PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi pada anak yang seriusdan merupakan
salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang paling banyak meyebabkan
kematian pada balita. Pneumonia menyebabkan empatjuta kematian pada anak balita di dunia
dan 30% dari seluruh kematian yangterjadi (Machmud, 2006).
Pneumonia adalah radang paru yang disebabkan oleh bakteri dengan gejalapanas tinggi
disertai batuk berdahak, napas cepat (frekuensi nafas >50 kali/menit),sesak, dan gejala
lainnya (sakit kepala, gelisah dan nafsu makan berkurang) (Riskesdas, 2013).
Pneumonia masih merupakan pembunuh utama balita di seluruh dunia.Berdasarkan
perkiraan World Health Organization (WHO) setiap tahunPneumonia membunuh balita
sebanyak satu juta sebelum ulang tahun pertamamereka, lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah kematian akibat penyakitAIDS, Malaria dan Tuberkulosis. Hal ini sangat tragis
karena Pneumonia merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati. Di negara
berkembangPneumonia disebut sebagai the forgotten disease atau “penyakit yang
terlupakan”karena begitu banyak korban yang meninggal karena Pneumonia namun
sangatsedikit perhatian yang diberikan kepada masalah ini (Misnadiarly, 2008).
Setiap tahun lebih dari 95% kasus baru Pneumonia terjadi di negaraberkembang, lebih
dari 50% kasus Pneumonia berada di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Dilaporkan pula
bahwa ¾ kasus Pneumonia pada balita di seluruhdunia berada di 15 negara. Berdasarkan data
WHO, pada tahun 2008 terdapat 8,8juta kematian anak di dunia, dari jumlah kematian anak
tersebut 1,6 juta kematiananak disebabkan oleh Pneumonia. Kasus pneumonia di Indonesia
mencapai 6 jutajiwa sehingga Indonesia berada di peringkat ke-6 dunia untuk kasus
pneumonia(WHO, 2008).
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013menunjukkan
bahwa Pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi (0-11 bulan) sebesar 23,80%
dan sebagai penyebab kedua kematian balita (1–4tahun) yaitu 15,50% menempati urutan
kedua setelah diare dari 10 besarkematian. Rata-rata setiap 83 balita meninggal setiap hari
akibat Pneumonia. Halini menunjukkan bahwa Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi
masalahkesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angkakematian
balita di Indonesia (Riskesdas RI, 2013).
Provinsi Sumatera Barat cakupan Pneumonia masih dibawah targetnasional yaitu
dibawah 80%. Menurut Riskesdas, penyebab kematian balitakarena Pneumonia merupakan
penyebab no. 2 dari seluruh kematian balitaProvinsi Sumatera Barat prevalensi Pneumonia
pada balita yaitu 10,2%(Riskesdas, 2013).
Di Kota Padang kasus penyakit menularterbanyak pada tahun 2014 adalah kasus ISPA
yaitu sebesar 41% yaitu sekitar 81.619 kasus. Sedangkan jumlah kasus pneumonia yang
ditemukan pada balita yaitu 8.979 kasus. Angka ini sangat besar yaitu dari seluruh kasus
pneumonia di Sumatera Barat sekitar 67% kasus terjadi di Kota Padang. Balita penderita
pneumonia yang ditemukan dan ditangani sebanyak 1.850 kasus atau sekitar 20,5%
(Rahmitri, 2016).
Cakupan penemuan Pneumonia pada balita di Kota Padang mengalamipeningkatan
selama tiga tahun terakhir yaitu 13,49% (394 kasus) pada tahun 2012,meningkat menjadi
13,17% (1182 kasus) pada tahun 2013, dan 20,6% (1850kasus) pada tahun 2014 (Laporan
DKK Padang , 2014).
Berdasarkan laporan tahunan program P2 ISPA Kota Padang tahun 2015menunjukkan
cakupan penemuan Pneumonia balita paling tinggi terjadi diPuskesmas yaitu sebesar 54,2%.
Angka ini menunjukkan peningkatandari tahun sebelumnya, paada tahun 2013 cakupan
penemuan Pneumonia balitasebesar 29,93% (246 kasus) dan pada tahun 2014 sebesar 45,1%
(371 kasus)(Laporan DKK Padang, 2015).
Berdasarakan pencapaian kasus pneumonia di Puskesmas Ambacang dari bulan Januari
sampai Maret 2018 didapatkan 364 penderita pneumonia pada balita terdapat di Kelurahan
Pasar Ambacang sebanyak 162 orang, Kelurahan Anduring sebanyak 104 orang, Kelurahan
Lubuk Lintah 64 orang dan Kelurahan Ampang 54 orang.
Departemen Kesehatan (Depkes) menyatakan faktor risiko yangberhubungan dengan
kejadian Pneumonia terbagi atas dua kelompok besar yaitufaktor instrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi umur, jeniskelamin, status gizi, berat badan lahir rendah,
status imunisasi, pemberian ASI,dan pemberian vitamin A. Faktor ekstrinsik meliputi
kepadatan tempat tinggal,polusi udara, tipe rumah, ventilasi, kelembaban, letak dapur, jenis
bahan bakar,penggunaan obat nyamuk, asap rokok, penghasilan keluarga serta faktor ibu
baikpendidikan, umur ibu, maupun pengetahuan ibu (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan keadaan intrinsik yang menyebabkan Pneumonia yaitu angkacakupan
pemberian vitamin A pada balita, Kota Padang masih rendah cakupannyapada tahun 2013
yaitu 81,8%. Begitu juga dengan cakupan pemberian ASIEkslusif hanya sebesar 62,40%.
Dinas Kesehatan Kota Padang menemukan balitadengan berat badan di bawah garis merah
(BGM/) atau dengan indikator BB/Usebanyak 487 balita (0.91%) yang ditemukan di
posyandu di seluruh wilayahkerja puskesmas se kota Padang (Laporan DKK Padang, 2013).
Faktor ekstrinsik yang menyebabkan Pneumonia seperti persentase rumahsehat, rumah
tangga ber-PHBS, di Kota Padang masih belum mencapai target.Persentase cakupan rumah
sehat sebesar 81%. Persentase rumah tangga ber-PHBS di Puskesmas ialah 56% dari rumah
tangga yang diperiksa,persentase rumah sehat ialah 79,3%. Kebiasaan tidak merokok di
dalam rumahmasih rendah yaitu sebesar 55,8% (Laporan DKK Padang, 2013).Berdasarkan
uraian dalam latar belakang diatas maka penyuluh akan mengadakan penyuluhan kesehatan
mengenai pneumonia.
B. Tujuan umum
Setelah diberikan penyuluhan keluarga pasien mampu mengetahui serta menerapkan
perilaku untuk mencegah terjadinya pneumonia pada anak dan mampu untuk melakukan
perawatan dirumah pada anak yang menderita pneumonia
D. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
Penyuluhan ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi Puskesmas Ambacang
tentang mencegah terjadinya pneumonia pada anak
2. Bagi Peserta
Penyuluhan ini diharapkan peserta dapat mencegah terjadinya pneumonia pada anak
dan mampu untuk melakukan perawatan dirumah pada anak yang menderita pneumonia
BAB III
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah, yaitu pemateri
menyampaikan materi penyuluhan tentang Pneumonia, diakhir penyuluhan disediakan waktu
untuk tanya-jawab antara peserta dan pemateri.
A. Media dan Alat Peraga
Media dan alat peraga yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah :
1. Leaflet
2. Banner
B. Pengorganisasian
1. Pembimbing :
2. Moderator :
Tugas Moderator :
a. Membuka penyuluhan.
b. Memperkenalan diri
c. Memberitahu pokok bahasan penyuluhan kepada peserta.
d. Kontrak waktu dengan peserta penyuluhan.
e. Menyampaikan rute atau tahap-tahap dalam penyuluhan.
f. Menguraikan secara singkat latar belakang dan tujuan penyuluhan.
g. Mempersilakan pemateri untuk menyampaikan materi.
h. Membuka sesi tanya-jawab.
i. Mempersilakanpeserta untuk bertanya.
j. Mempersilakan pemateri untuk menjawab pertanyaan peserta.
k. Merangkum inti presentasi pemateri.
l. Mengucapan terimakasih kepada pemateri dan peserta.
m. Menutup penyuluhan.
3. Pemateri :
Tugas Pemateri:
a. Menyampaikan materi penyuluhan.
b. Menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
4. Notulen :
Tugas Notulen:
a. Bertanggung-jawab atas daftar hadir peserta penyuluhan.
b. Mencatat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peserta.
c. Mencatat jawaban-jawaban yang disampaikan oleh pemateri.
d. Membuat rangkuman materi penyuluhan.
e. Membuat Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)setelahterlaksananya penyuluhan.
5. Fasilitator : ?
Tugas Fasilitator:
a. Mempersiapkan dan bertanggung-jawab atas setting tempat penyuluhan, seperti susunan dan
jumlah meja dan kursi yang digunakan dalam penyuluahan.
b. Mempersiapakan dan bertanggung-jawab atas segala media dan alat peraga yang digunakan
oleh pemateri dalam penyuluhan.
c. Selalu memfasilitasi semua kebutuhan peserta dalam penyuluhan dan menyesuaikannya
dengan kondisi saat penyuluhan, sehingga penyuluhan berjalan dengan lancar.
6. Observer : ?
Tugas Observer :
a. Memonitor atau memantau selama berjalannya penyuluhan.
b. Mengamati reaksi peserta penyuluhan.
c. Mengamati keberhasilan penyuluhanan.
7. Koordinator Lapangan : ?
Tugas koordinator lapangan adalah mengkoordinasi hal-hal yang terjadi pada saat
penyuluhan, baik sebelum, sedang, maupun sesudah penyuluhan.
C. Setting Tempat
D. Tahap Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan mengucapkan Menjawab salam
salam
Memperkenalkan diri dan anggota kelompok
serta pembimbing
Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
Menyebutkan materi yang akan diberikan
Kontrak Waktu : 1x30 menit
Menjelaskan Tata tertib : Mendengarkan
Memperhatikan
Peserta mendengarkan materi yang dijelaskan
hingga selesai, apabila ada keperluan keluar
maka harus seizin moderator.
Peserta diperbolehkan bertanya saat materi
selesai diberikan.
Bila ada peserta yang ingin meninggalkan
tempat penyuluhan harus dengan seizin
moderator.
2 15 Pelaksanaan :
menit Menggali pengetahuan pasien/keluarga Menjawab
tentang pengertian pneumonia padaanak S
Memberikan reinforcement positif atas As
jawaban peserta
Menjelaskan pengertian pneumonia Mendengarkan&
padaanak Memperhatikan
Menjelaskan penyebab pneumonia pada anak Mendengarkan&
Menjelaskan bagaimana pneumonia bisa Memperhatikan s
terjadi pada anak Mendengarkan&
Menggali pengetahuan pasien/keluarga Memperhatikan
tentang tanda dan gejala pneumonia padaanak Menjawab
Memberikan reinforcement positif atas S
jawaban peserta A
Menjelaskan tanda dan gejala pneumonia
pada anak, s
mendemonstrasikan kepada peserta untuk Mendengarkan&
menghitung pernafasan anak, Memperhatika
Menjelaskan klasifikasi pneumonia pada mendemonstrasikan
anak Menjawab
Menjelaskan faktor resiko pneumonia pada S
anak Mendengarkan&
Menggali pengetahuan pasien/keluarga Memperhatikan
tentang cara penularan pneumonia padaanak Mendengarkan
Memberikan reinforcement positif atas &memperhatikan
jawaban peserta Menjawab
Menjelaskan cara penularan pneumonia pada A
anak
Menjelaskan cara pencegahan pneumonia
Menjelaskan perawatan pneumonia dirumah
Mendengarkan&
Memperhatikan
Mendengarkan &
memperhatikan
3 7 menit Evaluasi :
Memberikan kesempatan kepada peserta Bertanya
untuk bertanya
Memberikan reward kepada 3 peserta yang Menjawab
bertanya dahulu pertanyaan
Menanyakan kepada peserta penyuluhan
tentang materi yang telah diberikan dan
memberikan reinforcement kepada peserta
penyuluhan jika dapat menjawab pertanyaan
4 3 menit Terminasi :
Mengucapkan terimakasih atas peran serta Mendengarkan
peserta penyuluhan Menjawab salam
Mengucapkan salam penutup
Menyebarkan leaflet
E. Evaluasi
1. Kriteria struktur
a. Kontrak waktu dan tempat diberikan sebelum acara dilaksanakan
b. Pembuatan SAP, leaflet dikerjakan maksimal 2 hari sebelumnya
c. Penentuan tempat yang akan digunakan dalam penyuluhan
d. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat penyuluhan
dilaksanakan
2. Kriteria proses
a. Peserta sangat antusias dan aktif bertanya selama materi penyuluhan berlangsung
b. Peserta mendengarkan dan memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir
c. Pelaksanaan kegiatan sesuai SAP yang telahdibuat
d. Pengorganisasian berjalan sesuai dengan job description
3. Kriteria hasil
a. Peserta yang datang dalam penyuluhan ini minimal 10-15 orang
b. Peserta dapat mengikuti acara penyuluhan dari awal sampai akhir
c. Acara dimulai tepat waktu tanpa kendala
d. Peserta mengikuti kegiatan sesuai dengan aturan yang telah dijelaskan
Peserta dapat memahami 80% materi yang telah disampaikan penyuluh dilihat dari
kemampuan menjawab pertanyaan penyuluh dengan benar.
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN
A. Evaluasi Struktur
1. Petugas penyuluhan
Hasil observasi menunjukan bahwa moderator telah mampu membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam dan memperkenalkan diri mulai dari pembimbingan akademik,
pembimbing klinik dan petugas penyuluhan, telah menjelaskan tujuan dari penyuluhan,
mampu menyebutkan topic yang diberikan penyaji dan menjelaskan waktu penyuluhan
(kontrak waktu) yaitu 30 menit. Moderator mampu mengatur waktu penyuluhan sehingga
kontrak waktu berakhir, akan tetapi tidak sesuai dengan kontrak awal yaitu 40 menit.
2. Penyaji
Hasil observasi menunjukkan bahwa penyaji telah mampu menyampaikan atau menyajikan
materi penyuluhan dengan sangat baik. Penyaji telah mampu menguasai materi penyuluhan
dengan baik. Sebelum menyampaikan materi maupun submateripenyaji telah mampu
menggali pengetahuanpeserta tentang pneumonia. Dan peserta mampu berpendapat terhadap
materi yang disampaikan. Penyaji mampu mendorong dan meniongkatkan motivasi peserta
untuk menyampaikan materi serta kesadaran dan partisipasi peserta dalam upaya mendorong
dirinya sendiri dalam berperan untuk menghitung pernafasan cepat. Pertanyaan dari peserta
penyuluhanpun mampu dijawab dan di evaluasi oleh penyaji.
3. Fasilitator
Hasil observasi menunjukan bahwa fasilitator telah mampu menyiapkan tempat dan media
sebelum penyuluhan dimulai. Telah mampu mengatur teknik acara sebelum penyuluhan.
Namun ada 2 orang peserta penyuluhan yang terlambat tidak dapat duduk. Selama
penyuluhan fasilitator mampu memotivasi sasaran agar berpartisipasi dalam penyuluhan.
Diakhir penyyuluhan fasilitator mampu membagikan leaflet kepada peserta penyuluhan.
4. Observer
Hasil observasi menunjukkan bahwa observer mampu mengobservasi jalannya proses
kegiatan. Mampu mencatat perilaku verbal dan nonverbal peserta diskusi selama kegiatan
penyuluhan berlangsung. Mampu melaporkan kepada pembimbing tentang evaluasi dari
penyuluhan.
5. Peserta
Hasil observasi menunjukkan bahwa peserta hadir sesuai dengan yang diharapkan. Selama
jalannya penyuluhan peserta Nampak focus dan memperhatikan materi yang dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. ( 2012 ). Pengantar epidemiologi. Edisi Revisi. Jakarta : Binarupa Aksara
Direktorat Jenderal P2PL. (2009).Pedoman pengendalian infeksi saluran pernafasan akut. Jakarta:
Depkes RI.
Lalani, Amina. 2011.Kegawatdaruratan Pediatri. Jakarta : EGC
Misnnadiarly. (2008). Penyakit infeksi saluran napas pneumona pada anak balita, orang dewasa,
usia Lanjut. Jakarta : Pustaka Obor Populer.
Murhayati, A, (2010). Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan praktik cara
perawatan balita yang menderita ISPA Pneumonia di wilayah kerja puskesmas mojoleban I
Kabupaten Sukoharjo. JurnalKesMaDaSka, Vol 1 no 1, p ; 34-39. Diakses melalui
http://jurnalstikes kusumahusada.ac.id.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Ridha. N. (2014).Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Riset Kesehatan Dasar.(2013). Riset Kesehatan DasarBadan penelitian dan Pembangunan
Kesehatan kementrian Kesehatan Indonesia. Jakarta: Riset Kesehatan Dasar.
Rusepno.(2015). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Jilid1. Jakarta: Universitas Indonesia
Fakultas Kedokteran.
Rustiyanto. E. (2012). Faktor RisikoKejadian Pneumonia pada balitaSemarang: Universitas
Diponegoro.
Said, M. ( 2010 ). Buku ajar respirologi anak. Jakarta : IDA