Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sering di derita oleh bayi dan anak, penyakit infeksi ini menyerang salah
satu bagian atau lebih dari saluran nafas, mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya,
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Martahan et al., 2020).
ISPA diklasifikasikan menjadi dua yaitu saluran pernafasan bagian
atas seperti rhinitis, fharingitis dan otitis serta saluran pernafasan bagiah
bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia
(WHO, 2006). Etiologi ISPA terdiri atas bakteri, virus dan ricketsia.
Penyebab ISPA dapat berupa bakteri maupun virus. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Staphylococcus,
Pneumococcus, Haemophilus, Bordetella dan Corynebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan Miksovirus, Adenovirus,
Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma dan Herpesvirus. Sekitar 90-
95% penyakit ISPA disebabkan oleh virus (Widodo et al., 2016).
Bakteri adalah penyebab utama infeksi saluran pernapasan bawah,
dan Streptococcus pneumoniae adalah penyebab utama pneumonia
bakteri yang didapat dari komunitas di banyak negara. Namun, patogen
paling umum yang menyebabkan ISPA adalah infeksi virus atau
gabungan infeksi virus dan bakteri. Di sisi lain, ancaman ISPA oleh
organisme baru yang dapat menyebabkan epidemi dan pandemi
memerlukan tindakan pencegahan dan persiapan khusus (Dhayanithi &
Brundha, 2020).
ISPA merupakan suatu kelompok penyakit sebagai penyebab
angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit
lain. Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak, hal tersebut
diketahui dari hasil pengamatan epidemologi bahwa angka kesakitan di
kota cenderung lebih besar dari pada di desa. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh tingkat kedapatan tempat tinggal dan pencemaran
lingkungan di kota yang lebih tinggi dari pada di desa (Yuhendri Putra
et al., 2019).
ISPA dapat disebabkan oleh penularan organisme melalui AC,
droplet, dari tangan ke tangan ini bisa menjadi titik masuk virus.
Faringitis ditularkan melalui infeksi droplet, dan ketika bakteri
menyusup ke lapisan epitel dan mengikis epitel, jaringan limfoid
superfisial bereaksi dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear dan
kongesti inflamasi. Pada sinusitis, ketika virus menghasilkan ISPA,
lendir dilepaskan dari hidung, menyebabkan superinfeksi bakteri, yang
dapat menyebabkan patogen menyerang sinus (WHO, 2008).
Tanda dan gejala ISPA dibedakan berdasarkan tingkat keparahan
ISPA, yaitu ISPA ringan, sedang, dan berat. ISPA ringan ditandai
dengan batuk, suara serak, pilek, dan demam. Seorang anak dikatakan
menderita ISPA sedang jika gejala ISPA ringan disertai dengan satu
atau lebih gejala seperti mengi sebesar 39 oC atau lebih, tenggorokan
merah, dan bintik-bintik merah. Mendengkur / mendengkur dan mengi
pada kulit yang menyerupai mendengkur, telinga meradang, atau
ekskresi dari liang telinga. Sebaliknya, jika seseorang mengalami gejala
ISPA ringan atau sedang dan disertai satu atau lebih gejala seperti
tenggorokan, nadi cepat di atas 160 kali/menit, atau palpabilitas, orang
tersebut menderita ISPA berat, dinyatakan sakit (Muhedir, 2009).
Data Dunia menunjukan peningkatan angka kematian ISPA pada
Balita. World Health Organization (WHO) tahun 2011 di New York
jumlah penderita ISPA adalah 48.325 anak dan memperkirakan di
Negara berkembang berkisar 30-70 kali lebih tinggi dari Negara maju
dan diduga 20% dari bayi yang lahir di Negara berkembang gagal
mencapai usia 5 tahun dan 25-30% dari kematian anak disebabkan oleh
ISPA. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian
akibat ISPA. Kematian akibat penyakit ISPA pada balita mencapai 12,4
juta pada balita golongan umur 0-5 tahun setiap tahun di seluruh dunia,
dimana dua pertiganya adalah bayi, yaitu golongan umur 0-1 tahuan
sebanyak 80,3% kematian ini terjadi di Negara berkembang (Kemenkes
2010). Sampai saat ini kejadian ISPA masih menjadi masalah kesehatan
dunia termasuk di Negara Asean. Di Negara berkembang kejadian ISPA
lebih banyak terjadi dibandingkan dengan di negara maju dengan
presentasi sebesar 25%-30% dan 10%-15%. Di Asia Tenggara sebanyak
2.1 juta balita yang meninggal akibat ISPA pada tahun 2004. Negara
genang kasus kematian balita akibat ISPA adalah India, Bangladesh,
Indonesia dan Myanmar (Rahmadania,2016). Angka kejadian ISPA
pada balita di Negara berkembang diperkirakan oleh WHO yaitu di atas
40 per 100 kelahiran hidup adalah 15-20% per tahun pada 13 juta anak
balita di dunia. Berdasarkan data pada tingkat ragional Asia Tenggara
2002-2010 adalah 19% episode batuk pilek pada balita menderita ISPA
tersebut merupakan pneumonia berat (Salama, 2016).
Berdasarkan beberapa uraian diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di RSUD M. Natsir pada Tahun
2021”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin melakukan
penelitian dengan rumusan masalah “Bagaimanakah Gambaran Penyakit
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di RSUD M. Natsir pada
Tahun 2021?”.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka pada
penelitian ini penulis hanya akan melihat Gambaran Penyakit ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) di RSUD M. Natsir pada Tahun
2021.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran penyakit ISPA di RSUD M.
Natsir pada Tahun 2021.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang
disebabkan oleh bakteri
2. Untuk mengetahui jenis-jenis bakteri penyebab Infeksi
Saluran Pernapasan Akut
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi peneliti
Menambah ilmu pengetahuan, wawasan dan informasi serta
pengalaman berharga sebagai sarana yang bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi di bidang Bakteriologi.
1.5.2 Bagi Institusi
Sebagai sumber pengetahuan dan tambahan pustaka bagi
Universitas Perintis Indonesia.
1.5.3 Bagi Tenaga Teknis Laboratorium
Sebagai sumber informasi dan pengetahuan bagi tenaga
laboratorium untuk dapat mengetahui jenis-jenis bakteri yang
menyebabkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
DAFTAR PUSTAKA

Dhayanithi, J., & Brundha, M. P. (2020). Coronavirus disease 2019: Corona viruses
and blood safety-a review. Indian Journal of Forensic Medicine and Toxicology,
14(4), 4906–4911. https://doi.org/10.37506/ijfmt.v14i4.12406

Martahan, R., Rumaolat, W., Rumaolat, W., Rumbia, J., & Rumbia, J. (2020).
Gambaran Perilaku Pertolongan Pertama Ibu pada Balita dengan Gejala ISPA di
Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Kairatu Tahun 2019. Global Health
Science (Ghs), 5(3), 163. https://doi.org/10.33846/ghs5313

Salama, S. (2016). Edukasi Kesehatan tentang penyakit ISPA beserta cara


pencegahannya. Applied Microbiology and Biotechnology, 85(1), 2071–2079.

Widodo, Y. P., Dewi, R. C., & Saputri, L. D. (2016). Hubungan perilaku keluarga
terhadap kejadian infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Jurnal Ilmu Kesehatan
Bhamada, 7(2), 103–113.
http://ojs.stikesbhamadaslawi.ac.id/index.php/jik/article/view/4/4

Anda mungkin juga menyukai