Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMAKOLOGI

SEDATIF HIPNOTIK DAN PSIKOTROPIKA DALAM


IMPLIKASI KEPERAWATAN

OLEH :

Eka Puji Astuti

Hamid

M.Irfan Maruf

Mela Dian M.

Pit Sumardi

Windy Puspita S.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES BAHRUL ULUM TAMBAKBERAS
JOMBANG
2011
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis ingin mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, atas limpahan
karunia , rahmat & hidayah-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan tigas
makalah farmakologi tentang SEDATIF HIPNOTIK DAN PSIKOTROPIKA DALAM
IMPLIKASI KEPERAWATAN dengan lancar.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Faishol
Roni,S.Kep, M.Kes selaku dosen pembimbing mata kuliah farmakologi. Serta kepada temanteman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhirnya

penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi kepada semua
pihak.

Jombang, Maret 2011

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

1.2.

Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
2.2. Implikasi Keperawatan
2.3. Diagnosa Keperawatan
2.4. Implementasi

2.5. Penyuluhan pasien/keluarga


2.6. Evaluasi

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan
3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Hipnotik-sedatif adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan berat
(hilangnya kesadaran, anestesi, koma, mati).
Psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau
pengalaman. Psikotropika adalah obat simptomatik, karena patofisiologi penyakit jiwa belum
jelas. ECT (Elektro Convulsive Therapy) masih digunakan untuk terapi depresi berat dengan
kecenderungan bunuh diri.
Obat-obatan maka ini diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk keprluan pengobatan.
Karena daya kerjanya obat-obatan tersebut sangatlah keras, sehingga penggunaannyapun harus
diawasi dan melalui resep dokter.
Obat-obatan yang dimaksud jika disalah gunakan akan berpengaruh dan merusak psikis maupun
fisik dari si pemakai dan mengakibatkan ketergantungan sebagaimana narkotika lainnya.

1.1 Tujuan

Mempelajari farmakologi golongan sedative hipnotik dan psikotropika dalam implikasi


keperawatan yang meliputi pengkajian status kesehatan yang diperlukan, diagnose keperawatan,
implementasi, penyuluhan pasien/keluarga, dan evaluasi. sehingga dapat mengetahui apa yang
harus di implementasikan kepada pasien dan tidak menyalah gunakan penggunaan obat
golongan ini.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Hipnotik-sedatif adalah obat depresan SSP yang tidak selektif, efek mulai ringan berat
(hilangnya kesadaran, anestesi, koma, mati). Sedatif digunakan dalam pengobatan cemas.
Hipnotik digunakan untuk pengobatan insomnia. Ada yang berfungsi antikonvulsan: klorazepat,
diazepam, fenobarbital.
Penggolongan obat-obatan hipnotik-sedatif :

Antihistamin: difenhidramin, hidroksizin, prometazin

Barbiturat: amobarbital, pentobarbital, fenobarbital, sekobarbital, tiopental

Benzodiazepin: alprazopam, klordiazepoksid, klorazepat, diazepam, flurazepam,


lorazepam

Lain-lain: buspiron, kloralhidrat, meprobamat

Psikotropika adalah obat yang bekerja pada atau mempengaruhi fungsi psikis, kelakuan atau
pengalaman. Psikotropika adalah obat simptomatik, karena patofisiologi penyakit jiwa belum
jelas. ECT (Elektro Convulsive Therapy) masih digunakan untuk terapi depresi berat dengan
kecenderungan bunuh diri.
Penggolongan obat-obatan psikotropika :

Anti Psikosis = neuroleptik = major tranquilizer

Anti Ansietas = anti neurosis = minor tranquilizer

Anti Depresi

Psikotogenik = psikotomimetik = psikodisleptik = halusinogenik


2.2 Implikasi Keperawatan

Pantau TD, nadi, nafas pada pemberian IV

Penggunaan jangka panjang pantau: depresi, kecenderungan bunuh diri, ketergantungan

Insomnia: kaji pola tidur sebelum, dan secara periodik selama terapi

Kecemasan: kaji tingkat kecemasan dan sedasi (ataksia, pusing dan bicara tidak jelas)
sebelum, dan secara periodik selama terapi.

Kejang: observasi dan catat intensitas, durasi dan karakteristik kejang, lakukan tindakan
kewaspadaan terhadap kejang

Spasme otot: kaji spasme otot, nyeri yang menyertai, dan keterbatasan gerak sebelum dan
selama terapi

Gejala putus alkohol: kaji gejala putus obat: tremor, agitasi, delirium, halusinasi

2.3. Diagnosa Keperawatan

Gangguan pola tidur (indikasi)

Risiko tinggi cedera (efek samping)

Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan


keluarga/pasien)

2.4. Implementasi

Awasi ambulasi dan perpindahan pasien setelah pemberian dosis hipnotik

Buang sigaret

Penghalang tempat tidur harus dipasang dan bel panggil harus terus berada dalam
jangkauan setiap saat

Beri posisi rendah pada tempat tidur

2.5. Penyuluhan Pasien/Keluarga

Mempersiapkan lingkungan untuk tidur: ruang gelap, tenang, hindari nikotin dan kafein

Jika efek kurang efektif setelah beberapa minggu, konsultasikan ke dokter, jangan
menaikan dosis

Penghentian obat secara bertahap, jangan mendadak (menghindari reaksi putus obat)

Dapat menyebabkan kantuk di siang hari, hindari nyetir, bekerja yang berisiko tinggi
kecelakaan

Hindari alkohol dan depresan SSP lainya

Anjurkan lapor ke dokter jika berencana hamil atau mencurigai kehamilan

2.6. Evaluasi
Efektivitas obat ditunjukan dengan:

Perbaikan tidur

Berkurangnya tingkat kecemasan

Terkendalinya kejang

Berkurangnya spasme otot

Berkurangnya tremor

Mempunyai ide yang lebih rasional

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Obat-obatan jenis hipnotik-sedatif dan psikotropika adalah berbagai macam jenis obat-obatan
yang diproduksi untuk keperluan dunia medis untuk pengobatan.
Obat-obatan jenis hipnotik-sedatif dan psikotropika dalam penggunaannya harus dengan
pengawasan dokter karena daya kerjanya obat-obatan jenis tersebut sangatlah keras dan
menimbulkan keatian apabila terdapat penyalahgunaan.

3.2. Saran
Karena daya kerjanya obat-obatan tersebu sangatlah keras, sehingga penggunaannyapun
harus melalui resep dokter dan harus dalam pengawasan dokter. Obat-obatan yang diaksud
tersebut jika disalah gunakan akan berpengaruh dan merusak psikis maupun fisik dari si pemakai
dan engakibatkan ketergantungan, jadi hindari penyalah gunaan obat-obatan jenis hipnotok
sedatif dan psikotropika karena termasuk obat-obatan narkotik.

DAFTAR PUSTAKA
Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC
Informatorium Obat Nasional Indonesia 2008. BPOM Republik Indonesia
http://wiendypuspita.blogspot.com/2011/06/makalah-farmakologi-sedatifhipnotik.html

Anda mungkin juga menyukai