Anda di halaman 1dari 2

Latar belakang masalah

Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar tiga sampai enam kali per tahun. Ini berarti seorang
balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak tiga sampai enam kali setahun
(DepKes, 2002). InfeksiSaluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung hingga kantong paru
(alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga di sekitar hidung, rongga telinga
tengah dan pleura (Depkes, 2002).
Kejadian penyakit seperti ISPA masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Tingginya
kejadian penyakit tersebut antara lain disebabkan masih buruknya keadaan sanitasi lingkungan,
bahkan penyakit ISPA merupakan pembunuh utama kematian bayi serta balita di Indonesia.
Merujuk konferensi Internasional mengenai ISPA di Canberra, Australia, pada Juli 1997, yang
menemukan empat juta bayi dan balita di negara- negara berkembang meninggal tiap tahun
akibat ISPA. Pada akhir 2000, diperkirakan kematian akibat pneumonia sebagai penyebab utama
ISPA di Indonesia mencapai lima kasus di antara 1.000 bayi/balita. Artinya, pneumonia
mengakibatkan 150 ribu bayi atau balita meninggal tiap tahunnya, atau 12.500 korban per bulan,
atau 416 kasus sehari, atau 17 anak per jam, atau seorang bayi tiap lima menit.
Di Indonesia, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) selalu menempati urutan pertama
penyebab kematian pada kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar
10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun
2005 menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia
dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Misnadiarly, 2008).
Faktor penyebab penyakit ISPA adalah bakteri seperti Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus, dan virus seperti Mikrovirus, Adenovirus. Bakteri itu muncul dari lingkungan yang kotor,
Udara yang cenderung berubah- ubah dan polusi udara yang meninggi.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, menunjukkan prevalensi
nasional ISPA 25,5%, dimana angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2,2%, pada
balita 3%, sedangkan angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (Kemenkes
RI, 2010).
Di provinsi lampung ISPA masih merupakan salah satu fakto utama penyebab kematian pada
balita tiap tahun tahunnya. Ditemukan kasus pneumonia pada balita dengan jumlah 9.539
(51,3%) ditahun 2019.
Pada balita masalah yang belum teratasi terkait perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
baik sehingga menimbulkan masalah kesehatan infeksi saluran pernasapan (ISPA)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan
tingkat kejadian ISPA pada balita.
Pada saat peringatan Hari Mencuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia ke 12 tingkat provinsi
Lampung. Ketua tim penggerak PKK provinsi Lampung, Ibu Riana Sari Arinal, senin (04/11) pada
kesempatan tersebut ibu Riana Sari Arinal mengajak semua masayarakat untuk senantiasa
membiasakan diri mencuci tangan pakai sabun di air mengalir. Cuci Tangan pakai sabun
merupakan langkah kecil untuk memulai hidup sehat, dalam rangka melindungi masyarakat
secara efektif dari penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA) dan Diare. ( Karena Ispa termasuk
dari penyakit menular dan dapat ditularkan melalui kontak kulit seerti ( menjabat tangan atau
pelukan)

Rumusan masalah

Berdasarkan latar permaslaahan dari benerapa jurnal dan artikel maka rumusan masalah
penilitian ini adalah apakah terdapatnya “ Hubungan Perilaku Hidup bersih dan sehat dengan
kejadian ISPA pada balita di RSUD pringsewu lampung tahun 2022 “

Anda mungkin juga menyukai