PENDAHULUAN
Menurut WHO tahun 2013, di dunia angka kematian akibat pneumonia dan
infeksi saluran pernafasan akut yang mempengaruhi paru-paru dinyatakan
menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta setiap tahun. Dapat dikatakan,
setiap jam ada 230 anak di dunia yang meninggal karena pneumonia. Angka
itu bahkan melebihi angka kematian yang disebabkan oleh AIDS, malaria dan
tuberculosis. (Asmy, 2013)
Angka kejadian pneumonia di Indonesia pada balita adalah sekitar 10-20%
per tahun. Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia adalah 6 per
1000 balita. Ini berarti dari setiap 1000 balita setiap tahun ada 6 orang di
antaranya yang meninggal akibat pneumonia. Jika dihitung, jumlah balita
yang meninggal akibat pneumonia di Indonesia dapat mencapai 150.000
orang per tahun, 12.500 per bulan, 416 per hari, 17 orang per jam atau 1
orang balita tiap menit. Usia yang rawan adalah usia bayi (dibawah 1 tahun),
karena sekitar 60-80% kematian pneumonia terjadi pada bayi. (Eli, 2013).
Menurut data Riskesdas 2007, prevalensi pneumonia (berdasarkan pengakuan
pernah didiagnosis pneumonia oleh tenaga kesehatan dalam sebulan terakhir
sebelum survei) pada bayi di Indonesia adalah 0,76% dengan rentang antar
provinsi sebesar 0-13,2%. Prevalensi tertinggi adalah provinsi Gorontalo
(13,2%) dan Bali (12,9%), sedangkan provinsi lainnya di bawah 10%.
Sedangkan prevalensi pada anak balita adalah 1,00% dengan rentang antar
provinsi sebesar 0,1% - 14,8%. Seperti pada bayi, prevalensi tertinggi adalah
provinsi Gorontalo (19,9%) dan Bali (13,2%) sedangkan provinsi lainnya di
bawah 10%. Dan khususnya untuk wilayah provinsi Jawa Barat angka
kejadian pneumonia adalah berkisar (1,4%) (Depkes, 2010).
Sementara itu berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 menyebutkan bahwa di
Indonesia, pneumonia menempati peringkat ke dua kematian anak balita
(15,5%) dari seluruh penyebab kematian. Jumlah kematian anak balita
disebabkan kasus pneumonia pada anak tahun 2013 ditetapkan menjadi
78,8% per 1.000 balita dan kematian bayi akibat pneumonia sebanyak 13,6%
per 1.000 bayi. (Asmy, 2013).
Sakit
Immanuel
Bandung
diperoleh
data
angka
penderita
adanya biaya tidak langsung seperti waktu kerja yang hilang, transportasi dan
biaya rumah sakit. Mengurangi beban penyakit ini tidak hanya akan
memberikan kontribusi pada pencapaian MDG 4, juga akan memberikan
kontribusi untuk mencapai MDG 1 (Pemberantasan kemiskinan). Oleh karena
itu pneumonia pada balita dan terutama pada bayi, perlu mendapat perhatian.
Bila tidak ditangani dengan benar maka dikhawatirkan dapat menghambat
upaya mencapai target MDGs (Millenium Development Goals) menurunkan
angka kematian pada bayi dan anak. Untuk itu perlu dilakukan upaya
pencegahan pneumonia pada bayi dan balita dengan perbaikan gizi dan
imunisasi dan meningkatkan upaya manajemen tatalaksana pneumonia.
(Weber & Handy dalam Depkes, 2010)
Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang bekerja dengan anak dan
keluarga. Beberapa peran penting seorang perawat anak, yaitu: sebagai
pembela (advocacy), pendidik, konselor, koordinator, pembuat keputusan
etik, perencana kesehatan, Pembina hubungan terapeutik, pemantau, elevator,
dan peneliti. Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan
memberi penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada orang tua maupun
secara tidak langsung dengan menolong orang tua/ anak memahami
pengobatan dan perawatan anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap
pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar tentang penyakit
anaknya, perawatan anak selama dirawat di rumah sakit, serta perawatan
lanjut untuk persiapan pulang ke rumah. Tiga domain yang dapat diubah oleh
perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan,
serta sikap keluarga dalam hal kesehatan, khususnya perawatan anak sakit.
(Supartini, 2004)
Penyakit pneumonia atau bronkopneumonia pada anak balita perlu
mendapatkan perhatian yang serius yang tidak hanya menjadi tanggung jawab
petugas tenaga kesehatan melainkan juga harus mendapat dukungan dari
semua pihak terutama pemerintah terkait. Perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan, kepada orang tua anak balita yang mengalami masalah kesehatan
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan orang tua anak balita
sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian,
penyebab, tanda dan gejala, penanganan, upaya pencegahan dan
komplikasi tentang penyakit bronkopneumonia pada anak balita
kepada orang tua.
2. Mengidentifikasi sejauh mana perubahan yang diharapkan pada
tingkat pengetahuan orang tua anak balita sesudah diberikan
pendidikan kesehatan tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, penanganan, upaya pencegahan dan komplikasi tentang
penyakit bronkopneumonia pada anak balita kepada orang tua.
3. Mengidentifikasi adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang
penyakit bronkopneumonia pada perubahan sikap orang tua dalam
memahami
dan
menanggapi
pengertian
dasar
penyakit
10
ilmu
Pengetahuan
11
merupakan
domain
yang
sangat
penting
untuk
1.5.3. Sikap
Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif
terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten. (Ahmadi, 1999
dalam Sunaryo, 2013)
1.5.4. Orang tua
Pengertian orang tua menurut (M. Arifin, 1977 dalam Ningsih 2013)
adalah orang yang menjadi pendidik dan membina yang berada di
lingkungan keluarga.
1.5.5. Balita
Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), balita adalah istilah
umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5
tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang
tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan
makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.
Namun kemampuan lain masih terbatas. (Besari 2014)
1.5.6. Bronkopneumonia
Bronkopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar tiga sampai empat sentimeter mengelilingi
dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 2006:
805)
Setelah mengimpun beberapa definisi konsep di atas penulis mengambil
kesimpulan yang dapat dijadikan sebagai landasan untuk melakukan
penelitian ini bahwa, pendidikan kesehatan diperlukan untuk memberikan
pengetahuan dan wawasan tentang penyakit bronkopneumonia pada orang tua
anak-anak balita yang diharapkan berdampak terhadap perubahan sikap dan
12
perilaku orang tua yang dinamis dalam upaya peningkatan status kesehatan
anak balita.
1.6. Definisi Operasional
1.7.
1.10.
N
1.13.
1.11.
Variabel
o
1.16. 1.18.
1.17. 1.19. Independ
1 en:
1.20. Pendidika
n kesehatan
1.29.
1.30.
2
1.31.
1.32.D
ep
en
de
n:
1.33.P
en
ge
ta
h
ua
n
or
an
g
tu
a
an
ak
de
n
ga
n
pe
n
de
1.12.
Operasional
1.21.
1.22. Upaya peningkatan
dan pencegahan penyakit
bronkopneumonia pada anak
balita terhadap orang tua
melalui kegiatan pembelajaran
1.35.
1.36. Pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, proses
perjalanan penyakit,
pengobatan, komplikasi, dan
cara mencegah
bronkopneumonia pada anakanak balita.
Car
a
pengukuran
1.23.
1.24. Ku
esioner
1.37.
1.38. Ku
esioner
1.14.
Hasil Pengukura
1.25.
1.26.Metode:
1) Diskusi
2) Ceramah dan,
3) Tanya jawab
1.39.
1) Tingkat pengetahuan baik bila
nilai: 76-100%
2) Tingkat pengetahuan cukup bil
nilai: 56-75%
3) Tingkat pengetahuan kurang bi
nilai:
1.40.
56%
13
rit
a
B
ro
n
k
o
p
ne
u
m
o
ni
a
1.34.
1.43.
1.44.
3
1.45.
1.46.D
ep
en
de
n:
1.47.
Sikap
or
an
g
tu
a
an
ak
ba
lit
a
de
n
ga
n
pe
n
de
rit
a
br
o
n
k
o
1.49.
1.50. Respons perilaku yang
ditunjukkan orang tua untuk
mengatasi masalah penyakit
bronkopneumonia pada anak
balita mereka.
1.51.
1.52. Ku
esioner
1.53.
1) Sikap positif bila orang tua (pa
14
p
ne
u
m
o
ni
a
1.48.
1.56.
1.57.
1.58.
1.59.
1.60.
1.61.
1.62.
1.63.
Kerangka Pemikiran
1.64.
1.65. PERAN PERAWAT
1.66.
Manajemen
1.67.kasus penyakit
bronkopneumonia
pada anak
1.68.
balita 1.69.
di Rumah Sakit
1.70.
1.71.
1.72.
OUT PUT
PROSES
IN
Pengetahuan orang
tua dalam memahami
penyakit
bronkopneumonia
pada anak balita
Baik (76-100%)
Kegiatan
pendidikan
Cukup
Pengaruh
(56-75%)
Pendidikan
Pengetahuan dan
1.73.
kesehatan
pendidikan
Kurang ( 56%)
Kesehatan 1.74.
dalam
sikap orang tua anak
dengan metode: kesehatan
1.75.
Keperawatan
balita dengan
terhadap
Ceramah
1.76.
bronkopneumonia
Diskusi
1.77.
Sikap orang tua
1.78.
Tanya jawab
terhadap dalam
1.79. Keterangan gambar:
menghadapi masalah
1.80.
Diteliti
penyakit
1.81.
Tidak diteliti
1.82. Gambar 1.1 Dimodifikasi dari (Wahit dkk, 2007) bronkopneumonia pada
anak
Positif