISPA pada balita masih cukup tinggi sehingga

memerlukan penanganan dan pencegahan dari petugas kesehatan untuk

mengurangi angka kejadian ISPAkarena penyakit ISPA merupakan salah

satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada balita. Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, tentang perilaku hidup

bersih dan sehat dengan kejadian ISPA pada balita menunjukkan bahwa

perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu upaya menurunkan

penyakit ISPA (Nandang Sutrisna, 2016). Masih banyak nya keluarga yang

kurang baik dalam melaksanakan PHBS hal ini disebabkan karena masih
rendahnya tingkat pendidikan masyarakat serta masih kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku

hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup sehat,

menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit, usaha

untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit, dan

berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat. Dengan

demikian maka dengan berperilaku hidup bersih dan sehat akan mencegah

timbulnya penyakit pada masyarakat, termasuk penyakit ISPA pada balita

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati) yang

berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan mengembangkan

kerangka konsep penelitian (Muslimin Machmud 2016)

Faktor yang mempengaruhi PHBS


1. Faktor Presdisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Keyakinan
2. Faktor pendukung
- Fasilitas
- Pelayanan kesehatan
- Pendapatan keluarga
3. Faktor yang memperkuat
- Orang tua
Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS)

Faktor yang mempengaruhi ISPA


1. Faktor penyebab
- Bakteri
- Virus
- Jamur
2. Manusia Kejadian ISPA
- Jenis kelamin
- Usia
- Berat badan lahir
- Pemberian ASI
3. Faktor lingkungan

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep atau terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Muslimin Machmud 2016)

E. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, yang menjadi patokan,

dugaan, atau dalil sementara yang akan membuktikan penelitian (Muslimin

Machmud 2016)
Berdasarkan kerangka konsep, maka hipotesis dalam penilitian ini adalah:

Ha : Ada hubungan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian ISPA di

RS Islam Metro tahun 2022

Ho : Tidak ada hubungan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat dengan kejadian

ISPA di RS Islam Metro tahun 2022

Hasil penelitian dari Sutrisna & Wahyuni (2016), menjelaskan bahwa dari hasil

penelitian angka kejadian infeksi saluan permafasan akut (ISPA) pada balita masih

cukup tinggi sehingga memerlukan penangan dan pencegahan dari tugas

kesehatan untuk mengurangi angka kejadian infeksi saluran permafasan akut

(ISPA) karena penyakit infeksi saluran permafasan akut (ISPA) merupakan salah

satu penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada balita. Sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Wulandari, tentang prilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) dengan kejadian infeksi saluran permafasan akut (ISPA) pada balita

menunjukan bahwa prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu

upaya yang dapat menurunkan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Anda mungkin juga menyukai