Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

DISUSUN OLEH :

Achmad Riza Awaludin Amd.Kep

NIRA : 64710624645

DPK PPNI RUMAH SAKIT PERTAMINA BALIKPAPAN

Sebagai Prasyarat Memenuhi Satuan Kredit Profesi (SKP)

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA (PPNI)

1
MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER SERVIKS

OLEH :

Achmad Riza Awaludin Amd.Kep

DPK PPNI RUMAH SAKIT PERTAMINA BALIKPAPAN

MENYETUJUI MENYETUJUI

Ketua Seksi Pelatihan dan Penelitian KETUA DPK PPNI

Ns. Deyri Riyanda, S.Kep Ns.Doni Tribawanto S.Kep

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga
kami dapatmenyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kanker
Serviks Di Ruang Anggrek. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan
sebagai syarat untuk perpanjangan Surat Tanda Registrasi.

Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan
saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Balikpapan, 04 Januari 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
………………………………………………………………………………..3

Daftar Isi ………………………………………………………………………………………4

Bab I Pendahuluan ……………………………………………………………………………


5

A. Latar Belakang ……………………………………………………………………..5


B. Tujuan
……………………………………………………………………………...6

Bab II Tinjauan Teori Penyakit dan Askep Teori


…………………………………………...7

A. Konsep Dasar Penyakit Kanker Serviks


……………………………………………..7
1. Pengertian
…………………………………………………………………………..7
2. Etiologi ……………………………………………………………………………..7
3. Klasifikasi ………………………………………………………………………….8
4. Patofisiologi ………………………………………………………………………10
5. Manifestasi Klinik ………………………………………………………………...11
6. Pemeriksaan Diagnostik …………………………………………………………..12
7. Penatalaksanaan …………………………………………………………………..13
8. Pathway …………………………………………………………………………...16
B. Konsep Asuhan keperawatan dengan Penyakit Kanker Serviks
………………….17
1. Pengkajian ………………………………………………………………………...17
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
…………………………………………….18
3. Implementasi ……………………………………………………………………...23
4. Evaluasi …………………………………………………………………………...23

Bab III Penutup


……………………………………………………………………………...25

A. Kesimpulan
……………………………………………………………………….25
B. Saran
……………………………………………………………………………...25

Daftar pustaka

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim. Kanker
serviks menunjukkan adanya sel- sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel jaringan
yang tumbuh terus- menerus dan tidak terbatas pada bagian leher rahim (Ariani, 2015 ).
Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik
menunjukkan bahwa kanker serviks dapat juga menyerang wanita yang berumur antara
20 sampai 30 tahun (Prawirohardjo, 2014).

Kanker serviks merupakan penyakit kanker pada perempuan yang mengakibatkan


kematian terbanyak terutama di negara berkembang. Insiden kanker serviks diperkirakan
telah terjadi pada 500.000 wanita di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara
berkembang. Telah terbukti sebanyak 70% penyebab dari kanker serviks adalah infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) yang merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks.
Meskipun infeksi Human Papilloma Virus HPV penyebab lebih tinggi, namun faktor
resiko lain untuk timbulnya kanker ini seperti melakukan hubungan seksual diusia muda,
melakukan hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan, dan perempuan perokok
(Prawirohardjo, 2014).

Data World Health Organization (WHO) (2016) melaporkan bahwa pada tahun
2012 terdapat 530.000 kasus, dimana kanker serv iks merupakan kanker dengan urutan
keempat pada wanita, sedangkan pada tahun 2015 sekitar 90% dari 270.000 kematian
akibat kanker serviks terjadi di negara- negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Menurut Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2015, penderita kanker serviks di
Indonesia adalah 0,8% (98.692 orang). Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Kepulauan
Riau dan Provinsi Maluku Utara memiliki prevalensi kanker serviks tertinggi yaitu
sebesar 1,5%.

Kanker serviks dapat dideteksi secara dini dengan melakukan skrining Pap Smear.

5
Pada stadium awal, kanker ini cendrung tidak terdeteksi sehingga tidak menimbulkan
gejala-gejala yang jelas dan baru terdeteksi setelah stadium III atau lanjut. Menurut hasil
penelitian yang dilakukan Halimatusyaadiah (2014) di RSUP NTB menemukan
penderita kanker serviks paling banyak dengan stadium III sejumlah 33 orang (51,6%).
Kanker serviks yang sudah stadium lanjut biasanya menunjukkan gejala- gejala,
diantaranya: keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul, sehingga kondisi kanker sudah
mencapai stadium lanjut. Hal ini menyebabkan terlambatnya pengobatan dini (Diananda,
2008).
Pengobatan penyakit kanker serviks telah dikembangkan beberapa macam yaitu
melalui tindakan pembedahan, radioterapi dan kemoterapi. Tindakan pembedahan yang
paling sering dilakukan adalah histerektomy berasal dari bahasa yunani berarti yakni
hystera (rahim) ektmia (pemotongan). Jadi histerektomi adalah operasi pengangkatan
rahim. Histerektomi dikenal dengan 3 teknik yaitu Histerektomi abdominal, Histerektom
vaginal dan Histerektomi laparascopy.
Perawat memiliki peran yang penting sebagai pemberian pelayanan kesehatan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada klien secara menyeluruh baik biologis, psikologis,
sosial, budaya dan spiritual dengan menerapkan aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari materi Cervical Cancer ini perawat mampu memahami dan
mengetahui konsep penyakit Cervical Cancer dan mampu melakukan asuhan
keperawatan pada pasien Cervical Cancer dengan menggunakan proses
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan perawat mampu:
1. Mengerti dan memahami tentang pengertian dari Kanker serviks
2. Mengerti dan memahami tentang etiologic dari Kanker serviks.
3. Mengerti dan memahami tentang klasifikasi dari Kanker serviks.
4. Mengerti dan memahami tentang patofisiologi dari Kanker serviks.
5. Mengerti dan memahami tentang manifestasi klinik dari Kanker serviks.
6. Mengerti dan memahami tentang pemeriksaan diagnostic.
7. Mengerti dan memahami tentang penatalaksanaan dari Kanker serviks.
8. Mengerti dan memahami tentang pengkajian Kanker serviks.
9. Mengerti dan memahami tentang diagnose Kanker serviks.
10. Mengerti dan memahami tentang intervensi Kanker serviks.
11. Mengerti dan memahami tentang tindakan Kanker serviks.
12. Mengerti dan memahami tentang evaluasi Kanker serviks.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI dan ASKEP TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT KANKER SERVIKS


1. Pengertian Kanker Serviks
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim,
sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana
mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan
pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang.
Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal
menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim
yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat
jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Darmawati,
2015).
Sedangkan menurut Mitayani, 2011, Kanker Serviks adalah perubahan sel-sel
serviks dengan karakteristik histologi. Proses perubahan pertama menjadi tumor ini
mulai terjadi pada sel-sel squamocolummar junction.Kanker serviks ini terjadi paling
sering pada usia 30 tahun sampai 45 tahun,tetapi dapat terjadi pada usia dini yaitu 18
tahun.
2. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui, namun ada beberapa faktor
resiko tertentu yang lebih besar kemungkinannya untuk menderita kanker serviks
menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) sebagai berikut :
a. Usia
Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia 35-
50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun.
Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan resiko terserang
kanker serviks sebesar dua kali dibanding perempuan yang melakukan hubungan
7
seksual setelah usia 20 tahun.
b. Sering berganti pasangan
Semakin banyak berganti-ganti pasangan maka tertularnya infeksi HPV juga
semakin tinggi. Hal ini disebabkan terpaparnya sel-sel mulut rahim yang
mempuanyai pH tertentu dengan sperma-sperma yang mempunyai pH yang
berbeda-beda pada multi-patner sehingga dapat merangsang terjadinya
perubahan ke arah displasia.
c. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi
virus.
d. Hygiene dan Sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene
penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan- kumpulan smegma.

e. Status sosial ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah dan
kemungkinan faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perorangan. Pada golongan social ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini yang mempengaruhi imunitas
tubuh.

f. Terpapar virus Human immunodeficiency virus (HIV) atau penyebab AIDS


merusak sistem kekebalan tubuh pada perempuan. Hal ini dapat menjelaskan
peningkatan risiko kanker serviks bagi perempuan dengan AIDS. Para ilmuwan
percaya bahwa sistem kekebalan tubuh adalah penting dalam menghancurkan
sel-sel kanker dan memperlambat pertumbuhan serta penyebaran. Pada
perempuan HIV, kanker pra serviks bisa berkembang menjadi kanker yang
invasif lebih cepat dari biasanya.

g. Faktor genetic

Terjadinya mutasi sel pada sel epitel skuamosa serviks yang menyebabkan
terjadinya kanker serviks pada wanita dan dapat diturunkan melalui kombinasi
genetik dari orang tua ke anaknya.
3. Klasifikasi
Menurut padila (2015) Klasifikasi pertumbuhan sel kanker serviks sebagai berikut :
a. Mikroskopis

1) Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagaian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermis hampir tidak dapat dibedakan dengan

8
karsinoma insitu.

2) Stadium karsinoma insitu


Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang tumbuh
didaerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel cadangan
endoserviks.

3) Stadium karsionoma mikroinvasif.


Pada karksinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan
sel meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada
stoma sejauh tidak lebih 5 mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini
asimtomatik dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

4) Stadium karsinoma invasive


Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar
dan bentuk sel bervariasi. Petumbuhan invasif muncul diarea bibir posterior
atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan forniks
posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

5) Bentuk kelainan dalam pertumbuhan karsinoma serviks


a) Pertumbuhan eksofilik: berbentuk bunga kol, tumbuh ke arah vagina
dan dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi ke dalam vagina,
bentuk pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.
b) Pertumbuhan endofilik: biasanya lesi berbentuk ulkus dan tumbuh
progesif meluas ke forniks, posterior dan anterior ke korpus uteri dan
parametrium.
c) Pertumbuhan nodul: biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambatl
aun lesi berubah bentuk menjadi ulkus.
b. Markroskopis
1) Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servisitis kronik biasa
2) Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
3) Stadium setengah lanjut
Telah mengenai sebagian besar atau seluruh bibir porsio.
4) Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti ulkus
dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah.

Menurut Tanto (2015), Klasifikasi stadium TNM (Tumor Node Metastases) dan
FIGO (The Internasional Federation of Gynecology and obstetrics) sebagai berikut.

Klasifikasi Stadium Kanker Serviks

Klasifikasi Klasifikasi Keterangan


9
TNM FIGO
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ditemukan adanya tumor primer
Tisb Carsinoma in situ (karsinoma prainvasif)
Karsinoma serviks yang terbatas pada uterus
T1 I
(ekstensi samapai ke korpus tidak dihiraukan)
Karsinoma yang yang didiagnosis hanya secara
mikroskopik. Invasi stroma dengan kedalaman
maksimal 5.0 mm yang diukur dari dasar epitel dan
T1ac IA
penyebaran secara horiziontal sebesar ≤ 7.0 mm.
Keterlibatan ruang vaskular, vena atau limpatik tidak
mempengaruhi klasifikasi.
Invasi stroma dengan kedalaman ≤ 3.0 mm dan
T1a1 IA1
penyebaran horiziontal ≤ 7.0 mm.
Invasi stroma dengan kedalam > 3.0 mm tetapi ≤ 5.0
T1a2 IA2
mm dengan penyebaran ≤ 7.0 mm.
Lesi tampak secara klinis terbatas pada serviks atau
T1b IB
lesi mikroskopik > T1a/IA2.
Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
T1b1 IB1
terbesar.
Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
T1b2 IB2
terbesar.
Karsinoma serviks dengan invasi yang melewati
T2 II uterus tetapi tidak mencapai dinding pelvis atau
sepertiga bawah.
T2a IIA Tumor tanpa invasi parametrium
Lesi tampak secara klinis ≤ 4.0 cm pada dimensi
T2a1 IIA
terbesar.
Lesi tampak secara klinis > 4.0 cm pada dimensi
T2a2 IIA2
terbesar.
T2b IIB Tumor dengan invasi parametrium
Tumor meluas hingga dinding pelvis dan atau
melibatkan sepertiga bawah vagina dan atau
T3 III
menyebabkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
Tumor meluas hingga sepertiga bawah vagina tanpa
T3a IIIA
perluasan ke dinding pelvis.
Tumor meluas hingga ke dinding pelvis dan atau
T3b IIIB menyebutkan hidronefrosis atau ginjal yang tidak
berfungsi.
T4 IV Karsinoma telah meluas melewati pelvis atau telah
10
mencapai mukosa kandung kemih atau rektum
(terbukti melalui biopsi).
T4a IVA Penyebaran mencapai organ sekitar.
T4b IVB Penyebaran mencapai organ yang jauh.

4. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel
kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi).
Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang
akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan
karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif
terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker
servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal.
Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat
lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi
atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium,
invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke
bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker
servik. Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif
dini dapat menyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan
adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal,
sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis
perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara
menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf
lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau
perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012).
Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi
diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa
terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah
keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi
bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak
buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan
tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan
diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak
dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017).

5. Manifestasi Klinis
11
Menurut Ariani (2015) dan Padila (2015) pada tahap awal, kanker serviks
stadium dini biasanya tanpa gejala-gejala. Gejala fisik serangan penyakit ini pada
umumnya dirasakan oleh penderita kanker stadium lanjut. Gejala- gejala
umumyang terjadi pada penderita kanker ini adalah :
a. Ada bercak atau pendaran setelah berhubungan seksual,
b. Ada bercak atau pendarahan di luar masa haid,
c. Ada bercak atau pendarahan pada masa menopause,

d. Mengalami masa haid yang lebih berat dan lebih panjang dari biasanya, atau
e. Keluarnya bau menyengat yang tidak bisa dihilangkan walaupun sudah
diobati.
Jika kanker servik sudah tingkat stdium lanjut maka gejalanya adalah :
a. Munculnya rasa sakit dan pendarahan saat berhubungan intim (contact
bleeding)
b. Keputihan yang berlebihan dan tidak normal

c. Pendarahan diluar siklus menstruasi

d. Penurunan berat badan yang drastis

e. Apabila kanker sudah menyebar kepanggul, maka pasien akan menderita


keluhan nyeri punggung

f. Hambatan dalam berkemih


6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut diananda (2008) dan Ariani (2015) pemeriksaan diagnostik untuk
menentukan kanker serviks sebagai berikut :
a. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak mengikat
yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinomayang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
b. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga mudah untuk
melakukan biopsy.
Kelemahan : hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelianan pada skuamosa columnar junction dan intra servikal tidak terlihat.
c. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
d. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
e. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel

12
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.
f. Pemeriksaan lainnya.

1) Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED, golongan


darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
2) Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOT dan SGPT.

3) Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.

4) Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap


obat.

7. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan Medis

Menurut Tanto (2014) penatalaksanaan medis secara umum berdasarkan stadium


kanker serviks:

STADIUM PENATALAKSANAAN
Biopsi kerucut
0 Histerektomi transvaginal
Biopsi kerucut
Ia
Histerektomi transvaginal
Histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dan
Ib,Iia evaluasi kelenjar limfe paraaorta (bila terdapat metastasis
dilakukan radioterapi pasca pembedahan
IIb, III, IV Histerektomi transvaginal
Radioterapi
IVa, Ivb Radiasi paliatif
Kemoterapi

Menurut Ariani (2015) dan Diananda (2008) pilihan pengobatan yang bisa
dilakukan adalah pembedahan, terapi radiasi (radioterapi), kemoterapi, atau
kombinasi metode-metode tersebut.
1) Operasi atau pembedahan
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks

13
stadium I dan II.
a) Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getah bening di
panggul. Pilihan ini dilakukan untuk perempuan denga tumor kecil yang
ingin mencoba untuk hamil di kemudian hari.
b) Histerektomi total
Mengangakat leher rahim dan rahim.
c) Histerektomi radikal
Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di sekitar leher rahim, rahim,
dan bagian dari vagina.
d) Saluran telur dan ovarium
Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium. Pembedahan ini disebut
salpingo-ooforektomi.
e) Kelenjar getah bening
Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor untuk melihat apakah
mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah histerektomy total dan radikal
mencapai kelenjar getah bening, itu berarti penyakit ini mungkin telah
menyebar ke bagian lain dari tubuh.

2) Radioterapi
Radioterapi adalah salah satu pilihan bagi perempuan yang menderita kanker
serviks dengan stadium berapa pun. Perempuan dengan kanker serviks tahap
awal dapat memilih terapi sebagai pengganti operasi. Hal ini juga dapat
digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel kanker apa pun yang
masih di daerah tersebut. Perempuan dengan kanker yang menyerang bagian-
bagian selain kenker serviks mungkin perlu diterapi radiasi dan
kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel kanker. Terapi ini mempengaruhi sel-sel di daerah yang
diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a) Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggul atau jaringan
lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatan biasanya di berikan di
rumah sakit. Penderita mungkin menerima radiasi eksternal 5 hari seminggu
selama beberapa minggu. Setiap pengobatan hanya memakan waktu
beberapa menit.
b) Terapi radiasi internal Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam
vagina. Suatu zat radioaktif di masukkan ke dalam tagung tersebut. Penderita
mungkin harus tinggal di rumah sakit sementara sumber radioaktif masih
beradadi tempatnya (samapai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi diberikan
dan tubuh bagian mana yang di terapi radiasi pada perut dan panggul dapat

14
menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah eliminasi. Penderita
mungkin kehilangan rambut di daerah genital. Selain itu, kulit penderita di
daerah yang dirawat menjadi merah, kering, dan tender.

3) Kemoterapi
Kemoterapi telah digunakan untuk pengobatan kanker sejak tahun 1950-an dan
diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untuk membersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanya diberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus. Jadwal pemberian ada
yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan. Efek samping
yang terjadi terutama tergantung pada jenis obat- obatan yang diberikan dan
seberapa banyak kemoterapi membunuh sel-sel kanker yang tumbuh cepat,
terapi juga dapat membahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat,
yaitu:
a) Sel darah
Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang sehat, penderita
akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar atau berdarah, dan merasa
sangat lemah dan lelah.
b) Sel-sel pada akar rambut
Kemoterapi dapat menyebabkan rambut rontok. Rambut penderita yang
hilang akan tumbuh lagi, tetapi kemungkinan mengalami perubahan warna
dan tekstur.
c) Sel yang melapisi saluran pencernaan
Kemoterapi menurunkan nafsu makan, mual-mual dan muntah, diare, atau
infeksi pada mulut dan bibir. Efek samping lainnya termasuk ruam kulit,
kesemutan atau mati rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran,
kehilangan keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak.

Menurut Reeder dkk (2013), penatalksanaa pada kanker serviks yaitu:


1) Stadium I
Kanker serviks pada stadium IA ditangani dengan histerktomi atau dengan
radioterapi, karena kanker masih terbatas di daerah serviks.
2) Stadium IB dan IIA
Pada stadium ini ditangani dengan histerektomi total dan limfadektomi
bilateral.
3) Stadium IIB sampai IVB
Pada stadium ini kanker sudah menyebar melewati daerah serviks sampai ke
organ lain. Penanganan yang dilakukan biasanya dengan radioterapi.

15
8. Pathway Kanker Serviks

Penatalaksanaan

Radiasi Pembedahan Kemoterapi

HISTEREKTOMY

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi


s

Kurang Pengetahuan Pemasangan alat Inkontinuitas Pengaruh Kurang


s elektromagnetik jaringan kulit Obat Anestesi Informasi,
salah
Ansietas interprestasi
Resiko Cedera Robekan pada informasi,
jaringan tidak
perifer mengebal
sumber
informasi
Nyeri Akut
Proses Terpapar
epilisasi agen infeksius

Pembatasan Gastrointerstinal Kesadaran Respirasi


aktivitas
Peristaltik Reflek Ekspansi
Batuk paru ↓
Defisit Mual,
Resiko Infeksi Muntah Akum Kurang
Perawatan Diri Sesak
ulasi nafas Pengetahuan
sekret
Anoreksia

Ketidakefek Pola Nafas


Ggn tifan tidak
Kebutuha bersihan efektif
n Nutrisi jalan nafas

16
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Dengan PENYAKIT KANKER SERVIKS
1. Pengkajian

Data subyektif Data obyekif


 Nyeri luka operasi  Palpasi abdomen didapatkan benjolan

 Perdarahan pada haid yang  Sesak nafas


abnormal, nyeri dan
 akikardia, bradikardi
penekanan.
 Gallop, murmur
 Ansietas Sesak nafas
 Sianosis ,kulit dingin dan pucat
 Mual,muntah efek anestesi
 Diaphoresis
 Nafsu makan berkurang
 Nyeri tekan pada abdomen
 Kesulitan berkemih efek
anestesi  Distensi abdomen

 Pasien mengatakan takut akan  Poliuri


dilakukan operasi
 Pendarahan
 Pasien mengatakan tidak dapat
 Pasien sering bertanya mengenai tindakan
istirahat tidur
operasi
 Pasien mengatakan makan
 Pasien tampak tegang dan ketakutan
tidak habis
 Terpasangnya alat-alat elektromedik saat
 Pasien mengatakan tidak nafsu
pembedahan
makan
 Posisi klien saat operasi

 Adanya luka bakar pada bagian

 Kehilangan sensori pada bagian

 Terdapat kelemahan pada organ

 Dyspnoe, apnoe, ansietas dan gelisah

 Adanya sekresi pada saluran pernapasan

 Perubahan kedalaman / kecepatan


pernafasan

 Penggunaan otot pernafasan

 Expresi wajah tampak tegang

 Tampak pasien kesakitan

 Skala nyeri

17
 Sikap tubuh yang kaku

2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

PERENCANAAN

DIAGNOSA KRITERIA RENCANA


TUJUAN
HASIL TINDAKAN

PREOPERATIVE Cemas teratasi  Menyatakan 1. Kaji tingkat


Cemas berhubungan setelah rasa cemas kecemasan, catat
dengan kurangnya dilakukan berkurang perilaku pasien
informasi (prosedur Tindakan  Menyatakan (gelisah, kontak
operasi) keperawatan kesiapan mata, menolak)
DS : pasien mengatakan selama operasi 2. Berikan lingkungan
takut untuk dilakukan  Pasien terlihat yang tenang dan
operasi, pasien mengatakan tenang anjurkan tetap rileks
sulit tidur  Tanda-tanda 3. Berikan kesempatan
DO : ekspresi wajah vital normal mengungkapkan
tegang, pasien menanyakan  Skala cemas pertanyaan dan
prosedur tindakan yang ringan berikan umpan balik
akan dilakukan, tanda-tanda 4. Libatkan orang
vital, skala cemas terdekat pasien untuk
memberikan support
mental
5. Libatkan keluarga
untuk mendampingi
pasien berdoa
sebelum operasi
6. Berikan edukasi
mengenai prosedur
persiapan
pembedahan
7. Kolaborasi lakukan
pemberian sedative
sesuai indikasi
INTRA OPERATIVE Resiko cidera  Pasien bebas 1. Kaji apakah pasien
intra operasi dari cidera mempunyai factor
Resiko tinggi cedera intra
tidak terjadi selama operasi risiko sebelumnya,
operasi diakibatkan
setelah (luka bakar, mis : luka bakar,
kebutuhan posisi
dilakukan injury, dislokasi injury
pembedahan pemasangan
Tindakan sendi) 2. Kaji kondisi pasien
alat elektromedik,
keperawatan seperti kemampuan
kehilangan sensori protektif
selama… rentang gerak,
sekunder terhadap anesthesi
abnormalitas fisik,

18
DS : - status sirkulasi
DO : adanya luka bakar 3. Bila mungkin selalu
pada bagian tubuh, tanyakan kepada
kehilangan sensori pada pasien apakah ada
ekstremitas tubuh, rasa terbakar, panas
terpasang alat-alat selama dalam
elektromedik pada tubuh, pembaringan
posisi pasien saat 4. Kurangi kerentanan
pembedahan terhadap cidera
jaringan/anggota
tubuh
5. Berikan edukasi
tentang efek dari
penekanan yang lama
saat pembaringan
sebelum dilakukan
pembiusan
6. Kolaborasi dengan
ahli anestesi untuk
memindahkan
pasien/merubah
posisi pasien yang
sudah dianesthesi
POST OPERATIVE Bersihan jalan  Ventilasi 1. Kaji adanya
Bersihan jalan nafas nafas inefektif adekuat akumulasi secret
inefektif berhubungan teratasi setelah  Akumulasi pada jalan nafas
dengan akumulasi sekret dilakukan secre berkurang 2. Atur posisi kepala
pada jalan nafas Tindakan  Batuk/menelan klien ekstensi, atau
DS : Pasien mengatakan keperawatan dengan efektif sesuai kebutuhan
banyak slem ditenggorokan selama… untuk
 Pola nafas
DO : Perubahan mempertahankan
efektif
kedalaman/kecepatan ventilasi
pernapasan dan 3. Ukur tanda- tanda
penggunaan otot vital
pernapasan, Dispnoe, 4. Auskultasi dada
sianosis, apnoe, ansietas untuk mendengar
dan gelisah, Perubahan suara pernafasan
kedalaman/kecepatan 5. Lakukan
pernapasan, Tanda – tanda penghisapan jalan
vital, Adanya sekresi pada nafas bila ditemukan
saluran pernapasan adanya sumbatan
jalan nafas karena
lender atau saliva.

6. Berikan pendidikan

19
kesehatan kepada
pasien/ keluarga
manfaat nafas dalam
dan batuk efektif.

7. Libatkan pasien/
keluarga dalam
latihan nafas dalam
dan batuk efektif
8. Kolaborasi
Pemberian oksigen
sesuai dengan
kebutuhan
Pola napas tidak efektif Pola napas  Keadaan umum 1. Monitor tanda-tanda
berhubungan dengan tidak efektif Baik vital
kelemahan/penurunan teratasi setelah  Tanda-Tanda 2. Kaji pola pernafasan
energi efek sekunder dilakukan vital normal pasien
anaesthesi, peningkatan Tindakan (pernafasan) 3. Berikan ganjalan
ekspansi paru keperawatan  Tidak ada pada bahu pasien
DS : Pasien mengatakan selama… tanda-tanda sesuai indikasi
nafas terasa berat, distress nafas 4. Pertahankan jalan
DO : keadaan umum,  Hasil AGD nafas dengan triple
kesadaran, tanda-tanda dalam batas airway manuver
vital, adanya tanda-tanda normal 5. Berikan edukasi
distress nafas (NCH, relaksasi nafas dalam
retraksi, sianosis), Hasil dan pembatasan
AGD (bila perlu) aktivitas gerak untuk
mengurang sesak
nafas
6. Libatkan keluarga
saat pengaturan
posisi pasien secara
bertahap
7. Kolaborasi
pemberian oksigen
dan pemeriksaan
AGD bila diperlukan
Nyeri berhubungan dengan Nyeri teratasi  Mengungkapka 1. Ukur tanda-tanda
terputusnya kontinuitas setelah n nyeri vital
jaringan, efek insisi dilakukan berkurang/hilan 2. Kaji skala nyeri,
pembedahan Tindakan g catat lokasi dan
DS : pasien mengatakan keperawatan  Keadaan umum karakteristik nyeri
sakit pada daerah bekas selama… baik 3. Pertahankan istirahat
insisi operai  Tanda-tanda dengan posisi semi
vital normal fowler

20
DO : keadaan umum,  Ekspresi wajah 4. Berikan posisi yang
tanda-tanda vital, ekspresi rileks nyaman
wajah tampak kesakitan,  Skala nyeri 5. ajarkan teknik
skala nyeri, sikap tubuh ringan 0-3 relaksasi dan
kaku  Sikap tubuh distraksi
rileks 6. libatkan keluarga
saat mengajarkan
teknik relaksasi dan
distraksi
7. Kolaborasi
pemberian oksigen
sesuai kebutuhan dan
pemberian terapi
analgetic
Resiko tinggi kurang Resiko kurang  keadaan umum 1. monitor tanda-tanda
volume cairan volume cairan baik vital
berhubungan dengan teratasi setelah  tanda-tanda 2. kaji adanya tanda-
pembatasan pasca operas, dilakukan vital normal tanda dehidrasi
status hipermetabolik Tindakan  tidak ada (ubun-ubun, mukosa
DS : pasien mengatakan keperawatan tanda-tanda bibir, turgor kulit)
sangat haus, pasien selama… dehidrasi 3. observasi intake
mengatakan demam (mukosa bibir output dan diuresis
DO : keadaan umum baik, lembab, ubun- 4. Auskultasi bising
tidak ada rasa haus yang ubun tidak usus
berlebihan, tanda-tanda cekung, turgor 5. Berikan edukasi
vital, tanda-tanda dehidrasi kulit elastis) perawatan mulut
(ubun-ubun cekung,  diuresis dengan perhatian
mukosa bibir kering, turgor khusus pada
kulit tidak elastis), pasien perlindungan bibir
masih puasa, balance cairan 6. Libatkan keluarga
seimbang, diuresis untuk memberikan
sejumlah kecil cairan
jernih bila
pemasukan peroral
dimulai dan
lanjutkan diet sesuai
toleransi
7. Kolaborasi
pemberian cairan IV
dan elektrolit
8. Kolaborasi
pemeriksaan nilai
laboratorium, seperti
Hb/Ht, Na⁺, albumin
dan Waktu

21
pembekuan darah
Defisit Perawatan Diri Defisit  Kedua 1. Kaji keterbatasan
berhubungan dengan perawatan diri ekstremitas ekstremitas bagian
kelemahan fisik pasca teratasi setelah bawah dapat bawah pasien
operasi, keterbatasan dilakukan digerakkan 2. Bantu pasien
aktivitas sekunder Tindakan  Ekstremitas melakukan
anesthesi. keperawatan bagian bawah mobilisasi bertahap
DS : pasien mengatakan selama… dapat 3. Berikan edukasi
kedua kaki masih terasa merasakan tentang cara
baal, pasien mengatakan sentuhan mobilisasi bertahap
badannya masih lemas  Pasien dapat 4. Libatkan keluarga
DO : pasien masih bedrest, melakukan saat mengajarkan
pasien tidak mampu mobilisasi cara mobilisasi
melakukan aktivitas sehari- bertahap bertahap
hari, pasien belum bisa 5. Kolaborasi
menggerakkan kedua pemberian analgetic
kakinya bilsa saat mobilisasi
terasa nyeri
Resiko Infeksi luka Resiko Infeksi  Tanda-tanda 1. Monitor tanda-tanda
operasi berhubungan luka operasi vital dalam vital
dengan invasi tidak terjadi batas normal 2. Kaji adanya tanda-
mikrroganisme ke dalam setelah  Tidak ada tanda infeksi pada
tubuh dilakukan tanda-tanda luka operasi (rubor,
DS : pasien mengatakan Tindakan infeksi pada color, dolor, tumor
kondisi luka operasi keperawatan luka operasi dan fungsiolesa)
terbuka, basah selama…  Hasil 3. Lakukan teknik
DO : tanda-tanda vital, laboratorium septik aseptic selama
terdapat luka operasi di dalam batas perawatan luka
daerah bekas insisi operasi, normal 4. Berikan edukasi
terdapat tanda-tanda infeksi (leukosit) mengenai pentingnya
pada bekas insisi operasi, diet TKTP untuk
hasil laboratorium proses penyembuhan
(lekositosis) luka
5. Libatkan keluarga
mengenai perawatan
luka operasi
6. Kolaborasi
pemberian antibiotic
dan pemeriksaan
laboratorium
(albumi, globulin)
Kurang pengetahuan Kurang  Pasien 1. Kaji tingkat
pengobatan, pengetahuan menyatakan pengetahuan pasien
penatalaksaanaan pasca pengobatan, pemahaman terkait dengan
operasi berhubungan penatalaksaana proses kemampuan /

22
dengan kurang informasi, an pasca perawatan di keinginan belajar
tidak mengenal sumber operasi teratasi rumah 2. Kaji ulang
informasi setelah  Pasien dapat pembatasan aktivitas
DS : pasien mengatakan dilakukan berpartisipasi pasca operasi
tidak mengerti tentang Tindakan dalam proses (mengangkat beban
proses perawatan dirumah keperawatan pengobatan berat, seks, olahraga)
DO : tampak pasien selama… 3. Diskusikan
bertanya terus, pernyaataan perawatan luka
salah persepsi, kurang operasi, cara
koperatif saat mengikuti mengganti balutan,
instruksi perawatan diri dan
pencegahan infeksi
4. Libatkan keluarga
saat mendiskusikan
cara mengganti
balutan, perawatan
diri, dan pencegahan
infeksi
5. Kolaborasi jadwal
control dengan
dokter penanggung
jawab

3. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan dan juga
diartikan dengan memberikan asuhan keperawatan secara nyata dan langsung.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan Histerektomy sesuai
dengan perencanaan yang dibuat dan berdasarkan prioritas.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan yang telah dilakukan
daalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dapat memenuhi empat kemungkinan
yang akan menentukan Langkah asuhan keperawatan selanjutnya :
a. Masalah dapat teratasi seluruhnya
b. Masalah dapat teratasi Sebagian
c. Masalah tidak teratasi
d. Timbul masalah baru

Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif :


a. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dilaksanakan secara terus menerus untuk menilai kemajuan dalam
mencapai tujuan. Dalam melakukan evaluasi formatif dapat dilihat pada catatan
perkembangan pasien setelah perawat melaksanakan tindakan keperawatan pada
pasien. Selain itu evaluasi harus berpedoman pada tahap selanjutnya.

23
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi ini dibuat setelah beberapa tujuan dari yang diharapkan pasien tercapai.
Evaluasi sumatif asuhan keperawatan pada pasien dengan Histerektomy sesuai
dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

BAB III
PENUTUP
.
A. KESIMPULAN
Kanker serviks merupakan bagian dari salah satu jenis kanker yang memiliki sama
mengerikan dan mematikan dengan penyakit lainnya. Kanker serviks pada umumnya
24
tejadi pada wanita usia subur. Pengetahuan yang terbatas dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker serviks.
Beberapa Upaya Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu Pemberian vaksin kanker
serviks, Deteksi dengan Pap Smear, Hindari hubungan seks bebas Hindari rokok,
Menghindari diet tidak seimbang, serta Produk kimia berbahaya.

B. SARAN
Rumah Sakit dapat memberikan informasi terkait pembaruan penatalaksaan dalam
perawatan kanker serviks. Karena dengan adanya pengetahuan mengenai kanker serviks
bagi keluarga, pasien dan perawat sangat mempengaruhi dalam tercapainya asuhan
keperawatan. Serta perawat harus terus-menerus meningkatkan keilmuan agar dapat
melaksanakan asuhan keperawatan dengan tepat

25
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, S. (2015). STOP! KANKER. Yogyakarta: Istana Media.

Bain, M. C., Burton, K., & Mcgavigan, C. J. (2015). Ilustrasi Ginekologi. Elsevier.

Damanik, S., & Suwardi, S. (2021). Hubungan Pengetahuan WUS Tentang Kanker Serviks Dengan
Pemeriksaan PAP SMEAR Volume 1. Jurnal Kebidanan Sorong.

Djuwantono, T., Permadi, W., & Rtinga, A. (2011). BCCOG Bandung Controversies and Consensus in
Obstetrics & Gynecology. Jakarta: Sagung Seto.

Ida, A. S., Suriani, B., & Amin, N. H. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku WUS
Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Metode IVA di Wilayah Puskesmas Minasas IPA
Makassar Volume 3. Jurnal Inovasi Penelitian.

Klevina, D. M., & Villasari, A. (2022). Peningkatan Pengetahuan PAP SMEAR Melalui Pendidikan
Kesehatan Pada Wanita Usia Subur. Jurnal Bhakti Civitas Akademika, 5.

Nugroho, T. (2012). Obgyn Obstetric dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

Octaviana, D., & Nulaela, S. (2022). Faktor – Faktor yang Berpengaruh terhadap Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim Metode IVA di Kabupaten Banyumas Volume 7. Jurnal Epidemiologi
Kesehatan Komunitas.

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyait Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pont, A. V., Longulo, O. J., Mangun, M., & Batmomolin, A. (2022, 4 25). Gambaran Deteksi Dini
Kanker Serviks Dengan Metode Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Napande: Jurnal Bidan
Volume 1 No. 1, 1, 57-63. Retrieved from http://jurnal.poltekkespalu.ac.id//index.php/njb

Prawihardjo, S. (2009). Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Rasjidi, I., Muljadi, R., & Cahyono, K. (2010). Imaging Ginekologi Onkologi. Jakarta: Sagung Seto.

26

Anda mungkin juga menyukai