Anda di halaman 1dari 7

APLIKASI PENANGULANGAN BENCANA BERBASIS WEB

I. Latar Belakang

Secara geografis Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebuah provinsi dengan
salah satu objyek wisata.Provinsi Ntb memiliki iklim dengan musim hujan dan
kemarau relatif panjang. Secara geologis, Provinsi NTB berada pada jalur
pegunungan aktif, kawasan beriklim tropik dan berada pada pertemuan dua
lempeng Eurasia dan IndoAustralia yang bertumbukan, sehingga
menyebabkan Provinsi NTB berpotensi terhadap berbagai bencana alam yang
dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar seprti hal kejadian yang baru
baru terjadi di Kabupaten Lombok Timur.

Seringkali penyebab tingginya jumlah korban jiwa dan materi akibat bencana
alam adalah kurangnya pemahaman terhadap karakteristik ancaman (hazards),
sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya alam
dan kurangnya informasi / peringatan dini (early warning) yang menyebabkan
ketidaksiapan dan ketidakmampuan dalam menghadapi bencana. Untuk
mencegah dan mengurangi dampak dari bencana yang terjadi, sebuah sistem
penanganan bencana sangat diperlukan. Sebuah sistem informasi yang mampu
menangani basis data kebencanaan dan menampilkannya dalam bentuk
visualisasi peta adalah dengan menggunakan sistem informasi geografis (SIG).
Oleh karena itu, Kelompok Kami ini mengusulkan suatu Prototipe Sistem
Informasi Bencana Alam di Provinsi Nusa Tenggara Barat dalam upaya
mengurangi risiko bencana melalui penyebarluasan informasi bencana dan
pengetahuan untuk meningkatkan kesiap-siagaan dalam mengambil tindakan
untuk mengurangi risiko bencana alam.

Sistem Informasi ini dibangun dengan tujuan untuk mengetahui posisi


kerentanan alam di suatu daerah dan tingkatan risiko bencana alam yang
mungkin terjadi pada suatu daerah di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hal ini
akan mempermudah masyarakat dan stakeholder dalam mendapatkan
informasi mengenai bencana disekitarnya dengan teknologi berbasis Online.
Disamping itu, informasi dari sistem ini juga dapat digunakan sebagai acuan
yang akurat dalam pelaksanaan teknis mitigasi bencana di Provinsi Lampung,
serta langkah langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampaknya sehingga
penanganan bencana dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

2. Manajemen Bencana

Manajemen bencana merupakan suatu disiplin ilmu yang menangani risiko dan
cara mengurangi bencana. Bidang ini meliputi persiapan, dukungan dan
rekonstruksi kembali oleh masyarakat dan pemerintah ketika terjadi bencana.
Sehingga manajemen bencana dapat dikatakan sebagai proses berkelanjutan
yang melibatkan semua komponen (individu, kelompok, dan komunitas) yang
terlibat untuk mengurangi risiko yang dihasilkan oleh suatu bencana.
Kesuksesan dari manajemen bencana ini dapat dilihat dari perencanaan yang
terstruktur dan terintegrasi pada setiap level kepemerintahan dan badan-badan
yang terkait dalam penanganan bencana.

Gambar 1. Siklus Manajemen Bencana (Wattegama, C. 2007)

Aktivitas manajemen atau penyelenggaraan penanggulangan bencana


umumnya digambarkan sebagai sebuah siklus yang saling terkait antara satu
fase dengan fase lainnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Penjelasan
singkat terhadap masing-masing fase di atas adalah sebagai berikut
(Wattegama, C. 2007, BNPB 2008):

• Mitigasi (mitigation): Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,


baik lewat pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (hazards).
• Pengurangan risiko (risk reduction): Kegiatan yang ditujukan untuk
mengurangi risiko bencana di masa mendatang.
• Pencegahan (prevention): Serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai
upaya untu menghilangkan dan / atau mengurangi ancaman bencana.
• Kesiapsiagaan (preparedness): Kegiatan yang dilakukan untuk
mengatisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. Fase ini meliputi sistem peringatan dini dan
pembangunan kapasitas (capacity building) sehingga masyarakat mampu
bereaksi dengan cepat dan tepat saat peringatan akan terjadinya bencana
disampaikan.
• Tanggap darurat (response): Meliputi kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, meliputi penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
hingga pemulihan prasarana dan sarana. Skenario pada fase respon ini
merupakan implementasi dari rencana aksi (action plans).
• Pemulihan (recovery): Merupakan kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana lewat upaya
rehabilitasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka aplikasi ini merupakan salah satu upaya
(bagian dari kegiatan) digunakan untuk pengurangan risiko dan kesiap siagaan
dalam pengelolaan bencana.
3. Analisis dari Risiko Bencana Alam

Untuk mengaplikasikan Sistem Informasi Geografis Mitigasi Bencana Alam,


terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap beberapa hal berikut :

• Analisis terhadap zona-zona yang termasuk kategori kawasan rawan


bencana alam, kategori kawasan rentan bencana alam, kategori kawasan
kapasitas bencana alam dan kategori kawasan risiko bencana alam.
• Analisis terhadap rencana kawasan lindung, kawasan budidaya dan
kawasan tertentu untuk menentukan risiko bencana alam yang sesuai ditiap
peruntukan lahan.
• Analisis terhadap rencana sistem transportasi, sistem komunikasi dan sistem
utilitas/fasilitas.
• Pertimbangan terhadap berbagai teknologi yang tersedia dalam kaitannya
dengan analisis risiko bencana alam.
Pemetaan analisis risiko bencana alam dilakukan dengan pengumpulan data
primer yang berupa data spatial yang memiliki referensi ruang kebumian
(georeference) dan data sekunder yang berupa data temporal yang menentukan
lokasi dan koordinat pada suatu peta.
4. Konseptual Aplikasi
Konsep pada aplikasi ini adalah sebuah Sistem Informasi Geografis Mitigasi
Bencana Alam untuk menampilkan data-data posisi kerentanan alam di suatu
daerah dan tingkatan risiko bencana alam yang mungkin terjadi pada suatu
daerah di Provinsi NTB. Karena bencana mempunyai karakteristik yang
dinamis, maka Aplikasi ini dirancang menjadi suatu sistem informasi interaktif
yang mengizinkan pengguna untuk menampilkan data-data ancaman
khususnya berbagai ancaman bencana yang ada untuk mengetahui situasi
aktual ancaman bencana tersebut tanpa harus ada pengetahuaan sebelumnya.
Data dari berbagai ancaman bencana alam yang ada di Provinsi NTB disimpan
dalam database, kemudian pengguna bisa menampilkan data tersebut dalam
bentuk peta ancaman.
Pada database, data tersebut mengalami proses pemrosesan data untuk
menentukan 5 tingkatan risiko bencana alam yang berupa risiko bencana
sangat tinggi, tinggi, menengah, rendah dan sangat rendah, serta dapat
dipetakan ke peta online dalam format HTML. Dalam perancangan aplikasi,
analysis server digunakan untuk membuat dan menganalisis script-script
layer, sehingga dapat menghasilkan Web Application yang dapat
memungkinkan berbagi informasi yang dibutuhkan oleh Admin dan external
user melalui jaringan internet.

5. Implementasi Sistem
Komponen utama yang menghubungkan antara client dan server adalah user
interface. Pembuatan interface digunakan untuk memberikan informasi
kepada client dalam menggunakan aplikasi ini. Hasil dari aplikasi ini berupa
suatu peta risiko bencana di Provinsi NTB yang mampu menampilkan
informasi-informasi berdasarkan jenis risiko bencana yang dikaji, sehingga
dapat menjadi suatu pendukung dalam mengurangi risiko bencana alam.

Gambar 6. Perancangan Tampilan interface untuk peta risiko bencana alam dalam
bentuk web browser.
Tampilan layout terdiri dari:
1. Header, berisikan judul
2. Toolbar, merupakan area peletakan tombol-tombol untuk tool control pada
peta
3. Panel menu kiri, berisikan layer dan legend.
4. Panel menu kanan, berisikan feature query dan atribut query 5. Map panel,
area peletakan image peta.
6. Footer web, bagian bawah web yang berisikan data tabular dari layer yang
ditampilkan.

Sumber data yang digunakan dalam mempresentasikan peta Provinsi NTB


adalah sebagai berikut:
1. Data Hazard untuk Abrasi, Banjir, Gempa Bumi, Gunung Api, Kebakaran,
Kekeringan, Angin Topan, Tsunami dan Tanah Longsor.
2. Data Vulnerability terkait dengan elemen kerentanan Sosial, Ekonomi, Fisik
dan Ekologi.
3. Data Capacity terkait dengan identifikasi kekuatan atau potensi sumber
daya yang dimiliki komunitas masyarakat untuk mengantisipasi dan
mengurangi dampak risiko bencana.

4. Data Risiko Bencana diperoleh dari perkalian antara data Hazard dengan
Vulnerability dan Capacity.

6. Peta Aneka Risiko Bencana Alam


Aplikasi ini menyediakan peta aneka risiko bencana alam yang
mengidentifikasikan dua atau lebih bencana pada suatu daerah yang memiliki
beberapa tingkatan risiko bencana alam yang berupa risiko bencana sangat
tinggi, tinggi, menengah, rendah dan sangat rendah.
7. Kesimpulan
Disini kami menjelaskan tentang perancangan aplikasi web sistem informasi
penanggulangan bencana berbasis web untuk aneka bencana alam di Provinsi
NTB. Arsitektur aplikasi telah dipilih berdasarkan model client-server, dimana
jaringan memisahkan antara client dan server. Beberapa kombinasi multi risiko
bencana telah didemonstrasikan pada aplikasi web.
Kemudian analisis peta aneka risiko telah dilakukan pada perancangan ini.
Sehingga dengan adanya aplikasi ini dapat memudahkan pengguna untuk
mendapatkan informasi tingkatan risiko bencana aceh dengan cepat, tepat dan
akurat. aplikasi ini dipersiapkan untuk dapat diakses secara online dimanapun
dan kapanpun melalui koneksi internet.

Anda mungkin juga menyukai