KECEMASAN PREOPERATIF
Oleh
Preseptor :
PADANG
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul “Kecemasan
Preoperatif”
Ucapan terima kasih penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada
berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, petunjuk, dan do’a serta
segala sesuatunya demi selesainya pengerjaan referat ini dengan sebaik-baiknya.
Izinkan penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. dr. M. Zulfadli Syahrul, Sp.An selaku preseptor yang memberikan waktu dalam
menghadiri presentasi referat penulis.
2. Rekan-rekan dokter muda kepaniteraan klinik yang telah memberikan dukungan,
bantuan dan kerja sama yang baik.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima setiap kritik dan
saran dari semua pihak. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya di bidang ilmu kedokteran. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan Penulisan 3
1.3 Metode Penulisan 3
1.4 Manfaat Penulisan 3
BAB 3. PENUTUP 22
3.1 Simpulan 22
DAFTAR PUSTAKA 24
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kecemasan adalah keadaan emosional yang ditandai dengan ketakutan dan ketakutan
dan menjadi penyakit terbanyak pada subgrup gangguan mental.8 Menurut hasil Riset
dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 14 juta orang mengalami gangguan
mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi dan kecemasan untuk usia
15 tahun ke atas.7
Pada pasien yang dirawat untuk penyakit fisik, gangguan seperti kecemasan,
depresi dan somatoform sering ditemukan. Intervensi pembedahan yang tidak terkait
setelah operasi, mereka akan bebas dari rasa sakit dan keterbatasan. Keraguan tentang
keberhasilan operasi, rasa takut anestesi, dan takut kehilangan kemampuan adalah
penyebab utama kecemasan pra operasi. Kecemasan pra operatif bukan hanya
diagnosis psikiatri. Ini memiliki dampak negatif pada morbiditas dan pengembangan
1
Alasan paling umum untuk kecemasan adalah kemungkinan operasi ditunda
(69,6%), diikuti oleh rasa takut bahwa kesalahan dapat dilakukan selama operasi
bedah yang mengakibatkan kerusakan pada pasien (64%), takut tidak menerima
perhatian yang cukup dari pemberi perawatan (63,2%) dan ketakutan “tidak bangun”
setelah operasi (58,4%). Para responden paling tidak khawatir akan mengalami mual
dan muntah pasca operasi (8%).4 Tingkat kecemasan yang dialami oleh seseorang
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain usia, jenis kelamin, jenis dan tingkat
penuh tekanan.5
Perubahan yang terjadi dalam kehidupan adalah salah satu faktor yang
menyebabkan kecemasan, dan salah satu perubahan ini adalah operasi. Rawat inap,
terlepas dari penyakit, diketahui dapat memprovokasi kecemasan pada pasien yang
pemulihan.4
dikaitkan dengan respon fisiologis seperti hipertensi dan disritmia dan dapat
terbuka dan membutuhkan penerangan dari dokter dan petugas pelayanan kesehatan
2
lainnya. Pemahaman akan pembedahan dan persiapan mental yang baik akan
preoperatif.
Metode penulisan referat ini adalah dengan studi kepustakaan dengan merujuk
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
merupakan emosi yang ditandai oleh perasaan tertekan, pikiran gelisah, dan
yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami
1) Kecemasan Ringan
sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi meningkat dan individu akan
berhati-hati serta waspada. Individu terdorong untuk belajar tentang hal-hal yang akan
4
2) Kecemasan Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
menfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3) Kecemasan Berat
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu
tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan, untuk dapat
4) Panik
Pada tingkat ini lapangan persepsi sangat sempit sehingga individu tidak dapat
mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
yang rasional.11
1. Faktor Eksternal
antara lain :
5
b. Ancaman terhadap konsep diri seperti proses kehilangan, perubahan peran,
2. Faktor Internal
operasi adalah :
1) Umur
Ada yang berpendapat bahwa faktor umur muda lebih mudah mengalami stres
daripada yang berumur lebih tua, dimana terlalu banyak masalah yang sering dialami
oleh seseorang pada usia muda. Walau umur sukar ditentukan karena sebagain besar
pasien melaporkan bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereka
2) Status Pendidikan
memahami pengetahuan tentang pra operasi yang mereka peroleh. Dari kepentingan
keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang agar lebih tanggap dengan
pendidikan yang kurang pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih
6
mudah mengalami cemas atau stress dibanding dengan mereka yang status
kualitas kesehatan sehingga ada hubungan yang erat antara pendapatan dengan
keadaan kesehatan seseorang. Akan tetapi, pendapatan yang meningkat bukan juga
memadai.10
sesuatu di luar dirinya dan meknisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan.
a. Teori Psikoanalisis
antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting
mengetahui tuntutan dari dalam elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah
7
b. Teori Interpersonal
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga berhubungan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang
yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau pun masyarakat
keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas.
c. Teori Perilaku
diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap cemas sebagai suatu dorongan untuk
belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. Peka tentang
dihadapkan pada ketakutan yang berlebih sering menunjukan cemas pada kehidupan
selanjutnya.
d. Teori Keluarga
Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan hal yang biasa
ditemui dalam suatu keluarga. Adanya tumpang tindih antara gangguan cemas dan
gangguan depresi.
8
e. Teori biologis
dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap cemas.Error! Reference source not
found.2
fisiologis (contoh: palpitasi dan berkeringat) dan kesadaran akan rasa kuatir atau
ketakutan.12
Manifestasi periferal dari ansietas yaitu diare, pusing dan sakit kepala,
dan distorsi persepsi, tidak hanya waktu dan tempat tetapi juga akan orang-orang dan
9
kemampuan untuk menghubungkan suatu hal dengan hal yang lainnya (yaitu,
membuat asosiasi).12
2.2 Pembedahan
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani
melalui sayatan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Pembedahan
menurut jenisnya dibedakan menjadi dua jenis yaitu bedah mayor dan minor. Operasi
minor adalah operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko
komplikasi lebih kecil dibandingkan operasi mayor. Biasanya pasien yang menjalani
operasi minor dapat pulang pada hari yang sama. Sedangkan operasi mayor adalah
operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang
1. Preoperatif
dibuat dan berakhir ketika pasien dibawa ke meja operasi. Pada fase ini dilakukan
10
pengkajian data pasien meliputi pengkajian psikososial, pengkajian fisik, pengkajian
2. Operatif / intraoperative
hingga pembedahan selesai dan pasien ditransfer ke ruang pemulihan atau unit
3. Postoperatif
pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di
rumah.Fokus pada perawatan pascaoperatif adalah mengkaji efek dari agen anastesia,
2.3 Anestesiologi
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Istilah anestesi pertama kali di gunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr
pada tahun 1846.15 Sedangkan Anestesiologi adalah suatu praktik kedokteran yang
membuat pasien tidak dapat merasakan nyeri dan stres emosional selama prosedur
surgikal, obstetrikal, dan medis tertentu. Dukungan fungsi hidup di bawah tekanan
11
anestetik dan manipulasi surgikal. Manajemen klinik pada pasien tidak sadar, apapun
1. Anestesi Umum
ketika pasien menerima obat untuk amnesia, analgesia, melumpuhkan otot, dan
bedah yang dalam kondisi normal akan menimbulkan sakit yang tak
12
jalan napas yang memadai dan/atau pernapasan spontan sebagai akibat dari
2. Anestesi regional
Pada anestesi regional, seorang dokter ahli anestesi akan membuat injeksi
di dekat kumpulan saraf untuk menghilangkan sensasi pada area tubuh tertentu.
Pasien dapat diberikan sedatif atau bisa juga tetap sadar selama operasi
berlangsung. Terdapat berbagai jenis anestesi regional. Dua yang paling umum
3. Anestesi Lokal
sensasi di bagian tubuh tertentu. Hal ini memungkinkan pasien untuk menjalani
prosedur pembedahan dan gigi tanpa rasa sakit yang mengganggu. Ada
kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan
di bagian kecil tubuh seperti gigi atau area kulit. Mereka menggunakan istilah
anestesi regional untuk pembiusan bagian yang lebih besar dari tubuh seperti
menggunakan jenis yang mana dan tipe pengawasan yang dibutuhkan tergantung
umum dan anestesi regional. Terkadang pasien tidak senang terhadap pemikiran
13
untuk sadar atau terbangun selama pembedahan di bawah anestesi regional dan pada
pasien, maka dokter anestesi diharapkan dapat meyakinkan pasien untuk mengikuti
keputusannya.17
berbeda tapi saling berhubungan satu dengan yang lainnya, yang disebut anesthesia
continuum:
2. Induksi anestesia
dukungan hidup adekuat diikuti administrasi obat anestetik. Periode ini berlangsung
14
4. Terminasi anestesia
Rentang waktu ini berlangsung dari akhir pembedahan sampai dengan saat
pasien siap untuk dipindahkan ke ruang pemulihan atau unit perawatan intensif
surgikal. Pada situasi tertentu, pasien mungkin secara sengaja dibiarkan dalam
keadaan teranestesi atau tidak dapat bergerak secara parsial dan tersedasi untuk
5. Periode pemulihan
Periode ini adalah interval antara terminasi anestesia dan waktu disaat pasien,
yang sudah pulih secara adekuat dari obat-obat anestesi dan bahaya langsung dari
15
Tabel 2.1 Ketakutan terkait anestesi umum
e Muntah post-operatif 6%
f Ketakutan lainnya 6%
h Nyeri post-operatif 5%
Kecemasan pre operasi dialami oleh lebih dari 90% pasien. Sebagian besar
pasien sebelum pembedahan elektif mengalami kecemasan dan hal ini diterima secara
luas sebagai respon yang normal. Dari literatur dan studi yang dilakukan, didapatkan
- 80%, tergantung populasi yang diteliti, karakteristik dan budaya, pengetahuan, alat
16
untuk mengidentifikasi pasien yang berisiko mengembangkan kecemasan sebelum
meliputi:
- Jenis kelamin
kecemasan yang tingkatannya juga lebih tinggi. Dari penelitian oleh Aalouane (2011),
pasien wanita mengalami tingkat kecemasan yang 6 kali lebih tinggi dan mengalami
kecemasan patologis.21
- Usia
anak-anak menunjukkan rasa takut yang lebih sedikit dibandingkan dengan bagian
dari populasi lainnya. Ada kemungkinan bahwa anak-anak tersebut tidak mengerti
apa yang akan terjadi pada mereka atau mungkin mereka memiliki kepercayaan yang
lebih besar. Penelitian yang sama juga mengemukakan bahwa usia pasien-pasien
paruh baya, yang memiliki tanggung jawab paling besar terhadap keluarganya,
ketakutan yang lebih tinggi dibanding anak-anak, tetapi tidak setinggi pasien-pasien
17
dewasa. Hasil ini tidak mengejutkan, mengingat masa remaja sering merupakan
Salah satu penelitian mengatakan bahwa 77% dari pasien yang menjalani
operasi mayor memiliki ketakutan dibandingkan 71% dari mereka yang menjalani
operasi minor. Selain itu, periode rawatan yang lama di rumah sakit juga merupakan
secarasignifikan pada pasien wanita. Didapatkan juga, pasien yang memiliki riwayat
pembiusan yang lebih lama (lebih dari 10 tahun sebelumnya) menunjukkan ketakutan
gangguan mental emosional, yaitu ansietas secara umum dan depresi. Namun,
didapatkan juga pengetahuan pasien yang rendah terkait patologi penyakit mereka
18
adalah salah satu faktor utama yang meningkatkan level ansietas, terlepas dari tingkat
pendidikan dan kelas sosial pasien. Berkebalikan dengan hal di atas, pada situasi
intensitas dan durasinya, tergantung subjek. Reaksi ini juga bisa timbul di fase
Dari literatur, tampak bahwa dampak yang ditimbulkan hal tersebut sering negatif.19
Selain itu, menurut Aalouane et al. (2011), ansietas terkait pembedahan juga
akan berefek pada kesembuhan dan kualitas hidup pasien pascaoperasi. Terhadap
aspek anestesiologi, hasil paling signifikan adalah peningkatan tekanan darah dan
denyut jantung. Dalam kasus-kasus dengan tingkat ansietas yang tinggi, lebih banyak
jumlah aritmia yang teramati dan dosis obat anestetik yang lebih tinggi dibutuhkan
kecemasan yang tinggi sering diikuti oleh meningkatnya rasa nyeri postoperatif, lebih
19
mengidentifikasinya karena beberapa hal, yaitu seperti adanya lebih dari satu teori
tentang kecemasan, penafsiran hasil ini sulit dan penulis yang berbeda memiliki teori
yang berbeda pula. Selain itu terdapat juga pendekatan penelitian yang berbeda, alat
pengukuran, dan populasi yang diteliti. Kesukaran lainnya adalah tidak adanya
standardisasi pengukuran, dan juga data tentang reliabilitas, validitas, dan sensitivitas
situasi anestesi.24
stres dan kecemasan preoperatif yang parah. Banyak dari pasien-pasien di atas yang
secara khusus merasa takut terhadap anetesi. Meskipun sudah diketahui bahwa pasien
sering mengalami kecemasan preoperatif, informasi tentang subjek ini masih sangat
pasien sering tidak teridentifikasi dengan baik oleh dokter dan perawat. Pasien sering
menyatakan mereka lebih cemas daripada yang dinilai oleh dokter dan perawat.24
terhadap sifat ketakutan dan pasien ditanya mengenai ketakutan mereka secara
khusus. Jika alasan ketakutan pasien juga ditanyakan, informasi yang lebih spesifik
bisa didapatkan. Memberikan informasi adalah salah satu cara terbaik menenangkan
ketakutan pasien. Tetapi, hal tersebut membutuhkan keahlian spesial. Dokter spesialis
anestesi dapat memainkan peran krusial dalam hal ini. Meskipun pertemuan pasien
dan ahli anestesi biasanya singkat, kontak ini sangat penting. Apakah dokter dapat
20
membuat waktu pertemuan menjadi berharga tergantung pada individunya dan
dipengaruhi oleh pengalaman. Tidak ada peraturan baku dalam hal ini.24
Saat ini, sangat sedikit perhatian yang dicurahkan untuk menangani ketakutan
dan memberikan informasi dengan efektif, dan disarankan subjek ini dimasukkan ke
perawatan dilakukan untuk menciptakan situasi preoperasi yang optimal bagi pasien.
Hal ini memiliki implikasi tertentu untuk praktik anestesi. Perawatan yang diberikan
oleh ahli anestesiologi tidak boleh terbatas pada masalah somatik, seperti kondisi
kardiovaskular dan pernafasan pasien, namun juga mencakup keadaan pikiran pasien.
Ahli anestesi, ahli bedah, dan perawat diminta untuk memahami disiplin mereka
masing-masing, tidak hanya sebagai tugas dan keterlibatan teknis, tetapi juga
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
1. Kecemasan merupakan emosi yang ditandai oleh perasaan tertekan, pikiran gelisah,
dan perubahan fisik seperti peningkatan tekanan darah. Kecemasan dibagi menjadi
3. Gejala kecemasan dapat berupa diare, pusing dan sakit kepala, hiperhidrosis,
mondar-mandir), sinkop, takikardi, rasa geli (tingling) pada ekstremitas, tremor, sakit
pemulihan.
jenis dan tingkat pembedahan, riwayat pembedahan dan pembiusan, serta pendidikan
dan pengetahuan.
22
7. Komplikasi kecemasan preopratif berupa meningkatnya rasa nyeri postoperatif,
8. Perawatan yang diberikan oleh ahli anestesiologi kepada pasien dengan kecemasan
preoperatif tidak boleh terbatas pada masalah somatik, seperti kondisi kardiovaskular
dan pernafasan pasien saja, namun juga mencakup keadaan pikiran pasien.
23
DAFTAR PUSTAKA
10. Arfian. Hubungan Tingkat Kecemasan Terhadap Kualitas Hidup Para Lanjut
Usia. Skripsi. Jakarta: Universitas Indonesia; 2013.
11. Videbeck SL. Psychiatric-Mental Health Nursing. 5th ed. 2011: Wolters Kluwer:
Lippincott Williams & Wilkins; Philadelphia.
24
12. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry (2007a). 10th ed.: New York: Wolters Kluwer:
Lippincott Williams & Wilkins; 2007.
13. Parker M, Bowers SP, Bray JM, Harris AS, Belli EV, Pfluke JM, et al. Hiatal
Mesh is Associated with Major Resection at Revisional Operation. Surg Endosc.
2010 Mei; 24(12): p. 3095-101.
14. Smeltzer SC, Bare BG. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. 8th ed. Jakarta:
EGC; 2002.
18. Brown BR, Blitt CD, Vaughan RW. Clinical Anesthesiology. St Louis: The C.V.
Mosby Company; 1985
20. Capernito LJ. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Jakarta:EGC;
2007.
23. Bjelland I, Krokstad S, Mykletun A, Dahl AA, Tell GS, Tambs K. Does a higher
educational level protect against anxiety and depression? The HUNT study. Soc
Sci Med. 2008 Mar;66(6):1134-45
25